Suspensi
c) Serbuk
Serbuk/powder adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian
luar. Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk :
Pulveres/serbuk terbagi, umumnya digunakan untuk obat
minum.
d) Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul
umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau
bahan lain yang sesuai.
4) Indikasi Pemberian Obat Oral
a) Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat
6) Prosedur Tindakan
A Tahap Preinteraksi
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan medis
klien
2. Persiapan alat
1. Kartu / daftar obat pasien
2. Tempat obat / gelas obat
3. Obat (kapsul,tablet,syrup)
4. Baki
5. Air mineral
3. Pastikan prinsip benar obat sudah terpenuhi
4. Cuci Tangan
B. Sikap & Perilaku
Berikan salam, panggil kliendengan namanya dan perkenalkan diri
E. Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta respon
klien
F. Teknik
Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan
kondisi klien.
Bekerja dengan pencegahan infeksi
Bekerja dengan hati – hati dan cermat
Menghargai privasi atau budaya klien
Bekerja secara sistematis
b. Obat Sublingual
1) Pengertian
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan)
atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-
gejalanya.
2) Tujuan
3) Prosedur tindakan
A Tahap Kerja
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan
medis klien
2. Siapkan peralatan:
a. Obat-obatan (k/p) sublingual.contoh : nitroglisering
b. Tempat obat/baki
c. Kartu atau buku rencana pengobatan
3. Cuci tangan
4. Pastikan prinsip 6 benar sudah terpenuhi
B Sikap dan Perilaku
D Tahap terminasi
1. Evalusai hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcemen positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistemik
c. Obat Bukal
1) Pengertian
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara
meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
Dalam pemberian obat secara bucal, obat diletakkan antara gigi
dengan selaput lendir pada pipi bagian dalam. Seperti pada pemberian
secara sublingual, pasien dianjurkan untuk membiarkan obat pada
selaput lendir pipi bagian dalam sampai obat hancur dan diabsorbsi.
D Tahap terminasi
1. Evalusai hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcemen positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistemik
2) Tujuan
a. Membersihkan telinga dari kotoran, nanah, benda asing.
b. Mengobati peradangan, infeksi atau rasa sakit pada telinga.
c. Untuk melunakkan serumen agar mudah diambil
4) Prosedur tindakan
A Tahap Kerja
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan
medis klien
2. Siapkan peralatan:
Obat-obatan Obat topikal sesuai yang dipesankan
(krim, salep, lotion, lotion yang mengandung
suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
Tempat obat/baki
Sarung tangan
3. Kartu atau buku rencana pengobatan
4. Cuci tangan
Pastikan prinsip 6 benar sudah terpenuhi
B Sikap dan Perilaku
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan kepada klien dan keluarga
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Atur posisi klien agar nyaman
5. Teruji tanggap terhadap reaksi klien
6. Teruji sabar dan teliti
C Tahap kerja
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan
semua debris dan kerak pada kulit
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
6) Indikasi
Otitis eksternal akut dan kronis
7) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap salah satu komponen dalam obat
8) Prosedur Tindakan
A Tahap Pre Interaksi
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan medis
klien
2. Siapkan alat-alat:
a. Bak instrumen (kapas lidi, kain kassa, spekulum telinga,
pinset telinga)
b. Obat telinga didalam tube atau botol
c. Pipet bila perlu
d. Lampu dahhi/senter
e. Kapas basah steril
f. Sarung tangan
g. Bengkok
3. Cuci tangan
B Sikap & Perilaku
1. Berikan salam, perkenalkan diri kepada keluarga pasien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada keluarga
3. Atur posisi klien agar nyaman saat tindakan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan
kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif
pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang
digunakan.
