Regionalisme Dalam Arsitektur
Regionalisme Dalam Arsitektur
ARSITEKTUR
“REGIONALISME ARSITEKTUR”
NAMA KELOMPOK :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
APRIL 2017
Tradisionalisme dalam Arsitektur
Pengertian Region adalah daerah Neo berarti baru, masa peralihan dan
dan Isme adalah paham, jadi vernakular adalah Native/asli/bahasa
faham bersifat kedaerahan setempat, jadi peralihan dari bentuk
setempat
Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan elemen
kontekstual yang tanggap arsitektur yang sudah ada dari hasil
terhadap kondisi lokal dan vernakular dan kemudian sedikit
senantiasa mengacu pada atau banyaknya mengalami
tradisi, warisan sejarah serta pembaruan menuju suatu karya yang
makna ruang dan tempat modern.
Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan
kepuasan dan ekspresi jati melestarikan unsur-unsur lokal yang
diri yang mengacu pada telah terbentuk secara empiris oleh
masa lalu, sekarang dan tradisi dan mengembangkannya
masa yang akan datang dan menjadi suatu langgam yang
masih tergantung modern dan kelanjutan dari
padavernakularisme arsitektur vernakular.
Konsep Masih cenderung hanya Bentuk desain lebih modern dan
Desain meniru bentuk fisik, ragam mencoba menampilkan karya baru.
dan gaya-gaya tradisional
yang sudah dimiliki oleh
masyarakat setempat.
Kriteria Menggunakan bahan Bentuk-bentuk menerapkan
bangunan lokal unsur budaya, lingkungan
deengan teknologi termasuk iklim setempat
modern. diuungkapkan dalam bentuk
Tanggap dalam fisik arsitektural (tata letak
mengatasi pada denah, detail, struktur dan
kondisi iklim ornamen)
setempat Tidak elemen fisik yang
Mengacu pada diterapkan dalam bentuk
tradisi, warisan modern, tetapi juga elemen
sejarah serta makna nonfisik yaitu budaya pola
ruang dan tempat. pikir, kepercayaan, tata letak
Mencari makna dan yang mengacu pada makro
substansi cultural, kosmos, religius dan lainnya
bukan gaya/style menjadi konsep dan kriteria
sebagai produk akhir perancangan.
Produk pada bangunan ini
tidak murni menerapkan
prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya
baru (mengutamakan
penampilaan visualnya
2. Abstract Regionalism
Hal yang utama adalah menggabungkan unsur-unsur kwalitas
abstrak bangunan, misalnya massa, solid dan void, proporsi , sense of
space, pencahayaan, dan prinsip-prinsip struktur dalam bentuk yang diolah
kembali.
1. Pola Derivatif
Meniru atau memelihara bentuk arsitektur tradisi atau vernakular,
untuk fungsi bangunan baru atau modern. Dalam hal ini kita dapat melihat
tiga kecenderungan
− Tipologis, mengelompokkan bangunan vernakular, kemudian memilih
dan membangun salah satu tipe yang dianggap baik untuk kepentingan
baru.
− Interpretif atau interpretasi, menafsirkan bangunan vernaakular
kemudian membangunnya untuk kepentingan baru.
− Konservasi, mempertahankan bangunan lama yang masih ada,
kemudian menyesuaikannya dengan kepentingan baru.
Contohnya :
Bangunan legislatif pemerintah Karnataka di Bangalore, India Selatan
(1954)
Disebut sebagai pola derivatife - Tipologi, itu karena bangunan ini
mengambil gaya arsitektur tradisi atau vernakular yaitu gaya dravida
baru yang kemudian di kelompokkan menjadi satu tipe yang dianggap
baik untuk kepetingan baru.
2. Pola transformatif
Gagasan arsitektur regional yang bersifat transformatif, tidak lagi
sekedar meniru bangunan lama. Tetapi berusaha mencari bentuk-bentuk
baru, dengan titik tolak ekspresi bangunan lama baik yang visual maupun
abstrak.
Regionalisme, yang harus dilihat bukan sebagai suatu ragam atau gaya
melainkan sebagai cara berfikir tentang arsitektur, tidaklah berjalur tunggal tetapi
menyebar dalam berbagai jalur (Budihardjo, 1997). Taksonomi Regionalisme
selengkapnya adalah seperti gambar dibawah.
