Tugas Resume Penyakit
Tugas Resume Penyakit
Pembimbing :
Oleh
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
2
TUGAS DISEASE
3
VULVITIS
1. Pengertian
Vulvitis adalah peradangan pada alat kelamin perempuan eksternal, disebut vulva.
Hal ini dapat disebabkan oleh vulva berkontak dengan iritasi yang dapat menyebabkan
dermatitis, eksim atau reaksi alergi. Dikenal alergen seperti sabun mandi dan
wewangian. Seorang wanita juga bisa mengalami peradangan vulva akibat infeksi. Hal
ini lebih sering terlihat pada wanita pascamenopause dan praremaja karena tingkat
estrogen yang lebih rendah dalam tubuh mereka dibandingkan dengan wanita-wanita
2. Etiologi
1. Infeksi
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan
pemakaiantibiotik
4
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodoran
e. Pembilas vagina
f. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
g. Tinja
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal.
3. Patofisiologi
Meskipun penyebab dari bakterial vaginosis belum diketahui dengan pasti, kondisi
ini diduga karena perubahan keseimbangan flora normal di vagina akibat peningkatan
dalam jumlah yang banyak. Sedangkan hampir semua bakteri anaerob hanya memiliki
enzim katalase peroksidase dalam jumlah sedikit sehingga tidak bisa menghilangkan
laktat di dalam vagina dan menjaga Ph normal vagina. Kadar Ph normal membantu
5
melawan proliferasi bakteripatogen. Jika mekanisme pertahanan ini gagal, maka
dan menimbulkan keluhan. Sekitar 50% wanita terdapat G.vaginalis sebagai flora di
menambah deskuamasi sel epitel vagina, sehingga terjadi perlekatan secret pada
dinding vagina. Organisme ini tidak invasive dan respons inflamasi lokal yang terbatas
dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam sekret vagina dan dengan
4. Cara Diagnosis
1. Anamnesis
a. Rasa gatal dan perih di kemaluan, serta keluarnya cairan kental dari kemaluan
yang berbau.
c. Gatal
e. Keputihan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit vulva yang menebal dan kemerahan, dapat ditemukan juga lesi di sekita
6
vulva.
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pengukuran pH
cukup spesifik.
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10% dan garam
dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di
larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit
7
berbentuk lonjong dengan flagelnya dan gerakannya yang cepat.
Candida albicans akan terlihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi
berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang merupakan cirri khas
c. Perwarnaan Gram
ekstraseluler.
gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel
d. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
e. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human
8
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,
hasil terapi.
5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
metronidazole (tablet).
Virus papiloma Asam triklor asetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat
9
(kutilgenitalis)
b. Non Medikamentosa
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama
dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
Pada infeksi meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen.
Estrogen bisadiberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang
6. Komplikasi
a. Endometrititis
b. Salpingitis
10
Radang pada saluran telur dapat terjadi bila infeksi serviks menyebar ke tuba
uterine.
c. Servisitis
11
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Epidermal Nevi, Neoplasm, and Cysts. 10thEdition. Andrew’s Disease of the
Djuanda, dkk.2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Lin, M.-T., Rohwedder, A., Mysliborski, J., Leopold, K., Wilson, V. L. and Carlson, J.
Pardede, Sudung O. Vulvovaginitis Pada Anak. Sari Pediatri. Vol. 8, No. 1, Juni : 2010 :
75-83.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Press
12
VAGINITIS
1. Pengertian
2. Etiologi
a. Infeksi
Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita hamil serta
pemakai antibiotic.
vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan tidak menyerap
keringat.
d. Perubahan hormonal.
3. Patofisiologi
13
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein,
simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika kuman-kuman seperti
streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak, timbullah
vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress dan hormone
tumbuh. Pada vaginosis bacterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif
Mobiluncus spesies.
akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel vagina. Amine
inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bacterial
produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi
14
4. Cara Diagnosis
c. Apabila kecurigaan kemungkinan adalah jamur periksa cairan vagina dengan KOH
bakteri
e. Pada pemeriksaan di bawah mikroskop, > 20% sel epitel vagina adalah sel ”clue” (sel
5. Penatalaksanaan
b. Non Medikamentosa
Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah genital
Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk mencegah
iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran
atau antibakteri.
15
Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain dari
Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur. Ragi
b. Medikamentosa
Cairan vagina yang keluar akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya.
1. Bakteri
2. Trikomonas
16
3. Kandida
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi karena vaginitis yaitu serviksitis, penyakit radang
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Djuanda, dkk.2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Prawirohardjo
5. Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan
18
VAGINOSIS BAKTERIAL
1. Pengertian
sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama
Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis. Jadi
vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi
timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang
berkolonisasi di vagina.
2. Etiologi
Penyebab bakterial vaginosis bukan organisme tunggal. Pada suatu analisis dari data
flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri vagina yang
Gardnerella vaginalis
Mycoplasma hominis
3. Patofisiologi
Pada Vaginosis Bakterial (VB), terjadi pergeseran flora normal (Lactobacillus sp.) di
19
anaerob lainnya. Akibatnya terjadi perubahan pH sehingga memicu pertumbuhan
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Selain itu, amin juga menyebabkan
timbulnya bau pada vaginal discharge/ fluor albus dari vaginosis bakterial.
4. Cara Diagnosis
Anamnesis :
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering pada
bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah
melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering berwarna
putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal, homogen, dan jarang berbusa.Sekret
tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan
yang difus. Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih
tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran
bergerombol.
Pemeriksaan Penunjang :
Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan
pewarnaan Gram :
20
Lactobacilli Gardnerella/ Mobilincus sp
Bacteroides
(2+) : 2 (3+) : 3
(1+) : 3 (4+) : 3
(0) : 4
Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan
a. Whiff test
Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul sebagai
akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiff
21
Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas
dibandingkan dengan warna standar. pH vagina normal 3,8 - 4,2. Pada 80-90%
d. Kultur vagina
vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis pada bakterial vaginosis tanpa
e. Uji H2O2 :
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas
objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya
sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis
tidak bereaksi.
5. Penatalaksanaan
dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi, jenis obat yang digunakan hendaknya
a. Terapi sistemik
22
Metronidazol 400-500 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Dilaporkan efektif dengan
setelah terapi oleh karena dapat terjadi reaksi disulfiram. Metronidazol 200-250
mg, 3x sehari selama 7 hari untuk wanita hamil. Metronidazol 2 gram dosis
tunggal kurang efektif daripada terapi 7 hari untuk pengobatan vaginosis bakterial
94%.
hari.
b. Terapi Topikal
23
Triple sulfonamide cream.(3,6) (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan
6. Komplikasi
Bakterial vaginosis telah terbukti menjadi faktor risiko untuk persalinan prematur dan
kelahiran prematur pada kehamilan. Bakterial vaginosis juga dikaitkan sebagai faktor
risiko untuk transmisi HIV. Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa Bakterial
postpartum, endometritis postpartum, dan infeksi postpartum; namun, studi lebih lanjut
24
DAFTAR PUSTAKA
Rosen T. 2012. Gonorrhea, Mycoplasma, and Vaginosis (Chapter 205), In: Fitzpatrick’s
http://emedicine.medscape.com/article/254342-overview#showall
25
SALPINGITIS
1. Definisi
Salpingitis adalah radang pada tuba falopi, paling sering disebabkan oleh
infeksi. Salpingitis akut sering disebut penyakit radang panggul atau Pelvic
Inflammatory Disease (PID) karena ini adalah bentuk PID yang paling umum, dan
juga karena sekuele jangka panjang PID yang paling umum dan serius melibatkan
2. Etio-Patofisiologi
normal: C.trachomatis ditemukan dari serviks pada 5-39% pasien PID dan dari
tuba falopi hanya 0-10%; Demikian pula, N.gonorrhoeae diisolasi dari serviks
pada 27-80% kasus dan dari tuba falopi hanya 13-18% kasus. Ini mungkin karena
variasi di antara populasi yang diteliti dan tingkat keparahan infeksi, perbedaan
dalam interval waktu penelitian, dan metode penelitian mikroba, serta kesulitan
diisolasi dari saluran atas yang biasanya steril, dan sebagian besar infeksi bersifat
26
Haemophilus influenzae, streptokokus beta-hemolitik grup B, streptokokus
kemudian ke mukosa tuba falopi. Menurut Stamm et al dan Platt et al, 10-40%
mekanis serviks
falopi
27
Namun, jarang salpingitis dapat terjadi akibat penyebaran infeksi serviks
dari lesi primer (paru-paru dan usus) ke sistem reproduksi. Berbagai penyakit
kronis yang mengurangi resistensi non-spesifik tubuh dan tekanan psikologis dan
tuberkulosis (TB) adalah 1-2% di antara populasi wanita yang menderita TB. Tapi
kejadian sebenarnya dari TB genital tidak dapat dihitung secara akurat berdasarkan
kriteria untuk mencegah terjadinya depresi dan gejala saja (Romaniuk et al, 2016).
3. Diagnosis
panggul parah hingga peritonitis, jarang menjadi penyakit yang mengancam jiwa.
Korelasi buruk terlihat antara jumlah dan intensitas gejala dan tingkat keparahan
peradangan tuba. Hal ini sering terlihat dengan infeksi C.trachomatis dimana
wanita tanpa gejala ditemukan memiliki penyakit tuba parah selama pemeriksaan
positive yang tinggi dan tingkat false-negative yang tinggi dapat terjadi. Untuk
alasan ini, trias klinis klasik demam, peningkatan tingkat sedimentasi eritrosit
(ESR), dan kelembutan adneksa atau massa yang diperlukan untuk diagnosis
28
salpingitis akut telah dihentikan karena trias ini hanya diamati pada 17% kasus
diagnosis klinis salpingitis akut tidak tepat, bukti saat ini menunjukkan bahwa
banyak kasus tidak diketahui, dan ada potensi signifikan untuk kerusakan
ireversibel pada tuba falopi dan konsekuensi kesehatan terkait (Bardawil, 2014).
Pada tahun 1997, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menetapkan pedoman untuk diagnosis PID akut dan kriteria klinis minimum untuk
Pengobatan empiris harus dimulai pada wanita muda yang aktif secara seksual
dan lainnya yang berisiko terkena PMS jika semua kriteria minimal berikut
terpenuhi dan tidak ada penyebab lain dari penyakit ini yang dapat
diidentifikasi:
spesifisitas diagnosis.
29
Rutin
Terperinci
pencitraan lainnya.
Temuan laparoskopi
4. Manajemen
Pasien dapat diobati sebagai pasien rawat jalan. Namun, sesuai dengan
pedoman CDC 2006, rawat inap pasien harus digunakan sesuai kebijaksanaan
Kehamilan
Presence of TOA
Gejalanya sangat parah dan termasuk mual, muntah, dan demam tinggi
30
Diagnosis dan keadaan darurat yang tidak pasti tidak dapat
Tidak ada bukti bahwa IUD harus dikeluarkan pada pasien yang
didiagnosis dengan PID. Wanita yang mempertahankan IUD memiliki hasil yang
sama dengan mereka yang IUD-nya dikeluarkan. Menutup tindak lanjut wanita
pasien yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah 72 jam pengobatan untuk
PID.
14 hari
gonokokus dan kondisi terkait seperti PID. Akibatnya, hanya 1 kelas obat,
31
sefalosporin, masih dianjurkan dan tersedia untuk pengobatan gonore. Regimen
dengan Doksisiklin 100 mg PO untuk total 14 hari. Jika TOA hadir, tambahkan
5. Komplikasi
32
Infeksi pasangan seks - mitra wanita atau mitra bisa mengontrak bakteri dan
terinfeksi juga
salpingitis sebelumnya atau bentuk lain dari penyakit radang panggul (PID)
Infertilitas - tabung tuba dapat menjadi cacat atau bekas luka sedemikian
rupa bahwa telur dan sperma tidak dapat bertemu. Setelah satu serangan
PID salpingitis atau lainnya, risiko seorang wanita infertilitas adalah sekitar
33
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo
4. http://medicastore.com/penyakit/99/Penyakit_Radang_Panggul.html diakses
34
KEHAMILAN NORMAL
1. Definisi
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan brlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap Spermatozoa terdiri atas tiga
bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung
bahan nukleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepla dan ekor.
tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak
mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel sperma
togonium tersebut dalam pengaruh sel-sel leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan
35
membelah dua da menjadi dua spermatosit sekunder, kemudian spermatosit sekunder
membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang masing-masing memiliki jumlah
kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini
karbohidrat dan asam amino. Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona
pelusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan didalamnya terdapat ruang
perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiata dapat
korona radiata didalam perjalanan ovum diampula tuba makin berkurang, sehingga
ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan
a) Pembuahan
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada waktu
koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba,
dan hanya beberapa ratus dapat sampai kebaian ampula tuba dimana spermatozoa
dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang
36
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yag biasanya
fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu
membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona
radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida suatu bentuk glikoprotein ekstra
seluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.
Granula korteks didalam ovum berfusi dengan membran plasma sel, sehinga enzim
menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu
materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah
berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia barasal dari ibu
yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya. Sesudah anafase
kemudian timbul telofase, dan benda utub kedua menuju ruang perivielina. Ovum
37
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas
bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom,
ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X
kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebaai janin
laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel
yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus makin berkurang dan
terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demkian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan
perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yag sama ini hasil
konsepsi disalurkan terus sampai ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-
bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta
38
b) Nidasi
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista,
suatu bentuk yang bagian luarnya adalah trofoblas da dibagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
simpai yang disebut trofoblas. Tropoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan
imunitas terhadap janin, peningkatan aliran darah maternal kedalam plasenta, dan
menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua
ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan
endometrium. Di satu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasif yang kuat, disisi
aktif setempat (lokal) yaitu inhibitor cytokines dan protease. Keberhasilan nidasi dan
plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan
endometrium.
39
sinsiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormon, 2 trofoblas jangkar ekstravili yang
hCG yang akan mengubah sitotrofoblas menyekkresikan hormon yag non invasif.
Trofoblas yang semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang
semakin rendah, dan membuat trofoblas berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yang
invasif lain yang lepas dan bermigrasi kedalam ndometrium dan miometrium akan
menghasilkan protease dan inhibitor protease yang diduga memfasilitai proses invasi
Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic
hari ke-60 kehamilan untuk kemudia turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah
korionik gonadotropin inilah yang khas untuk menentukan ada tdaknya kehamilan.
Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner cell aktif mudah masuk
dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-
40
Pada umumnya blastokista masuk diendometrium dengan bagian mana massa
inner-cell berlokasi. Dikemukkan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali pusat
berpangkal sentral atau parasentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus
uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.
berkembang didalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan
jaringa ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas disisi bagian dalam dan sinsiotrofoblas
disisi bagian luar. Kondisi ini kritis ridak hanya untuk pertukaran nutrisi , tetapi juga
untuk melndungi janin yag bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik
maternal. Bila nidasi telah berhasil terjadi, mulailah diferensiasi sel-ssel blastokista.
Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan
yolk sacsedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang
amnion.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga
unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu, ruang
amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom akhirnya dinding ruang
amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan bodystalk, dan merupakan hubungan
antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk menjadi tali pusat. Dalam tali pusat
sendiri yang berasal dari body stalk, terdapat pembulu-pembuluh darah sehingga ada
41
bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion . didalamnya terdapat jaringa
lembek, selei wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteria umbilikalis dan 1 vena
c) Plasentasi.
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjala terus, sehingga timbul
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan
dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah jain ini berakhir dilengkung kapilar
(capilarry loops) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah
meternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua
kapsularis yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua
42
basalis disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain
adalah desidua pariealis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang
dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas mesodermal
tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam tropoblas. Dengan demikian,
terbentuk chorionic membrane yag kelak menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang
disinni orion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis
kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh kearah kavum uteri
sehingga lambat-laun menghilang; korion yag gundul ini disebut korion laeve.
Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas
tidak ada pencampuran darah antara janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang
tidak dapat dihancurkan oleh tropoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas
3. Fisiologi Janin
sangat cepat yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16
minggu ke-7). Setelah miggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin konseptus ialah
43
semua jaringa konsepsi yang membagi diri menjadi menjadi berbagai jaringan embrio,
b) Embrio dan Janin : Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi
fertilisasi di ampula tuba. Oleh karena itu, sperma harus sudah ada disana
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada
usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter
1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir - usia
Pada saat itu akan tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia
gestasi – 6 minggu usia embrio – embrio berukuran 22 – 24 mm, dimana akan tampak
kepala yang relatif besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan mempunyai
dampak berat apabila terjadi pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada
minggu ke-3.
palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah brbentuk, namun masih tergenggam.
Usia gestasi 7 minggu tampak pembentukan organ : Mata tampak pada muka.
44
Usia gestasi 8 minggu tampak pembentukan organ : Mirip Bentuk Manusia, mulai
pembentukan genitalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai
terbentuk.
Usia gestasi 9 minggu tampak pembentukan organ : kepala meliputi separuh besar
janin, terbentuk muka janin; kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka
sampai 28 minggu.
Usia gestasi 13 – 16 minggu tampak pembentukan organ : janin berukuran 15 cm. Ini
merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh
lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban.
Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120 – 150 X/menit.
penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin
mempunyai refleks.
Usia gestasi 25 - 28 minggu tampak pembentukan organ : Saat ini disebut permulaan
trimester ke-3, dimana terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup
Usia gestasi 29 - 32 minggu tampak pembentukan organ : bila bayi dilahirkan, ada
45
Usia gestasi 33 - 36 minggu tampak pembentukan organ : berat janin 1500 – 2500
gram. Bulu kulit jannin (lanugo) mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah
disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai
c) Sistem Kardiovaskular
sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi satu vena dan 2 arteri. Vena ini
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri
menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kearah plasenta utuk dibersihkan
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilikal adalah sebgai berikut.
menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan – memasok darah ke hati
– dan duktus venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung dengan vena
kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini
mempunyai kadar oksigen seperti arteri – meski bercampur sedikit dengan darah dari
vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum, masuk
ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh
46
tubuh. Darah yang bersi banyak oksigen itu terutama kan memperdarahi organ vital
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian
besar darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir kearah foramen ovale.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru belum
berkembang, sebagian besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan
dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu akan
bergabung diaorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan
keseluruh tubuh.