5) Prosedur Tindakan
A Tahap Kerja
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan
medis klien
2. Siapkan peralatan:
D Tahap terminasi
5. Evalusai hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
6. Beri reinforcemen positif pada klien
7. Mengakhiri pertemuan dengan baik
8. Cuci tangan
E Dokumentasi
9. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
6. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien
7. Bekerja dengan pencegahan infeksi
8. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
9. Menghargai privasi atau budaya klien
10. Bekerja secara sistemik
2) Tujuan
a) Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
6) Prosedur Tindakan
A Tahap Kerja
1. Pastikan tindakan sesuai dengan advis dalam catatan
medis klien
2. Siapkan peralatan:
D Tahap terminasi
1. Evalusai hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcemen positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
2 Pada tungkai
(vena
saphenosus)
4 Pada kepala
(vena frontalis,
atau vena
temporalis)
khusus pada
anak
d)
Prosedur Tindakan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
F Teknik
6. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
7. Bekerja dengan pencegahan infeksi
8. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
9. Menghargai privasi atau budaya klien
10. Bekerja secara sistematis
d) Prosedur tindakan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
beserta respon klien
F Teknik
11. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
12. Bekerja dengan pencegahan infeksi
13. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
14. Menghargai privasi atau budaya klien
15. Bekerja secara sistematis
a) Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Rute IM
memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute SC
karena pembuluh darah lebih banyak 3 terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam
tetapi bila tidak berhati-hati akan nada resiko menginjeksi obat
langsung kepembuluh darah. Denggan injeksi di dalam otot, seringkali
digunakan larutan atau suspense dalam minyak, umpamanya
suspense penisilin dan hormone kelamin.
b) Tujuan
Absorbsi obat yang diberikan lebih cepat karena vaskularisasi otot
2 Pada daerah
dorsogluteal (gluteus
maximus)
3 Pada daerah
ventrogluteal (gluteus
medius)
d) Prosedur Tindakan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
beserta respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
1) Tujuan
Merupakan pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit
yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Injeksi di
bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak
secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan
sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula. Tempat yang paling
tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vascular di
sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta
sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling
sering di rekomendasikan untuk injeksi heparin adalah
abdomen.Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung
atas dan daerah ventral atasatau gluteus dorsal. Tempat yang dipilih
ini harus bebas dari infeksi, lesikulit, jaringan perut, tonjolan tulang,
dan otot saraf atau saraf besar di bawahnya.
2) Tujuan
Obat menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan
3) Lokasi Penyuntikan
E Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta respon
klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan
kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
b. Manfaat
1) Sinar X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal
sebagai radiograf. Sinar X boleh menembusi badan manusia tetapi
diserap oleh bagian yang lebih tumpat seperti tulang. Gambar foto sinar
X digunakan untuk mengesan kecacatan tulang, mengesan tulang yang
patah dan melihat keadaan organ-organ dalam badan.
2) Sinar X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Kaedah
ini dikenal sebagai radioterapi.
3) Analisis kondisi tulang.
4) Penentuan kerapatan tulang dengan bone densitometer perindustrian.
c. Bahaya
1) Bila sinar X mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit
menjadi mengering, jaringan tulang akan keropos dan sel telur
perempuan akan mati, sehingga menyebabkan mandul.
2) Radiasi dari sinar X ini bukanlah penyakit, akan tetapi dampak radiasi
ini akan menurunkan tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang.
3) Sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi
menimbulkan keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi,
6
Hasil pemeriksaannya cukup menggembirakan, bahwa janin hanya
terpapar 0.5 - 1.5 rad setelah pemeriksaan rontgen perut atau punggung
bawah ibu, sementara bagian tubuh ibu yang jauh menerima paparan 10-
100 kali lebih rendah. Komisi pengaturan nuklir membatasi satuan 2 rads
sebagai ambang radiasi yang mungkin menyebabkan kerusakan janin.
Usia Kehamilan (minggu ke) Efek
1) 0–1 (pre-implantasi) Kematian embryo.
2) 2–7 (pembentukan organ) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker.
3) 8–40 (fetal stage) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker,
gangguan pertumbuhan mental.
e. Indikasi
Indikasi pemeriksaan foto thoraks secara khusus:
1) Sesak napas pada bayi
a) Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di thoraksnya (rongga
dada)
b) Dokter membutuhkan photo rontgen agar penanganannya tepat.
2) Bayi muntah hijau terus menerus
a) Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran
cerna, maka pengambilan photo rontgen pun akan dilakukan.
b) Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-
mata berdasarkan usia,melainkan lebih pada resiko dan
manfaatkannya.
3) Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
Bagi balita sampai kalangan dewasa, photo rontgen lazimnya
3) Posisi/Centering
4) Densitas
adalah derajat tebalnya bayangan hitam pada film atau daya serap
terhadap X-ray.
5) Trakhea
7) Jaringan Lunak
8) Diafragma
a) Ujung atas diafragma tampak nyata karena adnya kontras air udara.
b) Ujung kiri bawah diafragma mungkin akan tmpak karena umumnya
tedapat udara dalam perut.
c) Pada semua tahap respirasi, hemidiafragma kanan umumnya
lebihtinggi 1 s/d 2cm dari sebelah kiri.
a. Pengertian
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan
oleh operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu.
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari organ tulang tengkorak dan
otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
3) Brain contusion.
4) Brain atrofi.
5) Hydrocephalus
6) Inflamas
b. Tujuan
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. . Dengan demikian CT scan
hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di
luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto
rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah
pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya
tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya
digunakan untuk:
1) CT-SCAN OTAK
2) CT-SCAN HYPOFISE
4) CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding
superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau
menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras.
Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum
orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras,
dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V.
kecil (160-200).
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2,
sejajar dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari
batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat
potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm,
tanpa dan dengan bolus kontras.
7) CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian
bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan
dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk
mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah
seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR
(Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk
itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang
daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
9) CT-SCAN THORAX
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10,
index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan
pemeriksaan. Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal
potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya sedang (ginjal,
lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya kecil
(pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm. Pada kasus
tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar
dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada
bolus kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya
dipakai program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase
arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal),
kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase
equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system
pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras
negatife (minum air saja).
Kekurangan CT scan
3) Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan
gambar.
e. Prosedur CT Scan
1) Persiapan Pasien
Setelah disuntik, ada periode waktu selama jam untuk bisa dilakukan
pencitraan.
Sesi pemindaian dapat berlangsung antara 20-30 menit. Setelah
pemindaian dilakukan, dokter akan memeriksa gambaran yang
dibutuhkan. Contoh sederhananya, pemindaian yang ditunda bisa jadi
diperlukan karena pertimbangan dari dokter pengobatan nuklir.
Hadir tepat waktu. Bila Anda memelukan penjadualan ulang, Anda
harus memberi tahu klinik 48 jam sebelumnya.
Prosedur ini tidak disarankan bagi pasien yang sedang atau
kemungkinan akan hamil. Segera hubungi kami jika Anda memerlukan
keterangan lebih lanjut
2) Prosedur
a) Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
b) Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
c) Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar
dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
C. Teknik Kompres
1. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat
setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis.
Fungsi kompres hangat
2. Kompres dingin
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres dingin
adalah mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan
serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran syaraf sehingga implus nyer yang
mencapai otak lebih sedikit.
Fungsi kompres dingin
3. Indikasi
Kompres hangat
4. Kontraindikasi
Kompres hangat
a. Gangguan sensibilitas
b. Burgeur diseases
c. Gangguan peredaran darah arterial perifir
Kompres dingin
5. Derajat suhu
6. Prosedur tindakan
g. Korentang
h. Kom
3. Cuci tangan
B. Sikap dan perilaku
1. berikn salam panggil klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri
2. jelaskan tujuan dan prsedur tindakan yang akan di
lakukan kepada klien dan keluarganya.
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Atur posisi klien agar nyaman
C. Tahap kerja
1. Menjaga privacy klien
2. Menukur suhu air. Ikuti praktek institusi tentang
penggunaan suhu yang tepat suhu yang sering di
berikan :
46-53°c untuk orang dewasa normal
40,5-46°untuk orang dewasa tidak sadar atau yang
kondisinya sedang lemah.
3. Mengisi sekitar dua pertiga botol dengan air panas
4. Mengeluarkan gelembung udara dari botol. Udara
yang tetapberada di botol akan mencegah botol
mengikuti bentuk tubuh yang sedang di kompres.
5. Menutup botol dengan kecang
6. Membalikkan botol dan memeriksa adanya
kebocoran.
