Anda di halaman 1dari 8

5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.

com

Page|1

Addison Disease

I. Definisi

Penyakit Addison merupakan suatu kondisi berkurangnya sintesis hormon kortisol


yang diakibatkan oleh gangguan fungsi pada korteks adrenal, pada beberapa kasus
sintesis hormon aldosteron juga terganggu.

II. Fisiologi hormone korteks adrenal

a. Kortisol (glukokortikoid)

Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal, yang mempengaruhi hampir setiap
organ dan jaringan dalam tubuh. Fungsi dari hormon ini yang terpenting adalah
membantu tubuh merespon stress. Selain itu, kortisol berfungsi: membantu
mempertahankan tekanan darah dan fungsi jantung, membantu memperlambat
respon peradangan sistim imun, membantu menyeimbangkan efek-efek dari
insulin dalam mengurai gula untuk energy, dan membantu mengatur metabolisme
protein, karbohidrat, dan lemak

Pengaturan Kortisol

Seperti banyak hormon-hormon lain, Kortisol diatur oleh hypothalamus dan


kelenjar pituitary. Hypothalamus mengeluarkan CRH (Corticotorphin Releasing
Hormon) ke kelenjar pituitary. Pituitary merespon dengan mengeluarkan ACTH
(adrenocorticotropin), hormon yang menstimulasi kelenjar adrenal untuk

menghasilkan Kortisol. Setelah produksi Kortisol cukup, terjadi umpan balik ke


pituitary untuk mengurangi sekresi ACTH.

ff 1/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|2

b. Aldosteron (mineralocorticoids)

Aldosterone membantu mempertahankan tekanan darah dan keseimbangan air dan


garam dalam tubuh dengan membantu ginjal menahan Natrium dan mengeluarkan

Kalium. Ketika produksi aldosterone rendah, ginjal tidak mampu mengatur


keseimbangan garam dan air, menyebabkan volume darah dan tekanan darah
turun.

III. Etiologi dan Patogenesis

Secara umum, penyebab penyakit Addison dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Insufisiensi adrenocortical primer

Pada insufiensi adrenocortical primer, gangguan terletak pada adrenal sendiri. Yang
disebabkan oleh:

- Imunologi

Disebabkan oleh kerusakan perlahan dari korteks adrenal, lapisan luar dari

kelenjar adrenal oleh sistim imun tubuh sendiri. Sekitar 70 % kasus penyakit
Addison disebabkan oleh kelainan autoimun dengan membuat antibodi yang

menyerang jaringan atau organ tubuh secara perlahan. System imun ini bagian
dari PGA (polyglandular autoimun), yang berkaitan dengan defisiensi polyendocrine
:

o PGA type I

Disebabkan karena defeks pada T cell-mediated yang diturunkan secara


autosomal resesif. Terjadi pada masa anak-anak, biasanya diikuti oleh
hipoparatiroid, distrofi gigi dan kuku, hipogonadism, anemia pernisiosa,
dan hepatitis kronik aktif.

ff 2/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|3

o PGA type II

Disebabkan oleh autoimun yang berhubungan dengan HLA tanpa


hipoparatiroid, berkaitan dengan autoimun dari tiroid. Terjadi pada dewasa
muda yang ditandai dengan hipotiroid, hipogonadism, diabetes mellitus
tipe 1, hipopigmentasi, dan vitiligo. Kombinasi dari penyakit Addison dan
hipotiroidism disebut Schmidt’s syndrome.

Insufisiensi adrenal terjadi ketika 90 persen dari korteks telah dihancurkan.


Akibatnya, hormon glucocorticoid (cortisol) dan mineralocorticoid (aldosterone)
kekurangan.

- Tuberculosis (TB),

Infeksi ini dapat menghancurkan kelenjar adrenal, bertanggung jawab terhadap 20


% kasus insufisiensi adrenal primer di negara berkembang. Insufisiensi adrenal
diidentifikasi pertama kali oleh Dr. Thomas Addison pada tahun 1849, TB
ditemukan pada otopsi pada 70 – 90 % dari kasus penyakit addison.