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikal, duktus venosus, dan duktus
arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana
terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar
oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonlis, duktus arteriosus akan menutup
d) Sistem Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34
minggu secara regular gerak napas ialah 40 – 60 X/menit dan diantara jeda adalah
periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli, sementara didalam
47
Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I dan II. Sel tipe
pengembangan napas. Surfaktan yang utama ialah sfingomielin dan lesitin serta
fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan memuncak pada
misalnya diabetes, produksi surfaktan ini kurang; juga pada preterm ternyata dapat
Pemeriksaan kadar L/S rasio pada air ketuban merupakan cara untuk mengukur
tingkat kematangan paru, dimana rasio L/S > 2 menandakan paru sudah matang.
e) Sistem Gastrointestinal
pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilase baru
nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan tampak gerakan
peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang ditelan akan menghasilkan
mekonium didalam usus. Mekonium ini akan tetap tersimpan sampai partus, kecuali
pada kondisi hipoksia dan stres, akan tampak cairan amnion bercampur mekonium.
f) Sistem Ginjal : Pada 22 minggu akan tampak pembentuka korpuskel ginjal di zona
ke-36. Pada janin hanya 2 % dari curah jantung mengalir ke ginjal, mengingat
48
g) Sistem Saraf :Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan
berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10 minggu
yaitu janin bergerak, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat
pada 4 bulan. Janin janin sudah dapat menelan pada sepuluh minggu, sedangkan gerak
Janin sudah mampu mendengar sejak 16 minggu atau 120 hari. Ia akan mendengar
suara ibunya karena rambat suara internal lebih baik dari pada suara eksternal.
Kemampua melihat cahaya agaknya baru jelas pada akhir kehamilan, sementara gerak
bola mata sudah lebih awal. Gerakan ini dikaitkan dengan perilaku janin.
h) Kelenjar Endokrin : Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf
gonadotrof, yang menghasilkan Lh, FSH. Pada kehamilan 7 minggu sudah dapat
dihasilkan.
terdapat kromosm Y, akan terbentuk testis. Sel benih primordial yang berasal dari
yolk sac bermigrasi kelekukan bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen testis
determining factor (TDF) atau disebut sex determining region (SRY). Sel sertoli pada
49
testis mengeluarkan zat mullerian-inhibiting substance yang berfungsi represi duktus
muller. Testosteron di produksi oleh testis akibat rangsang hCG dan LH.
Sebaliknya, apabila tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan fenotip
perempuan. Pada kondisi janin perempuan, akibat terpapar androgen berlebihn, akan
DAFTAR PUSTAKA
50
ABORTUS SPONTAN KOMPLIT
1. Pengertian
Abortus komplit merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari. Abotus
komplit (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar
seluruhnya sebelum usia 20 minggu dan berat badan di bawah 500 gram. Ciri terjadinya
abortus komplit adalah perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium sudah menutup,
ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah mengecil. Diagnosis abortus
2. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab pada peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi terjadi
secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada
kehamilan beberapa bulan berikutnya sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam
uterus.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum, zigot, atau oleh
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit
pada ayahnya.
A. Faktor Maternal
51
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa
abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, 52ank arena saat
terjadinya abortus lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi
abortus yang dapat dikoreksi. Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan, dan kelainan
perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa abortus euploidi, dan beberapa hal
lainnya adalah :
a. Infeksi
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
c. Pengaruh Endokrin
52
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes
kadar gula dapat dikendalikan dengan baik. Diabetes maternal pernah ditemukan
oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini
sekresi hormone tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunya hubungan
defisiensi hormone tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil
d. Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
serta vomitus yang lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi
nutrient yang ditemukan jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagian besar
abortus spontan.
malformasi fetus dan keguguran. Selain itu bahan kimia lain seperti arsenik,
dikaitkan.
f. Faktor-faktor Imunologis
53
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang, antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan antibody anti
destruksi plasenta.
Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi
empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperature basal tubuh, karena
itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalia wanita
atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan
kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi, tetapi lebih merupakan
kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan
oleh trauma emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep
i. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan acquired (didapat) dan kelainan
yang timbul dalam proses perkembangan janin, defek duktus Mulleri yang dapat
54
(DES).Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang
dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus
besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abotus, bahkan lokasi
kausatif hanya bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram
sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami rupture pada
abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ
kali kista ovarium dan mioma bertangkai dapat diangkat pada waktu kehamilan
abortus. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindroma Ashennen) paling sering terjadi
akibat tindakan kuretasu pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion atau
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan
55
abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai
b. Uterus Septata
j. Inkompetensi Serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi
pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta
mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan ballooning membran plasenta
ke dalam vagina.
B. Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan factor paternal dalam proses
menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom yang terlalu sedikit atau
56
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia,
dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol, nikotin, Pb, dan
C. Faktor Fetal
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil muda.
kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan
kromosom merupakan kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan seperti
diikuti oleh poliploidi (21%), dan monosomi X (13%). Lingkungan yang kurang
Pengaruh dari luar, seperti radiasi, virus, obat-obat yang sifatnya teratogenik.
D. Faktor Plasenta
Pada plasenta, seperti endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan
57
pertumbuhan dan kematian janin, keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda,
3. Patofisiologi
berawal dari perdarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan di
atasnya. Selanjutnya, sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus.
Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan
dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu,
vili koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalan janin,
disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak
4. Cara Diagnosis
inspekulo, dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus spontan komplit
58
dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa
USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan. Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan
bebas seperti terlihat pada kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan
untuk menentukan besar dan posisi uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus
5. Penatalaksanaan
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwno
Prawirohardjo, 302-312.
2. Cunningham, Gary, F. dkk. 2009. Obstetri Williams Vol. 1. Jakarta: EGC, 226-250.
5. Oakley, C. Warnes, CA. 2007. Heart Disease in Pregnancy 2nd Ed. USA: Blackwell
Publishing, 136.
Healthcare, 79-85.
7. Jung et al. 2015. Body Mass Index at Age 18-20 and Later Risk of Spontaneous
Abortion in The Health Examinees Study (HEXA). BMC Pregnancy and Childbirth,
8. Julia et al. 2009. Exposure To Maternal and Paternal Tobacco Consumption and Risk
60
9. Daniel, S. Koren, G. Lanunfeld, E. Bilenko, N. Ratzon, R. Levy, A. 2014. Fetal
CMAJ, 185(5).
1. Definisi
dibawah 11% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5% pada trimester 2. Nilai
batas tersebut perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun.
Pada kehamilan anemia kekurangan besi akan timbul jika keperluan besi
(kira-kira 1000mg pada kehamilan tunggal) tidak dapat dipenuhi dari cadangan
besi dan dari besi yang dapat diabsorpsi dari traktus gastrointestinal.
61
Volume darah bertambah cepat pada kehamilan trimester 2 sehingga
bertambahnya volume darah tidak begitu banyak pada trimester 3, tetapi keperluan
akan besi tetap banyak karena penambahan HB ibu terus berlangsung dan lebih
janin untuk eritropoeisis, kehilangan zat darah saat persalinan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhannya mencapai 900mg atau setara 2 liter darah. Oleh karena
rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.
2. Epidemiologi
1. Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%,
sedangkan di amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil di
Indonesia.
62
kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
3. Etiologi
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-
lain
63
4. Patofisiologi
Zat besi merupakan zat penting untuk organisme hidup karena berfungsi pada
transport elektron.
dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32
minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg
terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum
kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh
mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien
64
mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan
zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan
Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia
defisiensi besi.
1. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan
besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal.
2. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi
cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam
3. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi
didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan
4. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi
5. Gejala klinis
65
Gejala berupa :
- Intoleransi dingin
- telinga berdenging
Pemeriksaan fisik :
Gejala khas :
6. Penatalaksanaan
- Bila pemeriksaan hapusan darah tepi tidak tersedia, maka berikan suplementasi
tablet besi dan asam folat (60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat)
66
tablet sampai 42 hari pasca salin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi
- Bila hasil hapusan darah tepi menunjukkan mikrositik hipokrom : cek kadar
ferritin. Kadar ferritin < 15ng/ml berikan terapi dosis setara 180 mg besi
elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal lakukan pemeriksaan SI dan
TIBC.
67
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
2. Fatimah, Hadju et al. 2011. Pola konsumsi dan kadar hemoglobin pada ibu hamildi
Medscape.com.
68
RUPTURA PERINEUM TINGKAT 1-2
1. Pengertian
Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada
69
4. Pada persalinan dengan distosia bahu
Pada literatur lain dikatakan faktor risiko ruptur perineum antara lain :
Makrosomia Etnis
Distosia bahu
3. Cara Diagnosis
Pemeriksaan fisik
70
4. Klasifikasi Ruptur Perineum dibagi menjadi 4 derajat:
a. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum .
b. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak
c. Derajat III
71
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan pembagian sebagai
berikut:
d. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum
5.Penatalaksanaan
• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul didahului
72
• Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot
• Penatalaksanaan farmakologis:
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan intravena sebelum
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko perdarahan, edema,
dan infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara lain
sebagai berikut :
a. Derajat I
• Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit ruptur
• Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut
yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure
of eight).
b. Derajat II
• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara mengklem
masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan untuk meratakannya.
73
• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis obstetric dan
ginekologi.
Memberikan informasi kepada pasien, dan suami, mengenai, cara menjaga kebersihan
daerah vagina dan sekitarnya setelah dilakukannya penjahitan di daerah perineum, yaitu
antara lain:
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari.
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali
lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari
74
DAFTAR PUSTAKA
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2013
3. Kementrian RI dan IDI. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayan Primer,
75
ABSES FOLIKEL RAMBUT ATAU KELENJAR SEBASEA
1. Pengertian
Abses atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan
yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila furunkelnya lebih dari
satu maka disebut furunkolosis. Suatu furunkel, biasanya dikenal sebagai suatu bisul atau boil,
ditandai suatu massa material bernanah timbul dari folikel rambut dan meluas pada jaringan
subkutan.8
2. Etiologi
Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaralain akibat iritasi, kebersihan yang
kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang.Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapatmenjadi kelainan
sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic atau
3. Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan floranormal pada
permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dansaluran hidung. Kejadian terbesar
penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantatatau paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka,
goresan, robekan dan iritasipada kulit. Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit.
Responprimer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempatmasuk kuman
76
tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarikke tempat infeksi oleh komponen
bakteri seperti formylated peptides ataupeptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan
interleukin (IL) 1 dan6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal
tersebutmenimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari seldarah putih,
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan daripenyakit furunkel.
Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkatmembesar kemudian membentuk
nodula eritematosa berbentuk kerucut.Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik
putih sebagai matabisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan
memecahmelalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadirontok
atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.Karena adanya mikrolesi
baik karena garukan atau gesekan baju, maka kumanmasuk ke dalam kulit. Beberapa faktor
eksogen yang mempengaruhi timbulnyafurunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat
berlebih), kebersihandan hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan
4. Manifestasi klinis
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga tampak sebagai noduskemerahan dan
sangat nyeri. Pada bagian tengah lesi terdapat bintikkekuningan yang merupakan jaringan
nekrotik, dan disebut mata bisul (core).Apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes
militus, furunkel menjadisering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang
berambutmisalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, danterutama
77
pada daerah yang banyak bergesekan. Mula-mula nodul kecil yangmengalami keradangan pada
folikel rambut, kemudian menjadi pustule danmengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus
keluar dengan meninggalkansikatriks. Awal juga dapat berupa macula eritematosa lentikular
numular berbentukkerucut. Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya
dihidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,seperti panas badan,
malaise, mual (Cohen, 2006). Furunkel dapat timbul dibanyak tempat dan dapat sering kambuh.
Predileksi dari furunkel yaitu padamuka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat,
dan daerah
Anogenital.9
5. Diagnosa
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut
meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasiterjadi setelah kira-kira 5-
7 hari dan pus dikeluarkan melalui salurankeluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel yang
pecah dan keringkemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagiantengah
78
c. Pemeriksaan Penunjang
menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak didermis dan lemak subkutan. Diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkangambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan
(gram positif) bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kulturpada medium agar MSA
(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri inidapat memfermentasikan manitol sehingga
terjadi perubahan medium agar dariwarna merah menjadi kuning. Kultur S. aureus pada agar darah
menghasilkankoloni bakteri yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, danwarna
kuning keemasan. Uji sensitivitas antibiotik diperlukan untukpenggunaan antibiotik secara tepat.4
6. Diagnosis Banding
a. Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari furunkeladalah kista epidermal yang mengalami
inflamasi. Kista epidermal yangmengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri
tekan danukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat menjadidiagnosa
banding furunkel. Diagnosa banding ini dapat disingkirkanberdasarkan terdapatnya riwayat kista
sebelumnya pada tempat yang sama,terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan
lesi tersebut akanmengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan
b. Hidradenitis Suppurativa
dengan furunkel, penyakit iniditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah
predileksinyaberbeda dengan furunkel yaitu pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawahpayudara.
79
Adanya jaringan parut yang lama, adanya saluran sinus serta kulturbakteri yang negatif
c. Sporotrikosis
d. Blastomikosis
e. Skrofuloderma
7. Penatalaksanaan
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknyadirawat inapkan.
Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotordikompres dengan solusio sodium chloride
0,9%. Bila lesi telah bersih, diberisalep natrium fusidat atau framycetine sulfat kassa steril
penicillin (dicloxacillin 250 mg per oral tiap 6 jam selama7-10 hari). Jika pasien alergi penisilin
maka alternatif lain adalah clindamycin(150-300 mg per oral tiap 6 jam). Tindakan insisi
diindikasikan untuk lesi yangbesar dan fluctuant yang tidak drain spontaneously.8
sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai denganhasil kultur bakteri terhadap
sensitivitas antibiotik.8
Natural penicillins
80
- Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days
compliance is a problem
Penicillinase-resistant
Penicillins
Aminopenicillins
Cephalosporins
- Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40– 50 mg/kg per day
- Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50 mg/kg per day (children) for 10
days
81
- Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h
Erythromycin group
- Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40mg/kg per day
Clindamycin
150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15mg/kg per day (children) qid for 10 days
Tetracylines
Miscellaneous agents
Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus(MRSA) dapat diberikan
vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lainadalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya
82
Padapenderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Padaorang yang
Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higienekulit harus
ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat diberikan kompres salep iktiol
5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, harus
dilakukan pengobatan yang tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi. Terapi
antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasiberkurang. Lesi yang didrainase
harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi.Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan
83
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUHaji.Surabaya. hal 113-115.
2. Arnold, H., L. 2000. Andrew’s Deseases of the Skin 8th. ed., Piladelphia : WBSaunders
Co., : 270 – 1.
3. Cohen, P., R. 2006. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . AndrewsDisease of
253-254
4. Djuanda, A. and Pioderma. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.Jakarta:
5. Ganong, W., F. 2005. Review of Medical Physiology, 22th ed. California:McGraw Hill
Companies.
7. Murtiastutik, D. 2010. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2. Surabaya:Dep/SMF
84
MASTITIS
1. Pengertian
Mastitis adalah inflamasi atau infeksi payudara. Mastitis adalah radang pada payudara
yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan dan
penyebabnya adalah sumbatan saluran susu serta pengeluaran ASI yang kurang
sempurna.
2. Klasifikasi
Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis peurperalis,
karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil
dan laktasi.
c. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar yang menyebabkan
a. Mastitis periductal
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan
85
mammary duct ecstasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya
b. Mastitis puerperinalis/lactational
Mastitis puerperinalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab
utama Mastitis puerperinalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
c. Matitis supurativa/abses
3. Patofisiologi
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah puting susu
yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan
sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah Staphylococcus aureus.9
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Statis ASI
terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika
payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan
dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Organisme yang paling sering ditemukan pada
ditemukan.8,9
86
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli
yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi,
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus
sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau
mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
4. Faktor resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :8,9
a. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
b. Paritas
c. Serangan sebelumnya
87
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
d. Melahirkan
e. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
payudara.
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
i. Trauma
Trauma pada payudara karena dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu
88
Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
Bayi yang hanya menghisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting
terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman
pada mobil.
Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan
5. Cara Diagnosis
a. Anamnesis
89
1. Mastitis akut. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri
setempat pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika bayi menyusu.5
2. Mastitis lanjut. Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat
menjadi edematous,air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera
bercampur dengan nanah. Gejala nyeri dapat diikuti gejala lain seperti flu, demam,
b. Pemeriksaan fisik
peningkatan suhu badan hingga lebih dari 38oC. Keadaan payudara pada ibu dengan
mastitis biasanya berwarna kemerahan, bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan
terdapat nanah jika terjadi abses. Pada abses, nyeri bertambah hebat di payudara, kulit
diatas abses mengkilat dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang
sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah. Tanda dan
- Menggigil
90
- Biasanya hanya satu payudara
- Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena
- Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit
pus.
c. Pemeriksaan Penunjang
pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
91
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi
kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu
dari kultur. Pada ibu dengan abses payudara dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
6. Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
Jika diduga mastitis, intervensi dini adalah berupa tindakan suportif yang dapat
:8
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan
6. Edukasi ibu
92
7. Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri
payudara atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur
harus terus dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air
susu. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering
menghilang. Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian
keadaannya, untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi
b. Medikamentosa
1. Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan, terapi
Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari
untuk 10-14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500 mg atau 875 mg untuk 10-14 hari
dosis tunggal untuk 10-14 hari. Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak
lanjut dalam 72 jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang maka
93
2. Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna
dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen.
gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu
Penanganan abses
Dalam keadaan abses mamae perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat
dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan. Sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses,
agar nanah bisa keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan
drainase ini sesudah 72 jam bertukar sifat menjadi kebocoran air susu yang tidak sedikit
melalui luka insisi. Dianjurkan memakai perban elastic yang ketat pada payudara, untuk
menghentikan laktasi.6
Pada persiapan insisi, kulit di atas abses akan dibersihkan oleh swabbing lembut
dengan larutan antiseptik. Pada tahap rehabilitasi, sebagian besar sakit di sekitar abses
akan lenyap sesudah pembedahan. Penyembuhan biasanya sangat cepat. Setelah tabung
diambil keluar, antibiotik dapat dilanjutkan untuk beberapa hari. Menerapkan panas dan
peradangan.9
94
Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan
respon klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi
adanya abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma
duktal atau limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada
tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
7. Komplikasi
a. Abses
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan
tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya
abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan
Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial.
Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan
ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu
95
Gambar 1.4 Abses Payudara
b. Mastitis berulang/kronis
adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi
berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.3
c. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi
96
jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di
sepanjang saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal.
Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan
terbaik adalah nistatin krim yang juga mengandung kortison dan dioleskan ke puting
dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada
8. Pencegahan
pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri
atas membersihkan putting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan
kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu, yang memberi pertolongan kepada ibu
faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya
menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang.
Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3-4 jam dengan cara memerah
dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di
leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan
ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu
diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan
97
payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang
ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa
payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang
merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan
puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera
meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan
dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan
dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan
topikal lainnya.5
harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan
anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak
Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah
sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang
baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan
98
yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu
99
DAFTAR PUSTAKA
4. Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
http://www.fadlie.web.id/?p=2355.DiUnduh,25november2017–18:20PM.html
http://www.detikhealth.com
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Pelayanan Antenatal.
10. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Nasional
100
CRACKED NIPPLE
1. Pengertian
Trauma kulit pada papilla mamae, nama lain fissura papilla mamae. Sebagian besar
karena breastfeeding atau menyusui, dan terasa nyeri saat menyusui.Fisura terjadi pada
hari pertama sampai beberapa pekan setelah melahirkan (postpartum). Fisura tersebut
dapat menjadi tempat masuknya bakteri piogenik patogen dan beberapa jenis jamur, fisura
2. Etiopatogenesis
Penyebab trauma adalah trauma mekanik akibat menyusui. Apabila aliran susu
menurun, tekanan intraoral dari bayi baru lahir akan meningkat karena daya pengisapan
bayi berlebihan, sehingga menyebabkan daerah papila mamae edema dan kemerahan
setelah menyusui.Penyebab aliran susu menurun sangat banyak, salah satunya adalah
posisi menyusui dan kelekatan yang tidak benar.Selain itu, adanya fisura berkaitan dengan
adanya pengaruh dari gaya gesek dan arah gaya gesek terhadap kulit (papilla mamae).
3. Penatalaksanaan
lebih diutamakan kepada papilla yang sehat (papila yang lain), sedangkan papila yang
trauma air susunya harus tetap dikeluarkan secara berkala dengan menggunakan pompa
atau pijatan sampai luka benar-benar sembuh untuk mencegah statis air susu.Tatalaksana
dibagi menjadi 3, yaitu saat menyusui, setelah menyusui, dan diantara menyusui (apabila
tidak menyusui).
101
a. Saat menyusui
Pakai papilla yang sehat dahulu, lalu pakai papilla yang sakit. Karena isapan
bayi pada papilla yang sakit tidak sekuat pada isapan yang pertama
Mencoba berbagai posisi menyusui yang paling nyaman, namun tetap benar
dengan pijatan pada papilla mamae. Hal ini dilakukan untuk mencegah statis
b. Setelah menyusui
Setelah menyusui, cuci papilla mamae dengan normal salin (air saja cukup),
Setelah kering oleskan medical grade lanolin ointment, atau vaseline. Lanolin
adalah salep berasal dari lemak domba yang berfungsi sebagai penjaga
mencegah bakteri masuk melalui fisura. Lanolin juga memulai proses “moist
wound healing” yang memiliki banyak keuntungan seperti mengurangi sel sel
lebih cepat.
Selain lanolin, dapat pula dipakai All Purpose Nipple Ointment, yang berisi
antibiotik, anti fungal, dan anti inflamasi. Karena pada beberapa kasus
102
c. Diantara menyusui
4. Edukasi
Edukasi mengenai prinsip dasar menyusui yaitu teknik benar, susui sesuai
B= Body Position : Rileks, nyaman, ibu memegang seluruh tubuh bayi, kepala tegak
lurus, dagu bayi menyentuh payudara, seluruh tubuh bayi menghadap ibu, payudara
R= Response : Bayi mencari puting, menghisap tenang, dan asi keluar. Isapan bayi
lambat dan tenang, ada jeda diantra isapan, ada gerakan menelan dari bayi.
E= Emotion : Ibu merangkul dengan yakin, atensi ibu baik (menatap bayi).
S= Suckling : Isapan bayi, kekuatan normal. Kelekatan mulut bayi yang baik:
103
- Areola mama sedikit terlihat, biasanya bagian bawah tidak terlihat, bagian atas
sedikit terlihat.
T= Time : 15-20 menit bayi akan melepas sendiri apabila teknik dan posisi menyusui
benar.
104
DAFTAR PUSTAKA
( Buck, Miranda L. et al. 2014. Nipple pain, Damage, And Vasospasm in the First 8 Week
INVERTED NIPPLE
1. Pengertian
Suatu kondisi dimana putting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa kasus,
puting dapat muncul keluar bila di stimulasi, namun pada kasus-kasus lain, retraksi ini
menetap.
2. Etiologi
105
Ibu terlalu lelah
3. Diagnosis
Grade 1
Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar
areola.
Grade 2
Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan
dilepas
Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
106
Grade 3
Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang
parah
4. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Jka retraksi tidak dalam, susu dapat diperoleh dengan menggunakan pompa
payudara.
Jika puting masuk sangat dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan
DAFTAR PUSTAKA
107
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2013.Buku saku pelayanan kesehatan ibu di
108
LEPTOSPIROSIS
1. Pengertian
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai zoonosis.
Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, swamp fever,
autumnal fever,infektious jaundice, field fever, cane cutter fever, canicola fever,
2. Epidemiologi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang tersebar di seluruh dunia, disemua
Kuman leptospira mengenaisedikitnya 160 spesies mamalia, seperti anjing, babi, lembu,
kuda, kucing, marmut, dansebagainya. Binatang pengerat terutama tikus merupakan vektor
leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus kuman leptospira akan menetap dan
membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubus ginjal tikus dan secara
terus dikeluarkan melalui urin saat berkemih.Penyakit ini bersifat musiman, didaerah
beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur
109
International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan
insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga dunia untuk mortalitas.Di Indonesia
Kalimantan Barat.
3. Etiologi
bergelung, tipis, motilitas tinggi yang panjangnya 5-15 um, dengan spiral halus lebarnya
0,1-0,2 um, salah satu ujungnya membengkak membentuk suatu kait, memiliki dua buah
periplasmic flagella yang dapat membuat terowongan menginfeksi jaringan. Spiroceta ini
begitu halus sehingga dalam mikroskop lapangan gelap hanya dapat dilihat sebagai rantai
kokus kecil-kecil. Dengan pemeriksaan lapang redup pada mikroskop biasa morfologi
leptospira secara umum dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira
digunakan mikroskop lapang gelap. Leptospira membutuhkan media dan kondisi yang
khusus untuk tumbuh. Dengan medium flethcer’s dapat tumbuh dengan baik sebagai
obligat anaerob.
Secara sederhana genus leptospira terdiri atas dua species yaitu L.interogans yang
pathogen dan L. biflexa yang non pathogen. L. interrogans dibagi menjadi beberapa
110
serogroup dan serogroup ini dibagi menjadi beberapa serovar menurut komposisi
antigennya. Saat ini telah ditemukan 23 serogroup yang dibagi menjadi 250 serovar.
4. Patofisologi
kedalam tubuh pejamu melalui luka iris atau luka abrasi pada kulit, konjungtiva atau
mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, esofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk
melalui inhalasi droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi. Meski jarang,
pernah dilaporkan penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air
saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung, jarang terjadi, karena ada asam lambung yang
mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak firulen gagal bermultiplikasi
dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah satu atau dua hari
infeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan, dan kuman
leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan serebrospinal pada hari keempat sampai
vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel. Patogenesis kuman leptospira yang
berbeda dengan endotoksin bakteri gram (-) dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan
111
netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit disertai
trombositopenia.
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di dalam ginjal
kuman leptospira bermigrasi ke interstitium, tubulus ginjal dan lumen tubulus. Pada
Hipovolemia akibat dehidrasi dan perubahan permeabilitas kapiler salah satu penyebab
gagal ginjal.
Ikterik disebabkan oleh kerusakan sel sel hati yang ringan, pelepasan bilirubin darah
Dapat juga leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.
Kemudian terjadi respon immunologi baik secara selular maupun humoral sehingga
infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibody spesifik. Walaupun demikian beberapa
organism ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara immunologi seperti di
dalam ginjal dimana bagian mikro organism akan mencapai convoluted tubulus. Bertahan
disana dan dilepaskan melaliu urin. Leptospira dapat dijumpai dalam urin sekitar 8 hari
sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin.
112
Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikro organism hanya dapat ditemukan dalam
5. Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2 – 26 hari, biasanya 7 - 13 hari dan rata-
rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas ( bifasik ) yaitu fase
css, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di
frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pingang
disertai nyeri tekan pada otot tersebut. Mialgia dapat di ikuti dengan hiperestesi
kulit, demam tinggi yang disertai mengigil, juga didapati mual dengan atau tanpa
muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus disertai penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat, bradikardi relatif, dan ikterus
(50%). Pada hari ke 3-4 dapat di jumpai adanya conjungtivitis dan fotophobia.
Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk macular, makulopapular atau
limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat di tangani pasien akan
membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang terlibat dan
fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit yang lebih
113
berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah
itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun.
Fase ini disebut fase immune atau leptospiruric sebab antibodi dapat
terdeteksi dalam sirkulasi atau mikroorganisme dapat diisolasi dari urin, namun
tidak dapat ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini muncul
sebagai konsekuensi dari respon imun tubuh terhadap infeksi dan berakhir dalam
Gejala yang muncul lebih bervariasi dibandingkan dengan gejala pada fase
namun ditemukan juga beberapa kasus dengan gejala penyakit bertahan sampai
beberapa minggu. Demam dan mialgia pada fase yang ke-2 ini tidak begitu
menonjol seperti pada fase pertama. Sekitar 77% pasien dilaporkan mengalami
nyeri kepala hebat yang nyaris tidak dapat dikonrol dengan preparat analgesik.
utama yang menandai fase imun anicteric Gejala dan keluhan meningeal
menghilang dalam beberapa hari atau dapat pula menetap sampai beberapa
114
minggu. Meningitis aseptik ini lebih banyak dialami oleh kasus anak-anak
darah selama 24-48 jam setelah warna kekuningan timbul. Gejala yang ditemukan
adalah nyeri perut disertai diare atau konstipasi ( ditemukan pada 30 % kasus ),
kasus, dapat ditemukan pada fase awal atau fase lanjut dari penyakit. Gejala iritis,
beberapa tahun ) dapat muncul pada minggu ketiga namun dapat pula muncul
Demam dan nyeri otot masih bisa dijumpai yang kemudian berangsur-
angsur hilang.
6. Diagnosis
Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data epidemiologis
penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan pasien. Biasa yang
mudah terjangkit pada usia produktif, karena kelompok ini lebih banyak aktif di
lapangan. Tempat tinggal; dari alamat dapat diketahui apakah tempat tinggal termasuk
wilayah padat penduduk, banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang
115
Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim pengujan lebih-lebih
dengan adanya banjir. Keluhan-keluahan khas yang dapat ditemukan, yaitu : demam
mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun
dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah
Gejala klinik menonjol : ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta conjungtival
suffusion. Gejala klinik yang paling sering ditemukan : conjungtival suffusion dan
selambatnya hari ke-7 terasa sakit dan sering disertai perdarahan konjungtiva unilateral
ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan injeksi faring, faring terlihat merah dan
bercak-bercak. Mialgia dapat sangat hebat, pemijatan otot betis akan menimbulkan
nyeri hebat dan hiperestesi kulit. Kelainan fisik lain : hepatomegali, splenomegali, kaku
kuduk, rangsang meningeal, hipotensi, ronkhi paru dan adanya diatesis hemoragik.
Perdarahan sering ditemukan pada leptospirosis ikterik dan manifestasi dapat terlihat
sebagai petekiae, purpura, perdarahan konjungtiva dan ruam kulit. Ruam kulit dapat
7. Diagnosis Banding
116
Leptospirosis ikterik dapat di diagnosis banding dengan malaria falcifarum berat,
hepatitis virus, demam tifoid dengan komplikasi berat, haemorrhagic fevers with renal
8. Penatalaksanaan
Terapi pilihan (DOC) untuk leptospirosis sedang dan berat adalah Penicillin G, dosis
dewasa 4 x 1,5 juta unit /i.m, biasanya diberikan 2 x 2,4 unit/i.m, selama 7 hari.
1. Treatment
117
Eritromycin 4 x 500 mg i.v
9. Prognosis
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian
5 % pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut menjadi 30 -40 %. Faktor-
faktor sebagai indikator prognosis mortalitas, yaitu Leptospirosis yang terjadi pada
118
DAFTAR PUSTAKA
leptospirosis. J Med Life. 2013 September 15; 6(3): 307 –309. Published online
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3786492/
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Saku Kesehatan 2012 (Visual Data
from:http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/BUKU_S
AKU_KESEHATAN_TW2_TAHUN 2012_FINAL_PDF.pdf
http://emedicine.medscape.com/article/220563-overview#showall.
4. Jawetz E. 2010. Medical Microbiology, 25th ed, New York : Mc Graw Hill.
119
TUGAS SKILL
120
PEMERIKSAAN PAYUDARA
A. INSPEKSI
Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap ke depan, telanjang dada dengan
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
Inspeksi warna aerola. Aerola wanita hamil umumnya berwarna lebih gelap
Inspeksi adanya penonjolan atau retraksi pada payudara dan puting susu akibat
Inspeksi adanya rabas, ulkus, pergerakan atau pembengkakan pada puting susu.
Amati juga posisi kedua puting susu yang normalnya mempunyai arah yang sama
Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda
kemerah – merahan.
B. PALPASI
Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanya rabas. Bila
Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area nodus limfe
121
Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknik bimanual terutama untuk payudara
yang berukuran besar. Caranya yaitu tekankan telapak tangan anda / tiga jari
dinding dada dengan gerakan memutar dari tepi menuju aerola dan searah jarum
jam
Bila diperlukan, lakukan pula pengkajian dengan posisi pasien telentang dan
Jakarta:EGC
122
PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA
Mons Veneris : tonjolan bulat dan jaringan lunak diatas simfisis pubis, ditutupi
rambut kemaluan
Labia mayor
Labia minor
Klitoris, terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat
Vulva
Introitus vaginalis
Perineum
123
Vagina
Uterus
Tuba fallopi
Ovarium
Persiapan Pemeriksaan
pemeriksaan
4. Pemeriksa memakai sarung tangan dan duduk di atas bangku diantara kedua tungkai
pasien
5. Atur pencahayaan yang baik, termasuk sumber cahaya yang diarahkan ke dalam
vagina
2. Pemeriksaan speculum
3. Palpasi bimanual
4. Palpasi rektovaginal
124
3. Kulit vulva diperiksa untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi, massa,
leukoplakia atau pigmentasi. Setiap lesi harus dipakai untuk mengetahui adanya
nyeri tekan. Krawois vulva adalah keadaan dimana kulit vulva kemerahan, halus,
berkilat, hampir transparan secara merata (sering pada wanita yang menopause).
Bercak putih karena hiperkeratosis yang dikenal sebagai leukoplakia vulva biasanya
4. Beritahukan kepada pasien pada saat hendak membuka labia. Dengan tangan kanan,
labia mayor dan minor dibuka terpisah di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
kanan
5. Catat setiap lesi peradangan, ulserasi, pengeluaran sekret, parut, taini, trauma,
6. Klitoris diperiksa untuk melihat ukura dan adanya lesi. Biasanya klitoris berukuran
3-4 mm.
9. Inspeksi meatus uretra : a[akah ada pus atau peradangan. Jika ada pus, tentukan
sumbernya.
125
10. Beritahukan pasien ketika hendak melakukan palpasi kelenjar-kelenjar labia. Palpasi
dilakukan pada area jam 7-8 untuk daerah kelenjar kanan, dengan memegang bagian
posterior labia kanan di dalam vagina dan ibu jari, kanan diluar. Apakah ada nyeri
tekan, bengkak atau pus. Biasanya kelenjar bartholin tidak dapat dilihat maupun
diraba. Selanjutnya memakai tangan kiri untuk memeriksa daerah kelenjar kiri (jam
4-5)
11. Perineum : perineum dan anus diperiksa untuk melihat adanya massa (lennastik
126
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Kusuma. 2012. Pengantar Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
127
Faisal, Arief. 2012. Buku Panduan Skill Lab Urogenitalia. Fakultas Kedokteran
Abulyatama Aceh.
tangan pemeriksa ke dalam liang vagina sesuai sumbu vagina secara lembut dan
perlahan. Sebelumnya beri lubrikan dan desinfektan pada jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan.Ibu jari dan telunjuk
tangan kiri menggeser labia mayora ke sisi kiri dan kanan, sehingga pemeriksa
mudah memasukkan jari telunjuk dan jari tengan tangan kanan ke dalam introitus
vagina.
telapak tangan pada suprapubik, dan dengan sedikit tekanan menunjuk langsung
128
Palpasi dimulai dari vagina hingga forniks, serviks uteri, uterus, adneksa atau
dsb).
a. Vagina
Kelainan kongenital
b. Serviks uteri
Mobilitas
c. Uterus
129
Bentuk uterus
dekstroposisi)
Mobilitas
Kelainan kongenital
d. Parametrium
Keganasan
130
SWAB VAGINA
A. Swab Vagina
Swab vagina atau pemeriksaan apus vaginanya artinya mengambil sediaan seperti
lendir yang terdapat pada daerah adalah vagina untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di
vagina:
1) Untuk mengambil High Vagina Swab yaitu contoh spesimen jika seseorang itu
3. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada ibu yang sedang hamil, terutama yang kerapkali
mengalami kontraksi.
1) Fluor Albus
Fluor albus adalah keluarnya cairan atau lendir putih kekuningan pada permukaan
vulva. Gejala ini menyebabkan keluhan yang sering dijumpai pada wanita, yaitu rasa gatal,
panas dan lecet di daerah adalah vulva vaginalis, kadang-kadang sampai terjadi edema.
Penyebab gejala ini adalah protozoa, biasanya trichomonas vaginalis . Di samping itu
131
dapat disebabkan oleh jamur, umumnya candida albicans. Fluor albus fisiologik pada
perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah portio vagina. Sekret patologik
biasanya terdapat pada dinding lateral yang dan anterior vagina. Fluor albus fisiologik
ditemukan pada:
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari. Disini sebabnya ialah pengaruh estrogen
b. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor Albus disini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
d. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
a. Bakterialis vaginosis
b. Infeksi
132
c. Iritasi
5) Pembersih vagina
e. Hiliran
f. Benda asing
g. Radiasi
h. Penyebab lain
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar
dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel dalam vagina yang terlepas dan mukus
serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, dan penggunaan
pil KB.
