KATA PENGANTAR
Tiada kata yang indah untuk bersyukur kecuali ucapan Hamdallah, segala puji bagi
Allah SWT atas segala karunia dan ridho-Nya dan juga utusan-Nya, yaitu Rasullah SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas besar yang berjudul “Perencanaan Bangunan
Pengolahan Air Minum Kota Blitar”. Penyusunan tugas besar ini tidak terlepas dari
partisipasi dan bimbingan dari semua pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan kepada saya.
2. Kedua orang tua dan kakak-kakak saya yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materiil dan selalu memberikan semangat kepada saya.
3. Bapak Prof. Ir. Wahyono Hadi, M.Sc., Ph.D dan Ibu Ervin Nurhayati, ST., MT., Ph.D.
selaku dosen mata kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Kelas B yang
telah memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat
4. Bapak Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng., selaku dosen asisten yang telah meluangkan
waktunya guna membimbing, memberi pengarahan, dan masukan dengan sabar kepada
penulis.
5. Teman-teman seangkatan Teknik Lingkungan 2015, yang telah berjuang bersama
dalam menghadapi semester enam ini, terima kasih atas segala bantuan dan semangat
yang diberikan.
6. Kakak-kakak senior yang sangat membantu dalam penyelesaian tugas besar ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tugas besar
ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
penulisan tugas besar selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga laporan tugas besar ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB 12 BILL OF QUANTITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) ... 88
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan bangunan pengolahan air minum ini yaitu :
1. Menentukan alternatif pengolahan air minum di Kota Kediri yang efisien dan memenuhi
kualitas standart effluent baku mutu yang sudah ditetapkan.
2. Merencanakan sistem unit bangunan pengolahan air minum di Kota Kediri
3. Menggambar desain dari setiap unit bangunan pengolahan air minum di Kota Kediri
BAB 2
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Umum
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Kediri dengan
luas wilayah 63,40 km2 terbelah oleh Sungai Brantas yang membujur dari selatan ke utara
sepanjang tujuh kilometer. Kota Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng
Wilis, dan sekaligus sebagai pusat pengembangan regional eks Wilayah Pembantu Gubernur
Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya. Kota
Kediri dinobatkan sebagai kota paling direkomendasikan untuk berbisnis dan berinvestasi
pada 2010.
yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang
(300 m).
Kecamatan Mojoroto
1 Pojok 20464
2 Campurejo 13944
3 Tamanan 8304
4 Banjarmlati 11334
5 Bandar Kidul 20006
6 Lirboyo 16502
7 Bandar Lor 21941
8 Mojoroto 26854
9 Sukorame 15816
10 Bujel 13719
11 Ngampel 11258
12 Gayam 7655
13 Mrican 11766
14 Dermo 8276
Jumlah 207839
Kecamatan Kota
1 Manisrenggo 6815
2 Rejomulyo 10404
3 Ngronggo 24510
4 Kaliombo 14084
5 Kampung dalem 7251
6 Setonopande 10473
7 Ringinanom 2643
8 Pakelan 5266
9 Setonogedong 1930
10 Kemasan 3525
11 Jagalan 3156
12 Banjaran 18077
13 Ngadirejo 19932
14 Dandangan 12671
15 Balowerti 13671
16 Pocanan 2809
17 Semampir 15602
Jumlah 172819
Total Penduduk Kota
380658
Kediri 2039
Sumber : Perhitungan Tugas SPAM
BAB 3
PERENCANAAN AWAL
pH = 6,5 – 8,5
TDS = 500 mg/L
Dengan membandingkan antara karakteristik air baku dengan standar kualitas air
minum, terlihat bahwa air baku yang akan digunakan mempunyai kekeruhan dan
kandunganBesi (Fe) yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan proses removal yang optimal
agar air baku tersebut memenuhi standar air minum yang berlaku.
3.4 Alternatif Pengolahan
Alternatif pengolahan merupakan pilihan pengolahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi atau memperbaiki masalah-masalah yang ada pada tiap parameter yang
mempengaruhi kualitas air minum.
Tabel 3. 1 Alternatif Pengolahan Air
No. Parameter Alternatif Pengolahan
1. Temperatur Aerasi
2. Warna Karbon aktif
Koagulasi dan sedimentasi
Filtrasi
3. Bau dan Rasa Preklorinasi
Ozonisasi
Karbon aktif
Ionosasi
Slow sand filter
4. Kekeruhan Koagulasi dan flokulasi
Sedimentasi
5. pH Netralisasi
6. Zat Padat Prasedimentasi
Sedimentasi
Filtrasi
7. Zat Organik Sedimentasi
Koagulasi dan flokulasi
Filtrasi
8. CO2 Agresif Aerasi
Penambahan kapur
9. Kesadahan Penambahan kapur, lime, soda
* Sementara Sedimentasi
* Tetap Filtrasi
Sumber : Neslihan MD, Elif BA, Selami D Journal of Engineering and Natural Science No 34
Vol (4)
Dari karakteristik air baku dan prosentase removal pada tiap unit bangunan di atas,
maka dapat diperoleh beberapa macam rangkaian alternatif proses pengolahan seperti
berikut ini :
1. Alternatif pengolahan pertama
Tawas
Screening
mahal dibandingkan alternatif pertama dan kedua karena adanya bangunan slow sand filter
yang bisa berdampak bertambah tingginya biaya pengolahan air minum karena membutuhkan
lahan yang luas. Hal tersebut masih belum termasuk dengan biaya pengoperasian dan
pemeliharaannya.
