Kesehatan Gigi Dan Mulut
Kesehatan Gigi Dan Mulut
TAHUN
dan V Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut di Desa Air Genting
2013
Tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
anak, terutama pada usia sekolah dasar, termasuk dalam jenis gigi bercampur,
yaitu antara gigi susu dan gigi permanen yang rentan mengalami karies gigi.
Permasalahan karies gigi pada anak usia sekolah dasar menjadi penting, karena
menurut Situmorang (2006), karies yang terdapat pada gigi merupakan indikator
keberhasilan upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak.
Faktor dari dalam individu yang menyebabkan karies gigi pada anak, di
antaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan
gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang
berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan
frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik). Faktor dari luar
individu yang berpengaruh antara lain status ekonomi, keluarga, pekerjaan,
fasilitas kesehatan gigi, pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima
(Budiharto, 2000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Sesorang dapat dikatakan tahu
ketika dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari, termasuk mengingat
kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang telah diterimanya.
Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat menggosok gigi.
b. Memahami ( Comprehension).
c. Aplikasi (Aplication).
d. Analisis (Analysis).
e. Sintesis (Synthesis).
f. Evaluasi (Evaluation).
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism
(makhluk hidup yang bersangkutan). Dalam kamus bahasa indonesia, perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individual terhadap rangsangan atau lingkungan.
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat lama (Long Lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
2.2 Gigi.
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi
pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air
ludah.
1. Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam bahasa
Inggris disebut crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras
dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Email tersusun atas
air 2,3 %, bahan organik 1,7 %, bahan anorganik 96%.
2. Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar
dari seluruh gigi. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69
% bahan anorganik.
3. Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang
terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar.
4. Sementum, yaitu bagian yang meliputi seluruh lapisan luar gigi, kecuali pada
bagian ujung akar gigi disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan
dentin, sementum terdiri atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan
anorganik 56 %.
Pada usia 6 tahun gigi geraham tetap pertama erupsi, anak memasuki
periode gigi campuran sampai semua gigi susunya tanggal. Gigi seri rahang
bawah dan rahang atas tanggal terlebih dahulu pada usia 6-8 tahun dan digantikan
oleh gigi tetapnya. Sedangkan gigi taring tetap dan gigi premolar akan erupsi pada
usia sekitar 9-12 tahun. Gigi tetap yang erupsi adalah gigi geraham tetap pertama.
Erupsi di bagian belakang dari deretan gigi susu. Gigi tetap geraham pertama,
kedua dan ketiga erupsi tanpa didahului oleh tanggalnya gigi susu dan tidak akan
pernah diganti, diharapkan gigi ini bisa dipertahankan seumur hidup. Gigi tetap
geraham pertama merupakan gigi yang terbesar dan sangat penting dalam
menentukan lengkung rahang. Gigi tetap berikutnya yang akan erupsi adalah gigi
seri bawah yang akan erupsi lebih ke lingual dari gigi susu yang akan tanggal.
Gigi tetap sama dengan gigi susu, terbentuk semasa di dalam rahim ibu. Bila gigi
susu mengalami kalsifikasi selama di dalam rahim, kalsifikasi gigi permanen
terjadi setelah kelahiran. Gigi tetap yang mengalami kalsifikasi pertama adalah
gigi geraham pertama. Kalsifikasi akan berlangsung terus sampai usia 8 tahun
(tidak termasuk gigi geraham tetap ketiga.
Biasanya, gigi rahang bawah tumbuh lebih dahulu dari gigi rahang atas.
Gigi tetap yang telah erupsi semua berjumlah 32 buah, terdiri atas 4 incisivus 9
(seri), 2 caninus (taring), 4 premolar, dan 6 molar (geraham) pada setiap rahang.
Caninus 11 tahun
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain.
Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,
sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat
merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan
gigi dan ada pula yang merusak gigi. Anak-anak umumnya senang gula-gula,
apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka
pada gigi-giginya akan menumpuk plak yang dapat merusak gigi dan gusinya.
Sehingga, secara umum penyakit yang menyerang gigi anak-anak dimulai dengan
adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan
gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam
mulut, seperti Streptococcus sp. Plak akan melarutkan lapisan email pada gigi
yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis. Terjadinya plak sangat singkat,
yaitu hanya 10-15 menit setelah makan.
Berikut beberapa masalah gigi yang biasa muncul pada anak-anak usia
sekolah adalah :
Karies gigi atau yang lebih dikenal dengan gigi berlubang merupakan
salah satu penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi individu. Karies gigi
pada anak usia sekolah memiliki prevalensi yang cukup tinggi dari tahun ke tahun.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan kerentanan gigi,
mikroflora kariogenik, dan lingkungan oral yang sesuai. Karies gigi dimulai
dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara
email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari
makanan yang tersisa di gigi dan menimbulkan destruksi komponen organik yang
akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang gigi (Schuurs, 2009). Karies
gigi merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak-anak maupun orang
dewasa. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia kritis terkena karies gigi
karena terjadi transisi dari gig susu ke gigi permanen.
b. Maloklusi.
Maloklusi terjadi jika gigi rahang atas dan rahang bawah tidak dapat
berhubungan atau bertemu dengan tepat. Hal ini menyebabkan proses mengunyah
makanan menjadi kurang efektif dan menimbulkan efek yang kurang
menyenangkan. Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi rahang atas dan
bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini akan menyebabkan
kelainan pada fungsi-fungsi lain. Jaringan penunjang gigi seperti gusi pun dapat
rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi adalah kerusakan pada sendi temporo
mandibula (sendi antara tulang rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan
sakit kepala yang terus menerus atau masalah pencernaan (Potter & Perry, 2009).
c. Penyakit Periodontal.
Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi dengan plak sebagai
factor bersama terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak pada dasarnya
dibentuk terus-menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi
dan melakukan pembersihan gigi dengan benang pembersih gigi. Menyikat gigi
adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari berbagai
kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Berbagai cara dapat
dikombinasikan dan disesuaikan dengan kebiasaan seseorang dalam menyikat
giginya. Jadi, tujuan dari menggosok gigi adalah untuk memperoleh kesehatan
gigi dan mulut serta nafas menjadi segar.
Dalam hal makanan, anak usia sekolah sering konsumsi makanan manis
seperti cokelat, permen, kue dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung
larutan gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus
plak gigi dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum dinetralisasi oleh
saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak dikontrol dengan perawatan gigi
yang benar akan berisiko terkena karies gigi. Oleh karena itu, pada anak usia
sekolah dianjurkan diet rendah gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan
perawatan gigi lainnya ( Potter & Perry 2005). Penelitian yang dilakukan oleh
Stephen dalam Schuurs 2011, menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kenaikan karies gigi dengan frekuensi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung sukrosa. Sukrosa yang berlebih dapat mengakibatkan pH dari plak
gigi akan turun dari 6,5 menjadi 5,0. Penurunan pH tersebut menyebabkan
demineralisasi dari lapisan email gigi. Oleh karena itu seorang yang sering
mengkonsumsi makanan mengandung sukrosa, semakin lama keadaan pH asam
bertahan dalam rongga mulut.
Untuk itu usahakan gigi betul-betul dalam kondisi bersih sebelum tidur.
Agar menyikat gigi dapat optimal perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
Pegang sikat gigi dengan posisi horisontal dan gerakkan ke depan dan ke
belakang secara bergantian.
Sumber: Wiltshire Primary Care Trust Dental Service. Suggested tooth brushing method.