7. Mengeringkan botol dengan handuk atau sarung botol
air panas.
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuh dan
menggunakan bantal untuk menyangga jika perlu.
D Tahap terminasi
D. Penatalaksanaan Nyeri
1. Konsep Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat,2009).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri berfungsi sebagai protektif dan tanda
peringatan (Potter dan Perry, 2006).
2. Klasifikasi Nyeri
Menurut Tamsuri (2007 ) dalam Tuti (2011), Klasifikasi nyeri adalah sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Awitan
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokakan sebagai nyeri
akut dan kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi)
dari 1 detik sampai dengan kurang dari enam bulan sedangkan nyeri kronis
adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan.
1) Nyeri akut umumnnya terjadi pada cedera, panyakit akut, atau pada
pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang
bervariasi (sedang sampai berat). Nyeri akut dapat dipandang sebagai
nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk mengindikasikan adanya
cedera atau penyakit pada tubuh. Nyeri jenis ini biasanya hilang dengan
sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan
penyembuh.
2) Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermiten,atau bahkan
persisten. Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu nyeri
kronis maligna dan nyeri kronis nonmaligna. Karakteristik nyeri kronis
adalah penyembuhanya tidak dapat diperediksi meskipun penyebabnya
mudah ditentukan (namun, pada beberapa kasus sulit ditemukan). Nyeri
kronis dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Klien
3. Sifat-Sifat Nyeri
a. Subjektif, sangat individual.
b. Tidak menyenangkan.
c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d. Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e. Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f. Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X
atau pemeriksaan darah.
g. Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
(Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2006)
4. Penyebab Nyeri
a. Thermik : Disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrim
b. Chemik : Disebabkan oleh bahan/zat kimia
c. Mekanik : Disebabkan oleh trauma mekanik
d. Elektrik : Disebabkan oleh aliran listrik
e. Psikogenik : Nyeri yang tanpa diketahui adanya kelainan fisik, bersifat
psikologis
f.Neurologik : Disebabkan oleh kerusakan jaringan syaraf
(Paice, 1991 dalam Potter dan Perry, 2006)
5. Faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Kebudayaan
d. Makna Nyeri
e. Ansietas
f. Keletihan
g. Pengalaman Sebelumnya
h. Gaya Koping
i. Dukungan Sosial dan Keluarga
(Potter dan Perry, 2006).
6. Mekanisme Nyeri
Stuktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam transmisi dan persepsi
nyeri di sebut sebagai system nonspesifik. Sensitivitas dari komponen system
nonsiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda di antara
individu. tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
(appendicitis, sebagai contoh) mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi
yang sangat nyeri bagi orang mungkin hamper tidak terasa bagi orang lain.
Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu
tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri
1) Menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100.
2) Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat).
Terdiri dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari wajah yang tersenyum
untuk “no pain” sampai wajah yang berlinang air mata dan skala ini digunakan
untuk anak-anak saja.
Nilai 0; nyeri tidak dirasakan oleh anak
Nilai 1: nyeri dirasakan sedikit saja
Nilai 2: nyeri agak dirasakan oleh anak
Nilai 3: nyeri yang dirasakan anak lebih banyak
Nilai 4: nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan
Nilai 5; nyeri sekali dan anak menjadi menangis
0 1 2 3 4 5
Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa
nyeri yang
baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan skala wajah ini
baik digunakan pada anak usia prasekolah.
8. Pengkajian nyeri
1) P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda
paksa / benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
2) Q : Qualitas / Quantitas
D Tahap Terminasi
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien
2. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
3. Bekerja dengan pencegahan infeksi
4. Mengahagai privasi atau budaya pasien
5. Bekerja secara sistematis
E Dokumentasi
Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan beserta respon
pasien
F Teknik
6. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan
kondisi pasien
7. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
8. Bekerja dengan pencegahan infeksi
9. Mengahagai privasi atau budaya pasien
10. Bekerja secara sistematis
E Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
3. Irigasi Luka
a. Pengertian
Suatu tindakan pembersihan secara mekanis dengan larutan isotonic atau
pengangkatan fisik terhadap jaringan debris, benda asing atau eksudat dengan
kasa atau denga spuit. (Eny Retna & Tri Sunarti,2009)
1) Menghilangkan esudat dan debris, benda asing dan luka yang lambat
sembuh.