133
Lingkungan vagina yang biasa ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina
dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang
toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi
vagina yang rendah sampai 3,8 - 4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri lain
2) Bakterial Vaginosis
Bakterial Vaginosis merupakan kondisi vagina yang sering dialami oleh wanita
organisme, gardnerella vaginalis dan spesies mobiluncus , adalah spesies yang paling
dikaitkan dengan proses penyakit (Brooks, 2007). Nama lain dari bakterial vaginosis
Faktor risikonya adalah hubungan seksual pertama pada usia muda, perokok,
pasangan seksual yang banyak, penggunaan alat kontrasepsi intrauterin, pembersih vagina,
ras, dan aktivitas homoseks diperkirakan menjadi faktor resiko Bakterial vaginosis. Flora
campuran kuman anaerob dapat tumbuh secara berlebihan sebagai akibat adanya
berkhasiat menghambat pertumbuhan kuman lain. Pada wanita yang normal dijumpai
koloni strain lactobacillus yang mampu memproduksi H2O2, sedangkan pada penderita
134
bakterial vaginosis terjadi penurunan jumlah populasi lactobacillus secara menyeluruh,
anaerob juga bertambah, yaitu karena adanya dekarboksilase mikrobial. Senyawa amin
dalam suasana pH vagina yang meningkat akan mudah menguap dan menimbulkan bau
amis. Poliamin asal bakteri bersamaan dengan asam organik yang terdapat dalam vagina
vaginalis melekat erat pada sel epitel vagina yang lepas dan membentuk clue cells.
Pada wanita dengan bakterial vaginosis, keluhan berupa adanya duh tubuh vagina
ringan, melekat pada dinding vagina, dan berbau amis. Bau lebih menusuk setelah
senggama dan darah menstruasi berbau abnormal. Dapat timbul rasa gatal dan terbakar
akibat iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan dan edema pada vulva. Terdapat
50% kasus bersifat asimptomatik. Pada pemeriksaan terdapat adanya duh tubuh vagina
bertambah, warna abu-abu homogen, berbau, dan jarang berbusa. Gejala peradangan
Spekulum grave’s
APD lengkap
135
Senter
Garam Fisiologis
b. Prosedur Kerja
1. Informed consent (oral dan tertulis) mengenai tindakan yang akan dilakukan
4. Pakai APD
6. Masukkan cocor bebek ke lubang vagina, buka cocor bebek hngga terlihat
serviks
7. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali pengambilan
9. Keluarkan perlahan
12. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen
136
PAP SMEAR
1. Definisi
Pada tahun 1924, George N Papanicolaou seorang ahli anatomi secara tidak
sengaja mengamati tingginya sel-sel abnormal pada sediaan yang diambil dari pasien
kanker serviks. Pap smear merupakan prosedur atau pemeriksaan sitologis yang
dilakukan untuk skrining perubahan sel, lesi pre kanker atau kanker pada leher rahim
dengan metode usapan ( smear ) lendir leher rahim pada objek gelas yang kemudian
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca, 2013
yaitu :
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai berikut:
137
1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya
tinggi.
2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV (Human
serviks.
• Spatula ayre {suatu alat yang terbuat dari kayu atau plastik dengan ujung tertentu
• Cytobrush
138
3. Prosedur
menonjol ke muara arah vagina berbentuk bulat dengan muara orificium uteri
externum di bagian tengahnya), kunci spekulum dan pegang dengan tangan kiri.
4) Ambil spekulum ayre dan masukkan bagian ujung yang lebih pendek di muara
5) Oleskan hasil usapan tersebut ke salah satu bagian ujung objek gelas.
(endoserviks) dan dilakukan usapan berputar searah jarum jam (360 °).
7) Bahan hasil usapan tadi juga dihapuskan pada objek glass sebelumnya pada
tempat yang berbeda (ujung yang berlawanan dengan cara diputar ke arah,
sebaliknya.
9) Sediaan difiksasi dengan etil alkohol 95% ± selama 30 menit kemudian keringkan
di udara terbuka.
139
11) Cuci tangan dengan sabun, bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan
handuk.
12) Beri label sediaan, masukkan dalam bahan pembawa dan kirim ke laboratorium.
4. Hasil
Adapun hasil pemeriksaan sitologi dari pap smear dinyatakan dengan klasifikasi
menurut WHO, klasifikasi lain menurut sistem Papanicolaou, sistem Bethesda dan sistem
140
Tabel 1. Klasifikasi Lesi Pre Kanker (hasil pap smear)
Gambar 15. Klasifikasi lesi pra Kanker (hasil temuan pap smear )
141
Gambar 16. Hasil Pemeriksaan PAP SMEAR (staging derajat lesi prekanker)
142
Kontrol ulang segera
DAFTAR PUSTAKA
5. TIM PKTP RSUD dr. Soetomo/FK UNAIR. Buku Acuan Teknik Pengambilan Pap
143
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
A. Definisi:
dengan cara mengusap serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam
asetat 3%. Adanya tampilan “bercak putih” setelah pulasan asam asetat
Metode skrining dengan teknik IVA relatif mudah dan dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Keuntungan skrining IVA dibandingkan tes pap adalah tidak
bahwa pemeriksaan IVA paling tidak sama efektifnya dengan tes pap.
99,8%, nilai duga positif 83,3% dan nilai duga negatif 99,9%
C. Keuntungan / Kelebihan
144
Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
kesehatan ibu.
Cotton bud
E. Prosedur
serviks.
Gineskopi (magnifikansi).
145
Hasil dinyatakan positif jika pulasan akan tampak bercak warna putih yang
pada pulasan regio SCJ atau bercak keputihan jauh / tidak berhubungan
bunga kol) disertai bercak perdarahan atau mudah berdarah jika disentuh.
146
Dicurigai kanker
ANALISIS SPERMA
a. Pengukuran Volume
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk
sekali ejakulasi. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume
0,1 ml, kemudian baca hasil. Volume yang normal menurut WHO > 1,5ml. WHO
dan setelah pengumpulan sperma. Spesifik berat semen ±1 g per ml. Volume yang
lebih dari 8ml disebut Hyperspermia, sedangkan yang kurang dari 1ml disebut
Hypospermia. Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika
seminalis.
b. pH
pH sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur
147
menunjukan pH yang bersifat basa yaitu 7,2 – 7,8. pH yang rendah terjadi karena
peradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik. Bau
Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
d. Warna Sperma
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya leukosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
e. Likuifaksi
kemungkinan ada gangguan pada kelenjar prostat. Bila sperma yang baru diterima
langsung encer tidak mempunyai koagulum mungkin karena saluran pada kelenjar
148
f. Viskositas (Kekentalan)
sempurna. Semakin kental sperma tersebut semakin besar viskositasnya. Hal ini
Cairannya sedikit
Gangguan likuifaksi
g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa
a. Motilitas/Pergerakan Sperma
149
Non-progressive motility (NP) : Tidak ada gerakan maju atau gerak maju
melingkar
kriteria diatas harus mempunyai nilai sebanding. Hasil kedua penghitungan dirata-
ratakan dan dinyatakan dalam persentase. Nilai acuan untuk motilitas adalah >40%
tidak sempurna, autoantibodi, peradangan dan gangguan dari ekor sperma. False-
negative asthenozoospermia dapat terjadi bila sperma dingin, sperma tua atau
b. Menilai Vitalitas
Bila lebih dari 40% spermatozoa tidak bergerak maka harus dilakukan pewarnaan
dengan eosin. Jika banyak sperma immobile yang hidup (> 58%), kemungkinan
ini suatu cacat flagela. Bila banyak sperma yang mati (necrozoospermia) lebih dari
150
yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau bila pemeriksaan sperma yang
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1:10, 1:20. Sebagai pengencer
berisi 50gr NaHCO3, 10ml formalin 35%, 5ml cairan gentian violet pekat dan
aquadestilita sampai 1000ml. Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu
Inprove Neubauer ini diletakkan di kamar lembab selama 15 menit agar semua sel
kontras dengan lensa objektif 10 (pembesaran 100x), spermatozoa (sel benih) yang
matang dan mempunyai ekor yang dihitung. Konsentrasi sperma adalah jumlah
Perhitungan :
Luas = 1mm2
Tinggi = 0,1mm
Vol = 0,1mm3
= 10 x N x pengenceran
= 10 x N x pengenceran/mm3
Keterangan:
151
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak kamar hitung.
d. Morfologi Sperma
Penilaian morfologi sperma dilakukan dengan sediaan hapus sperma yang diwarnai
morfologi normal dan patologis dapat dilihat pada tabel kriteria morfologi sperma.
152
WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen
(edisi ke-5) merupakan konsensus yang menjadi panduan yang harus diikuti oleh
spermatology modern.
153
KURVA TEMPERATUR BASAL, INSTRUKSI, PENILAIAN HASIL
Kurva temperatur basal (suhu tubuh baal) adalah suhu yang diperoleh dalam
keadaan istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6
jam tidur. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan
suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat
dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh.
Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya
154
Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan
dianggap akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu
tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan
155
metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode kalender atau
1. Penyakit.
2. Gangguan tidur.
5. Stres.
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
hamil.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
156
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
1. Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari
tempat tidur).
3. Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola
4. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5. Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
6. Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
157
7. Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak
subur).
8. Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari
9. Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran
suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian
158
Prosedur Mengukur Suhu Basal Tubuh
Checklist :
Guncang termometer hingga dibawah angka 360C dan siapkan di dekat tempat
Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di mulut selama 10 menit, tetap
Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid
untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah dalam pola
Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari
suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu
Periode tidak subur mulai pada sore hari setelah 3 hari berturut – turut suhu tubuh
Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga
159
160
FERN TEST
Uji lendir serviks, adalah pemeriksaan yang tidak terlalu sulit dan memberikan
estrogen dengan penilaian volume lendir, Spinbarkeit test, Fern tes, viskositas
Mukus serviks terdiri dari air dan bermacam-macam senyawa, karbohidrat, protein,
asam lemak, mineral dan enzim. Mukus serviks mengalami perubahan fisik dan
biokimia sesuai dengan siklus haid. Pada fase proliferasi hingga saat ovulasi ,
Untuk menilai mucus serviks ada ada beberapa parameter yang dinilai, yaitu:
skor 0-3.
Volume, volume mukus serviks :0= 0ml, 1= 0,1ml, 2= 0,2ml dan 3= 0,3ml
atau lebih.
161
Spinnbarkeit/daya membenang untuk menilai elastisitas mucus serviks,
yang maksimal saat ovulasi. Jika mucus serviks yang berada dalam kanalis
object glass dan dilihat dibawah mikroskop, tampak kristal dalam bentuk
daun pakis. Gambaran daun pakis tergantung pada konsentrasi NaCl dalam
terlihat gambaran daun pakis, maka mungkin fungsi corpus luteum kurang
dari normal.
0= tidak ada kristal, 1= bentuk tidak khas, 2= ada cabang pertama dan
Tabel nilai parameter untuk pemeriksaan lendir serviks/uji mukus serviks (UMS)
162
LPB = Lapangan Pandang Besar dalam mikroskop pembesaran 400x
tinggi
progesterone
163
INSISI ABSES BARTHOLIN
1. Definisi
Kelenjar Bartholin rentan terhadap obstruksi, dengan membentuk kista yang bisa terinfeksi
salah satu kelenjar Bartholin yang terletak di setiap sisi lubang vagina.2
Anatomi
Kelenjar Bartolini yang terdapat pada wanita homolog dengan kelenjar Cowper pada pria.
Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, untuk memberikan kelembapan pada
daerah vestibular vagina. Kelenjar ini terletak bilateral di dasar labia. Kelenjar biasanya
berukuran kacang polong dan jarang melebihi 1cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada
164
3. Diagnosis
Anamnesis
Massa atau lesi pada genitalia eksterna lazim ditemukan. Lesi ini mungkin berkaitan
dengan penyakit kelamin, tumor, atau infeksi. Pasien dengan abses bertolini mungkin
datang dengan massa yang sangat nyeri di vulva. Tanyakan sejak kapan pasien menyadari
ada lesi(massa), apakah nyeri atau tidak, apakah ukuran massa berubah atau tidak, apakah
pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya dan tanayakan pula apakah
Penemuan Klinis
Berikut temuan pemeriksaan fisik terlihat di abses bartolini, seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah:
165
- Tampak ada benjolan lembut, massa labial berfluktuasi dengan eritema
selulitis.
- Jika abses telah pecah secara spontan, dapat tampak discharge purulen. Jika
benar-benar telah terkuras, tidak ada massa yang jelas dapat diamati.
5. Penatalaksanaan
Abses bartolini umumnya disertai rasa nyeri, dengan demikian insisi atau drainase
terhadap sekret diperlukan. Kenyamanan pasien sangat penting untuk kelancaran proses
drainase. Penggunanan estesi topikal pada mukosa diikuti dengan injeksi submukosa lokal
anestesi. Pada pasien dengan abses besar atau kompleks atau untuk prosedur yang rumit,
Drainase
Sebuah sayatan kecil dapat mengeringkan abses. Hal ini mengurangi gejala dan
memberikan pemulihan tercepat. Prosedur ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
Sebuah kateter (tabung) dapat dimasukkan dan dibiarkan di tempat selama 4 - 6 minggu
166
Antibiotik mungkin diresepkan, tetapi biasanya tidak diperlukan jika tindakan
Marsupialisasi
bedah minor yang disebut marsupialisasi. Prosedur ini dilakukan dengan pembukaan
bawah anestesi umum di rumah sakit. Pasien tidak dapat berhubungan seksual selama 4
minggu setelah operasi. Dapat menggunakan obat nyeri oral setelah prosedur.
167
A B
168
KONSELING KONTRASEPSI
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB)
dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang
berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya
informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada
Tujuan Konseling
a) Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu
169
c) Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkan klien untuk menjawab
dengan “ya” atau “tidak”. Perhatikan pula bahwa anda mengajukan pertanyaan yang
tidak mengarahkan, tetapi mendorong agar klien mau dan merasa bebas untuk
i. “Apa yang bisa saya bantu?” “Apa yang anda ketahui mengenai....”
e) Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”, “Oooo”. Komentar kecil ini biasanya
g) Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud
pertanyaan anda.
170
f) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan
Langkah-langkah Konseling
SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa
yang diperoleh.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
U : Uraian dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang
diingini.
TU : banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang
paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan
U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien
akan kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi dan “Konsepsi”
yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi
171
dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
a) Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat (senggama terputus, pantang
berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender) dan kontrasepsi dengan
b) Kontrasepsi Modern
172
Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan prinsip dasar menekan ovulasi, menghalangi sperma,
mencegah nidasi.
I. Jenis-jenis kontrasepsi
sistem kalender
(MAL) (AKDR)
173
lendir serviks.
Metode amenore Menyusui secara penuh, Penundaan atau Tidak Ada - Efektivitas tinggi - Sulit
laktasi (MAL) lebih efektif bila penekanan ovulasi (keberhasilan dilaksanakan
kontrasepsi yang pemberian lebih dari 8 98% pada 6 karena kondisi
mengandalkan kali sehari bulan social
pemberian ASI pascapersalinan) - Efektivitas
secara eksklusif - Tidak tinggi hanya
mengganggu sampai
senggama kembalinya
- Tidak ada efek haid atau
samping sistemik sampai dengan
- Tidak perlu 6 bulan
pengawasan - Tidak
medis melindungi
- Tidak perlu obat terhadap PMS
atau alat termasuk virus
- Tidak perlu biaya hepatitis B dan
HIV/AIDS
Koitus interuptus Menghindari Tidak ada - Tidak - Efektifitas
Suatu cara pertemuan sperma mengganggu metode ini
mencegah dan ovum produksi ASI bergantung
kehamilan - Dapat digunakan pada kesediaan
dimana pria sebagai pasangan
menarik pendukung - Gagal sekitar
penisnya keluar metode KB yang 25%
dari vagina lain - Kurang
sesaat sebelum - Tidak memuaskan
174
ejakulasi membutuhkan
biaya
- Meningkatkan
keterlibatan pria
dalam keluarga
berencana
175
dipasang dalam - Menginginkan menyebabkan - Dismenorhoe pemasangan pemeriksaan pelvis
rahim dengan kontrasepsi reaksi inflamasi selama 1-3bln - Tidak ada efek - Klien tidak dapat
menjepit kedua jangka panjang steril pertama samping hormonal melepas AKDR
saluran yang - Sedang - Toksik untuk pemasangan - Dapat digunakan sendiri
menghasilkan menyusui dan sperma sehingga - Perubahan/ sampai menopause
indung telur menginginkan tidak mampu gangguang - Membantu mencegah
sehingga tidak penggunaan untuk fertilisasi menstruasi kehamilan ektopik
terjaid pembuahan kontrasepsi - Perdarahan berat
- Tidak - Anemia
menghendaki - AKDR tertanam
metode di endometrium
hormonal - AKDR terlepas
- Tidak spontan
menyukai - Perforasi servik
mengingat atau uterus
minum pil tiap -
hari.
Kontraindikasi
- Adanya tanda
kehamilan
- Infeksi panggul
bagian dalam
- Erosi pada
cervix uteri
- Diperkirakan
adanya tumor
- Adanya
perdarahan
pervagina
- Perdarahan
haid yang
hebat
- Alergi terhadap
logam atau
tembaga
Kontrasepsi Mantap :
- Tubektomi
metode operasi - Usia tua Mengoklusi - Menstruasi tidak Kehamilan gagal - Perdarahan
mantap yang - Penyakit tuba falopii teratur - Perlekatan organ
bersifat sukarela tertentu (mengikat dan - Rasa panas intra abdomen
bagi seorang (jantung, dll) memotong atau - Keringat malam - Salphyngitis
wanita bila tidak - Grande memasang - Panas dingin - Cidera organ perut
ingin hamil lagi multigravida cincin) - Kecemasan
(>5, >35) sehingga - Nyeri payudara
sperma tidak - Osteoporosis
Vasektomi adalah dapat bertemu - Prolaps uterus
prosedur klinik ovum.
untuk - Perdarahan
176
menghentikan Mengoklusi vas - Hematom skrotum
kapasitas deferens - Beberapa Kehamilan gagal - Infeksi pada luka
reproduksi pria - Usia tua sehingga alur penelitian yang timbul atau
- Penyakit transportasi menyatakan epididimidis
tertentu sperma hasrat seksual - Granuloma sperma
(jantung, dll) terhambat dan berkurang - Reaksi autoimun
proses - Dalam Jurnal of terhadap
fertilisasi tidak American spermanya sendiri
terjadi. Medical
Association
mendapatkan
operasi
vasektomi lebih
rentan terhadap
ca prostat
Kontrasepsi Hormonal
a. Pil
Indikasi: - Mengentalkan - Gang. haid - Sederhana - Harus minum
- Kontraindikas cairan leher - Peningkatan - Tidak ada intervensi tiap hari
i rahim BB medis - Efek samping
estrogen/tidak - Membuat - Nyeri tekan - Tidak mengganggu bervariasi
cocok dengan kondisi rahim payudara senggama. - Bila lupa satu
estrogen tidak me - Mual pil maka
- Umur > 35th nguntungkan - Pusing kegagalan
- Menunda bagi hasil - Perubahan menjadi lebih
- Menjarangka pembuahan mood besar
n siklus haid - Dermatitis/
tidak teratur jerawat
Kontraindikasi - Kembung
: - Depresi
- Menyusui - Hirsutisme
- Hipertensi
b. Injeksi/suntikan - DM
progestin - Perokok.