Dikutip dari http://www.wiltshirepct.nhs.uk/DentalService/images/carers9.jpg
Dalam memilih sikat gigi hal utama yang harus diperhatikan adalah bulu
sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu lunak, ujung bulu
sikat membulat atau tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras akan melukai gusi dan
mengikis (abrasi) lapisan gigi. Bila bulu sikat terlalu lunak efektivitas
pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat gigi bermacam-macam, berbentuk
bulat, runcing dan datar. Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena
dapat mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gusi. Pemakaian sikat
gigi juga harus diperhatikan. Sikat gigi paling lama dipakai hanya selama dua
bulan, karena pada saat tersebut banyak ujung bulu sikat sudah bercabang dan
menjadi tajam, bila terus dipergunakan, gigi akan seperti digosok dengan sabut
kasar, dapat melukai lapisan enamel.
A. Faktor Internal.
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang,
seperti usia, pengalaman, dan motivasi anak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Usia.
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan gigi
pada anak.. Siagan dalam Rasyidah (2002) mengemukakan bahwa usia
erat hubungannya dengan tingkat kedewasaan tekhnik maupun
psikologis. Semakin bertambah usia seseorang maka berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Pada usia 6 tahun prevalensi karies gigi sebesar 20
%, kemudian mengalami peningkatan pada usia 14 tahun mencapai 97 %
(Cahyadi,1997).
2. Jenis Kelamin.
Jenis kelamin memiliki faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian
kerusakan gigi. Penelitian yang dilakukan Finn (1952) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada anak laki-laki dan
perempuan dengan prevalensi karies gigi. Anak perempuan memiliki
B. Faktor eksternal.
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri seseorang. Faktor yang
berasal dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, tingkat pendidikan, fasilitas
kesehatan, penghasilan dan social budaya (Notoatmodjo, 2010). Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua (Potter & Perry,
2005; Mc Donald, 1994). Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua
dalam perawatan gigi antara lain membantu anak dalam menggosok gigi
terutama pada anak yang berusia dibawah 10 tahun, karena anak belum
memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok gigi terutama
pada gigi bagian belakang (Hockenberry & Wilson, 2007). Mendampingi
anak atau sama-sama menggosok gigi dengan anak. Memeriksakan gigi
anak secara rutin ke dokter gigi. Serta mengenalkan perawatan gigi pada
anak sejak dini.
2. Tingkat pengetahuan.
Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang
dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak
mampu mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan
(Notoatmojo, 2010). Ketika seseorang berada pada tingkatan
pengetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian akan kesehatan gigi akan
semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika anak memiliki
pengetahuan yang kurang, maka perhatian pada perawatan giginya juga
rendah.
3. Fasilitas.
Fasilitas sebagai sebuah sarana informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoatmojo, 2010). Misalnya anak yang
memiliki komputer dengan akses internet yang memadai akan memiliki
pengetahuan tinggi tentang perawatan gigi jika dibandingkan dengan
anak yang dirumahnya memiliki televisi saja. Ia akan lebih update
terhadap informasi-informasi yang tidak tergantng pada siaran televisi.
4. Penghasilan.
Penghasilan memang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap
pengetahuan, namun penghasilan ini erat hubungannya dengan
ketersediaan fasilitas (Notoatmodjo, 2010). Orang tua yang
berpenghasilan tinggi akan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap dibandingkan orang tua yang memiliki penghasilan rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.1 Populasi.
adalah seluruh anak-anak SDN 015920 Desa Air Genting yang merupakan salah
satu dari wilayah kerja Puskesmas Hessa Air Genting kecamatan Air Batu
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
3.4.2 Sampel.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2003).
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III,
IV dan V dengan alasan bahwa siswa-siswi kelas III, IV dan V sudah bisa
membaca, menulis dan memahami materi yang diberikan.
𝑵
𝐧 =
𝑵. 𝒅𝟐 + 𝟏
N = Jumlah Populasi
1 III 45
2 IV 54
3 V 43
Jumlah 142
Maka jumlah populasi yang ditetapkan oleh peneliti berjumlah 142 siswa
𝟏𝟒𝟐
𝐧 =
𝟏𝟒𝟐. (𝟎, 𝟏)𝟐 + 𝟏
𝒏 = 𝟓𝟗
Jadi jumlah sampel yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 59 siswa.
