Dokumen - Tips - Dermatitis Perioral 570fd887e8e89
Dokumen - Tips - Dermatitis Perioral 570fd887e8e89
DERMATITIS PERIORAL
BLOK INDRA KHUSUS
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015
DAFTAR ISI
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Klasifikasi
4. Etiopatogenesis
5. Gambaran Klinis
6. Derajat dermatitis perioral
7. Diagnosis Banding
8. Tatalaksana
9. Komplikasi
10. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
2. Epidemiologi
Insidensi dermatitis perioral terhitung mencapai 0,5 – 1% di negara industri,
tergantung dari faktor geografis yang ada. Di Jerman didapatkan 6% wanita yang
berkunjung untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kulit mengalami dermatitis
perioral, sedangkan hanya 0,3% laki-laki saja yang mengalami dermatitis
perioral. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pada anak-anak yang
menderita asma angka kejadian dari dermatitis perioral ini tercatat sebanyak 3%
berasal dari kelompok umur 6 bulan – 18 tahun. Selain itu, menurut hasil
penelitian terhadap lokasi lesi dermatitis perioral didapatkan sekitar 20% dari
kasus tiak terjadi pada perioral (tabel 1).
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya dermatitis perioral secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dermatitis perioral yang berhubungan dengan penggunaan
kortikosteroid topikal yang merupakan subtipe dari CIRD (corticosteroid-induced
rosacea-like dermatitis) maupun yang tidak berhubungan dengan penggunaan
kortikosteroid topikal (Idiopathic dermatitis perioral). CIRD mempunya tiga
subtipe yang dibagi berdasarkan lokasi anatomi antara lain perioral, centrofacial,
dan diffuse. Dermatitis perioral yang merupakan subtipe dari CIRD merupakan
subtipe paling sering terjadi pada dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus
juga terjadi pada perinasal dan periokular. Pada subtipe centrofacial terjadi pada
pipi bagian dalam, kelopak mata bagian dalam, hidung dan dahi. Pada subtipe
diffuse terjadi pada seluruh wajah dan seringkali meluas sampai ke leher.
a. b.
5. Gambaran klinis
Karakteristiknya adalah keterlibatan daerah sekitar mulut dengan lesi kecil.
Sering juga melibatkan lipatan nasolabial, pipi serta kedua kelopak mata yang
terlihat simetris. Tergantung pada derajat klinis, dermatitis perioral dapat meluas
hingga ke dagu, glabela, bagian lateral kelopak mata bawah, kelopak mata atas,
pipi dan dahi. Diagnosis dibuat secara klinis, akan terlihat eritema dengan tepi
tidak rata disertai papula vesikel yang berbentuk seperti kerucut, kadang disertai
pustula dengan diameter 1 – 2 mm serta pada daerah kulit yang tidak terkena dapat
terlihat kering.
Gejala khas yang sering terlihat adalah sensasi nyeri atau terbakar. Kadang
pasien juga merasakan sensasi tegang pada kulit. Pada dermatitis perioral yang
lama dapat terjadi kolonisasi bakteri yang ditandai adanya papulopustul.
Faktor yang dapat memperberat dermatitis perioral adalah paparan sina
matahari, sering mencuci wajah dengan sabun pembersih atau penggunaan
kosmetika secara berlebihan serta pemakaian kortikosteroid dengan potensi
menengah dan tinggi.
Suatu bentuk khusus dari dermatitis perioral adalah lupoid dermatitis perioral
dimana papul terlihat lebih padat dan besar berwarna merah kecoklatan disertai
dengan skuama dan infiltrat. Bentuk granuloma dari lupoid dermatitis perioral
pada anak-anak dinamakan sebagai Facial Afro-Caribbean Childhood Eruption
(FACE).
Bila keadaan ini sembuh tidak akan menyisakan bekas akibat lesi tersebut.
7. Diagnosis banding
Secara klinis, dermatitis perioral harus dipisahkan dari berbagai kemungkinan
diagnosis yang ada. Termasuk rosacea, acne, dermatitis seboroik dan dermatitis
kontak. Gambaran khas dermatitiss perioral biasanya dapat dibedakan dengan lesi
inflamasi pada wajah lainnya. Pasien dengan rosacea biasanya memiliki gambaran
telangiektasis dan kemerah-merahan pada muka dengan penyebaran yang lebih
luas mengenai kedua pipi, hidung dan dahi. Dermatitis kontak tampak sebagai lesi
kemerahan, berskuama dan krusta yang timbul di sekitar mulut akibat alergi
terhadap kosmetik lipstik, makanan, kawat gigi dan alat kosmetik lainnya. Lesi
terlihat seperti papula dengan batas yang tidak tegas. Ermatitis kontak juga
seringkali mengenai area kulit lainnya dan dapat didiagnosis dengan patch test.
Akne vulgaris dan dermatitis seboroik tidak mempunyai lokasi dan pola yang
sama dengan dermatitis perioral. Keduanya tersebar lebih luas dan dapat mengenai
badan termasuk muka. Akne vulgaris tampak sebagai komedo dan dermatitis
seboroik tampak skuama.