177
Indikasi: - Menghalangi - Kacau pola - Lebih efektif - Intervensi
- Terdapat resiko ovulasi menstruasi - Praktis medis (harus
meningkatnya - Mengubah - BB bertambah - Aman steril)
komplikasi lendir serviks - Vagina menjadi - Gangguan
kardiovaskuler (vagina) kering perdarahan
jika menjadi kental dispareuni
menggunakan - Menghambat
pil sperma dan
- Kesulitan menimbulkan
memakai perubahan pada
kontrasespi yg rahim
harus dipakai - Mencegah
tiap hari pertemua sel
- Kurun sehat telur dan
(jangka sperma
panjang) - Mengubah
- Menyusui. kecepatan
Kontraindikasi transprtasi sel
: telur
- Curiga hamil
- Perdarahan
abnormal dari
uterus
- Riwayat
c. Implan keganasan
- Penyakit hati
- Hipertensi.
178
kardiovaskular
Pil kombinasi dan Indikasi: - Menekan - Gejala pseudo - Resiko terhadap - Membosankan
suntikan kombinasi - Wanita usia ovulasi pregnancy kesehatan kecil harus
(mengandung reproduksi - Mencegah (muntah, - Mudah dihentikan digunakan tiap
estrogen dan - Wanita yang implantasi pusing, setiap saat hari
progesteron) telah atau - Pergerakan payudara - Tidak mengganggu - Pola haid tidak
belum memiliki tuba membesar) senggama teratur
anak terganggu - Penambahan - Dapat digunakan - Mual
- Pasca berat badan sebagai kontrasepsi - Sakit kepala
keguguran atau - Siklus haid darurat - Nyeri payudara
abortus menjadi lebih ringan
- Wanita dengan teratur - Penambahan
siklus haid - Jerawat BB
tidak teratur. - Amenore
Kontraindikasi - Perdarahan
: bercak
- Penyakit
tromboemboli
- Penyakit
cerebrovaskular
- Oklusi koroner
- Gangguan
fungsi hati
- Kanker
payudara
- Hamil atau
diduga hamil
- Migraine
- Hipertensi
- DM
DAFTAR PUSTAKA
179
PENANGANAN KOMPLIKASI KB
Komplikasi Pengelolaan
Amenorea PD /tes kehamilan. Coba berikan pil dengan dosis
estrogen 50µg, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis
progestin dikurangi(kombinasi). Jika hamil intrauterine
hentikan pil.
180
Komplikasi Suntik dan Penanganannya
Komplikasi Pengelolaan
Amenorea Jika hamil ratau kehamilan ektopik rujuk.. Tunggu 3-6
bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan,rujuk.
181
Komplikasi Implant dan Penanganannya
Komplikasi Pengelolaan
Amenore Jika hamil atau KET rujuk
Perdarahan bercak perdarahan ringan sering dijumpai terutama pada tahun
(spotting ringan) pertama, jika pasien tidak dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin melanjutkan implant, maka disarankan
2 pilihan pengobatan :
1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 – 35µg
etinilestradiol), ibuprofen (sanpai 800mg, 3x/hari untuk 5
hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan setelah pemberian
pil kontrasepsi akan terjadi perdarahan. Bila terjadi
perdaraahn banyak ditangani dengan pemberian 2 tablet
pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi
50µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
182
Infeksi pada daerah Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun
insersi dan air, atau antiseptic. Berikan antibiotik yang sesuai
untuk 7 hari. Impan jangan dilepas dan pasien diminta
kembali 1 minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant
dan pasang yang baru pada sisi lengan lain. Apabila
ditemukan abses, berikan antiseptik, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka,. dan
berikan antibiotik oral selama 7 hari
Berat badan naik atau Kenaikan berat badan 1-2 kg adalah normal. Jika
turun kenaikan berat badan sebanyak 2 kg atau lebih kaji ulang
diet pasien. Cari metode lain jika tidak bisa menerima.
Komplikasi Pengelolaan
Amenorea Pastikan hamil atau tidak. Bila tidak hamil, AKDR tidak
perlu dicabut cukup konseling saja.Efek samping
menggunakan AKDR yang mengandung hormone adalah
amenorea (20-50%). Jika pasien tetap menganggap amenore
sebagai masalah, maka rujuk pasien. Jika terjadi kehamilan
<13 minggudan benang AKDR terlihat cabut
AKDR.Nasehatkan untuk kembali ke klinik jika terjadi
kram, cairan berbau atau demam. Jangan mencabut AKDR
jika benang tidak terlihat dah usia kehamilan >13 minggu.
Jika pasien ingin tetap meneruskan hamil tanpa mencabut
AKDR-nya jelaskan kepadanya tentang meningkatnya
risiko keguguran,kehamilan preterm, infeksi dan
kehamilannya harus diawasi ketat.
183
Kram Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan
yang sesuai. Jika kram tidak parah dan tidak ditemukan
penyebabnya cukup diberi analgetik saja. Jika penyebabnya
tidak dapat ditemukan dan menderita kram berat, cabut
AKDR, kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari
metode kontrasepsi lain.
Benang hilang Periksa apakah pasien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR
masih ditempat tidak ada tindakan yang perlu dilakukan.
Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim, rujuk
pasien untuk dilakukan pemeriksaan rontgen atau USG. Bila
tidak ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu dating
haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak
kelihatan lihat penanganan amenorea.
184
Cairan vagina atau Bila penyebabnya kuman gonokokus atau klamidia, cabut
dugaan penyakit AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai. PID yang lain
radang panggul cukup diobati dan AKDR tidak perlu dicabut. Bila pasien
dengan penyakit radang panggul dan tidak ingin memakai
AKDR lagi, berikan antibiotika 2 hari dan baru kemudian
AKDR dicabut dan bantu pasien memilih kontrasepsi lain.
185
KEHAMILAN RESIKO TINGGI
dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama, penderita yang
akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan darah
ibu normal, lalu disaat kehamilan mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut
preklamsia dan eklamsia. Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang
tidak saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang - kejang
hingga bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak terselamatkan, janin pun
rahim yang membesar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Hal ini
tampak saat usia kehamilan semakin tua. Jika pembengkakan juga terjadi pada
tangan dan wajah., atau sakit kepala kadangkala disertai kejang. Ini bisa
186
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui
dengan ibu jari. Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak segera pulih
Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6 bulan adalah
Pucat
Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah lelah, lemah,
lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang darah). Sebenarnya ibu
hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah merahnya pada ibu hamil. anemia
sering disebabkan kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi
dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat
besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan janin
yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan plasenta dan
pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko
187
Perdarahan
Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil (bintik-bintik),
sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan kram perut. Perdarahan hamper
30% terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester
pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua
dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil
agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Deman tinggi
Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria.
keguguran.
188
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila
antara lain:
b. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan
keenam).
c. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan
kesembilan).
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan
jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan
intensif
Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
189
c. Makanan dan minuman beralkohol.
d. Pekerjaan berat.
swasta.
Cara mencegah kehamilan risiko tinggi yaitu tidak melahirkan pada umur kurang dari
20tahun/lebih dari 35tahun, hindari jarak kelahiran terlalu dekat/kurang dari 2 tahun,
rencanakan jumlah anak 2 orang saja, memeriksa kehamilan secara teratur pada tenaga
kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, memakan makanan yang bergizi.
190
PEMERIKSAAN PELVIMETRI KLINIS
multigravida dengan kepala bayi belum masuk pintu atas pangul dapat dilakukan
pelvimetri klinis.
Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam introitus vagina.
Arahkan bagian ventral jari-jari tangan dalam ke simfisis os pubis, tentukan besar
Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea inominata kiri sejauh
mungkin, kemudian lakukan pula pada bagian kanan dengan cara yang sama.
Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inominata kiri kemudian geser
ke bawah (sejajar sumbu badan ibu) menelusuri dinding samping panggul untuk
Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 cm dari PAP) akan teraba
tonjolan tulang kearah dalam jalan lahir dan berbentuk segitiga, yang disebut spina
Lakukan hal yang sama pada dinding samping panggul bagian kanan (gunakan
bagian atau sisi medial jari tengah) kemudian nilai distansia interspinarum.
191
Geser tangan dalam kearah belakang sehingga teraba bagian tulang yang rata dan
konkafitas tulang tersebut dengan menelusurinya kearah atas dan bawah (tepat
dibagian tengah).
Teruskan perabaan bagian tengah sakrum sehingga mencapai ruas dan bagian
ujung tulang koksigis. Nilai inklinasi tulang tersebut, kedepan (mengarah ke jalan
Pindahkan jari tengah dalam ke linea inominata kanan kemudian telusuri sejauh
mungkin ke belakang hingga posisi jari mengarah ke tengah (sumbu badan ibu).
Bila ditengah teraba tonjolan tulang ke bagian dalam jalan lahir (promontorium)
maka pindahkan (jari) tangan kanan ke tangan kiri untuk menentukan batas atau
jarak dari titik tersebut ke ujung jari kanan. Namun umumnya, promontorium tidak
dapat teraba.
Keluarkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan sementara jari telunjuk tangan kiri
Ambil alat ukur dengan tangan kiri, dekatkan dengan jari tengah tangan kanan dan
batas yang telah dibuat tadi untuk menentukan konjugata diagonalis yang
192
Untuk kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet):
Konjugata diagonal (KD) kurang lebih 13, 5 cm. Konjugata vera (KV) kurang
lebih 12. 0 cm. Dikatakan sempit apabila KV kurang dari 10 cm atau konjugata
Tingkat IV : KV 6 cm = mutlak.
193
KONSELING PRAKONSEPSI
Pendahuluan
Konseling pra konsepsi atau pra kehamilan adalah konseling yang dilakukan
terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Konseling ini termasuk salah
satu tindakan preventif dalam ilmu kedokteran obstetri.. Resiko cacat mayor (dengan atau
tanpa kelainan kromosom) pada populasi umum kira-kira 3 %. Seorang wanita baru
menyadari bahwa dirinya hamil setelah terlambat haid sekitar 1 atau 2 minggu. Sedangkan
organogenesis janin mulai terjadi 17 hari setelah fertilisasi. Oleh karena itu, konseling pra
kehamilan ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan nasehat kepada
pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan yang optimal bagi perkembangan
kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya
dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi / mengeliminasi pengaruh patologis yang
Konseling pra kehamilan memiliki peranan yang penting karena dapat mengetahui
wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti mereka yang menderita
diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu mengurangi cacat janin.
194
Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan lingkungan
yang baik untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga
bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin, dan lingkungannya, dan sulit untuk
menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi spesifik. Tujuan
Bentuk Pemeriksaan
Konseling pra kehamilan dapat digabung ke dalam setiap kunjungan dari wanita
1. Anamnesis Lengkap
1. Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama
alamat
3. Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama (anak mahalkah?)
prognosa
7. Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir
195
8. Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM, kelainan genetik),
samping
- Pemeriksaan darah lengkap termasuk rata – rata volume sel darah merah dapat
- Konseling dan pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan juga secara rahasia dan atas
kesadaran pasien
kucing dan sering memakan daging setengah matang. Tujuannya untuk memeriksa
196
- Khususnya untuk varicella sebaiknya dilakukan pada pasien yang belum pernah
sakit cacar. Pemberian vaksin varisella zoster terhadap pasien yang belum pernah
resiko anemia sickle sel seperti pada ras Afrika-amerika dan wanita dari
- Pada wanita dengan penyakit ginjal dapat diperiksa kadar serum kreatininnya, agar
A. Penyakit genetik
Pada pencegahan primer dihindari faktor penyebab, karena saat ini sudah semakin
banyak penyakit kongenital yang telah diketahui etiologinya. Cacat saat lahir merupakan
penyebab utama mortalitas bayi dan 20% penyebab kematian bayi. Dapat dikurangi
197
Sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan identifikasi dan penghentian
insiden kasus baru sebelum dan sesudah dimulainya konseling. Berikut beberapa contoh
1. Talasemia
4. Fenilketonuria / PKU
5. Fibrosis kistik
B. Penyakit kronik
2. Epilepsi
struktural → lebih parah pada anak yang terpajan obat – obatan anti
konvulsi
198
Konseling → mencakup rekomendasi untuk mengganti obat ke regimen
kehamilan
A. Riwayat reproduksi
kehamilan.
penyakit autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya
abortus berulang.
Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon orang tua
B. Riwayat keluarga
1. Skrining karier
muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit lainnya
yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang tes
199
diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu
disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada keputusan
Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari
kehamilannya. Pengenalan pra konsepsi dari status karier membuat wanita dan
konteks emosional dari kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga membuat
2. Penilaian medis
Perawatan pra konsepsi untuk wanita dengan problem medis yang berarti harus
mencakup penilaian faktor resiko bukan hanya bagi janin tapi juga bagi si ibu. Perawatan
a. Wanita tanpa imunitas terhadap rubella dapat dikenali melalui skrining pra
konsepsi, dan sindrom rubella kongenital dapat dicegah dengan vaksinasi. Tidak
ada laporan kasus rubella kongenital setelah imunisasi rubella dalam 3 bulan
200
b. Skrining universal bagi wanita hamil untuk hepatitis B virus (HBV) telah
direkomendasikan oleh CDC and Prevention sejak tahun 1988. Wanita dengan
resiko sosial atau pekerjaan terpapar dengan hepatitis B virus harus diberi
c. Pasien yang beresiko terhadap tuberkulosis harus diperiksa bila riwayat vaksinasi
pencegahan.
wanita yang bekerja di ICU, fasilitas perawatan anak, atau unit dialisa darah.
sudah imun. Pemeriksaan rutin terhadap wanita hamil yang tidak diketahui
menderita varisela. Vaksin virus varisela zoster sekarang dianjurkan untuk semua
h. Skrining dan pemeriksaan HIV harus ditawarkan secara rahasia dan sukarela
201
i. Pemeriksaan untuk Neiesseia Gonorea, Chlamidia trachomatis dan Troponema
pallidum sering dilakukan secara rutin untuk pasien yang aktif secara seksual.
Penilaian terhadap pemaparan dengan obat baik yang dibeli bebas maupun yang
melalui resep. Penggunaan obat harus dipastikan dan diberikan keterangan tentang pilihan
a. Isotretinoin (accutane), regimen oral telah disetujui oleh FDA untuk akne sistika berat,
b. Sodium warfarin (coumadin), suatu anti koagulan dan derivatnya telah dikaitkan dengan
embriopati. Karena sodium warfarin tidak melintasi plasenta, wanita yang memerlukan
konsepsi.
c. Keturunan dari wanita yang mendapat terapi anti kejang untuk epilepsi sangat beresiko
terhadap malformasi kongenital. Perbedaan pendapat masih terus terjadi apakah karena
Ahli saraf merasa adalah tepat untuk mencoba menunda terapi anti konvulsan bagi
wanita yang sudah bebas kejang selama 2 tahun. Bagi wanita yang bukan calon pasien
yang akan dihentikan terapinya, maka dipilih obat yang paling sedikit efek
teratogeniknya.
d. Tidak ada bukti adanya efek teratogenisitas dari kontrasepsi oral atau implant.
Spermisida vagina tidak teratogenik bagi wanita yang hamil sementara mereka
202
sedang menggunakan kontrasepsi ini atau hamil sesudah menghentikan
pemakaiannya.
sering dipakai untuk menilai status gizi. Wanita dengan riwayat anoreksia atau
sebelum konsepsi.
diet intake vitamin A bagi banyak wanita di Amerika sudah cukup. Vitamin
bersifat teratogenik pada manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari,
3. Konsumsi asam folat peri konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf (NTDs).
pemakaian suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi semua wanita yang akan
hamil. Kecuali adanya kontra indikasi karena anemia pernisiosa, wanita yang
203
Faktor-faktor Lain Yang Mempegaruhi Penilaian Pra Konsepsi
1. Riwayat Reproduksi
berulang
Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau
Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu –
mengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi
hari
204
Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin,
berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta
3. Riwayat Sosial
terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering
Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih besar
Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap
manusia.
Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak
mau menyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang –
kadang kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis pada penggunaan jarum
bersama
205
Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi, disamping
dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun tidak ada bukti
berefek teratogen.
obat, menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang rendah
serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)
6. Imunitas
Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus, hepatitis
Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya diberikan
206
7. Riwayat pajanan lingkungan
NICU, perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial
traktus respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin
Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat kimia seperti logam berat
kehamilan
Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan
manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi janin
masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan saluran
cerna
207
208
ANTENATAL CARE
DEFINISI
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
Yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada
ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga
pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
TUJUAN
2. Mengupayan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
209
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi serta penyulit-
menjaga kualitas kehamilan, persalinan, nifas, laktasi, merawat bayi dan keluarga
berencana
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya (menurunkan angka mortalitas
7. Menyiapkan fisik dan mental ibu dengan sebaik-baiknya serta menyelamatkan ibu
dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan nifas guna tetap sehat dan normal
postpartus
2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dan diobati secara dini.
3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi dilahirkan dengan kondisi sehat fisik
maupun mental.