Diantara alternatif pertama dan kedua dipilih alternatif pertama, Berikut beberapa
pertimbangan untuk pemilihan alternatif pertama:
Hasil effluen yang dihasilkan diperkirakan sudah memenuhi standar kualitas air
minum.
Dari segi teknis, alternatif pengolahan pertama lebih mudah untuk dilakukan, karena
pada alternatif kedua terdapat aerator yang membutuhkan perawatan.
Dari segi ekonomis, alternatif pengolahan pertama jauh lebih ekonomis dari pada
alternatif pengolahan yang kedua karena tidak membutuhkan biaya lebih besar untuk
biaya operational dan maintenance sehingga biaya operasi dan pemeliharaannya
dapat diminimalkan.
BAB 4
DETAIL ENGINEERING DESIGN BANGUNAN INTAKE
Keterangan:
w = tebal batang (cm)
b = jarak antar batang (cm)
Pompa submersible harus terendam air hingga ketinggian tertentu dari level air
sungai minimum. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pusaran air pada
permukaan air sungai jika ketinggiannya melebihi batas yang diisyaratkan.
Pusaran air dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam pompa dan terjadi
kavitasi. Jika pompa tidak terendam air, maka pompa bisa terbakar.
Level air yang berubah-ubah menyebabkan perubahan pada karakteristik pompa.
Harga pompa submersible lebih mahal daripada pompa sentrifugal biasa.
3. Pompa Non Clogging
Digunakan jika kandungan padatan tersuspensi air sungai sangat tinggi dan harus
diperhatikan bahwa harga pompa jenis ini mahal.
4xA 4 x 0,332
Diameter pipa =√ π
= √
π
= 0,64 m ≈ 640 mm
416 1,85
=[ 2,63 ] x 4 = 0,011 m
0,00155 . 110 . 65
Penanaman pipa :
Slope = 0,001
Panjang pipa (L) =1m
Beda tinggi =SxL
= 0,001 x 1 = 0,001
4.4.3 Screen
Pemasangan Screen dilakukan untuk menghindari adanya sampah yang masuk ke
pipa suction. Penambahan screen dilakukan pada bagian depan pipa penyadap air baku. Hal
ini dilakukan karena kedalaman pipa sadap air baku tidak terletak pada bagian permukaan
sungai sehingga diasumsikan sampah yang masuk tidak terlalu besar, sehingga sampah
dapat tertahan pada screen yang dipasang pada ujung pipa penyadap. Dalam hal ini screen
yang digunakan berbentuk lingkaran sesuai dengan ukuran diameter pipa penyadap air baku.
Direncanakan :
Q = 832 L/s = 0,832 m3/s
Q tiap screen = 0,832 m3/s
Lebar screen =9m
Pembersihan dilakukan secara manual
Bentuk bar persegi panjang dengan keempat ujungnya melingkar / tumpul
Slope screen = 45°
Jarak antar batang (b) = 50 mm = 0,05 m
Kecepatan melalui celah = 0,3 – 0,6 m/s
Lebar bar (w) = 10 mm = 0,01 m
kedalaman bar (D) = kedalaman sumur = 3,5 m
factor bentuk (β) = 1,67
Perhitungan :
Jumlah bar (n) :
Lebar Total Bar Screen (B) = ( n x w ) + ((n + 1) x b)
9 m = ( n x 0,01 ) + ((n + 1) x 0,05 m)
9m = 0,01 n + 0,05 n + 0,05
Jumlah bar (n) = 150 bar
Jumlah bukaan antar bar (s) :
Jumlah bukaan antar bar (s) =n+1
= 150 + 1 = 151 bukaan
4.4.4 Pompa
Pompa mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kelancaran proses pengolahan antara lain dapat
menaikkan level muka air ke daerah yang lebih tinggi. Untuk itu agar proses pengolahan dapat
berjalan dengan baik, pompa harus direncanakan dengan sebaik – baiknya.
Direncanakan:
V air pada pipa = 1,7 m/s
Jumlah pipa discharge = 1 buah
Q tiap pipa discharge = 0,832 m3/s / 1 buah = 0,832 m³/s
Perhitungan:
Pipa discharge
Luas(A) tiap pipa = Q/V
= 0,832 m³/s/1,7 m/s = 0,490 m²
4xA 4 x 0,490
Diameter pipa =√ = √ = 0,789 m ≈ 800 mm
π π
V cek = Q/A
= 0,832 m3/s / (1/4 π 0,800²)
= 1,65 m/s (memenuhi)
Pemompaan
Jumlah pompa = 2 buah
Jumlah pompa yang beroperasi = 1 buah
Q tiap pompa = 0,832 m3/s
Headloss pompa
Head statis =8m
Panjang pipa discharge (Ldis) = 504 m
Mayor Losses
Q 1,85
Hf discharge =[ 2,63 ] xL
0,00155 . C . D
832 1,85
=[ 2,63 ] x 504 = 1,84m
0,00155 . 110 . 80
Hf mayor losses = 1,84 m
Hf total =Head statis + Hf mayor
= 8 m + 1,84 m = 9,84 m
Power Pompa
Densitas = 1000 kg/m3
Power Pompa = g x Q tiap pompa x Hf total x densitas
= 9,81 x 0,832 m3/s x 5,99 m x 1000 kg/m3
= 48898 watt
Efisiensi pompa = 60 %
= 36157 / 60%
= 81496 watt
Tipe Pompa
Q tiap pompa = 0,832 m3/s x 3600 s = 2995,2 m3/jam
Hf total = 5,99 m
Untuk pemilihan tipe pompa, head dan debit di plotkan pada grafik Pompa Torishima di bawah ini.