KARAKTERISTIK PERAWATAN
GIGI
PENGETAHUAN
SIKAP
TINDAKAN
a. Data Primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui hasil kuisioner dengan menggunakan daftar pertanyaan kesehatan
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain atau
tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto,
2001:5). Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Hessa Air
Genting (gambaran umum Puskesmas dan Program Puskesmas) dan data
pendukuung lainnya dari Kantor Kepala Desa Air Genting berupa data
geografi dan data demografi.
BAB IV
Hal-hal yang tercakup dalam bab ini adalah deskripsi wilayah penelitian,
deskripsi Puskesmas, gambaran karakteristik responden, gambaran pengetahuan
responden, gambaran lokasi dan kondisi Posyandu.
4.1.1.2 Demografis.
4. Sijabut Teratai.
5. Pulau Pule.
6. Hessa Perlompongan.
Berikut tabel distribusi jumlah penduduk di Kecamatan Air Batu menurut Desa
yang ada :
Tabel 4.1 Distribusi jumlah penduduk di Kecamatan Air Batu tahun 2011.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 03 Juni 2013 pada jam 10.00
WIB dan yang menjadi responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III,
IV dan V. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner,
banyaknya responden pada penelitian ini berjumlah 59 orang yang terdiri dari 19
orang murid kelas III, 22 orang murid kelas IV dan 18 orang murid kelas V,
pemilihan responden dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling
dimana pada kelas III, IV dan V diberikan interval sebanyak selang 2 bangku.
Berikut ini adalah hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan :
4.3.1.1 Umur.
1 7-9 Tahun 29 49
2 10 - 12 Tahun 30 51
Total 59 100
30
30
29.5
29
29
28.5
Umur 10 - 12 Tahun
Umur 7 - 9 tahun
Umur 7 - 9 tahun
Dari tabel dan grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak berumur 10-12 tahun yaitu sebanyak 30 (51 %)siswa, dibanding
umur 7-9 tahun yaitu sebanyak 29 (49%).
1 Laki - Laki 29 49
2 Perempuan 30 51
Total 59 100
29
30
Laki - Laki
Perempuan
Dari tabel dan grafik 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak perempuan yaitu sebanyak 30 (51 %) siswa, dibanding responden
yang jenis kelaminya laki – laki yaitu sebanyak 29 ( 49 %).
Berikut adalah ringkasan jawaban siswa SDN 015920 kelas III, IV, dan V
terhadap pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan peneliti kepada koresponden
digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang gigi yang sehat adalah gigi yang bersih
dan tidak berlubang.
1 Benar 58 98
2 Salah 1 2
Total 59 100
Benar
Salah
58
Dari tabel dan grafik 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden
paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 58 (98%)
siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 1(2%).
1 Benar 44 75
2 Salah 15 25
Total 59 100
50
44
45
40
35
30
Benar
25
Salah
20
15
15
10
Dari tabel dan grafik 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 44
(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15(25%).
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang makan coklat dan permen berlebihan dapat
menyebabkan sakit gigi.
1 Benar 44 75
2 Salah 15 25
Total 59 100
50
44
45
40
35
30
25
Benar
20
15 Salah
15
10
5
0
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang makan coklat dan permen berlebihan dapat
menyebabkan sakit gigi
Dari tabel dan grafik 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 44
(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15 ( 25%).
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang "menggosok gigi minimal dua kali sehari setelah makan
dan sebelum tidur".
1 Benar 58 98
2 Salah 1 2
Total 59 100
70
58
60
50
40
30 Benar
Salah
20
10
1
0
Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan pengetahuan tentang menggosok gigi minimal dua kali sehari setelah
makan dan sebelum tidur
Dari tabel dan grafik 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 58
(98%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 1 (2%) siswa.
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun
2013 berdasarkan pengetahuan tentang gigi berlubang merupakan masalah
kesehatan gigi.