210
PELAYANAN ANTENATAL
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada Antenatal Care, antara lain
1. Makanan (diet) ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori
dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Jumlah kalori
yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500 kalori. Pengetahuan
berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya
dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan
keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari.Jumlah ini lebih
banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada wanita hamil
- Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
211
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
- Zat besi
normal, diperlukan asupan zat besi pada ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari
terutama setekah trimester kedua.Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrosus
gluconate, ferrosus fumarate, atau ferrosus sulphate.Kekurangan zat besi pada ibu
nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah vitamin anti neuritis. Asam nikotin
212
iv. Vitamin D bersifat anti architis.
- Asam folat
Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah
asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per
hamil.
Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas sehari. Air
menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan ginjal.
untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti gemuk, pre-ekslamsia,
Merokok, bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil, sehingga
2. Obat - obatan, untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama
pada triwulan I perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan
3. Ibu hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari di rumah, kantor, atau pabrik.
Asalkan semua pekerjaannya bersifat ringan. Kelelahan harus dicegah dengan cara
diselingi istirahat. Di Indonesia wanita hamil diberi cuti hamol selama 3 bulan, 1,5
213
bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan sesudahnya. Tidak ada gunanya wanita hamil
berbaring terus-menerus seperti orang sakit, karena istirahat yang lama akan
melemahkan otot dan memberikan waktu untuk berfikir yang bukan-bukan. Istirahat
yang diperlukan adalah 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan.
Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/ lipat paha, dan payudara menyebabkan
lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme.
Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam
dalam bathtub dan melakukan vaginal touché. Gunakan pakaian yang longgar, bersih,
dan nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras (tidak elastis) serta
korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama
pada pagi hari.Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan
kerja fisik yang menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat cukup,
minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan
yang berakibat anoksia janin, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan
214
Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarjan
sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati
san benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim.
Membasahi areola dan puting susu secara lembut dapat mencegah retak dan lecet.
Untuk sekresi yang mongering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan
dan menjadi lebih berat, maka gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).
Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selam kehamilan, yaitu pada
trimester pdertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam dikaitkan dengan
hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang berlebihan) sehingga kebersihan
rongga mulut harus selalu terjaga.Pada trimester ketiga terkait dengan adanya
kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat
pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi
setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya caries dan gingivitis.
5. Buang air besar, pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena kurang
gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan tekanan rektum
oleh kepala. Akibat obstipasipanggu berisi penuh oleh usus yang berisi feces dan
uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat menimbulkan bendungan di dalam
215
panggul.Bendungan ini memudahkan timbulnya haemorroid dan
pyelitis.Pencegahannya ialah dengan minum banyak air, gerak badan yang cukup,
6. Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan coitus pada
hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus dilakukan secara
hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik dihindarkan, karena kadang-
kadang menimbulkan infeksi pada persalinan dan nifas serta dapat memecahkan
ketuban pada multipara. Selain itu sperma mengandung prostaglandin yang dapat
persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik tetapi
STANDARD PELAYANAN
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh standar pelayanan yang
harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 7 T, yaitu :
Bagaimana menghindari tingginya tingkat masa tumbuh pada trimester pertama, atau
menghindari berat badan melonjak tinggi pada saat hamil? Jawabannya adalah gaya hidup
sehat, yakni beraktivitas fisik secara proporsional dan makan makanan sehat. Dengan pola
ini, maka mereka yang sudah terlanjur mengalami penambahan berat badan tinggi masih
memiliki harapan untuk melahirkan secara normal sesuai dengan hitungan masa
kehamilan dan bebas dari kemungkinan komplikasi.Berat badan dalam trimester ke III tak
216
boleh bertambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan.Penambahan yang lebih dari
batas-batas tersebut diatas disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut pra
edema.
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155
2. Mengukur Tekanan darah, untuk mengetahui apakah ada hipertensi atau tidak. Karena
lainnya.
217
Gambar1. Tinggi fundus uteri dan taksiran usia kehamilan
a. Mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh kembang janin.
c. Pada kehamilan diatas 20 minggu fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm).
badan.
218
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
5. Pemberian Tablet Fe
219
INSPEKSI ABDOMEN WANITA HAMIL
memulai pemeriksaan, harus menjelaskan pada ibu dan keluarga apa yang akan dilakukan.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran abdomen, varises,
jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan
palpasi dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin,
turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
berikut :
Bantulah pasien untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan
alba nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak
gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin.
220
Tentukan apakah pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya.
Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur
kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namuin pada umur kehamilan 9
bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke
panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas
tulang panggul. Pada kehamilan 24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar
dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi
perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat
bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dari
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Kusuma. 2012. Pengantar Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Andalas
221
PALPASI: TINGGI FUNDUS UTERI DAN MANUVER LEOPOLD, PENILAIAN
Palpasi abdomen dilakukan untuk menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi
fundus), bagian-bagian janin, letak dan presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian
terbawah bayi masuk pintu atas panggul, dan kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss.
LEOPOLD I
Tujuan: untuk melakukan usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri dan
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita
- Ukur tinggi fundus uteri dengan midline: pertama tekan perut sampai bertemu
- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan tentukan
konsistensi uterus
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting, sifat bokong ialah
lunak, kurang bundar, dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri
kosong.
222
Palpasi Leopold I
LEOPOLD II
Tujuan : untuk menentukan bagaian janin apa yang terletak pada lateral abdomen
ibu yang sinistra dan dextra serta untuk mengetahui denyut jantung janin.
kiri dan
- kanan umbilikus.
jantung
- janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak kepala
janin
- Cari denyut jantung janin pada atas scapula, kemudian letakkan funandoskop
223
Gambar 3. Palpasi Leopold II
LEOPOLD III
Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa yang terletak pada bagian bawah
simfisis pubis dan mengetahui apakah bagian bawah janin ini sudah masuk/
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan
untuk menentukan bagian terbawah janin. Pada presentasi kepala akan teraba
bulat dank eras, sedangkan bokong teraba tidak terlalu keras dan kurang bula.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah masuk PAP atau belum dengan cara menggoyangkan bagian bawah
224
Gambar 4. Palpasi Leopold III
LEOPOLD IV
Tujuan: untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul,
- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari
a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam
rongga.
b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul.
225
c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu
atas panggul.
Kalau pada kepala yang telah masuk ke dalam p.a.p kita masukkan tangan ke
dalam rongga panggul maka satu tangan akan lebih jauh masuk, sedangkan tangan
satunya tertahan oleh tonjolan kepala. Tonjolan kepala pada fleksi disebabkan oleh
daerah dahi, sedangkan pada letak defleksi oleh belakang kepala.Kalau tonjolan
kepala bertentangan dengan bagian kecil, maka anak dalam letak defleksi.Leopold
IV tidak dilakukan, kalau kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold yang
lengkap ini, baru dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira-kira dari
bulan VI ke atas.
Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi kepala belum
226
rahim (ballottement in toto).Ballottement di dalam rahim boleh dianggap tanda
kehamilan pasti.Sebelum bulan ke III uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk
227
MENGUKUR DENYUT JANTUNG JANIN
Denyut jantung janin baru dapat diperiksa pada akhir bulan ke-5 namun dengan
ultrasound (doptone) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke-3. Frekuensinya lebih
Karena badan janin dalam posisi kyphose dan di depan dada ada lengan janin,
maka bunti denyut jantung paling jelas terdengar di bagian punggung dekat dengan kepala.
Pada presentasi kepala tempat ini terletak kiri atau kanan di bawah pusat.
Kaki ibu hamil diluruskan sehingga posisi punggung janin lebih dekat dengan dinding
perut ibu
Bunyi jantung dihitung dengan cara menghitung 5 detik pertama, interval 5 detik,
Misalnya:
228
Informasi yang dapat diketahui dari bunyi jantung janin:
Janin hidup
Presentasi janin
Asfiksia/ distress : bunyi jantung <120x/menit atau > 160x/menit, atau tidak
229
PEMERIKSAAN DALAM PADA KEHAMILAN MUDA
Pemeriksaan Bimanual
genetalia interna. Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan pada penderita yang sudah atau
pernah menikah.
a. Prosedur Umum
Dua jari tangan kanan pemeriksa (jari telunjuk dan jari tengah) dimasukkan kedalam
vagina dan tangan kiri pemeriksa diletakkan pada perut bagian bawah diatas symphysis
Serviks
Periksalah bentuk, ukuran, mobilitas dan ada tidaknya nyeri serta lesi
Uterus
Periksalah bentuk, ukuran, mobilitas dan ada tidaknya nyeri, dan posisi
Ukuran tergantung pada paritas dan umur pasien, tetapi secara rata-rata ukuran
uterus normal adalah sebesar telur bebek. Bentuk uterus seperti bola lampu yang
Konsistensi pada saat tidak hamil padat kenyal seperti konsistensi otot biceps
230
Letak uterus dianggap normal bila dalam posisi antefleksi. Dengan kedua jari
dalam fornix posterior uterus dalam antefleksi jelas teraba, sebaliknya uterus dalam
retrofleksi hanya teraba portionya saja. supaya lebih jelas, maka jari yang berada
didalam dipindahkan ke fornix anterior dan kedua tangan didekatkan. Pada posisi
antefleksi corpus uteri dapat teraba sedangkan pada retrofleksi tidak dapat teraba
apa-apa.
uterus dengan jari yang berada didalam dan kemudian menekannya ke bawah
menimbulkan perasaan nyeri. Dicoba pula apakah serviks dapat digerakkan ke kiri
(elastisitas) parametrium.
Adneksa
Kemudian pemeriksa meletakkan jari yang berada didalam pada fornix lateral dan
tangan yang berada diluar dipindah agak ke samping. Hal ini untuk melakukan
pemeriksaan ovarium dan adnexa. Pemeriksaan ini juga sekaligus untuk memeriksa
keadaan parametrium. Bila ovarium tertekan maka pasien akan mengalami perasaan
nyeri seperti yang dialami pria saat testisnya tertekan karenanya harus dihindari.
Bila teraba tumor ditentukan besarnya, konsistensi, mobilitas, batas, nyeri dan
kemungkinan pergerakannya.
231
Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan pada penderita yang sudah atau pernah
menikah. pemeriksaan ini berguna untuk melihat proses dibelakang dan kiri kanan dari
a. Masukkan jari tengah tangan kanan ke dalam rektum kemudian telunjuk dimasukkan ke
b. Tangan yang berada diluar mendekatkan apa yang hendak diperiksa pada tangan yang
berada didalam.
c. Pelapis pada struktur pelvis melengkapi palpasi vagina. Palpasi ligament uterosakral
232
Tes Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari kontrasepsi sampai janin lahir, lama hamil
normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Sarwono, 2000). Kehamilan adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
Sejak sperma bertemu dengan ovum dan mulai terjadi pembuaham proses suatu
kehidupan baru dimulai. Dirnulai dengan pembentukan embrio, fetus atau janin hingga
masa kelahiran. Tahap-tahan perkembangan janin selama empat puluh minggu kehamilan
adalah tahap-tahap yang cukup unik. Dimulai dengan pembuahan oleh sel sperma dan
ovum yang menjadi zigot, membelah beberapa kali menurut deret ukur menjadi embrio,
Pada jaman teknologi canggih sekarang, kehamilan bisa diketahui melalui tes
kehamilan. Tes kehamilan adalah tes yang dilakukan untuk memastikan apakah seseorang
sedang mengandung atau tidak. Tes dilakukan untuk mengetahui diagnosa kehamilan
(HCG) pada darah dan urin wanita.HCG diproduksi oleh embrio yang lazimnya tidak ada
kecuali bila seorang wanita tersebut hamil. Beberapa test yang paling modern dan canggih
dapat mendeteksi kehamilan melalui darah dan urine hanya satu minggu setelah
pembuahan. (Rose.W.2006)
233
Tes kehamilan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Tes urin
Alat untuk melakukan tes urin banyak dijual di apotik-apotik. Cara penggunaannya
juga lebih mudah, yaitu dengan menempatkan sampel urin pada benda atau tempat yang
disediakan Tes urin dilakukan kurang lebih 14 hari setelah pembuahan terjadi, atau pada
saat seorang wanita tidak mendapatkan haid. Saat ini sudah sangat mudah untuk
mengetahui apakah seorang wanita sedang hamil atau tidak. Keuntungan tes urin adalah
dapat dilakukan sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah dilakukan, harga strip
yang relatif murah, akurasi hasil uji yang tinggi (97 — 99%), serta dapat mendeteksi
kehamilan lebih dini. Adapun interpretasi hasil uji urin pada umumnya adalah :
• Jika tidak muncul garis, berati strip rusak. Uji sebaiknya diulang dengan strip yang lain.
2. Tes darah
Tes darah biasanya lebih sensitif, lebih tepat, namun jarang dilakukan karena
harganya yang mahal dan sulit dilakukan. Tes darah dapat dilakukan sekitar 10 hari
setelah pembuahan Hasilnya biasanya berupa tanda positif atau negatif. Kadar hCG diatas
5 mIU biasanya sudah dianggap hamil. Sebagian alat untuk tes urin mengukur kadar hCG
234
3. Tes dengan menggunakan alat USG
rahim, namun tidak bisa memastikan apakah pembesaran ini disebabkan karena
kehamilan. Pada umumnya hal yang menjadi pedoman untuk menentukan hamil atau tidak
dalam suatu tes kehamilan adalah kadar HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) yang
dihasilkan oleh sinsitio tropoblas sekitar tiga migngu setelah terjadi pembuahan atau satu
Pada tahap ini kadar hCG biasanya masih rendah. Kadar HCG pada hari pertama
terlambat haid biasanya sudah mencapai 100 mIU/ml. Kadar HCG sebesar ini sudah cukup
untuk dideteksi oleh uji strip kehamilan. Kadar HCG akan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan delapan minggu usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terkahir.
Setelah itu berangsur-angsur turun dan kembali ke normal beberapa setelah melahirkan.
hCG adalah hormone yang paling utama di dalam kehamilan, karena dengan
adanya hormone ini pada seseorang, maka bisa dipastikan seseorang itu hamil. Hormone
hormon hCG disekresikan oleh syncytiotrophoblast ke dalam sirkulasi darah ibu pertama
Hormon ini berperan dalam stimulasi corpus luteum agar terus mensekresikan
hormon progesteron dan estrogen untuk memelihara endometrium selama kehamilan awal.
Kadar hormon akan semakin meningkat sampai mencapai puncaknya pada kehamilan
235
minggu ke 10-12 dan mencpai kadar terendah saat minggu ke 20 karena pada saat itu
plasenta sudah mampu menghasilkan estrogen dan progesteron sendiri dalam jumlah
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii,
telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak
saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi hCG yang dapat ditemukan
dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam
darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam sejak
pelekatan janin pada dinding rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke
14-16kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil
mengalami penambahan kadar hormon hCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari.
Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering
dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir
mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon
ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
Cara kerja test ini pada kehamilan muda adalah dengan mendeteksi hormone
kehamilan yang dihasilkan sinsitio trofoblas yaitu HCG (Human chorionic gonadotropin)
didalam darah atau urine.Adanya antibody bisa dibuktikan dan diperkirakan secara
kuantitatif karena antibody tersebut bersifat selektif terhadap HCG pada saat munculnya
236
Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar
dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga
laki-laki, kadar hCG di atas normal bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat
reproduksi. Tak hanya itu, kadar hCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut
diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian
237
E. Hormon lain yang mempengaruhi kehamilan
organ-organ tubuh.
Beberapa hormon yang pengeluarannya dikontrol oleh kelenjar pituatari yang berada
1. Progesteron
Di lain sisi, progesterone akan membuat pembuluh darah melebar. Akibatnya tekanan
darah menjadi turun, dan ibu akan merasa pusing. Terkadang menyebabkan sistem
pencernaan terganggu, seperti perut kembung atau sembelit, mempengaruhi suasana hati
ibu saat hamil, serta meningkatkan suhu tubuh dan menyebabkan mual.
2. Estrogen
dan sendi-sendi tubuh menjadi lemah. Akibatnya ibu hamil terkadang mangalami sakit
punggung.
238
3. Prolaktin
Hormon ini bertanggung jawab terhadap peningkatan sel yang memproduksi ASI
dalam payudara. Hormon estrogen setelah melahirkan akan turun, hormon ini dapat
menghambar produksi ASI, dengan demikian prolaktin dapat merangsang produksi ASI.
4. Oksitosin
Hormon ini terlibat dalam proses reproduksi pada pria dan wanita, membantu
kontraksi pada saat kehamilan dan persalinan, produksi susu pada saat menyusui, maka
5. Relaksin
mengatasi aktivitas rahim dan melembutkan leher rahim dalam rangka persiapan proses
persalinan
239
PERMINTAAN PEMERIKSAAN USG OBSGYN
Barat dan di banyak negara berkembang. Metode ini telah mengubah perawatan antenatal
yang semula hanya bersifat menerka-nerka usia gestasi menjadi pengetahuan yang akurat
tentang usia kehamilan sejak usia 7 hari, serta mampu mencatat perkembangan janin,
khususnya bila dicurigai terdapat retardasi pertumbuhan janin. Selain itu, ultrasonografi
nyawanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah
minggu ke-36)
Indikasi:
240
Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri dan lamanya amenorea
Tersangka oligohidramnion/polihidramnion
Alat bantu dalam tindakan obstetri, seperti versi luar, versi ekstraksi, plasenta manual,
dsb
Sebagai alat bantu dalam tindakan intervensi seperti amniosintesis, biopsivili korales,
Persiapan Pemeriksaan
a. Pencegahan infeksi
241
b. Persiapan alat
c. Persiapan pasien
d. Persiapan pemeriksa
a. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah
pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan
infeksi lebih besar pada waktu pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak
242
2. Risiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan
yang dipakai minimal memerlukan desinfeksi tingkat tinggi (lebih baik bila
dilakukan sterilisasi).
1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai
dengan sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan
peralatan USG.
3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan
diganti setiap hari), kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan.
5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan
243
jangan sampai sarung tangan tersebut mengotori peralatan USG dan tempat
pemeriksaan.
7) Pada pemeriksaan USG invasif, misalnya ovum pick-up persiapan yang dilakukan
sama seperti akan melakukan tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai
3%, memakai sarung tangan dan masker, serta memakai kacamata. Kulit
b. Persiapan alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap
baik. Mesin USG diletakkan disebelah kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa
bertangan kiri, maka mesin diletakkan disisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG
sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut.
hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator
USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu
naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang
244
UPS (uninterrupted power supply).
dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak (Gambar 5).
Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan
anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap
kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit (Gambar 6). Setelah semua
rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk
mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab
pemeriksaan
245
Tempatkan semua transduser pada tempat yang disediakan, perhatikan jalannya kabel
c. Persiapan pasien
informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi
penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui
ia seorang nona atau nyonya ?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom
yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan
infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah,
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat
yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk
menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh
“Kok sudah dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau
ada kista indung telur ?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik
246
didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya
d. Persiapan pemeriksa
USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat,
nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak
medik yang akan dilakukan. Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di
Indonesia saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang
Transduser dipegang oleh tangan yang terdekat dengan tubuh pasien, hal ini
ergonomis yang dapat bergerak, berputar, dan dapat diatur ketinggiannya agar posisi
tangan sama tinggi dengan dinding perut pasien (pemeriksaan USG transabdominal)
atau duduk di depan perineum pada saat melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Mesin USG harus dapat dijangkau oleh tangan kiri pemeriksa agar pemeriksaan
Pemeriksa juga harus berlatih dengan baik agar dapat merasakan bahwa
247
dapat dirasakan. Jangan memegang transduser terlalu kaku dan kuat karena akan
menimbulkan cedera pada lengan dan bahu. Pemeriksa juga harus mengetahui
dilakukannya.
Teknik Pemeriksaan
o Transabdominal
o Transvaginal,
248
o Transperineal / translabial,
o Transrektal, atau
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Kusuma. 2012. Pengantar Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Barclay, Laurie, 2012. Fetal Heart Rate Monitoring Guidelines Updated. America:
Experience.
Prawirohardjo.
Prawirohardjo.
Pernambuco.
Smith, Carl V, et al. 2016. Basic Obstetric Ultrasound. America: American College of
249
Todd, Claire. 2013. Fetal Heart Rate Monitoring –Principles and Interpretation of
Gynecologist
250
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL
- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.
Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam pada
multigravida.
Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30 menit.
1. KALA I
Tatalaksana
• Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan
• Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh muka ibu
251
• Ajari teknik bernapas
• Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain tanpa seizin
ibu.
• Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/besar
• Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu serta jendela harus tertutup.
• Sungsang
• Kehamilan ganda
252
• Hipertensi
• Persalinan lama
• Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien
Selain kondisi di atas, ada beberapa tindakan yang sering dilakukan namun sebenarnya tidak
banyak membawa manfaat bahkan justru merugikan, sehingga tidak dianjurkan melakukan
hal-hal berikut:
• Kateterisasi kandung kemih rutin: dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
• Posisi terlentang: dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah uterus
253
• Mendorong abdomen: menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko ruptura uteri
laserasi serviks
• Enema
Tatalaksana
Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu:
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya.
• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya
• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat
• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih
• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus
set/wadah DTT
254
• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih
dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh
bayi.
• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan
letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi spuit.
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang
lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelahnya.
255
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan yang sesuai jika
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
• Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau
tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (untuk primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (untuk multigravida). Jika dokter spesialis
obstetri dan ginekologi tidak ada, segera persiapkan rujukan.
256
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala
bayi.
Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
257
Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang seperti gambar
berikut:
258
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum ibu untuk
Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke
Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah
Bila ada jawaban “TIDAK”, bayi mungkin mengalami asfiksia. Segera lakukan
resusitasi bayi baru lahir (lihat bab 3.3) sambil menghubungi dokter spesialis anak.
Bila dokter spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan
Pengisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keringkan dan
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI
259
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin!).
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm
dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin).
Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali
benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.
260
Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke
puntung tali pusat
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan
posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dan
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti gambar berikut, untuk
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
261
*Melakukan peregangan tali pusat terkendali
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu
meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti
gambar berikut.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
262
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan
meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan pastikan bahwa
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di
263
• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-
berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
• Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada
• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi
menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak
• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya.
• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang
pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal
esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian
• Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.
• Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat
kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan
kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
• Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu
• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika
lain).
264
• Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri
anterolateral bayi.
• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu
sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.
Bila menemukan tanda bahaya, hubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam
• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mewaspadai
tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis.
jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisu
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.
Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan selesai.
266
AMNIOTOMI
Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali
Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan
Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan
menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.
Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke
Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan
Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan
267
EPISIOTOMI
1. Episiotomi
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara
vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis.
Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan
terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-
otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu: m.puborektalis,
1. Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m. sfingter ani eksterna yang melingkari
anus.
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai
(spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus. Syaraf ini meninggalkan
pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum,
kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang
dinding samping fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock.
Begitu memasuki kanalis Alcock, n. pudendus terbagi menjadi 3 bagian / cabang utama,
yaitu: n. hemorrhoidalis inferior diregio anal, n. perinealis yang juga membagi diri
menjadi n. labialis posterior dan n. perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis
Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri
pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a. hemorrhoidalis
B. Definisi 1,5
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. Prinsip tindakan episiotomi
269
adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang
melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Pertimbangan untuk melakukan
episiotomi harus mengacu kepada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling
sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Tujuan episiotomi adalah menyatukan kembali
C. Indikasi 2
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin.
1. Indikasi janin
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala
janin.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena para penolong
persalinan percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah penyulit dan
infeksi, serta lukanya akan sembuh dengan baik daripada robekan spontan, tetapi
270
b. Sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan laserasi
D. Kontra Indikasi 2
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit
kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
E. Jenis-Jenis 2,3
a. Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura lurus ke bawah tetapi tidak sampai
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan
Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi
271
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan ini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju arah belakang
dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan kearah kanan ataupun kiri, tergantung
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura
perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah
penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah
3. Episiotomi lateralis
Sayatan ini dilakukan kearah lateral mulai dari angka 3 atau 9 sesuai dengan arah
jarum jam.
Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak
banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
4. Insisi Schuchardt.
melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
272
Gambar 1. Jenis-Jenis Episiotomi
Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari luka
episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu lambat maka
otot-otot dasar panggul sudah sangat teregang sehingga salah satu tujuan episiotomi itu
dilakukan pada saat kepala janin sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu
his.
terpasang tetapi sebelum traksi dilakukan, dengan alasan bahwa bila dilakukan sebelum
273
F. Penjahitan luka episiotomi 2,3,4
episiotomi, bahkan lebih penting dari jenis episiotomi itu sendiri. Penjahitan biasanya
dilakukan setelah plasenta lahir, kecuali bila timbul perdarahan yang banyak dari luka
Beberapa prinsip dalam penjahitan luka episiotomi yang harus diperhatikan adalah
sebgai berikut:
berlebihan.
274
Tekhnik episiotomi
1. Episiotomi medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas
Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi iniltrasi antara lain dengan larutan
procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan xylocaine 1%-2%. Setelah
pemberian anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan gunting yang tajam dimulai
dari bagian terbawah introitus vagina menuju anus, tetapi tidak sampai memotong pinggir
atas sfingter ani, hingga kepala dapat dilahirkan. Bila kurang lebar disambung ke lateral
(episiotomi mediolateralis).
Untuk menjahit luka episiotomi medialis mula-mula otot perineum kiri dan kanan
dirapatkan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan. Lalu selaput
lendir vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan
empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus (interrupted suture)
atau secara jelujur (continous suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan
275
selaput lendir adalah catgut khromik, sedangkan untuk kulit perineum dipakai benang
sutera.
2. Episiotomi mediolateral
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.
Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama dengan teknik
276
A. Menjahit jaringan otot-otot dengan jahitan terputus-putus
E. Fasia dijahit
G. Kulit dijahit
3. Episiotomi lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau
Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena banyak memimbulkan
komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pundendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut
G. Komplikasi
277
Episiotomi dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, pembengkakan, memar atau
terinfeksi. Hal ini juga dapat terjadi jika sayatan meluas ke rektum atau luka episiotomi
sembuh. Dalam beberapa kasus, mungkin anda akan merasakan sesuatu yang menyakitkan
ketika berhubungan seksual bahkan setelah sayatan episiotomi telah sepenuhnya sembuh.
4 EPISIOTOMI
4.1 Anestesi Lokal
4.1.1 Jelaskan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantulah agar
ibu merasa tenang
4.1.2 Pasanglah jarum no.22 pada semprit 10 ml, kemudian isi semprit dengan
bahan anestesi (lidokain HCl 1% atau Xilokain 10 mg/ml)
4.1.3 Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) di antara kepala dan janin dan
perineum. Masuknya bahan anestesi (secara tidak sengaja) ke dalam
sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat fatal, oleh sebab itu gunakan
jari-jari penolong sebagai pelindung kepala bayi.
4.1.4 Tusukkan jarum tepat di bawah kulit perineum pada daerah comissura
posterior (fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva.
4.1.5 Arahkan jarum dengan membuat sudut 450 ke sebelah kiri(atau kanan)
garis tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung
jarum tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam
semprit). (Intravasasi bahan anestesi lokal kedalam pembuluh darah,
dapat menyebabkan syok pada ibu)
4.1.6 Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1%
4.1.7 Tunggu 1-2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal, sebelum
episiotomi dilakukan.
-Penipisan dan peregangan perineum berperan sebagai anestesi alamiah.
-Apabila kepala bayi menjelang ke luar, lakukan episiotomi dengan
278
segera.
* Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi di antara his
sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
* Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu
masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml lidokain 1% pada daerah
nyeri
* Penyuntikan sambil menarik mundur, bertujuan untuk mencegah
akumulasi bahan anestesi hanya pada satu tempat dan mengurangi
kemungkinan penyuntikan ke dalam pembuluh darah.
4.2 Tindakan Episiotomi
4.2.1 Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
4.2.2 Letakkan jari telunjuk dan tengah di antara kepala bayi dan perineum,
searah dengan rencana sayatan.
4.2.3 Tunggu fase acme (Puncak His) kemudian selipkan gunting dalam
keadaan terbuka di antara telunjuk dan tengah.
4.2.4 Gunting perineum, dimulai dari fourchet (comissura posterior) 450 ke
lateral (kiri atau kanan).
4.2.5 Lanjutkan pimpinan persalinan.
4.3 Penjahitan Luka Episiotomi
4.3.1 Atur posisi ibu menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot
pada daerah yang benar.
4.3.2 Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva
dan perineum.
4.3.3 Kenakan sarung tangan yang bersih/DTT. Bila diperlukan pasanglah
tampon atau kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke
daerah yang akan dijahit.
4.3.4 Letakkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
4.3.5 Uji efektifitas anestesi lokal yang diberikan sebelum episiotomi masih
bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit,
tambahkan anestesi lokal sebelum penjahitan dilakukan.
4.3.6 Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman
dari cemaran.
279
4.3.7 Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas
batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di
dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan
menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
4.3.8 Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur dengan
jerat ke bawah sampai lingkaran sisa himen.
4.3.9 Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan himen
dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat
keluarnya jarum di perineum dengan batas atas irisan episiotomi.
4.3.10 Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot
sampai ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada ke dua sisi memiliki
ukuran yang sama dan lapisan otot tertutup dengan baik).
4.3.11 Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
mulailah merapatkan kulit perineum dengan jaitan subkutikuler.
4.3.12 Bila telah mencapai lingkaran himen, tembuskan jarum keluar mukosa
vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukkan terakhir subkutikuler.
4.3.13 Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan
kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat
keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus
mukosa pada sisi berlawanan.
4.3.14 Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul
kunci.
4.3.15 Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan
tindakan yng sesuai bila diperlukan.)
4.3.16 Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang dibubuhi cairan
antiseptik.
5 PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
5.1 Kumpulkan dan masukkan instrumen kedalam wadah yang berisi khlorin
0,5%
5.2 Kumpulkan bahan habis pakai dan masukkan ke tempat sampah medis
5.3 Bubuhilah benda-benda didalam kamar tindakan yang terkena darah
atau cairan tubuh pasien dengan khlorin 0,5%
280
5.4 Bersihkanlah sarung tangan, dilepaskan dan direndam dalam khlorin
0,5%
5.5 Cuci tangan dengan sabun dalam air mengalir
5.6 Keringkan tangan dengan handuk/kertas tissue yang bersih
6. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
6.1 Periksa tanda vital pasien
6.2 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam status pasien
6.3 Buat insruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
6.4 Memberitahu pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
6.5 Tegaskan kepada perawat untuk menjalankan instruksi dan pengobatan
serta melaporkan segera apabila ditemukan perubahan pascatindakan.
281
MENJAHIT LUKA EPISIOTOMY SERTA LASERASI DERAJAT 1&2
A. Definisi 5
Luka atau robekan jaringan yang tidak teratur (Depkes RI 2004). Risiko yang
ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan yang dapat menjalar ke segmen
bawah uterus. Risiko lain yang dapat terjadi karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang
hebat adalah ibu tidak berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.
B. Penyebab 6
Yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir adalah Partus presipitatus.
c. Primipara
d. Letak sungsang.
f. Pada obstetri dan embriotomi : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi.
C. Klasifikasi
1. Robekan perineum3
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara
umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara.
Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan
282
dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks
atau vagina.
a) Definisi 7,8,9
b. Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian
perinium.
c. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat.
b) Epidemiologi 7
perineum sebanyak 52 (77,6%), yang terdiri dari 21 ibu yang melahirkan dengan
3500 gr (46,3%).
b. Sedangkan survey awal yang dilakukan Herawati ( 2010 ) pada bulanFebruari 2010
di BPS Ny. Sri Suhersi, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragenterdapat dari 23 orang
pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil
penyembuhan luka, terdiri dari 5 pasien yang kurang kebersihan merawat diri; dan
3 pasien yang kurang memperhatikan nutrisi sehingga luka laserasi jalan lahir
a. Derajat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum.
b. Derajat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
c. Derajat tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
d. Derajat empat : Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingterani yang
d) Etiologi 6
Beberapa hal yang menajdi penyebab terjadinya robekan perineum sebagai berikut :
e. Distosia bahu
penyebab robekan perineum adalah posisi persalinan, cara meneran dan berat bayi
Terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri (yang mencakup
paritas, jarak kelahiran dan beat badan lahir), riwayat persalinan yang mencakup
1. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seseorang ibu baik hidup maupun
mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian rupture perineum. Pada ibu
dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
robekan perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan
karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot
2. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang dengan
kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong risiko
tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun
merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan
keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami robekan
285
perineum derajat tiga atau empat, sehingga proses pemulihan belum sempurna dan
Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum yaitu pada berat
badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti
distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin tergantung
pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi dokter atau bidan. Pada masa kehamilan,
4. Riwayat Persalinan
f) Patofisiologi 6
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang jugapada
persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala
janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan
asfiksia dan pendarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada
dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. Robekan perineum umumnya terjadi
digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang
daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
pembedahan vaginial.
286
g) Penatalaksanaan
efektif menyebabkan perdarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta pada jangka
waktu panjang dapat mengganggu ketidaknyamanan ibu dalam hal hubungan seksual.
a. Derajat I
b. Derajat II
Sebelum penjahitan bila dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi,
maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu, kemudian
mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit dijahit secara
subkutikuler.
c. Derajat III
Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fascia pascia
d. Derajat IV
Penjahitan derajat 4 hampir sama dengan derajat 3, hanya pada derajat 4 mukosa
rectum dijahit dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 secara interrupted dengan 0,5 cm antara
:6
d.Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan, kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap
lidokain.
7. Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa
9. Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan derajat III dan IV.
288
10.Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan penjahitan
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Acuan Nasional. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
2. Albar, E. 2000. Perawatan Luka Jalan Lahir, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina
3. Benson RC, Pernoll ML.1994. Hand book of Obstetric & Gynaecology. Mc Graw-Hill.
4. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gan NF et al. 1997. Williams Obstetrics, 20 th ed.
Sarwono Prawirohardjo.
9. USU,2006. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19474/4/Chapter%20II.pdf.
http://www.scribd.com/doc/39724533/Episiotomi-amp-Penjahitan-Jalan-Lahir. Diakses
http://www.scribd.com/doc/8649214/PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN.
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-perlukaan-jalan-lahir/.
290
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
Penilaian Bayi Baru Lahir Dengan Nilai APGAR
Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi melalui
pemeriksaan nilai APGAR. Nilai APGAR memungkinkan pengkajian untuk mengetahui perlu
tidaknya resusitasi dilakukan dengan cepat.bayi yang sehat harus mempunyai nilai APGAR 7-
10 baik itu pada penilaian 1 menit pertama maupun penilaian pada 5 menit kemudian dalam
Nilai APGAR merupakan suatu metode sederhana yang dipakai oleh bidan untuk menilai
keadaan bayi sesaat setelah lahir . Pemeriksaan ini dilakukan secara cepat bayi baru lahir akan
mengevaluasi keadaan fisik dari bayi baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda tanda
darurat yang memerlukan dilakukannya tindakan segera terhadap bayi baru lahir. Seorang bayi
dengan berbagai tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi dapat meninggal bila tidak
ditangani segera. APGAR dipakai untuk menilai kemajuan kondisi 16 BBL pada saat 1 menit
dan 5 menit setelah kelahiran.Pengukuran menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana
ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan
sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu.Pada situasi tertentu pengukuran ke
tiga kalinya dan selanjutnya dapat dilakukan pada menit ke 10, 15, dan 20 setelah kelahiran.
Pengkajian ini didasarkan pada lima aspek yang menunjukan kondisi fisiologis neonatus
tersebut, yakni :
4. Iritabilitas reflex, dilakukan berdasarkan respons terhadap tepukan halus pada telapak kaki
301
Setiap hal di atas diberi nilai 0, 1, atau 2. Evaluasi dilakukan pada 1 menit pertama dan menit
Nilai APGAR
Keterangan :
Pemberian nilai APGAR baik itu pada APGAR 1 (1 menit pertama), atau pada APGAR 2
Nilai 7-10 : Mengindikasikan bayi kondisi normal atau baik tidak akan mengalami
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan.
Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar
bersalin.
302
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Inspeksi Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan
simetris.
2. Pemeriksaan suhu
3. Kulit
4. Kepala
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
5. Wajah
Inspeksi Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan
simetris.
6. Mata
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil
7. Telinga
Inspeksi Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan
8. Hidung
Inspeksi Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
303
9. Mulut
Inspeksi Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna
merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh,
lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Palpasi Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Palpasi Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
12. Payudara
Inspeksi Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
Palpasi Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah
arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di
304
Inspeksi (wanita) Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra
Inspeksi (laki-laki) Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum
penuh.
15. Anus
Inspeksi Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk
Inspeksi Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
17. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek
genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama
karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris
b. Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan
kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh :
tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama
a. Berkedip
b. Tonic neck
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan
dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan,
normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang
dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada
beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan
bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 -
4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g. Menari / melangkah
306
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada
ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan
LD : 32 – 35 cm.