Dari gambar 5.5 diperoleh tipe pompa 50 Hz-4P n=1450 1/min (25x100-315) .
BAB 5
DETAIL ENGINEERING DESIGN BANGUNAN PRASEDIMENTASI
Zona Lumpur
Nfr = Vh2 / (g x R)
= (5,3 x 10-3 m/s)2 / (9,81 x 2,19 m )
= 1,3 x 10-6< 10-5 (memenuhi)
5.3.2 Perforated Baffle
Direncanakan :
Diameter lubang = 0,15 m
Panjang baffle = Lebar bak = 9,7 m
Tinggi baffle = tinggi bak = 4 m
Kecepatan melalui lubang (v) = 0,5 m/s
Koefesien kontraksi = 0,5-0,6
= 0,0176 m2
Luas baffle terendam = b x h
= 9,7 m x 4 m
= 38,8 m2
𝑄
Luas total = 𝑉𝑏𝑎𝑓𝑓𝑒𝑙
0,208 𝑚3/𝑠
= 0,5 𝑚/𝑠
= 0,416 m2
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah lubang pada baffle = 𝐴 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
0,416 𝑚2
= 0,0176 𝑚2
= 24 buah
Susunan lubang = 6 horizontal
= 4 vertikal
= 1,25 m
Jarak vertikal antar lubang (Sv)
tinggi baffle - ( ∑ lubang veritikal x d )
Sv = ( ∑ lubang vertikal+1 )
4 - ( 4 x 0,15)
= ( 4+1)
= 0,68 m
Jari – jari hidrolis (R) = A / P
=¼D
= ¼ x 0,15 m
= 0,0375 m
Vh R 0,0053 0,0375
NRe = = 248,313
0,0000008004
NRe < 2000 (memenuhi kriteria)
NFr = (VH2) / (g x R)
= (0,00532) / (9,81 x 0,0375)
= 0,000076
NFr > 10-5 (memenuhi kriteria)
v2 0,00532
Hf = = = 0,0000014 m
2g 2 x 9,81
Untuk mendapatkan nilai TSS ini menggunakan persamaan y = 1,4109x. Dimana y adalah
variable kekeruhan, sedangkan x adalah variable TSS. Dan perhitungan tersebut adalah :
Y = 1,4109x
450 = 1,4109x
= 318,9 mg/L
Direncanakan :
Ruang lumpur berbentuk limas terpancung dengan periode pengurasan 1 hari sekali
Slope zona pengendapan = 0,5 %
Removal TSS = 80 %
TSS air baku = 318,9 mg/L
Efisiensi pengendapan = 80 %
Konsentrasi Diskrit dan grit = 90 % x Konsentrasi SS
Kadar air dalam lumpur = 95 %
Kadar SS kering dalam lumpur =5%
Berat jenis SS = 2650 kg/m³
Berat jenis air = 995 kg/m³
Perhitungan :
Konsentrasi Diskrit dan grit = 90 % x Konsentrasi SS
= 90 % x 318,9 mg /L = 287 mg/L
Sludge teremoval/terendapkan = 80 % x Konsentrasi Diskrit dan grit
= 80 % x 287 mg/L = 229,6 mg/L
Sludge lolos = 287 mg/L – 229,6 mg/L = 57,4 mg/L
Berat lumpur terendapkan = 229,6 mg/L x Q
= 229,6 mg/L x 0,208 m3/s x 86400/1000
= 4126,18 kg/hari
Berat jenis lumpur = [berat jenis SS x 5%] + [berat jenis air x 95%]
= [2650 x 5%] + [995 x 95%]
= 1078 kg/m³
Berat air = (95 % / 5 %) x berat lumpur terendapkan
= (95 % / 5 %) x 4126,18 kg/hari
= 78397 kg/hari
Volume ruang lumpur = (berat lumpur + berat air)/berat jenis lumpur
= (4126,18 kg/hari + 78397 kg/hari) / 1078 kg/m³
= 76,5 m³/hari
Volume bak lumpur = 76,5 m³/hari
Panjang perm zona lumpur (P1) = 9,7 m
Lebar perm zona lumpur (L1) = lebar bak = 9,7 m
Panjang dasar zona lumpur (P2) =9m
Lebar dasar ruang lumpur (L2) =9m
Luas perm (A1) = P1 x L1
= 9,7 m x 9,7 m = 94,09 m²
Luas perm (A2) = P2 x L2
=6mx6m = 36 m²
1
Volume grit storage = 3
x h x (A1+A2+√(A1+A2)
153,1 m³ = 1/3 x h x (94,09 + 36 + (94,09 + 36)1/2)
Kedalaman grit storage (h) = 3,2 m
L1
L2
P2
= (0,62 / 2 x 9,81)
= 0,018 m
Head loss total = hf + hv
= 0,0005257 m + 0,018 m
= 0,0188 m
Saluran Pembagi
Saluran berbentuk persegi panjang
Q saluran = 208 L/s
= 0.208 m3/s
Jumlah saluran pembagi = 2 buah
Q tiap saluran = 0,104 m3/s
V asumsi = 0,6 m/s
Lebar : kedalaman =1:1
Panjang (L) =8m
Luas (A) =Q/v
Perhitungan :
Bukaaan pintu air (a) :
Q = k . μ . a . b . (2 g h)0,5
0,208 m3/dt = 1 . 1 . a . 1 . (2 . 9,81 . 1)0,5
a = 0,047 m
Headloss di pintu air
a. Hl saluran berpintu = 1/3 x (hf + hv saluran pengumpul)
= 1/3 x (0,0000168 m + 0,018 m) = 6 x 10-3 m
b. Hl di pintu air = Hl saluran berpintu / (1 – β2)
= 6 x10-3 m / ( 1 – 0,992) = 0,3 m
Q 0,026m 3 / dt
1. Panjang weir yang dibutuhkan (B) =
WLR 1,74 10 3
= 14,94 m
2. Panjang tiap gutter (L)
Panjang bak (b) = 38,8 m
Lebar Gutter (s) = 20 – 30 cm (dipilih 20cm )
b = (n x s) + (n – 1) x s + (2xn – 2) x L
38,8 =(8 x 0,2) + (8– 1) x 0,2 + (2 x 8– 2 ) x L
L = 2,6 m
3. Tinggi Gutter
Q = 0,208 m3 / 4 gutter = 0,052 m3