1 Benar 44 75
2 Salah 15 25
Total 59 100
15
Benar
Salah
44
Dari tabel 4.8 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar
44(75%) siswa, dan yang menjawab salah sebanyak 15 (25%) siswa.
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun
2013 berdasarkan sikap yang tidak menginginkan mempunyai gigi berlubang
karena menimbulkan bau busuk.
1 Setuju 50 85
2 Tidak Setuju 9 15
Total 59 100
Setuju
Tidak Setuju
50
Dari tabel 4.9 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju yaitu sebanyak 50(85%) siswa, dan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 9 ( 15% ) siswa.
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikap yang tidak menginginkan penampilannya kurang menarik jika
giginya berlubang.
1 Setuju 39 66
2 Tidak Setuju 20 34
Total 59 100
0 10 20 30 40
Dari tabel 4.10 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa tidak menginginkan
penampilanya yang kurang menarik jika giginya berlubang yaitu sebesar 39(66%)
siswa, dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 20 ( 34%) siswa.
Tabel 4.11Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikap yang akan menambal giginya jika berlubang..
1 Setuju 32 54
2 Tidak Setuju 27 46
Total 59 100
32
32
31
30
29 27 Setuju
28
Tidak Setuju
27
26
25
24
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di
Desa Air Genting Tahun 2013 berdasarkan sikap
yang akan menambal giginya jika berlubang
Dari tabel 4.11 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa akan menambal giginya jika
berlubang yaitu sebesar 32(54%) siswa, dan yang menjawab tidak setuju 27
(46%) siswa.
Tabel 4.12 Distribusi frekuensi responden SD 015920 di Desa Air Genting Tahun 2013
berdasarkan sikapnya bahwa malas menggosok gigi di malam hari dikarenakan
mengantuk.
1 Setuju 23 39
2 Tidak Setuju 36 61
Total 59 100
36
40
35
23
30
25
Setuju
20
15 Tidak Setuju
10
5
0
Grafik Distribusi frekuensi responden SD 015920 di
Desa Air Genting Tahun 2013 berdasarkan sikapnya
bahwa malas menggosok gigi di malam hari
dikarenakan mengantuk.
Dari tabel 4.12 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa malas menggosok gigi saat
malam hari dikarenakan mengantuk yaitu sebanyak 23 (39%) siswa, dan tidak
setuju 36 ( 61%) siswa.
1 Setuju 27 46
2 Tidak Setuju 32 54
Total 59 100
27
32 Setuju
Tidak Setuju
Dari tabel 4.13 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh
responden paling banyak menjawab setuju bahwa lebih suka menggosok gigi
tanpa pasta gigi yaitu sebesar 27(46%) siswa, dan yang menggunakan pasta gigi
sebanyak 32 (54%).
1 Baik 44 75
2 Sedang 15 25
3 Kurang 0 0
Total 59 100
44
45
40
35
30 Baik
25 15 Sedang
20
15 Kurang
10 0
5
0
Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Perawatan
Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN 015920 Desa Air Genting
Tahun 2013
Pada tabel 4.14 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan
sebagian besar siswa-siswi SD tentang perawatan gigi dan mulut adalah Baik. Hal
ini di tunjukan dari hasil responden yang tingkat pengetahuannya Baik berjumlah
44 (75%) siswa, siswa-siswi yang tingkat pengetahuannya Sedang berjumlah 15
(25%), dan tidak ada siswa yang tingkat pengetahuanya kurang.
1 Baik 24 41
2 Sedang 28 47
3 Kurang 7 12
Total 59 100
Pada tabel 4.15 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa sikap sebagian
besar siswa SD terhadap perawatan gigi dan mulut adalah baik. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil responden yang sikapnya baik berjumlah 24 (41%)siswa,
dan siswa dengan sikap yang sedang berjumlah 28 (47%) orang, sedangkan yang
dengan sikap kurang berjumlah 7 (12%) siswa.
