Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Biokimia

Pemeriksaan Glukosa Urine Test Benedict

Oleh

Kelompok

Aprilia Widyastuti

Della Yasmiar Wulandari

Reny Fatriana

Faradila Rizky Lakuy

Ayu Febri Andini

Haritsa

Program Studi Farmasi


Universitas Muhammadiyah Malang
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya hingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemeriksaan Glukosa Urine Test Benedict”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka tugas makalah
ini tidak akan dapat terwujud, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-sebesarrnya kepada Heru Prabowo S. Farm , Apt. selaku dosen pembinbing
mata kuliah biokimia dan teman-teman yang telah berpartisipasi dalam praktikum dan
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif bagi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Malang, Mei 2013


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumuasn masalah.....................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan glukosa urine test benedict merupakan pemeriksaan penyaringan
untuk mengetahui adanya gula dalam urine dan sifatnya semi kuantitatif. Salah satu
reagen yang dapat digunakan untuk melakukan tes ada tidaknya glukosa adalah dengan
benedict yang menggunakan sifat glukosa sebagai sifat pereduksi. Benedict adalah reagen
yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, Cu⁺⁺) tetapi ketika dicampurkan
lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang mengandung glukosa di
rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu⁺ atau kupro lalu dioksidasi menjadi
Cu₂O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna orange-kecoklatan
yang tidak bisa dilarutkan di air.
Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, dimana
glukosa memiliki electron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen
benedict) akan menerima electron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah
perubahan warna. Selama proses ini Cu⁺⁺ tereduksi menjadi Cu⁺. Ketika Cu mengalami
reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa
mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.
Pemeriksaan dengan reagen benedict paling sering untuk mendetaksi diabetes
mellitus dengan melihat ada tidaknya glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes
mensekresikan glukosa di dalam urin karena pada penderita diabetes glukosa tidak dapat
diabsorbsi secara maksimal ke dalam sel-sel atau jaringan. Jika hasil benedict
memberikan hasil yang positif pada seorang pasien, alangkah baiknya jika dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Pada keadaan normal karbohidrat
diekskresikan lewat urin dalam jumlah yang kecil (kurang dari 50mg/ml)
 Untuk membantu membuat diagnose atau mengikuti perjalanan penyakit atau
gangguan metabolism dan gangguan organ-organ atau faktor-faktor yang
berhubungan dengan metabolism tersebut.
 Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat di dalam urine baik secara
normal maupun patologis.
Glukosa di dalam urine dapat diukur. Penanganan glukosa di ginjal bergantung
pada transportasi yang diperantarai oleh pembawa, karena glukosa difiltrasi secara bebas
menembus kapiler glomerulus. Pada orang non diabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke
dalam urine akan diserap secara aktif kembali ke dalam darah. Glukosa urin dalam
keadaan normal adalah nol. Apabila kadar glukosa lebih besar dari 180mg/100ml darah,
seperti yang dapat terjadi pada diabetes, maka pengangkut glukosa di ginjal yang
membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali ke darah mengalami kejenuhan.
Dengan demikian, pengangkut-pengangkut tersebut tidak dapat mengangkut glukosa
lebih banyak. Setiap glukosa yang lebih dari 180mg/100ml akan keluar melalui urine.
Referensi : (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin : hlm. 456)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendeteksi glukosa pada urine?
2. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam percobaan tersebut?
3. Bagaimana prosedur percobaan tersebut?
4. Bagaimana analisa hasil percobaan tersebut?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara mendeteksi glukosa pada urine
2. Mengetahui alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam percobaan tersebut
3. Mengetahui prosedur percobaan tersebut
4. Mengetahui analisa dan hasil percobaan tersebut

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Glukosa urine


Pemeriksaan glukosa urine sangat penting dalam dunia kesehatan. Dengan mengetahui
kadar glukosa urin maka dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya penyakit yang lebih
parah. Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun metode yang
paling sering digunakan adalah pemeriksaan dengan reagen benedict. Selain prosedurnya yang
sederhana, waktu yang dibutuhkan juga relative singkat.

2.2 Alat dan Bahan


 Tabung reaksi
 Tabung ukur
 Pipet ukur
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung reaksi
 Api Bunsen
 Korek api
 2 ml pereaksi benedict kwalitatif
 Urine normal dan patologis (masing-masing 1 tetes)

2.3 Prosedur Percobaan

a. Siapkan urine yang akan diperiksa beserta semua alat dan bahan yang diperlukan
b. Siapakan tabung ukur lalu ukurlah pereaksi benedict kwalitatif sebanyak 2,5ml
c. 2,5ml pereaksi benedict kwalitatif tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
d. Teteskan urine sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2,5ml pereaksi
benedict kwalitatif
e. Nyalakan api Bunsen
f. Didihkan urine dan pereaksi benedict kwalitatif yang telah dicampur tersebut di atas api
bunsen selama 1 menit
g. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan
h. Lakukan penafsiran dan catat hasil percobaan

2.4 Analisa dan Hasil Percobaan

2.4.1 Tabel Analisa Percobaan

Warna Penilaian Kadar


Biru - -
Hijau + Kurang dari 0.5%
Kuning ++ 0.5 – 1.0 %
Jingga +++ 1.0 – 2.0%
Merah ++++ Lebih dari 2%

2.4.2 Hasil Percobaan dan Pembahasan

Urin atau air seni adalah cairan yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksresi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalm darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolism (seperti urea), garam terlarut dan materi organic. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).

Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekulyang penting bagi
tubuh, missal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Dari urine
kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Chernecky and Berger, 2008).

Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang
sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaringan.
Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Cara
yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah
sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa, di antaranya adalah benedict. Sedangkan
pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim oksidase.

Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict dan clinitest. Ketiga jenis test ini dapat digolongkan dlam
jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan
dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.
(Sumbawa, 2010).

Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A, B dan C menunjukkan hasil positif
terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri
menjadi kupro kemudian membentuk Cu₂O yang mengendap dan berwarna kuning kecoklatan
sampai merah. Perbedaan intensitas warna dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan
hasil pengamatan yang diketahiu bahwa tabung A dan B mengandung glukosa dengan kadar
tertinggi yang ditunjukkan dengan perubahan warna dari biru muda menjadi kuning orange yang
keruh. Dilanjutkan dengan tabung C dengan warna hijau kekuningan dan tabung D yang tidak
menunjukkan perubahan warna, yakni tetap berwarna biru muda seperti warna larutan benedict
sebelum dipanaskan.
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosaria dapat terjadi
karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus
untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau
karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma fanconi. (Wirawan, dkk, tt).

Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus. Hal ini
dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat
menimbulkan reaksi positif palsu antara lain galaktosa, fruktosa, laktosa, pentose, formalin,
glukoronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat dan vitamin C. Oleh karena itu perlu
dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel
urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit
diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitive dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-
180mg %. (Wirawan, dkk, tt).
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan sampel pada urin dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
glukosa. Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen benedict,
fehling dan clinitest, namun yang terbaik adalah reagen benedict. Pada hasil pemeriksaan yang
mengandung glukosa dan fruktosa maka memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict
berubah sesuai dengan kadar glukosa yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://cunyuund.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html

http://hestooong.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html

Anda mungkin juga menyukai