Q = 1,38 x b x h1,5
0,052 = 1,38 x 0,2 x h1,5
H = 0,328
2/3
1 0,7 0,35
S 1 / 2
0,015 0,7 0,7
0,85 m/dt = →Slope = 0,00166 m
V2 0,85 2
hv = 0,036m
2 g 2 9,81
Headloss total = hf + hv
= 0,052 m
Saluran Outlet
Data Perencanaan (sesuai perhitungan sebelumnya):
Q saluran outlet = 0,208 m3/dt
Lebar saluran = 2 x Hsaluran
Panjang saluran = 20 cm = 0,2 m
1 bh
2/3
S 1 / 2
0,015 b 2h
V =
2/3
1 0,9 0,45
S 1 / 2
0,015 0,9 0,9
0,5 m/dt = →Slope = 0,0004 m
V2 0,85 2
hv = 0,012m
2 g 2 9,81
Headloss total = hf + hv
= 0,013 m
BAB 6
UNIT KOAGULASI
dengan Al(OH)3. Koagulan Ferri dapat dipakai untuk menurunkan warna pada pH
tinggi (termasuk besi, mangan, kesadahan).
b. Coagulant Aid
Coagulant aid berfungsi membantu karakteristik pengendapan dan daya lekat flok,
menaikkan kecepatan filtrasi, dan mengurangi dosis koagulan. Ada 2 jenis coagulant
aid, yaitu:
Sintetis : cationic, antionic, ampholytic poly electrolytes.
Alam : Adsorbents-weighting agents, Natural polyelectrolytes
Secara umum, pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien
kecepatan besar yaitu 300 sampai 1000 detik-1 selama 5 sampai 60 detik. Secara spesifik, nilai
G (gradien kecepatan) dan td (waktu detensi) bergantung kepada tujuan pengadukan cepat.
Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pengadukan mekanis, hidrolis
dan pneumatis. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk menghasilkan turbulensi air sehingga
dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Pada perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Minum Kota Mojokerto ini digunakan Pengadukan hidrolis dengan
tujuan pengadukan cepat.
𝐺 2 𝑥μ x td
H jatuhan = ρxg
= 1,87 m
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘
A bak = 𝐻 𝑏𝑎𝑘
8,32
= 1,5
= 5,54 m2
P:L =1:1
A bak = L2
5,54 m2 = L2
L = 2,35 m ≈ 2,5 m
P =L
= 2,35 m ≈ 2,5 m
6.2.2 Kebutuhan Koagulan
Direncanakan :
Q = 416 L/s = 0,416 m3/s
Dosis tawas optimum = 40 mg/L
Densitas tawas = 1300 kg/m3
Jumlah bak pelarut dan pembubuh adalah 1 buah
Kadar air dalam larutan = 95 %
Kadar tawas dalam larutan =5%
Kadar tawas = 60 %
Perhitungan :
Kebutuhan tawas = 40 mg/L x 416 L/s
= 1437 Kg/hari
Kebutuhan tawas 60 % = 1437 Kg/hari : 60 %
= 2396,1 Kg/hari
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠
Volume tawas = 𝑝 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠
2396,1 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
= = 1,84 m3/hari
1300 𝑘𝑔/𝑚3
95 %
Volume air pelarut = 𝑥 0,55 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖
5%
= 35 m3/hari
Dimensi bak
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘
A bak = 𝐻 𝑏𝑎𝑘
6,1
= 1,5
= 4,1 m2
P:L =1:1
A bak = L2
4,1 m2 = L2
L = 2,02 m
P = L = 2,02 m
Debit koagulan yang diinjeksikan = 36,86 m3/ hari : 86400 detik
= 0,0004266 m3/s
= 0,4266 L/s
BAB 7
UNIT FLOKULASI
kecil (opening) di dasar bak sebesar 5 % daripada luas lantai per kompartemen.
Fungsi opening juga untuk meciptakan turbulensi di dasar bak, sehingga tidak akan
ada pengendapan.
b) Gravel Bed Flocculator
Flokulator jenis ini hanya menggunakan kerikil untuk sistem pengadukannya, sehingga
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
(a) sederhana dan murah, terutama untuk instalasi kecil (50liter/detik)
(b) aliran masuknya bisa secara up flow atau down flow
(c) gradien kecepatan.
Sifat yang khas dari flokulator jenis ini adalah kemampuannya dalam mengendapkan
flok di antara batuan, sehingga flokulaor jenis ini dapat dipakai sebagai pre-treatment
untuk direct filtration (tanpa pengendap II). (Hadi, 2002)
C. Flokulasi secara Pneumatis
Flokulasi secara pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan
pengadukan pada air. Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air akan
menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin
besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan
diperoleh turbulensi yang makin besar pula. (Slamet, 2002).