Pengetahuan
Jumlah
No Umur Baik Sedang Kurang
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 7 - 9 tahun 19 32 10 17 0 0 29 49
2 10 - 12 tahun 26 44 4 7 0 0 30 51
Total 45 76 14 24 0 0 59 100
30 26
7-9 th Baik
25 10-12 th Baik
19 7-9 th Sedang
20 10-12 th Sedang
7-9th Kurang
15 10 10-12 th Kurang
10
4
5 0 0
0
Hubungan umur responden dengan pengetahuan tentang perawatan
kesehatan gigi dan mulut
Dari Tabel 4.16 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 45 (76%) yaitu 19 (32%) berumur
7-9 tahun, dan 26(44%) berumur 10-12 tahun. Responden yang memiliki
pengetahuan sedang sebanyak 14 (24%) siswa. Dan tidak dijumpai responden
yang memiliki pengetahuan kurang.
Pengetahu Sikap
No Jumlah
an Baik Sedang Kurang
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Baik 22 37 19 32 3 5 44 75
2 Sedang 2 3 9 15 4 7 15 25
3 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 24 41 28 47 7 12 59 100
25
22
19
20 Baik - Baik
Sedang - Baik
Kurang - Baik
15 Baik - Sedang
Sedang - Sedang
Kurang - Sedang
9 Baik - Kurang
10
Sedang - Kurang
Kurang - Kurang
4
5 3
2
0 0 0
0
Hubungan Pengetahuan responden
dengan sikap tentang perawatan
kesehatan gigi dan mulut
Dari Tabel 4.17 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 44 (75%) yaitu 22 (37%) bersikap
baik pula, yang bersikap sedang 19 (32%), dan yang bersikap kurang 3(5%) siswa.
Jumlah responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 15 (25%) siswa,
yaitu 2 (3%) siswa yang bersikap baik, 9(15%) siswa yang bersikap sedang pula,
dan 7 (15%) yang bersikap kurang. Dan tidak dijumpai responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
4.4 Pembahasan.
sedang yaitu berkisar 15(25%) siswa dan yang berpengetahuan kurang tidak ada
sama sekali.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2007). Berdasarkan hasil
penelitian di SDN. 015920 bahwa sebagian besar responden memiliki sikap
terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah baik. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil responden yang sikapnya baik berjumlah 24 (41%)siswa,
dan siswa dengan sikap yang sedang berjumlah 28 (47%) orang, sedangkan yang
dengan sikap kurang berjumlah 7 (12%) siswa.
Hasil analisis pada tabel 4.17 dan grafik sesuai dengan pendapat Azwar
(2001) dan Notoatmojo (1983) dalam bukunya masing-masing menyatakan bahwa
sikap seseorang terhadap obyek dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap merupakan perasaan mendukung atau
tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
responden dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi belum tentu memiliki
sikap yang baik terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut yang tinggi pula.
Dari hasil penelitian Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di SDN
015920 Desa Air Genting Tahun 2013 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 44 (75%) yaitu 22 (37%) bersikap
baik pula, yang bersikap sedang 19 (32%), dan yang bersikap kurang 3(5%) siswa.
Jumlah responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 15 (25%) siswa,
yaitu 2 (3%) siswa yang bersikap baik, 9(15%) siswa yang bersikap sedang pula,
dan 7 (15%) yang bersikap kurang. Dan tidak dijumpai responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
Masih banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan yang baik namun
memiliki kecenderungan sikap yang kurang disebabkan oleh faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar. Faktor internal meliputi faktor dari dalam diri
sendiri seperti intelegensia, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal berasal dari
luar diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan sarana. Faktor pendekatan
belajar meliputi faktor upaya belajar seperti strategi dan metode dalam
pembelajaran di sekolah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
b. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dapat memaksimalkan fungsi usaha kesehatan gigi
sekolah (UKGS) di seluruh sekolah dan membuat program penyuluhan kesehatan
gigi bagi siswa yang ada di sekolah secara berkala.
c. Puskesmas
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dalam hal promotif dan kuratif.