Tipologis
Vernakularisme Interpretif
(derivatif) Konservasi
Regionalisme
Arsitektur Eklektik
Regionalisme Replikatif Pastiche
Modern Reinterpretif
(transformatif)
Iklim
Regionalisme Pola Kultural
Abstrak Iconografis
Gambar 1. Taksonomi Regionalisme
Tempelan unsur arsitektur lama ke bangunan moderen (desain arsitektur moderen dan
tradisi)Tahun 1968 sebelum di rubah seperti keadaan sekarang, gambar bawah adalah kantor
Gubernur Sumatera Barat (keadaan sekarang), beberapa jendela mulai ditutup.
(Sumber: http://visualheritageblog.blogspot.co.id/2011/04/3masalah-regionalisme-dalam-
desain.html
Jam gadang Bukit tinggi, Dahulunya puncak jam gadang dirancang dengan membuat patung
ayam berkokok, setelah kemerdekaan kemudian di ganti dengan gonjong. Bangunan-
bangunan seperti ini sering di kritik dengan “orang Barat berkopiah”. Aspek tempelan yang
paling menonjol pada bangunan moderen adalah “gonjong cula badak”, bentuk ini secara latah
dipakai pada supermarket, kantor dsb. Gambar kiri atas jam gadang seabad yang lalu, kanan
adalah jam gadang sekarang.
b. Elemen fisik AML menyatu di dalam AMK
Elemen fisik AML akan dapat menyatu dengan AMK apabila sejak awal
bangunan itu dirancang, dengan menafsirkan bentuk-bentuk AML. Hal ini
terlihat misalnya pada bangunan Hotel Bumi Minang di kota Padang. Namun
tetap ada masalah sebab model bangunan tradisi yang diterapkan adalah yang
berasal di daerah (bagian 1.5). Hal ini dapat dipahami sebab tiap daerah di
Minangkabau dahulunya memiliki ciri khas tersendiri, yang kadang-kadang
tidak mewakili keseluruhan daerah di Minangkabau.
Tempelan usnur arsitektur masa lmpau (AML) menyatu ke bangunan masa kini
(dibangun pada zaman kolonial) bahan bangunan maupun dekorasinya menunjukkan
bangunan jaman kolonial,kemudian elemen bentuk atap dari arsitektur lama di tempelkan
, sekarang bangunan ini memiliki dua menara pada kedua sudut kiri dan kanan. ( Mesjid
di Padang Ganting, kota Padang). (Sumber: museum, Aditiawarman, Padang)
Transformasi bentuk arsitektur regional (kasus Minangkabau) sebenarnya sudah
berlangsung sejak jaman kolonial contoh bangunan mesjid di Sungai Puar Bukittinggi, dan
beberapa tempat lainnya di Sumatera Barat memperlihatkan hal itu. (Sumber: Museum,
Aditiawarman , Padang)
Contoh AML yang tidak terlihat jelas dalam AMK di Bali yaitu :
Beach Walk Shopping Centre, yang berlokasi di Jalan Pantai Kuta,
Kab. Badung. Sepintas Mall ini terlihat megah dan mewah jika dilihat oleh
kebanyakan orang awam, sedangkan jika dilihat lebih teliti Mall ini
sesungguhnya memliki ciri khas Arsitektur Tradisional, yaitu pada bagian
atap yang terbuat dari bahan alang-alang.
Bangunan Bank BPD, jalan Pemuda Padang, hanya meniru badan bangunan tradisional
(sumber: Couto, 2008)
a. Dominasi
Dominasi yaitu ada satu yang menguasai keseluruhan komposisi.
Dominasi dapat dicapai dengan menggunakan warna, material, maupun obyek-
obyek pembentuk komposisi itu sendiri.
b. Pengulangan
Pengulangan di dalam komposisi dapat dilakukan dengan mengulang
bentuk, warna, tekstur, maupun proporsi. Didalam pengulangan dapat dilakukan
dengan berbagai irama atau repetisi agar tidak terjadi kesenadaan (monotone)
1. ) Eropa Utara
Balai Kota Saynatsalo
Sumber :
www. google.co.id
Profile Arsitek
Gereja Bagsværd
Sumber :
www. google.co.id
Profile Arsitek
Nama : Jørn Utzon Oberg
Lahir : 9 April 1918, Copenhagen,
Denmark
Wafat : 29 November 2008
Pendidikan : Royal Danish Academy of
Fine Arts
Karya : Sydney Opera House, Gereja
Bagsværd , Gedung Majelis Nasional Kuwait
Latar Belakang
Dari luar, dibangun beton bertulang dan aluminium dengan bagian kaca
tertutup, bangunan tampak lebih seperti sebuah pabrik daripada sebuah gereja
tradisional tetapi di dalamnya menawarkan kombinasi yang mengesankan lembut,
bentuk bulat dan tajam.