Pada pengadukan lambat ini titik akhir flok – flok yang telah terbentuk karena proses
koagulasi, diperbesar sehingga flok tersebut dapat bergabung dan akan diendapkan dalam bak
sedimentasi. Proses ini memanfaatkan ketidakstabilan dari partikel – partikel koloid sehingga
flok – flok tersebut dapat berikatan satu dengan yang lain. Pada flokulasi juga terjadi kontak
antar partikel yang melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Thermal motion, yang dikenal dengan Brownian Motion atau difusi atau disebut
sebagai Perikinetik Flocculation.
2. Gerakan cairan oleh pengadukan
3. Kontak selama pengendapan (Marsono, 2002)
Pengadukan lambat (agitasi dan stirring) digunakan dalam proses flokulasi, untuk
memberi kesempatan kepada partikel flok yang sudah terkoagulasi untuk bergabung
membentuk flok yang ukurannya semakin membesar. Selain itu, untuk memudahkan flokulan
untuk mengikat flok – flok kecil. Dan mencegah pecahnya flok yang sudah terbentuk.Pada
perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Kota Mojokerto ini, bangunan flokulator yang
digunakan adalah Flokulator Baffle Channel jenis around the end.
Direncanakan :
Jarak antar sekat > 45 cm
Jarak ujung baffle dengan dinding > 75 cm
Kedalaman air (h) = 2 m
Flokulator yang digunakan adalah flokulator jenis baffle channel.
suhu air = 25° C
μ = 0,008949 kg/m.s
ρ = 995,68 kg/m3
ѵ = 0,8975 x 10-6 m2/s
Koefisien gesek (f) = 0,3 (merupakan faktor friksi baffle)
7.3.2 Kompartemen I
Untuk perhitungan kompartemen bak flokulator sebagai berikut :
Jumlah baffle (N)
1/3
2 x μ x td hxLxG 2
N = {ρ x ( 1,44 + f ) × [ ] }
Q
1/3
2 x 0,000895x 900 2 x 16,5 x 50 2
={995,68 x ( 1,44 + 0,3 ) × [ ] } = 14,9 buah = 15 buah
0,416
7.3.3 Kompartemen II
Untuk perhitungan kompartemen bak flokulator sebagai berikut :
Jumlah baffle (N)
1/3
2 x μ x td hxLxG 2
N = {ρ x ( 1,44 + f ) × [ ] }
Q
1/3
2 x 0,000895x 900 2 x 16,5 x 20 2
={995,68 x ( 1,44 + 0,3 ) × [ ] } = 8 buah
0,412
1 2 1
V= × 𝑅3 × 𝑆 2
𝑛
hf = 0,019 m
Kecepatan pada belokan (Vb)
𝑄 0,0625
Vb = = = 0,083 m/detik
𝑑 𝑥ℎ 0,75 𝑥 1
1/3
2 x 0,000895x 1800 2 x 16,5x 10 2
={995,68 x ( 1,44 + 0,3 ) × [ ] } = 5 buah
0,416
Inlet bangunan flokulasi merupakan pintu air yang langsung berhubungan dengan
bangunan koagulasi dengan lebar sebesar 1 m. Untuk saluran outlet direncanakan perbandingan
lebar : kedalaman = 2:1. Berikut perhitungan dimensi saluran outlet .
Direncanakan :
lebar : kedalaman = 2:1
V asumsi = 0,6 m/s
Luas =Q/V
= 0,416 / 0,6 = 0,693 m2
Luas = 2l2
0,693 = 2l2
lebar = 0,588 m
kedalaman = 0,29 m
kedalaman + fb = 0,29 + 0,3 = 0,59 m
BAB 8
UNIT SEDIMENTASI
Efisiensi pengendapan partikel flokulen pada bak sedimentasi dipengaruhi beberapa hal
seperti berikut :
1. Detention Time (Waktu Detensi)
Untuk bak rectangular, aliran air memiliki kecepatan horizontal (Vo), sedangkan untuk
pengendapan partikel memiliki kecepatan mengendap (Vs).
ρ = 995,68 kg/m3
υ = 0,8975 x 10-6 m2/s
Perhitungan :
Volume bak (V) = Q x td
= 0,208 m3/s x 1jam x 3600 s/jam
= 748,8 m³
Luas (A) = Volume bak/kedalaman
= 748,8 m³/4 m = 187,2 m²
187,2 m² =PxL
187,2 m² = 3W x W
187,2 m² = 3 W2
Lebar (W) = 7,9 m ≈ 8 m
Panjang =3x8m = 24 m
Dimensi bak sedimentasi
Panjang (L) = 24 m
Lebar (w) =8m
Kedalaman =4m
Kedalaman + freeboard = 4 m + 0,3 m = 4,3 m
L
V horizontal (Vh) = td
24 𝑚
= 3600 s = 0,006 m/s
Susunan lubang
Horisontal = 8 buah
Vertikal = 5 buah
Jarak horisontal antar lubang (sh)
lebar baffle-( ∑ lubang x d ) 8 - (8x 0,15)
sh = = = 0,7 m
( ∑ lubang+1 ) (8 +1)
Jarak vertikal antar lubang
tinggi baffle - ( ∑ lubang x d ) 4 - ( 5 x 0,15 )
sv = = = 0,6 m
( ∑ lubang+1 ) ( 5 +1 )
L
V horizontal (Vh) = td
24 𝑚
= 3600 s = 0,0066 m/s
vh x R 0,0066 x 0,0375
Nre = = = 272 < 2000 (memenuhi)
υ 0,8975 x 10-6
Vs = 0,000675 m/s
Dp = 0,00026m
𝑉𝑠 𝑥 𝑑𝑝 0,000675 𝑥 0,00026
N fr partikel = = = 0,195 > 10−5 (memenuhi)
ν 0,8975 x 10-6
V cek = Q/A
= (30 m³ /s:60) / (1/4 π D²)
= (30 m³ /s :60)/ (1/4 π 0,8²)
= 1,00 m/s (memenuhi)
P1
L1
h
L2
P2
Gambar 8.2 Penampang Ruang Lumpur
A = 90 m2
Menggunakan Square Tank karena harga lebih murah
0,208
Vo = 90 sin 60
0,01 m
= 0,043 m/s x 60 m x cos 60o = 0,0026 m/s
Jari-jari hidrolis
𝑤2
R = 4𝑤 = 0,0125
𝑣 2 0,0026 2
Nfr = g 𝑜x R = 9,81 x 0,0125
BAB 9
DETAIL ENGINEERING DESIGN UNIT FILTER DUAL MEDIA
b. Sedimentasi
e. Aktivitas biologis
a. Bak filter. Bak ini merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan ukuran
bak tergantung debit pegolahan (minimum dua bak)
b. Media filter. Media filter merupakan bahan berbutir/granular yang mempunyai pori-
pori. Di pori-pori antar butiran inilah air mengalir dan terjadilah proses penyaringan.