- Sebab lain

o infeksi kronis, terutama jamur.

o sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal.

o Amyloidosis, penumpukan protein diberbagai organ.

o pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

2. Insufisiensi adrenocortical sekunder

Pada Insufisiensi adrecocortical sekunder, gangguan terjadi di luar ginjal, biasanya


karena defisiensi ACTH. Tanpa ACTH yang menstimulasi adrenal, produksi cortisol
dari kelenjar adrenal turun, namun bukan aldosterone. Bentuk sementara dari
insufisiensi adrenal sekunder terjadi ketika sedang menerima hormon glucocorticoid
seperti prednisone untuk waktu yang lama, secara tiba-tiba berhenti atau memotong

ff 3/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|4

mengkonsumsi obat. Hormon glucocorticoid yang terdapat pada prednisone


menghalangi pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH), akibatnya pituitary tidak
distimulasi untuk melepaskan ACTH, dan adrenal gagal mengeluarkan hormon cortisol
yang cukup.

Penyebab lain dari insufisiensi adrenal sekunder adalah operasi pengangkatan


dari tumor jinak dari kelenjar pituitary yang memproduksi ACTH, radiasi tumor
pituitary, pengangkatan bagian hypothalamus, dan hipoperfusi pada pituitari.

IV. Manifestasi Klinis

Biasanya perlahan, ditandai dengan kelelahan yang memburuk/kronis, kelemahan otot,


kehilangan nafsu makan, dan kehilangan berat badan. Sebagian besar penderita juga
mengeluh mual, muntah dan diare. Gejala lain yang dapat dialami adalah tekanan darah
rendah (hipotensi postural) dan hiperpigmentasi kulit. Dari segi psikiatri, defisiensi dari
hormon ini dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam merespon stress yang
dapat menyebabkan depresi. Keadaan yang menjadi kegawatan adalah terjadinya krisis
addisonian, yang ditandai oleh:

- Nyeri menembus yang tiba-tiba pada punggung bawah, perut, atau kaki-kaki

- Muntah dan diare yang berat

- Dehidrasi berat

- Tekanan darah rendah

V. Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis penyakit Addison melalui


pemeriksaan laboratorium, yaitu:

- Hematologi dapat di jumpai neutropenia, limfositosis, dan hemoglobin turun.

ff 4/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|5

- Pemeriksaan Khusus

o Tes Stimulasi ACTH

Merupakan tes yang paling spesifik untuk mendiagnosis penyakit Addison.


Pada tes ini, cortisol darah, cortisol urin, atau kedua-duanya diukur sebelum
dan setelah bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes
ACTH yang disebut pendek atau cepat, pengukuran cortisol dalam darah
diulang 30 sampai 60 menit setelah suntikan ACTH secara intravena. Respon
normal setelah suntikan ACTH adalah kenaikan tingkat-tingkat cortisol dalam
darah dan urin. Pasien dengan insufisiensi adrenal merespon dengan
kenaikan plasma kortikoid < 10 Ug/100 ml, sedangkan pada urine setelah 8
jam tidak terdapat kenaikan 17-hidroksikortikoid atau kenaikan kurang dari 8
Ug/100 ml.

o Tes Stimulasi CRH

Ketika respon pada tes ACTH adalah abnormal, tes stimulasi CRH diperlukan
untuk menentukan penyebab dari insufisiensi adrenal. Pada tes ini, CRH
sintetik disuntikan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum

dan 30, 60, 90, dan 120 menit setelah suntikan. Pasien dengan insufisiensi
adrenal primer mempunyai ACTH yang tinggi namun tidak mempunyai respon
terhadap produksi cortisol. Pasien dengan insufisiensi adrenal sekunder
mempunyai respon terhadap kekurangan kortisol namun tidak ada atau
terlambatnya ACTH yang menstimulus produksi kortisol. Tidak adanya respon
ACTH menunjukkan pituitary sebagai penyebabnya; terlambatnya respon
ACTH menunjukkan hypothalamus sebagai penyebabnya.

Pemeriksaan lain

Saat diagnosis insufisiensi adrenal primer telah ditegakkan, pemeriksaan BNO abdomen
dapat dilakukan untuk mengetahui adanya endapan kalsium. Endapan kalsium mungkin
mengindikasikan TB. Tes kulit tuberculin juga mungkin digunakan.

ff 5/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|6

Jika Insufisiensi adrenal sekunder adalah penyebabnya, Dapat dilakukan CT scan untuk
mengetahui keadaan hypothalamus dan pituitary.

VI. Penatalaksanaan

Non-Medika Mentosa

Sesuai dengan keluhan dan penyakit dasarnya yang terjadi.

Medika Mentosa

Hydrocortisone

Merupakan drug of choice dalam terapi hormon. Dosis yang dianjurkan berkisar 15
– 25 mg, di berikan 2 kali sehari.

Prednisolone

Beberapa pasien memberikan respon yang baik terhadap 2-3 mg predisolone,


yang diberikan 2 kali sehari.

Fludrocortisone acetate (Florinef)


Mempunyai efek yang baik dalam menahan natrium. Dosis yang di anjurkan 0.05

– 0.3 mg peroral/hari. Pada hipotensi postural, hiponatremia dan hiperkalemia


dosisnya ditingkatkan. Begitu juga dengan pasien dengan gejala kelelahan dan
peningkatan plasma renin. Pada pasien dengan hipokalemia dan hipertensi,
dosisnya diturunkan.

DHEA (Dehydroepiandrosteron)

Merupakan precursor hormone sex, dapat diberikan pada wanita yang mengalami
insufisiensi adrenal, dengan dosis 50 mg peroral/hari diyakini dapat meningkatkan
mood dan sexualitas.

ff 6/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|7

Pasien yang menerima terapi penggantian aldosteron disarankan untuk


meningkatkan pemasukkan garam mereka. Dosis dari setiap obat disesuaikan
kepentingan dan keadaan pasien.

Pada Krisis addisonian, dengan tekanan darah rendah, glukosa darah yang
rendah, dan kadar kalium yang tinggi dapat mengancam nyawa. Terapi standar

melibatkan pemberian hydrocortisone IV, saline (air garam), dan dextrose. Ketika
pasien sudah dapat mengkonsumsi cairan dan obat-obatan secara oral, jumlah
hydrocortisone dikurangi hingga dosis pemeliharaan tercapai. Jika aldosterone tak
mencukupi, terapi pemeliharaan juga memasukkan dosis oral dari fludrocortisone
acetate.

VII. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit Addison berkaitan dengan penyakit dasarnya. Pada kasus yang
tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan krisis addisonian, yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah, penurunan glukosa darah, dan peningkatan kalium.

VIII. Prognosis

Sangat tergantung dari penanganan yang diberikan, jika ditangani dengan tepat melalui
terapi pergantian hormone, mempunyai prognosis yang baik. Namun, jika tidak ditangani
dengan baik dapat mengakibatkan krisis addisonian yang dapat mengancam nyawa.

ff 7/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9
5/8/2018 Addison Disease - slidepdf.com

Page|8

Daftar Pustaka

1. Stephen JM, Maxine AP, and Lawrence MT. Current Medical Diagnosis and Treatment,
in Chronic Adrenocortical Insufficiency (Addison’s Disease). 47 th Ed. USA: The
McGraw-Hill Companies. 2008:1003-1005.

2. Piliang S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th Ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fak Kedok Univ Indonesia. 2007:1984-1986.

3. TotalKesehatanAnda. Penyakit Addison. 2008. Diunduh dari


http://www.totalkesehatananda.com/addison.html, 21 Mei 2011.
4. Medicastore. Penyakit Addison. 2008. Diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/3307/Penyakit_Addison.html, 21 Mei 2011.


5. Wrongdiagnostis. Addison’s Disease. 2008. Diunduh dari

http://www.wrongdiagnosis.com/a/addisons_disease/intro.html, 21 Mei 2011.


6. Elizabeth AL. Addison’s Disease. 2010. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1096911-overview, 21 Mei 2011.

ff 8/8
http://slidepdf.com/reader/full/addison-disease-559abebb7 c9

Anda mungkin juga menyukai