Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF (F25)

I. PENDAHULUAN

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai


dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan
afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau
tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis
ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun
gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan
skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga
1
kemungkinan pertama.
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol da lam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2
Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. 2 Gejala yang khas
pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan
baik itu manik maupun depresif. 2,3
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR,
merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi
beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi nkriteria
baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara
tepat. 1 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis
lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. s emua kondisi
yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood
perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan
skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien
dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu
kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih
1
buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar,
tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. 1

II. DEFINISI

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun


gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe
depresif. 1,3

III. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin


berkisar antara 0,5% – 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan
perkiraan. 1
Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada orang tua
daripada orang muda, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih rendah
pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan menikah. Usia awitan
perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki -laki
dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan
mempuinyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. 1

IV. ETIOLOGI

Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat mo del


konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau
tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis
ketiga yang berbeda yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun
gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan
skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga
kemungkinan pertama. 1

Meskipun banyak riset famili dan genetik mengenai gangguan skizoafektif


didasarkan pada alasan bahwa skizofrenia dan gangguan mood merupakan

2
entitas terpisah, beberapa data menunjukkan bahwa kedua gangguan tersebut
terkait secara genetis. 1

V. GEJALA KLINIS
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2
Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sam a,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. 2
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disert ai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. 2,3

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan


jiwa (PPDGJ-III): 3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke


dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan


pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas

3
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tinda kan, atau
penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus t erhadap


perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein d i antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil , misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide -ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh -gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;

4
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri ( self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.

VI. DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik gangguan skizoafekti f berdasarkan DSM-IV-TR 1,4

A. Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode depresif
mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan
gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi criteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit
D. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan
kesehatan umum.

Kriteria diatas merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba


mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis
memenuhi nkriteria baik episode manik maupun depres if dan menentukan lama
setiap episode secara tepat. 1

Lamanya setiap episode harus diketahui karena dua alasan. Pertama,


memenuhi kriteria B, seseorang harus tahu kapan episode afektif berakhir dan

5
psikosis terus terjadi. Kedua, memenuhi criteria C, lama semua episode mood
harus digabungkan dan dibandingkan dengan lama total penyakit. 1

Sedangkan diagnosis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis


gangguan jiwa (PPDGJ-III):

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala -gejala


defenitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif yang menonjol pada saat
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
3
episode penyakit yang sama.

Gangguan skizoafektif tipe manik didiagnosis apabila gejala afek


meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik dua
gejala skizofrenia yang khas. 3

Gangguan skizoafektif tipe depresif didiagnosis apabila afek depresif


menonjol, disertai noleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun
kelainan poerilaku terkait. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya
satu atau lebih baik dua gejala skizofrenia yang khas. 3

VII. DIAGNOSIS BANDING

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis


lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. s emua kondisi
yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood
perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan
amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus
temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan
gangguan mood yang bersama-sama. 1 Setiap kecurigaan terhadap kelainan
neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak
untuk menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk
memastikan setiap gangguan yang mungkin. 1,4

Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang


dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis,

6
psikosis padasaat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood
pada masa tersebut atau masalalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda
diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah
terkendali. 1

VIII. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS


Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien
dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada
pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia . 1
Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang
mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk
dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu
sendiri. 1

IX. TERAPI
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan
di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.

A. Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit
memutuskan diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya,
ketidakpastian tersebut harus dijelaskan kepada pasien. Kisaran gejala mungkin
sangat luas, karena pasien mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kond isi
mood yang terus berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan
untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut. 1

B. Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif
adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan pemberian antimanik atau

7
antidepresan. Pemberian obat antipsikotik diberikan jika perlu dan untuk
pengendalian jangka pendek. 1,5
Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe manik dapat diberikan
farmakoterapi berupa lithium carbonate, carbamazepine (tegretol), valproate
(Depakene), ataupun kombinasi dari obat anti mania jika satu obat saja tidak
efektif. Sedangkan pasien dengan gannguan skizoafektif tipe depresif dapat
diberikan antidepresan. Pemilihan obat antidepresan memperhatikan kegagalan
atau keberhasilan antidepresan sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif
(SSRI) sering digunakan sebagai agen lini pertama, namun pasien teragitasi atau
insomnia dapat disembuhkan dengan antidepresan trisiklik. Apabila pengobatan
dengan antidepresan tidak efektif dapat dicoba dengan terapi elektrokonvulsif.
Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan tes
fungsi ginjal, tiroid, dan fungsi hematologik harus dilakukan secara berkala. 1,5

8
X. KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa ya n g


m e m i l i k i g e j a l a s k i z o f r e n i a d a n gejala afektif yang terjadi bersamaan dan
sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada
laki-laki dibandingkan para wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia onset
untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki -laki seperti juga pada
skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa
genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah
termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia,episode manik, dan gangguan
depresif. Diagnosis gangguan skiz oafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama -sama menonjol pada
saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode
yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe m a n i k , depresif atau campuran
keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan
skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif.

Pada farmakoterapi,digunakan kombinasi anti psikotik dengan


a n t i d e p r e s a n b i l a m e m e n u h i k r i t e r i a d i a g n o s t i k gangguan skizoafektif tipe
depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi
yang diberikan adalah antara anti psokotik denga n mood stabilizer. Prognosis
bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala
skizofrenianya , atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan
persisten gejala skizofrenianya maka pronosis nya buruk. Dan sebaliknya
semakin persisten gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai