Peran Karantina Hewan Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Zoonosis Dan Meningkatkan Kesejahteraan Hewan
Peran Karantina Hewan Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Zoonosis Dan Meningkatkan Kesejahteraan Hewan
Oleh:
ENDAH RAHMAWATI
(1409005044)
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan perkenananNya, maka pelaksanaan pembuatan tulisan karya ilmiah
dengan judul “PERAN KARANTINA HEWAN DAN LABORATORIUM
KESEHATAN HEWAN UNTUK MENCEGAH PENYEBARAN PENYAKIT
ZOONOSIS” dapat terselesaikan dengan baik.
Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya ilmiah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, mungkin masih ditemukan beberapa kesalahan
dalam penamaan, pengetikan, penomoran dan lain lain, untuk itu segala koreksi dan
saran guna perbaikan makalah karya ilmiah ini masih sangat diharapkan. Semoga
makalah karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan, terkhususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas
Udayana dalam mengikuti mata kuliah yang terkait.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………….…..ii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………..
BAB IV Penutup……………………………………………………………...
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..17
4.2 Saran………………………………………………………………………17-18
Daftar Pusataka……………………………………………………………….19
BAB I
Pendahuluan
Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki era Pasar Bebas ASEAN
(AFTA = ASEAN Free Trade Area). Dampak dari era Pasar Bebas adalah tidak lagi
mengenal batas-batas wilayah antar negara, sehingga penyebaran penyakit hewan dari
negara satu ke negara yang lainnya lebih mudah dan lebih cepat. Untuk itu Peranan
dan fungsi Karantina Hewan dan Laboratorium (Labkeswan) dalam era globalisasi
dan perdagangan bebas ini sangat penting. Karantina Hewan dan Labkeswan dituntut
harus mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara professional, mandiri, dan
bijaksana sehingga melindungi kesehatan manusia maupun kesehatan hewan serta
peduli terhadap kesejahteraan hewan.
Saat ini Indonesia adalah salah satu dari 5 (lima) negara besar di dunia yang
dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tanpa vaksinasi dan dideklarasi
secara internasional oleh OIE Oktober tahun 1990. Selain Indonesia keempat negara
tersebut adalah Amerika Serikat (USA), Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Disamping itu Indonesia bebas penyakit hewan menular lainnya seperti Rinderpest,
penyakit sapi gila (Mad Cow Disease/Bovine Spongiform Encephalopathy),
Contagius Bovine Pleuropneumonie (CBPP), Demam Lembah Rift (Rift Valley
Fever/RVF), Nipah Virus dan penyakit lainnya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi
bahan refrensi bagi mahasiswa mengenai fungsi dari Karantina Hewan dan
Laboratorium Kesehatan Hewan, dan makalah ini diharapakan juga bisa menjadi
suatu informasi yang bersifat edukasi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
BAB II
Tinjauan Pustaka
Karantina berasal dari bahasa Italia “quaranta” yang berarti “empat puluh”.
Istilah ini pada mulanya digunakan untuk periode penahanan kapal-kapal laut yang
datang dari suatu Negara atau wilayah yang ditulari penyakit endemis, seperti pes,
upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari
luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam
hewan karantina dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu area ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan Mencegah keluarnya hama dan
karantina hewan adalah Tindakan karantina terhadap media pembawa hama dan
teknik dan metode tindakan karantina hewan, Pemetaan daerah sebar hama dan
penyakit hewan karantina, Pembuatan koleksi hama dan penyakit hewan karantina,
Pengumpulan dan pengolahan data tindakan karantian hewan, Urusan tata usaha dan
rumah tangga Balai Besar Karantina Hewan dan Pengawasan dan pemeriksaan lalu
Prosedur Impor
- Rabies
Rabies atau biasa disebut anjing gila adalah penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh virus golongan Rhabdovirus yang menyerang hewan
berdarah panas dan manusia.
Penyakit rabies yang juga disebut Lyssa, Hydrophobia atau penyakit
anjing gila, merupakan penyakit menular akut, bersifat fatal bagi
penderitanya, yang disebabkan oleh virus neurotropik dengan sasaran
akhirnya pusat susunan saraf, otak, dan sunsum tulang belakang, dari hewan
berdarah panas dan manusia. Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk
familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. (Subroto, 2006).
- Leptospirosis
Penyakit Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan
oleh strain Leptospira. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke
manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan
air atau tanah yang telah terkontaminasi air kencing hewan - bakteri juga
dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir. Hewan yang umum
menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah,
musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di
Indonesia Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis
popular disebut penyakit kencing tikus.
- Brucelosis
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang
disebabkan oleh kuman Brucella sp. Penyakit ini merupakan penyakit penting
di Indonesia yang dapat menular ke manusia (zoonotik). Brucellosis
dilaporkan menyebar ke berbagai wilayah Indonesia sehingga menimbulkan
kerugian ekonomis yang cukup besar bagi pengembangan peternakan akibat
kematian dan kelemahan pedet, abortus, infertilitas, sterilitas, penurunan
produksi susu dan tenaga kerja ternak, serta biaya pengobatan dan
pemberantasan yang mahal.
Brucella menyebabkan keguguran atau keluron pada umur
kebuntingan tertentu. Di Indonesi penyakit ini disebut juga penyakit keluron
menular atau Bang. Bakteri penyebabnya sampai saat ini telah
diidentifikasikan sebagai 6 (enam) spesies yaiu Brucella melitensis, Brucella
abortus, Brucella suis, Brucella neotomae, Brucella ovis, dan Brucella canis.
(Soejodono RR. 1999).
- Toxoplasmosis
Taxoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
protozoa yang dikenal dengan nama Taxoplasma gondii, penyakit ini
dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan genital) pada bayi, hidrocephalus
dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Pada umumnya penyakit ini
ditularkan oleh Kucing yang terserang Toxoplasma Gondii.
Toxoplasma gondii, gerak sebab penyakit ini ditemukan pada kelinci
dalam tahun 1908 oleh Nicolle dan Menceaux. Infeksi dengan protozoa ini
telah lama dikenal pada mamalia, termasuk manusia, burung dan hewan
kerikit. Beberapa penyelidik berpendapat bahwa pada hewan hanya ada satu
jenis Taxoplasma (T. Gondii) walaupun telah bayak jenis toxsoplasma
dilukiskan sebagai gerak-sebab penyakit ini pada berbagai jenis hewan.
(Ressang, 1983, hal 141).
- Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis pada sapi adalah suatu penyakit yang
deisebabkan oleh Myobacterium bovis. Penyakit biasanya berjalna secara
khronis dan sifatnya mudah menular. Cara penularan penyakit ini, yaitu bisa
secara langsung melalui kontak dengan material yang terinfeksi oleh kuman
Myobacterium bovis misalnya melalui saluran pernafasan oleh percikan batuk
hewan penderita atau secara aerosol dan secara tidak langsung mengkonsumsi
bahan asal hewani yang terkontaminasi oleh Myobacterium bovis misalnya
pada susu sapi
Tuberkulosis termasuk ke dalam golongan penyakit zoonosis yang
penting dan amat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
- Salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit infeksi pada hewan dan manusia yang
disebabkan bakteri Salmonella sp. Bakteri ini biasanya terletak di usus.sumber
penular kepada manusia adalah hamper semua jenis ternak (sapi, babi, kerbau,
domba,), ayam burung hewan liar, dan hewan kesayangan. Salmonella
menular kemanusia melalui berbagai makanan asal ternak yang
terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Salmonella adalah bakteri dari family
Enterobacteriaceae, bersifat Gram berbentuk batang dan tidak berspora, motil
dengan flagella.
- Avian Influenza.
Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang
disebabkan oleh virus influenza type A subtipe H5 dan H7. Semua unggas
dapat terserang virus influenza A, tetapi wabah AI sering menyerang ayam
dan kalkun. Penyakit ini bersifat zoonosis dan angka kematian sangat tinggi
karena dapat mencapai 100%. Penyebab avian influenza (AI) merupakan virus
ss-RNA yang tergolong family Orthomyxoviridae, dengan diameter 80-120
nm dan panjang 200-300 nm. Virus ini memiliki amplop dengan lipid
bilayer dan dikelilingi sekitar 500 tonjolan glikoprotein yang mempunyai
aktivitas hemaglutinasi (HA) dan enzim neuraminidase (NA). Virus influenza
dibedakan atas 3 tipe antigenik berbeda, yakni tipe A, B dan C. Tipe A
ditemukan pada unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain, seperti
cerpelai, anjing laut dan paus. Tipe B da C hanya ditemukan pada manusia.
3.3 Peran Karantina Hewan dan Laboratorium Kesehatan Hewan dalam Menangani
Penyebaran Zoonosis
Pada tahun anggaran 2013, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati
Hewani menyelenggarakan kegiatan penyusunan peraturan menteri pertanian
tentang Tindakan Karantina Hewan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran
sebagai payung hukum dalam pelaksanaan tindakan karantina hewan
sebagaimana diamanatkan dalam peraturan pemerintah No. 82 tahun 2000.
Tujuan karantina itu sendiri adalah untuk mencegah masuknya organisme
pengganggu karantina dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia, mencegah tersebarnya organisme pengganggu karantina dari satu area
ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia, mencegah keluarnya
organisme pengganggu tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia apabila
negara tujuan menghendakinya.
Sebagaimana diketahui Karantina hewan memiliki peran yang sangat
penting dalam melakukan pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama
Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sesuai dengan tugas pokok karantina yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta dilaksanakan dengan berpegang pada PP
Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan dengan memperhatikan
berbagai faktor strategis yang dapat mempengaruhinya.
Berdasarkan Pasal 57 PP No 82 Tahun 2000, bahwa untuk memberikan
kemudahan pelayanan dan kelancaran arus barang di tempat pemasukan dan atau
pengeluaran, maka tindakan karantina dapat dilakukan di luar tempat pemasukan
dan atau di luar tempat pengeluaran maupun di luar instalasi karantina,
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip karantina hewan dan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku. Tindakan karantina tersebut dapat
diperhitungkan sebagai bagian dari proses pelaksanaan tindakan karantina di
instalasi karantina, tempat pemasukan, atau tempat pengeluaran berdasarkan
analisis risiko hama penyakit hewan karantina. Selanjutnya dalam Pasal 58 PP
No. 82 Tahun 2000, bahwa dalam hal pemasukan, pelaksanaan tindakan
karantina dimaksud dapat dilakukan di negara, area, atau tempat asal, di negara
atau area transit, di atas alat angkut media pembawa selama dalam perjalanan
menuju ke tempat pemasukan atau area tujuan, dan atau di tempat tujuan.
Pelaksanaan tindakan karantina ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan
Menteri atau menurut persyaratan teknis yang ditetapkan.
Kemudian dalam hal pengeluaran, pelaksanaan tindakan karantina dimaksud
dapat dilakukan di area atau tempat asal, dan atau di atas alat angkut media
pembawa selama dalam perjalanan menuju ke tempat pengeluaran. Pelaksanaan
tindakan karantina ini dapat dilakukan atas dasar pertimbangan dokter hewan
karantina sepanjang area atau tempat asal telah dinyatakan bebas dari hama
penyakit karantina yang dapat ditularkan melalui media pembawa tersebut.
Dan Peran Labkeswan dalam pengendalian dan pemberantasan Penyakit
Hewan Menular (PHM) termasuk penyakit zoonosis adalah sesuai dengan Tugas
dan Fungsi pokok Labkeswan yang antara lain:
1. Penyusunan program kerja di lingkungan Unit Laboratorium Kesehatan
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
2. Perencanaan kegiatan yang berkaitan dengan penyusunan
program, monitoring, evaluasi, aparatur dan umum, serta pengelolaan
keuangan dan aset di lingkungan Laboratorium Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner.
3. Pelaksanaan kegiatan pelayanan di bidang kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner;
4. Pelaksanaan pengambilan, pemeriksaan, identifikasi spesimen dalam
rangka peneguhan diagnosa penyakit hewan;
5. Pelaksanaan pengembangan, pengawasan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner;
6. Pengendalian pelaksanaan tugas di bidang Laboratorium Kesehatan
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;
7. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas berkenaan
dengan tugas pokok dan fungsi di bidang Laboratorium Kesehatan
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;
8. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan Laboratorium Kesehatan
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;
9. Pelaksanaan tugas lain di bidang Laboratorium Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner;
10. Pelaksanaan tugas lain di bidang Laboratorium Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner yang diserahkan Kepala Dinas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Indonesia akan memasuki era globalisasi dan pasar bebas, maka penyebaran
penyakit pada hewan yang bersifat zoonosis akan lebih mudah.
Zoonosis adalah infeksi penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Zoonosis mendapat perhatian secara global dalam
beberapa tahun terakhir baik mengenai epidemiologi, mekanisme transmisi
penyakit dari hewan ke manusia, diagnosa, pencegahan dan control. Tujuan dari
Karantina hewan adalah:
1. Mencegah masuknya organisme pengganggu karantina dari luar negeri
ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
2. Mencegah tersebarnya organisme pengganggu karantina dari satu area
ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
3. Mencegah keluarnya organisme pengganggu tertentu dari wilayah
negara Republik Indonesia apabila negara tujuan menghendakinya.
Dan peran dari Laboratorium Kesehatan Hewan adalah untuk meneleti lebih
lanjut apakah hewan-hewan yang dikarantina terkena penyakit zoonosis atau tidak.
Dari uraian-uraian yang disebut diatas dapat disimpulkan bahwa peranan dan
posisi Karantina Hewan dan Laboratorium Kesehatan Hewan dalam mencegah dan
menangkal penyakit zoonosis sangatlah penting.
4.2 Saran
Pengendalian dan pemberantasan Penyakit Hewan Menular (PHM) terutama
yang bersifat zoonosis harus diupayakan dengan sungguh-sungguh dalam rangka
menciptakan rasa aman bagi masyarakat yang berhubungan dengan hewan maupun
sebagai konsumen produk asal hewan. . Karantina Hewam dan Laboratorium
Kesehatan Hewan mempunyai kontribusi dan peran yang sangat penting dalam
mendukung program pengendalian dan pemberantasan PHM dan zoonosis sehingga
Karantina Hewan dan Labkeswan selalu dituntut untuk mampu meningkatkan
kualitas hasil diagnosa dan kualitas analisis hasil surveilans.
DAFTAR PUSTAKA