2.) Asia
Kyoto International Conference Center (ICC Kyoto)
Sumber :
www. google.co.id
Profile Arsitek
Nama : Sachio Otani
Lahir : Kyoto (1924-2013)
Lulusan : Universitas Tokyo tahun 1946
Mendapatkan gelar master pada tahun 1951.
Latar Belakang
Latar belakang didirikan ICC Kyoto adalah sebagai wadah pusat kegiatan
pertemuan internasional juga sebagai symbol baru kota Kyoto, maka diadakan
saymbara. Dari 195 entri karya yang bersaing, Sachio Otani terpilih sebagai
desain yang paling baik. Pembangunannya dimulai pada 24 Januari 1964 dan
selesai pada tanggal 20 Maret 1966, dan 21 Mei mulai dibuka.Bangunan terletak
pada Tokyo, yang berada pada tepi Danau Takaragaike dan dasar Gunung Hiei.
Gaya yang diambil dari arsitektur ini merupakan gaya regionalism, dan
brutalism. Gaya Regionalism terlihat dari site dan tampilan bangunan. Bangunan
yang terletak pada sekitaran ruang hijau dengan memadukan antara gunung, danau
dan sturktur dengan menekankan desain pada penyatuan alam, yang terkait erat
dengan harmoni alam sebagai ciri khas arsitektur tradisional Jepang. Pada
bangunan menekankan pada Japanese lanskap yang menyelaraskan lingkungan
alam dengan suasana ibukota kuno Jepang, Kyoto. Dengan luas 156.000 meter
persegi dengan bentuk dari serangkaian tumpang tindih segitiga yang saling
melengkapi baik secara visual dan konseptual, merupakan interpretasi modern
dari bentuk-bentuk tradisional (segitiga dengan lebar dasar mengambil bentuk
alam yaitu pegunungan sekitar (Gunung Hei), sementara atasnya yaitu segitiga
terbalik mengambil bentuk kuil tradisional Shinto, Ise, yang di sebut Chigi.
Sumber :
www. google.co.id
3.) Amerika
Portland Building
Sumber :
www. google.co.id
Profile Arsitek
Nama : Michael Graves
Lahir :9 Juli 1934, Indianapolis, Indiana,
Amerika
Meninggal : 12 Maret 2015, Princeton, New Jersey,
Amerika
Buku : Complete Guide to Servers and
Server+,
Pendidikan : Universitas Harvard, Broad Ripple
High School, Harvard Graduate School of
Design, Universitas Cincinnati
Latar Belakang
Pada tahun 1979 Kota Portland membuat kompetisi untuk desain kantor
pemerintah Kota Portland. Pada akhirnya menunjuk Michael Graves sebagai
arsiteknya. Portland Building merupakan kantor permerintahan kota Portland
yang terletak di pusat kota Portland, Amerika Serikat dengan tinggi bangunan 15
lantai. Portland Building selesi dan mulai dibuka pada agustus tahun 1982.
Gaya Regionalsm terlihat dari beberapa desain bangunan, seperti
penggunaan dari berbagai bahan dengan warna yang mencolok dengan filosofi
yang melekat pada tiap warna yang digunakan, bangunan yang simetris, memiliki
3 bagian unsur dasar bangunan, badan, dan atas layaknya arsitektur klasik, dan
penyertaan dekoratif yang menonjol yang sangat kontras dengan gaya arsitektur
bangunan kantor besar pada saat itu dan membuat bangunan ikon arsitektur
postmodern. Graves menjelaskan arsitektur nya itu “sikap simbolis, upaya untuk
membangun kembali bahasa arsitektur dan nilai-nilai yang bukan merupakan
bagian dari homogenitas modernis.”
Sumber :
www. google.co.id