Media dapat tersusun oleh satu macam bahan (single media), dua macam (dual media),
atau banyak media (multi media). Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan
menjadi:
• Seragam (uniform)
• Gradasi (stratified)
• Tercampur (mixed)
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah melewati
proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain terdiri atas:
• Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan masuknya air dari
media filter ke dalam pipa.
• Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
• Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan mengalirkannya
ke bangunan penampung air.
9.2 Faktor-faktor Desain
1. Diameter media antrasit
ψp ρp 1
1/ 2
da = dp
ψa ρa 1
1,067 D νo 2 Cd × x
hl = × × 4 ×∑
ψ g ε d
νp
0 , 22
εe =
νs
ρs ρ
hl = × (1 εe) × D
ρ
hl = (Ss 1) × (1 εe) × D
BAK FILTER
1. Tinggi air diatas media m 1,5 – 3
2. Kecepatan filtrasi Vf m/jam 4 – 21
3. Rasio panjang : lebar (1,5 – 2) : 1
4. Jumlah bak >2
BACKWASH
5. Kecepatan backwash Vbw m/jam 25 – 37
6. Waktu backwash Tbw Menit 3 – 25
7. Tekanan backwash Pbw atm 1–2
8. Debit air backwash Qbw m3/det 1% - 6% Qf
9. Periode pencucian jam 12 – 72
UNDERDRAIN
10. Luas orifice : luas media (1,5-5).10-3: 1
11. Luas manifold : luas lateral (1,5-3) : 1
12. Luas lateral : luas orifice (2 – 4) : 1
13. Diameter orifice mm 6 – 12
14. Jarak antar orifice cm 7,5 – 20
15. Kecepatan max. di manifold Vm m/det < 0,35 – 0,6
16. Kecepatan max. di lateral Vl m/det < 0,2 – 0,5
17. Jarak max. antar lateral cm 30
GUTTER
18. Lebar gutter ft 2
19. Jarak gutter antar tepi ft 4–6
HEADLOSS
20. Headloss hl m 0,3 – 3,0
MEDIA FILTER
21. Media pasir
a. Tebal L 60 – 75
b. Ukuran pasir d mm 0,5 – 2
c. Spesific gravity Ss gr/cm3 2,55 – 2,65
d. Effective size Es ≥ 0,45 – 0,55
e. Uniform coefficient Uc 1,5 – 1,7
2 Kecepatan Penyaringan 6 - 11 6 - 11 12 – 33
(m/jam)
3 Pencucian :
30 - 50 30 - 50 30 – 50
Jenis Saringan
4 Media Pasir :
80 – 100 80 – 100 -
10 – 15 10 – 15 -
Jenis Saringan
80 – 150 80 – 150 -
15 – 30 15 – 30 -
2) Filter Nozel
Lebar Slot Nozel (mm)
< 0,5 < 0,5 < 0,5
Prosentase luas slot
nozel terhadap luas
filter (%)
>4 % >4 % >4 %
A cek = 49,9 m²
Q tiap bak = Q total/jumlah unit
= 83,20 L/s
= 0,0832 m³/s
v filtrasi = Q/A
= 0,0017 m/s
= 6,00 m/jam OK
g = 9,81 m/s²
40 – 30 0.6 9 25
30 – 20 0.65 29 68,639
20 – 18 0,84 22 31,179
18 – 16 1.1 20 16,529
16 – 12 1.42 18 8.927
12 – 8 2 2 0.5
Ʃ 150,77
(Marsono,2000)
Kehilangan tekanan di media pasir:
1 f 6 Pi
2
1 f * 6 * Pi * L
2
2
hf 2
k * *V f * 3 * * 2 hf k * * V f * 2
l g f di g f3 di
Keterangan:
hL = kehilangan tekanan (m atau cm)
L = tebal media (m atau cm)
k = konstanta (k = 5)
ν = viskositas kinematis (cm2/det)
Vf = kecepatan filtrasi (cm/det)
f = porositas media
g = kecepatan gavitasi (cm/det2)
Ψ = shape factor (faktor baentuk)
Pi = fraksi berat
di = diameter geometri media
5*((ʋ/981)*(kecepatan penyaringan)*(((1-porositas media (f))^2)/(porositas media
hf/L = (f)^3))*((6/ɸ)^2)*ƩPi/di2
= 0.37 m
40 – 30 1,2 10 6,94
30 – 20 1,8 50 15,43
20 – 18 1,9 30 8,31
18 - 16 2 10 2,5
Ʃ 33,18
(Marsono,2000)
Kehilangan tekanan di media antrasit:
1 f * 6 * Pi
2 2
hf 1
2
2 6 Pi
2
k * *V f * hf k * *V f *
f
* * 2 * L
l g f3 di g f 3
di
Keterangan:
hL = kehilangan tekanan (m atau cm)
L = tebal media (m atau cm)
k = konstanta (k = 5)
ν = viskositas kinematis (cm2/det)
hf/L = 0.07 m
hf = 0.03 m
9.4.3 Cek pencampuran (intermixing)
Media Pasir (Menggunakan diameter pasir yang terkecil)
2 6 Pi
2
k * *V f * hf k * *V f *
f
* * 2 * L
