0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan2 halaman
Bihun adalah
Judul Asli
Bihun Adalah Produk Makana Kering Yang Dibuat Dari Tepung Beras Sebagai Bahan Utama Dengan Atau Tanpa Penambahan Bahan Pangan Lain Dan Bahan Tambahan Pangan Melalui Proses Ekstruksi Sehingga Diperoleh Bentuk Seperti Benang-1
Bihun adalah produk makana kering yang dibuat dari tepung beras sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan melalui proses ekstruksi sehingga diperoleh bentuk seperti benang (SNI, 2006) Bihun juga merupakan produk makanan olahan utama dari beras, dimana bahan mentah utamanya berupa beras keras (pera) yang banyak mengandung amilosa, kadang-kadang jagung dan tapioka sering ditambahkan untuk memodifikasi tekstur atau untuk mengurangi biaya bahan dasar. Produksi pembuatan bihun menggunakan teknologi tradisional dan teknologi modern dalam pembuatannya. Cara tradisional produksi bihun melibatkan penggilingan basah pada beras untuk menghilangkan bahan terlarut dari butiran beras serta gelatinasi pati beras, prosesnya cenderung membosankan dan menimbulkan permasalahan pembuangan limbah cair. Teknologi modern dengan menggunakan mesin dan menghasilkan produk bihun segar, bihun kering, bihun beku, dan bihun instan (Haryadi, 2014). Bihun yang baik adalah yang penampakannya panjang dan tidak putus-putus; berwarna putih lebih disukai; tidak mudah menempel/lengket; stabil (tetap lembut). Ciri-ciri lain bihun yang baik adalah jika dimasak berwarna, tidak lengket, mampu mempertahnkan bentuknya dan tidak banyak pati yang keluar pada air pemasaknya (Koswara, 2009).
b. Kandungan amilosa, amilopektin dan pati.
Bihun dapat terbuat dari bermacam bahan baku seperti tepung beras, tepung ganyong dan pati aren, setiap bahan baku memiliki kandungan ciri khas dan kandungan masing-masing yang akan berpengaruh terhadap produk akhir akhir bihun ditinjau dari kenampakan dan nilai gizinya. Syarat utama dalam pemilihan bahan baku pembuatan bihun yaitu terletak pada kadar amilosa yang tinggi. Bihun yang terbuat dari beras pera memiliki kandungan amilosa lebih dari 25%. Nilai tersebut tergolong sesuai untuk pembuatan bihun karena mampu memekarkan volume adonan bihun (Koswara, 2009). Pendapat ini juga didukung oleh Widowati et al., (2014), yang menyatakan bahwa kandungan amilosa dalam beras pera sebesar 27%. Dalam penelitian Interpares et al., (2015), dinyatakan bahwa bihun yang terbuat dari pati jagung memiliki kadar amilosa sebanyak 46,64%, hal ini tergolong besar untuk bias mendapatkan struktur gel bihun yang semakin kukuh.
Haryadi. 2014. Teknologi Mi, Bihun, Sohun. UGM Press. Yogyakarta.
Interpares, Prima., Haryadi., Muhammad Nur Cahyanto. 2015. Pengaruh Retrogradasi Pada Pembuatan Sohun Pati Jagung Terhadap Karakteristik Fisikokimia Produk Dan Aktivitas Prebiotiknya. AGRITECH Vol. 35 (2). Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Beras (Teori Dan Praktek). eBookPangan.com Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Beras (Teori Dan Praktek). eBookPangan.com SNI 01-2975-2006 Bihun. Widowati, Sri., Herawati, Heti., Mulyani, Ema., Yuliwardi, Fahma., Tjahja Muhandri. 2014. Pengaruh Perlakuan Heat Moisture Treatment (HMT) Terhadap Sifat Fisiko Kimia Dan Fungsional Tepung Beras Dan Aplikasinya Dalam Pembuatan Bihun Berindeks Glikemik Rendah. Jurnal Pascapanen Vol. 11 (2)