c. Indikasi
d. Kontraindikasi
1) Meningkatnya nadi
3) Luka memerah
4) Bengkak
5) Nyeri
e. Prosedur tindakan
4. Perawatan Luka
a. Pengertian
Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa
kontaminasi,missal luka insisi yang tertutup, luka-luka yang melibatkan
saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen bawah. Keputusan
untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah
kebersihan luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di
bersihkan dan dibalut ulang perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih
dengan air atau normal salin. Bila luka tampak terinfeksi perlu dilakukan
rujukan.
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang ( masuk
melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
C Tahap Kerja
1. Menjaga privacy klien
2. Bawa alat ke dekat pasien
3. Pakai sarung tangan bersih
4. Baringkan klien dengan nyaman dengan area luka
dekubitus dan kulit sekitar mudah dilihat
5. Kaji luka dekubitus dan kulit sekitar untuk menentukan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
a. Gips lengan pendek : memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan, melingkar erat didasar ibu jar. Bila ibu jari dimasukkan dinamakan
spika ibu jari (gips gauntlet).
b. Gips lengan panjang :memanjang jdari setinggi lipatan ketiak sampai di
sebelah proksimal lipatan telapak tangan, siku biasanya diimobilisasi dala
posisi tegak luru.
c. Gips tungkai pendek : memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki,
kakai dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
4) Bahan-Bahan Gips
a) Plester, gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus. Gulungan krinolin
diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus (Kristal gypsum). Jika basah terjadi
reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang
kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam
untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak
berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam,
perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b) Nonplester. Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air
ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih
ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan
terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat
mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c) Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak
menjadi lunak jika terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat
dikeringkan dengan pengering rambut.
a) Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran
permukaan anggota gerak.Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi
antero-posterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir
melingkar.
b) Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
c) Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu
atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah.
a) Rasa sakit akibat tekanan yang dapat timbul akibat tekanan pada tonjolan-
tonjolan tulang, berasal dari permukaan dalam gips yang tidak rata, atau berasal
dari tekanan benda asing diantara gips dan tungkai
b) Edema pada distal garis gips, edema akibat cidera biasanya hilang dalam waktu
dua sampai tiga hari dengan menaikan tungkai dan melakukan latihan aktif pada
sendi-sendi yang tidak bergips.
c) Kulit melepuh, kekeringan dan bersisik tidak dapat dihindari pada kulit yang
dibungkus gips karena epitel-epitel yang lepas tidak dapat dibersihkan.
Anda tidak bisa melepas gips ini sendiri. Ketika tulang Anda sudah sembuh, dokter
yang akan membuka gips. Jadi, selama masih memakai gips, cara merawatnya
adalah:
a) Belajar beradaptasi
Pada pertama kalinya memakai gips, Anda harus belajar beradaptasi. Dokter
akan memberi tahu Anda kapan gips kering dan siap menahan beban. Ikuti
petunjuk dokter agar Anda tidak kesulitan beraktivitas dengan menggunakan gips
ketika sudah pulang dari rumah sakit. Yang perlu diingat pada gips kaki, ada
sebagian yang boleh digunakan untuk tumpuan berjalan, ada juga yang tidak.
Anda harus memastikannya dengan bertanya kepada dokter.
Pada pertama kalinya memakai gips, Anda harus belajar beradaptasi. Dokter
akan memberi tahu Anda kapan gips kering dan siap menahan beban. Ikuti
petunjuk dokter agar Anda tidak kesulitan beraktivitas dengan menggunakan gips
ketika sudah pulang dari rumah sakit. Yang perlu diingat pada gips kaki, ada
sebagian yang boleh digunakan untuk tumpuan berjalan, ada juga yang tidak.
Anda harus memastikannya dengan bertanya kepada dokter.