Berdasarkan kepustakaan lain, diagnosis banding dari dermatitis perioral
dibagi menjadi non-granuloma dermatitis perioral dan granuloma dermatitis
perioral seperti pada tabel.
8. Tatalaksana
Jika pasien menggunakan steroidm maka langkah pertama pengobatan adalah
segera hentikan pemakaian steroid. Pasien harus diperingatkan untuk tidak
menggunakan steroid karena akan menyebabkan dermatitis perioral. Edukasi
pasien untuk menghentikan pemakaian krim pelembab, krim malam, make-up
serta pasta gigi berfluoride.
Berdasarkan guideline3 mengenai dermatitis perioral, terapi yang diberikan
menurut perhitungan PODSI, yang bisa dilihat pada algoritma terapi dermatitis
perioral.
Algoritma Terapi
Ringan Sedang Berat
Antibiotik sistemik
Sembuh
2. Terapi topikal
Berbeda dengan rosacea, tidak ada gold standard dalam pemberian
terapi topikal, namun berdasarkan beberapa hasil penelitian ada terapi
topikal yang apat memberikan perbaikan klinis selain dengan
pemberian zero terapi yaitu, adapalene, asam azelaic, eritromisin
topikal, ichthyol, metronidazole, pimecrolimus, takrolimus, terapi
fotodinamik.
3. Terapi sistemik
Dermatitis perioral jarang membutuhkan terapi sistemik. Tetrasiklin
dan makrolida telah digunakan untuk terapi sementara dari dermatitis
perioral. Terapi sistemik pada dermatitis perioral yang
direkomendasikan adalah tetrasiklin, makrolida, dan isotretinoin.
clindamycin 2x1
sulfur 2x1
9. Komplikasi
Kebanyakan dari kasus dermatitis perioral, non-granuloma ataupun
granuloma, dapat sembuh tanpa ada gejala sisa ataupun kambuh. Meskipun, ada
juga laporan mengenai komplikasi luka akibat garukan yang jarang dilaporkan.
10. Prognosis
Tanpa pengobatan, dermatitis perioral dapat berlangsung lama hingga
menahun. Pengobatan dengan antibiotik topikal maupun oral yang tepat dapat
memberikan hasil dalam 6 sampai 10 minggu. Dermatitis perioral dapat sembuh
tanpa pengobatan dengan menghindari penggunaan kortikosteroid, pelembab,
make-up dan pasta gigi berfluoride.
KESIMPULAN
Oleh karena itu penting sekali bagi pasien untuk menghentikan penggunaan
kortikosteroid topical, kosmetika wajah maupun pasta gigi berfluoride. Tetracyclin
oral dan eritromisin merupakan terapi yang paling efektif untuk perioral
dermatitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. GOLDSMITH ag, Stephen IK, Barbara AG, Ami SP, David JL.
Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. McGraw Hill. New York; 2008. P. 709 –
12
2. James WG, Berger TG, Elston DM. Andrews’ Diseases of The Skin
Clinical Dermatology 11th Edition. Elsevier. New York; 2012. P. 245 – 6
3. Wollen A, Bibier T, Dirschka T, et al. Guideline of Perioral Dermatitis.
Journal of the German Society of Dermatology 2011; 5: 422 – 9
4. Rosso JD. Management of papulopustular rosacea and perioral dermatitis
with emphasis on iatrogenic causation or exacerbation of inflammatory facial
dermatoses. Journal of Clinical Aesthetic and Dermatology 2011; 4: 20 – 30.
5. Leung A and Barankin B. What’s your diagnosis? Multiple erythematous
papules on a 6 – year – old’s face. Consultant for pediatrician 2013
6. Kihiczak G, Cruz M, Schwarts R. Case report: periorificial dermatitis in
children: an update and description of a child with striking features.
International journal of Dermatology 2009; 48: 304 – 6
7. Kim YJ, Shin JW, Lee JS, et al. Case report: childhhood granulomatous
periorificial dermatitis. Ann Dermatol 2011; 23: 386 – 8
8. Buimir V, Brailo V, Alajbeg I, et al. Case report: allergic contact cheilitis
and perioral dermatitis cause by propolis. Acta dermatovenerol croatica 2012;
20 (3): 187 – 90
9. Abeck D, Geisenfelder B, Nramdt O. Physical sunscreens with high sun
protection factor may cause perioral dermatitis in children. Journal of the
German Society of Dermatology 2009; 8: 701 – 3
10. Yu Y, Scheinman PL. Lip and perioral dermatitis caused by propyl gallate.
Amerocan contact dermatitis society 2010; 21 (2): 118 – 22
11. Clementson B, Smidt A. Case report: periorificial dermatitis due to
systemic corticosteroid in children. Pediatric dermatology 2012; 29 (3): 331 –
2
12. Wollenberg A and Oppel T. Scoring of lesions with the perioral dermatitis
secverity index (PODSI). Acta dermato-venereologica 2006; 86: 251 – 3