l g f3 di g f 3
di
Keterangan:
hL = kehilangan tekanan (m atau cm)
L = tebal media (m atau cm)
k = konstanta (k = 5)
ν = viskositas kinematis (cm2/det)
Vf = kecepatan filtrasi (cm/det)
f = porositas media
g = kecepatan gavitasi (cm/det2)
Ψ = shape factor (faktor bentuk)
Pi = fraksi berat
di = diameter geometri media
hf/L = 0.003 m
hf = 0.001 m
9.4.5 Perhitungan Ekspansi Backwash
1 V up = Vs*f^4,5
= 0,0044 m/s
= 0,4392 cm/s
2
3 tinggi ekspansi (Le) = L (1-f) Ʃ [pi/(1-fei)]
Ekspansi media pasir
Dengan menggunakan rumus pada point 2 diatas, didapatkan distribusi media pasir
terekspansi. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.7.
Tabel 9.7 Distribusi Media Pasir Terekspansi
Diameter Kecepatan (Vs) fe pi pi/(1-fe) Nre
(cm)
cm/s
Dengan menggunakan rumus pada point 2 diatas, didapatkan distribusi media antrasit
terekspansi. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.8.
Tabel 9.8 Distribusi Media Antrasit Terekspansi
Diameter Kecepatan (Vs) fe pi pi/(1-fe) Nre
(cm)
cm/s
0,12 3,51 0,63 0,1 0,27259256 29
0,18 5,57 0,57 0,5 1,16764114 69
0,19 5,93 0,56 0,3 0,68817748 77
0,2 6,29 0,56 0,1 0,22565118 86
2,35406236
Le total = 148.1 cm
tebal media total = 110 cm
Ekspansi total media = 35%
9.4.6 Cek Ekspansi Media Penyangga
d terkecil = 0,34 cm
Vs ^1,4 = 279.14 cm/s
Vs penyangga = 55.849 cm/s
= 0.558 m/s
V up < Vs. F^4,5
0,44 < 0,72 cm/s tidak terjadi ekspansi OK
= 0.00766619
4 Hf = slope*L
= 0.00253 m
5 Head kecepatan = V²/2g
= 0.05097 m
6 Headloss total = Hf + hv
= 0.053 m
8
Headloss:
v=
(((Kecepatan*0,015)/(((Lebar*Kedalaman)/
Mayor losses = (Lebar+(2*Kedalaman)))^(2/3)))^2)
*Panjang pintu air
= 0.0021 m
=
slope Mayor losses/Panjang pintu air = 0.0083
Head kecepatan (hv) = (Kecepatan^2)/(2*9,81) = 0.0510 m
I pipa manifold
Q manifold saat filtrasi = Q per bak
= 0,0832m3/dt
D manifold (D) = 0,35m
L manifold = 12,0m
A manifold = 0,088m2
V manifold saat filtrasi = Q/A
= 0,949m/dt
f = 0,03
= 0,015714038m
ᵦ = 0,99
Hf ujung manifold (Hfi) =
= 0,7897m
Hf total = Hf+Hfi
= 0,80536m
II pipa lateral
Jumlah pipa lateral = 26buah
D pipa lateral = 0,2m
L pipa lateral = 4,497999199m
A pipa lateral = 0,0314m2
Q tiap lateral =
= 0,003188555m3/dt
V lateral saat filtrasi = Q/A
= 0,101546331m/dt
Hf lateral =
= 0,000118200m
Q tiap orifice =
= 0,00005652 m3/dt
C = 0,6
V orifice saat filtrasi =
= 0,2m/dt
Hf pada orifice =
= 0,002038736m
Hf underdrain saat filtrasi = Hf manifold+Hf lateral+Hf
orifice
= 0,80752m
I pipa manifold
Q manifold saat backwash = Q saat bak 1 d cuci
= 0,092m3/dt
D manifold (D) = 0,35m
L manifold = 11,9919968m
A manifold = 0,0877m2
V manifold saat backwash = Q/A
= 1,054m/dt
f = 0,03
= 0,019400047m
ᵦ = 0,99
Hf ujung manifold (Hfi) =
= 0,9749m
Hf total = Hf+Hfi
= 0,99428m
II pipa lateral
Jumlah pipa lateral = 26buah
D pipa lateral = 0,2m
L pipa lateral = 4m
A pipa lateral = 0,0314m2
Q tiap lateral =
= 0,003542839m3/dt
V lateral saat backwash = Q/A
= 0,112829256m/dt
Hf lateral =
= 0,000145926m
= 0,000062800m3/dt
C = 0,6
V orifice saat backwash =
= 0,222222222m/dt
Hf pada orifice =
= 0,002516958m
Hf underdrain saat backwash = Hf manifold+Hf lateral+Hf
orifice
= 0,99694m
Perhitungan headloss total
Headloss Total saat filtrasi = Hf total media+hf total underdrain (saat filtrasi)
= 1.06 m
Headloss Total saat backwash = Hf media terekspansi+hf total underdrain(saat backwash)
= 1.84 m
9.4.11 Perencanaan Gutter
BAB 10
UNIT DESINFEKSI
Pada perencanaan ini, proses klorinasi dilakukan dengan cara injeksi gas pada air minum
yang akan didistribusikan.