307
PERDARAHAN PASCA SALIN (PPS)
Perdarahan pasca-salin (PPS) secara umum didefmisikan sebagai kehilangan darah dari saluran
genitalia >500 ml setelah melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan secara
seksio sesarea. Perdarahan pasca-salin dapat bersifat minor (500-1000 ml) atau pun mayor
(>1000 ml). Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang (1000-2000 ml) atau berat (>2000
ml).
Perdarahan pasca-salin dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu kelemahan tonus uterus untuk
menghentikan perdarahan dari bekas insersi plasenta (tone), robekan jalan lahir dari perineum,
vagina, sampai uterus (trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang menghalangi kontraksi
uterus yang adekuat (tissue), dan gangguan faktor pembekuan darah (thrombin).
Beberapa teori telah menyatakan bahwa pengukuran kehilangan darah saat persalinan bertujuan
untuk memastikan diagnosis PPS pada saat yang tepat dan memperbaiki luaran. Meskipun
demikian, belum ada studi yang secara langsung dapat menjawab pertanyaan penelitian
tersebut.
308
Schuurmans N, MacKinnon C, Lane C, Duncan E. SOGC Clinical Practice Guideline: Prevention and
Penyebab dari PPS adalah 4T yang merupakan singkatan dari Tone, Trauma, Tissue dan
Thrombin. Tone merupakan masalah pada 70% kasus PPS, yaitu diakibatkan oleh atonia dari
uterus. Sedangkan, 20% kasus PPS disebabkan oleh trauma. Trauma dapat disebabkan oleh
laserasi serviks, vagina dan perineum, perluasan laserasi pada SC, ruptur atau inversi uteri dan
trauma non traktus genitalia, seperti ruptur subkapsular hepar. Sementara itu, 10% kasus
lainnya dapat disebabkan oleh faktor tissue yaitu seperti retensi produk konsepsi, plasenta
(kotiledon) selaput atau bekuan, dan plasenta abnormal. Faktor penyebab dari thrombin
diantaranya abnormalitas koagulasi yang sangat jarang terjadi yaitu sekitar <1% kasus.
309
INISIASI MENYUSUI DINI
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan langkah yang sangat baik untuk memudahkan bayi
dan ibu dalam memulai proses menyusui. Berbagai macam keuntungan didapatkan dari
1. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan bayi di
atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan keringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion
pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau yang
sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan.
Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena verniks
2. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu dengan kepala
3. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan bayinya,
4. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang
tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang dapat diprediksi.
Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan diam
5. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang, menggerakkan kaki,
bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi. Meskipun
kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna
lebih gelap dan bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke
dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan pada payudara ibu.
310
6. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan dipandu
oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting,
7. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar, sekitar 15
menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk
dan bernapas.
8. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan keperawatan
9. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.
10. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan bayi
311
KOMPRESI BIMANUAL
Kompresi bimanual merupakan salah satu upaya pertolongan pertama pada perdarahan
pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri. Tindakan ini bertujuan menjepit
berkontraksi.
Kompresi bimanual interna harus segera dilakukan apabila uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) pada fundus uteri. Karena
ada intervensi tangan penolong yang masuk ke dalam jalan lahir, tindakan ini lebih
dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada pasca partum. Oleh karena itu
Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil dan perdarahan tetap terjadi lakukan
kompresi aorta abdominal, cara ini dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab
312
313
314
Lakukan Kompresi Aorta Abdominal
315
1. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk, tengah, manis dan
kelingking pada umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus (titik
kompresi adalah tepat di atas pusar sedikit dan sedikit ke arah kiri)
2. Pertahankan selama 5-7 menit. Dorongan kepalan tangan akan mengenai bagian yang
keras di bagian tengah atau sumbu badan ibu, dan apabila tekanan kepalan tangan kiri
mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang dipantau dengan jari
telunjuk, dan tengah tangan kanan) akan berkurang atau terhenti (tergantung derajat
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.
316
Cunningham F G, Gant NF. 2011. Williams Obstetri. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Chandra PK. 2013. Perdarahan Postpartum. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti: Jakarta.
A. Definisi
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang dikeluarkan
pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea ini
1. Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
2. Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari
ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14
pasca persalinan.
4. Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5. Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Referensi :
317
PERAWATANPOST OPERASI SECTIO CAESARIA
Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang
mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan dengan operasi. Operasi ini disebut dengan
Sectio Caesarea.
Sectio Caesarea berasal dari bahasa Latin, Caedere, artinya memotong. Sectio Caesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding rahim. Pada pasien yang dilakukan
operasi pembedahan untuk tindakan sectio cesarea ini memerlukan beberapa perhatian karena ibu nifas
yang melahirkan dengan operasi caesarea agar dapat melewati fase penyembuhan pasca operasi tanpa
komplikasi.
Proses persalinan operasi caesar umumnya berlangsung sekitar satu jam. Pada pasien dengan
pembiusan total, kesadaran akan berlangsung pulih secara bertahap seusai penjahitan luka operasi.
Sedangkan pada pembiusan regional, dengan anasthesi epidural atau spinal (memasukkan obat bius
melalui suntikan pada punggung), ibu bersalin akan tetap sadar hingga operasi selesai dan hanya bagian
B. Persiapan
1. Alat
Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrumen steril :
318
Lidi waten.
Kom 2 buah.
Kasa steril.
Plester
Gunting perban
Bengkok 2 buah
Larutan NaCl
Betadin
Korentang
Alkohol 70%
2. Lingkungan
3. Pelaksanaan
Inform Consent.
C. Prosedur Pelaksanaan
319
7. Pasang perlak dan alas.
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester. Angkat balutan dengan
pinset.
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada
11. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan NaCl.
13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada bengkok yang
14. Buka bak instrumen, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester, siapkan
depres.
16. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter drainase
17. Bersihkan luka dengan larutan NaCl dan betadin dengan menggunkan pinset. Gunakan satu
kasa untuk setiap kali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka/insisi. Usap dengan cara seperti pada langkah
17.
19. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan
pinset cirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah
simpul yang berdekatan dengan kulit/pada sisi lain yang tidak ada simpul.
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan pasien terasa
nyeri.
321
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
tumor atau kelainan pada suatu payudara. Pemeriksaan ini sangat mudah dan dapat
Pemeriksaan payudara sangat baik bila dilakukan satu bulan sekali, dan lebih baik
bila dilakukan pada saat yang sama setiap bulannya. Karena payudara mengalami
perubahan pada setiap kali menstruasi. Pemeriksaan yang paling baik dilakukan pada hari
payudara sendiri dilakukan selalu pada tanggal yang sama pada tiap bulannya.
Pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh wanita sepanjang usianya setelah ia berusia 20
tahun.
1. Berdiri menghadap cermin dengan bahu tegak, dada dibusungkan dan kedua tangan
diletakkan di panggul
1.1. Perhatikan ukuran, bentuk dan warna payudara. Payudara bentuk yang normal,
1.2. Segera periksakan diri ke dokter, bila terdapat skin dimple, tonjolan, nipple
322
2. Berdiri menghadap cermin dengan kedua lengan diangkat, dan perhatikan hal yang
3. Berdiri menghadap cermin, lakukan penekanan pada nipple dengan ibu jari dan
telunjuk untuk melihat adanya discharge. Cairan yang keluar dapat berupa susu,
323
4. Lalukan perabaan pada payudara, dapat dilakukan, dengan cara:
4.1. Berbaring, Lakukan pemeriksaan payudara kanan dengan tangan kiri, lengan sisi
yang sama menyangga kepala, dan sebaliknya, gunakan permukaan palmar jari,
pemeriksaan yang sistematis, dari atas kebawah, kemudian melingkar dan dari
324
325
Macam-macam arah pemeriksaan yang dapat dilakukan
4.2 Berdiri atau duduk, dengan cara yang sama seperti diatas, pemeriksaan yang
lebih baik dilakukan pada saat mandi dengan permukaan kulit yang basah dan
licin.
326
MANAJEMEN LAKTASI
membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris
sudah ada.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus),
makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui
makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin
sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara
akan berhenti menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari,
327
ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk
kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam
Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)
Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh
isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan
merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI
keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat
mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika
refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk
mengakibatkan nyeri.
328
Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin
tangga
Pijat bayi
Keberhasilan menyusui
bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui
329
1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam
1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan
tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur.
Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat
itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal
ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi
bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan
kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi
anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula)
Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan
Keterampilan menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui
330
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring
atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak
baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta
posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat
menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan
badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi
dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan
bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala
bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara
bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola
bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara
331
Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku
Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup
banyak payudara kedalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus.
Bayi harus menarik keluar atau memeras jaringan payudara sehingga membentuk
puting buatan/ DOT yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu
sendiri hanya membentuk sepertiga dari puting buatan/ DOT. Hal ini dapat kita
lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari
payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisapan dalam dan
lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar
332
Mulut terbuka lebar
Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri
pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat
dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering
dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik
lidah
Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik
pertemuan)
333
Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi
Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada
Putting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang terbentuk dari
jaringan payudara
melalui sedotan
mulut
4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan dot
5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi
menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur
sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari
30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada
334
hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram),
proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar.
Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila
bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga
Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih
dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia
2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan
selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam
terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara
2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak
3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi
4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari
payudara ibu
335
DAFTAR PUSTAKA
1. Roesli, Utami, Elizabeth Yohmi. 2012. Buku Bedah ASI IDAI. Jakarta
Cipta.
Totalita Publisher.
336
PERAWATAN MASA NIFAS
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitelia baru pulih
infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan
337
PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI
lubang kemaluan (vagina) dan anus. Tujuannya untuk memperlebar jalan lahir
memerlukan tindakan episiotomi, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar
Perawatan luka bekas jahitan sangat penting karena luka bekas jahitan
jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu
menjadi demam , luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan
bau busuk dari jalan lahir. Perawatan luka jalan lahir dilakukan sesegera mungkin
setelah 6 jam dari persalinan normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai
bergerak duduk dan latihan berjalan.Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan
2. Waslap di basahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap
yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan
338
takut dengan rasa nyeri, bila tidak di bersihkan dengan benar maka darah
kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman
berkembang biak.
3. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka
4. Kenakan pembalut baru yang nyaman, celana dalam yang bersih dari
bahan katun. Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak
mengganti pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air
seperti biasa. Jika ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan
menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni dan feses juga akan
hilang.
5. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka
jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan
yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila terasa
6. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Terutama ikan, ayam, daging dan telur. Kecuali bila ibu alergi
7. Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan
begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak perlu
mengejan.
339
8. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali jamu
9. Untuk menahan rasa sakit akibat proses jahitan, dokter akan memberikan
10. Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak
11. Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera
12. Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum dapat diolesi
salep antibiotik.
13. Lakukan senam nifas. Yaitu senam untuk ibu setelah melahirkan, boleh
mengangkat kaki saat tiduran secara bergantian. Kaki boleh diangkat satu
jongkok pelan – pelan. Jangan kuatir jahitan akan lepas karena jahitan
sangat kuat. Lepas karena ibu tidak rajin membersihkan luka jahitan
sehingga terjadi infeksi. Atau pada beberapa kasus yang sangat jarang ibu
340
Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:
Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan ringan
otot , namaun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu
hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat
– zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses
luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini bersifat sementara.
minum air putih agar jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan .
Justru ibu harus minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar
buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan memperlancar proses
pengeluaran ASI.
Luka jahitan rata – rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu
minggu.
341
memilih tidak membersihkannya. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentan
- keputihan
Bila ada tanda-tanda seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter. Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
342
KONSELING KONTRASEPSI
KB HORMONAL
343
o Pasca keguguran o Sakit kepala disuntik
o Perokok o Nyeri mamae inramuskular dalam
o TD < 180/110 o Jerawat di pantat
mmHg o Noristerat diberikan
o Sickle cell anemia tiap 8 minggu untuk
o Pengguna obat TB injeksi ke-1 sampai
atau epilepsy ke-4 lalu tiap 12
o Tidak dapat minggu untuk
memakai injeksi ke-5 hingga
kontrasepsi yang seterusnya
mengandung o Membersihkan kulit
esterogen yang akan disuntik
o Anemia def. besi dengan kapas
o Mendekati usia alkohol yang
menopause dibasahi oleh etil /
isopropil alkohol 60
– 90%. Biarkan
kering terlebih
dahulu sebelum
disuntik
Kontrasepsi o Wanita usia o Hamil atau o Spotting o Pil diminum saat
Oral reproduksi curiga hamil (perdarahan) haid hari pertama
Kombinasi o Telah memiliki o Menyusui o Mual hingga hari ke-7
anak ataupun eksklusif o Sakit kepala sebaiknya pada saat
belum o Riwayat o Peningkatan yang sama setiap
o Gemuk atau kurus pendarahan BB harinya
o Setelah pervaginam o Perubahan o Boleh diminum
melahirkan & yang tidak emosi pada hari ke-8,
tidak menyusui diketahui tetapi perlu
o Setelah penyebabnya menggunakan
melahirkan 6 o Hepatitis metode kontrasepsi
bulan yg tidak o Perokok >35 lain (kondom)
memberikan ASI tahun mulai hari ke-8
eksklusif o Riwayat hingga hari ke-14
o Pasca keguguran penyakit CV atau tidak
o Anemia karena o TD > 180/110 berhubungan
haid berlebihan mmHg seksual sampai
o Disminorrhea o DM > 20thn menghabiskan
hebat o Riwayat paket pil
o Riwayat migraine, o Setelah melahirkan
kehamilan ektopik o Pelupa minum diminum setelah 6
o DM tanpa obat bulan pemberian
komplikasi ASI eksklusif atau
o Menderita TB setelah 3 bulan dan
(kecuali sedang tidak menyusui,
344
menggunakan atau pasca abortus
rifampisin) (segera atau dalam
o Siklus haid tidak waktu 7 hari)
teratur o Bila berhenti
kontrasepsi injeksi
dan ingin
mengganti pil
kombinasi, pil
langsung diberikan
tanpa menunggu
haid
Kontrasepsi o Wanita usia o Hamil atau o Perubahan o Suntikan dilakukan
Suntik reproduksi diduga hamil siklus haid oleh dokter atau
Kombinasi o Telah memiliki o Menyusui di o Spotting tenaga medis lain
anak ataupun bawah 6 minggu o Mual yang berkompeten
belum memiliki pasca persalinan o Sakit kepala o Suntikan diberikan
anak o Perdarahan o Peningkatan tiap bulan secara
o Menyusui ASI pervagina yang BB intramuskular
pasca persalinan belum jelas o Keterlambata dalam
>6 bulan penyebabnya n kesuburan o Suntikan pertama
o Pasca persalinan o Penyakit hati akut setelah diberikan dalam
dan tidak (virus hepatitis) penghentian waktu 7 hari siklus
menyusui o Usia>35 thn haid
o Anemia o Riwayat penyakit o Pasien harus
o Nyeri haid hebat kardiovaskuler, kembali ke dokter
o Haid teratur atau dengan setiap 4 minggu
o Riwayat TD>180/110 untuk disuntik lagi
kehamilan mmHg
ektopik o Riwayat
DM>20thn
o Sakit kepala atau
migrain
o Keganasan pada
payudara
AKDR o Wanita usia o Hamil atau curiga o Mual o Dilakukan oleh
dengan reproduksi hamil o nyeri dokter atau tenaga
progestin o Telah memiliki o Perdarahan payudara medis yang
anak maupun pervaginam yang o amenorea berkompeten
belum belum jelas o kram o Dapat dipasang
o Menginginkan o pasca abortus o spotting- setiap waktu selama
kontrasepsi infeksius bleeding siklus haid
jangka panjang o kelainan Rahim o benang o Pasien kontrol
o Sedang menyusui kongenital hilang sesudah menstruasi
o Pasca keguguran o mioma submukosa o Peningkatan perta pasca
o Tidak sedang o Riwayat BB pemasangan, jangan
345
menggunakan keganasan lewat dari 3 bulan
kontrasepsi o Riwayat
hormonal lain kehamilan ektopik
o Pelupa minum
obat
o Usia
perimenopause
Kontrasepsi o Wanita usia o Hamil atau curiga o Perubahan o Harus dilakukan
Implan reproduktif hamil siklus haid oleh dokter atau
o Menginginkan o perdarahan o Sakit kepala tenaga kesehatan
metode jangka pervaginam yang o Peningkatan yang berkompeten
panjang tidak diketahui BB o Kapsul yang sudah
o Tidak ingin penyebabnya o Perubahan dipasang harus
tambah anak atau o DM emosi dicabut menjelang
ingin menunda o hipertensi > o Perubahan akhir masa pakai
punya anak 180/105 mmHg nafsu makan 3-4 tahun
o Sedang o Riwayat penyakit o Payudara
menyusui CV, sefalgia lembek
o Perokok
KB NON-HORMONAL
346
(Intra panjang o Menderita o adanya n
hormonal
o Tidak suka
minum pil
tiap hari
o Perokok
o pengguna
obat TB.
o Penderita:
Tumor dan
kanker
payudara,
migraine,
hipertensi,
varises
vena,
347
penyakit
CV, DM,
penyakit
empedu,
malaria,
skitosomasis
, tiroid,
setelah
kehamilan
ektopik,
setelah
pembedahan
pelvik
eksklusif.
reproduksi, teratur
348
o haid teratur o Variasi Siklus> 8
o premenopa teratur
use o Setelah
k tidak mau
o penyakit
tertentu
sehingga tidak
dapat melakukan
senggama
terputus.
349
barrier: ingin pasangan yang o reaksi
kontrasepsi persyaratan
hormonal kontrasepsi
o Tidak
inggin
menggunak
an IUD
o Mengakhiri proses
kesuburan pembedahan
kehamilan o Dilakukan
350
anak lagi terutama
hari ke-6
hingga ke-
13 dari
siklus
menstruasi
o Kembali ke
aktivitas
normal 7
hari setelah
pembedahan
o Hindari
mengangkat
benda berat
minimal 2 1 minggu
dengan umur
tahun
memiliki n band –
351
keinginannya o Hindari
o Pada mengangka
kehamilannya t barang
abortus n seksual
prosedur ini 3
o Periksa
semen 3
bulan pasca
vasektomi
atau
sesudah 15-
20 kali
ejakulasi
352