• Pada 1-3 hari pertama setelah pemakaian gips, tempatkan bagian tubuh yang
dibalut gips lebih tinggi atau ganjal menggunakan bantal agar posisinya lebih
tinggi daripada jantung. • Goyang-goyangkan jari-jari pada bagian tangan atau
kaki yang dibalut gips. • Pada 2-3 hari pertama setelah pemakaian gips,
kompres gips dengan es. Caranya, bungkus es dengan handuk dan tempelkan
pada gips. Kompres bagian yang bengkak, yaitu pada gips dan bukan pada
kulit, selama 15-30 menit, tiap beberapa jam sekali.
Gunakan kipas angin atau hair dryer untuk meniup jika bagian yang
dibalut gips terasa gatal.
Menggunakan alat apa pun untuk menggaruk jika pada permukaan kulit
yang dibalut gips terasa gatal.
Mengemudikan kendaraan.
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta respon klien
F Teknik
b. Tindakan:
c.Discharge planning :
b. Tujuan
a. Jika Anda memiliki golongan darah A, maka Anda memiliki antigen A pada sel
darah merah dan memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah
dengan antigen B.
b. Jika Anda memiliki golongan darah B, maka Anda memiliki antigen B pada sel
darah merah dan memproduksi antibodi A untuk melawan sel darah merah
dengan antigen A.
c. Jika Anda memiliki golongan darah AB, maka Anda memiliki antigen A dan B
pada sel darah merah. Ini juga berarti Anda tidak memiliki antibodi A dan B
pada plasma darah.
d. Jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda tidak memiliki antigen A
atau B pada sel darah merah. Ini berarti darah bergolongan O bisa diberikan
Pendonor
Penerima
O− O+ A− A+ B− B+ AB− AB+
e. Prosedur tindakan
C. Tahap Kerja
1. Gunakakan sampiraran untuk menjaga privacy
pasien.
2. Memasang sarung tangan.
3. Siapkan selang tranfusi darah.
4. Pasang IV line jika belum terpasang.
5. Lepaskan selang infuse dari penghubung selang
dan hubungkan selang darah ke penghubung IV line:
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif dan objektif)
2. Beri reinforcement positif pada pasien.
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
beserta respon pasien
F. Tehnik
11. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi pasien
12. Bekerja dengan hati-hati dan cermat
13. Mengahagai privasi atau budaya pasien
14. Bekerja secara sistematis
g. Prosedur tindakan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
4. Cuci tangan
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan beserta
respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
2. Bekerja dengan pencegahan infeksi
3. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
4. Menghargai privasi atau budaya klien
5. Bekerja secara sistematis
b. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua
dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan
lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian
timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
c. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini
ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
4. Prosedur tindakan perawatan trakheostomi
E Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
beserta respon klien
F Teknik
1. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai
Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara
permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena
penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk
hidup mengalami pembusukan (Potter & Perry. 2008).
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian
bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta
menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dangan kondisi waktu
hidup (Potter & Perry. 2008).
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan
tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan
setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien.
Jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas,
perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui
autopsy (Saputra Lyndon. 2013)
b) Tujuan
1) Tahap pengingkaran
“Tidak mungkin, ini tidak mungkin”
Merupakan reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah
syok, tidap percaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa
kehilangan benar-benar terjadi (orang atau keluarga dari orang yang
C Tahap Kerja
1. Pertahankan privasi pasien selama tindakan
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke jenazah
3. Memakai celemek
4. Menggunakan sarung tangan
5. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika mulut tetap tidak
mau tertutup, tempatkan gulungan handuk dibawah dagu agar mulut
tertutup. Tempatkan bantal dibawah kepala.
6. Lepaskan perhiasan dan barang berharga dihadapan keluarga. Beri
label identitas.
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT, tube, infus, dll).
8. Melepaskan pakaian kotor jenazah letakan kedalam ember
E Dokumentasi
2. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan
F Teknik
2. Berkomunikasi dengan pendekatan yang tepat sesuai dengan kondisi
klien.
4. Bekerja dengan pencegahan infeksi
6. Bekerja dengan hati – hati dan cermat
8. Menghargai privasi atau budaya klien
10. Bekerja secara sistematis
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb.
Jakarta: EGC
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak W., Chayatin N. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Potter P. A., Perry A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.