2) Mendukung tercapainya tahapan pelaksanaan UKGS.
d. Masyarakat
Kepada para orang tua maupun masyarakat dapat lebih memperhatikan
keadaan kesehatan gigi pada anak-anaknya. Memperhatikan dan membingbing
anak-anaknya jika memakan makanan seperti cokelat, permen, kue dan lain
sebagainya yang dapat menimbulkan kerusakan gigi,agar membersihkan giginya
dengan berkumur kumur. Membiasakan menggosok gigi setelah makan dan
sebelum tidur serta rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
e. Peneliti
Peneliti selanjutnya dapat melakukan observasi langsung, selain
kuesioner, untuk melihat perilaku seseorang serta membawa dokter gigi maupun
tenaga kesehatan gigi langsung untuk pengukuran karies gigi dan melihat keadaan
gigi responden.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.J.T., Hunsberger, M.M, & Foster, R.L.R (1981). Family centered
nursing care of children . Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Andlaw, R. J., & Rock, W.P. (1982). Perawatan gigi anak (a manual of
paedodontics) (drg. Agus Djaya, Penerjemah) Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika
Atkinson ME, White FH. Principles of anatomy and oral anatomy for dental
student. New York: Churcill Livingstone, 1992
Budisuari, W.H. (2010). Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi
dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di Indonesia. Jurnal Kesehatan,
Vol. 13 No. I.
Cahyadi, NS. (1997). Faktot-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi
anak sekolah dasar kelas 6 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara
tahun 1997, Tesis. Jakarta (tidak dipublikasikan).
Chadwick, B.L., & Hosey, M.T. (2003). Child taming : how to manage children
in dental practice. London: Quintessence Publishing Co.Ltd
Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. (1994). Profil kesehatan gigi
dan mulut di Indonesia pada pelita v. Jakarta:Depkes RI.
Ginanjar, A.M. (2011). Cara menggosok gigi yang benar. Desember 23, 2011.
Grupte, S. (1991). Panduan perawatan anak, edisi 1, hal 166. (Pustaka Populer
Obor, Penerjemah). Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wongs nursing care infants and
children. St. Louis: Mosby Elsevier.
http://definisi-pengertian.blogspot.com//2011/01/pengertian-ptk-penelitian-
tindakan.html diakses pada tanggal 16 april 2013
http://definisi-pengertian.blogspot.com/201101/pengertian-ptk-penelitian-
tindakan.html di akses pada tanggal 20 April 2013
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Kartika%20Ratna%20Pertiwi,%
20MD,%20M.%20Biomed.%20Sc/Makalah%20Kartika%20Ratna%20U
NY.pdf diakses pada tanggal 22 april 2013
http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=2
5&Itemid=I di akses pada tanggal 9 April 2013
hidup/info-sehat/11/09/12/Irevhf-sekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-
menderita-karies-gigi di akses pada tanggal 9 April 2013
McDonald, R.E., & Avery, D.R (1994)/. Dentistry for the child and adolescent, ed
6.St. Louis: Mosby.
Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta; 2007
Potter, P.A., & Perry, A.G (2005). Fundamental nursing : Concept, proses, and
practice (6th ed). St. Louis: Mosby Year Book.
Ratih Ariningrum. Beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:
Hipocrates, 2000
Santrock, J.W.(2008). Life span development (12th ed). Newyork: McGraw hill
Suwelo, l.S (1992). Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etilogi. Jakarta
:IGC
Suwelo, L.S. (19970. Peranan pelayanan kesehatan gigi anak dalam menunjang
kualitas sumber daya manusia indonesia di masa mendatang. Disertasi.
Jakarta: Universitas indonesia.
Tambun, L.E> 92002). Penyuluhan kesehatan gigi pada anak. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas
hidup. Majalah kedokteran gigi universitas airlangga, edisi khusus temu
ilmiah nasional IV, ISSN 0852-9027, agustus 2006 (artikel)
www.duniapsikologi.com/sifat-pengertian-definisi-faktor-yang-mempengaruhi/.
diakses pada tanggal 16 april 2013