Headloss :
Mayor Loses :
1,85
Q
Hf = [ ] xL
0,00155 x C x D2,63
1,85
832
Hf= [ ] x 4 = 0,026 m
0,00155 x 110 x 752,63
Head Kecepatan :
v2 22
Hv = = = 0,203m
2g 2 . 9,81
Minor loses diabaikan karena pipa tidak memiliki aksesoris dan tidak berbelok
sehingga,headloss total = 0,026 m + 0,203 m = 0,229 m
BAB 11
LAY OUT DAN PROFIL HIDROLIS BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM
11.1 Lay Out Bangunan Pengolahan Air Minum
Layout / tata letak bangunan pengolahan air minum diperlukan agar dapat memaksimalkan
lahan yang ada dan tidak mengurangi estetika penataan bangunan pengolahan tersebut. Layout dari
semua unit pengolahan air minum dapat dilihat pada lampiran.
Koagulasi
EMA awal = 79,6 m
Hf saluran inlet = 0.92425 m
Hf saluran outlet = 0.92425 m
EMA akhir = 77,75 m
Flokulasi
EMA awal = 77,75 m
Hf Komp I = 0.11 m
Hf Komp II = 0.019 m
Hf Komp III = 0.0056 m
Hf saluran inlet = 0.0089 m
Hf saluran outlet = 0.01848 m
EMA akhir = 77,417 m
Sedimentasi
EMA awal = 77,417 m
Hf saluran = 0.037 m
Hf Perforated Baffle = 0,0000002 m
Hf Saluran pengumpul outlet = 0,03 m
Hf saluran outlet = 0,0131 m
EMA akhir = 77.33 m
Filtrasi
EMA awal = 77.63 m
Hf total media = 0.32 m
Hf underdrain = 0,73 m
Hf clogging = 1.53 m
EMA akhir = 74,75 m
Desinfeksi
EMA awal = 74,75 m
Hf total = 0,229 m
EMA akhir = 74,521 m
Reservoar
EMA awal = 74,521 m
Hf total = 0.000051 m
EMA akhir = 74,5210949 m
Elevasi muka tanah adalah +74,5210949 m. Muka air badan air penerima (sungai) adalah +60
m. Perhitungan dilakukan dari depan dengan sungai sebagai acuan karena merupakan titik yang paling
rendah. Dari perhitungan profil hidrolis dapat diketahui jumah pompa yang digunakan adalah 2 buah
yang digunakan secara bergantian (tidak termasuk pompa lumpur dan distribusi) dan diletakkan pada
sumur pengumpul karena merupakan pompa submersible, dengan head pompa sebesar 20 m.
BAB 12
BILL OF QUANTITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
12.1 Bill Of Quantity (BOQ)
Pada perencanaan proyek ini, perhitungan Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) didasarkan atas kebutuhan bangunan yang ada pada IPAM. BOQ dan
RAB pada perencanaan ini untuk menghitung bangunan pengolahan antara lain :
1. Intake 6. Flokulasi
2. Sumur Pengumpul 7. Sedimentasi
3. Rumah Pompa 8. Filtrasi
4. Prasedimentasi 9. Desinfeksi
5. Koagulasi 10. Reservoir
Yang perlu diperhatikan dalam BOQ dan RAB ini antara lain kebutuhan untuk
penggalian tanah, pemasangan beton dan pelengkap bangunan (contoh: pintu air, pipa,
pompa, tabung gas, paddle, bar screen dll)
Berikut ini adalah Bill of Quantity (BOQ) masing-masing unit pengolahan yang
ada pada IPAM :
Saluran inlet
1 Volume Beton 7.98 4 31.9 m³
2 Volume Galian 7.99 4 32.0 m³
3 Pintu Air 1.00 4 4.0 buah
Saluran outlet
1 Volume Beton 7.98 4 31.9 m³
2 Volume Galian 7.99 4 32.0 m³
DAFTAR PUSTAKA
AL-Layla, M.A., Ahmad, S., dan Middlebrooks, E.J. (1977). Water Supply Engineering
Design. Ann Arbor Science publishers, Inc., Michigan.
BPS Kota Blitar. (2014). Kota Blitar dalam Angka 2014. Blitar : BPS.
Fair, G.M., J.C., dan Okun, D.A.(1966). Water and waste water engineering. John Wiley dan
Sons, M.C., NewYork.
Mangkoedihardjo, S. (1985). Penyediaan Air bersih. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
Marsono, B.D. (1984). Hidrolika Teknik Penyehatan dan Lingkungan. Surabaya : Teknik
Penyehatan FTSP-ITS.
Metcalf dan Eddy, Inc,1981, Wastewater Engineering Collection and Pumping Of
Wastewater, 3rd edition ,McGraw- Hill Book Company, New York.
Noerbambang, Soufyan M, dan Takeo Morimura, 1996, Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing.Jakarta : PT.Pradnya Paramita.