Anda di halaman 1dari 63

Penyusunan dan penetapan APBN dan APBD menurut UU

No. 17 Tahun 2003


Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam UU No. 17 Tahun 2003
meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD
dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran,
penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam
penyusunan anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen
kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan
pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
Sehubungan dengan itu, dalam UU No. 17 Tahun 2003 ini disebutkan bahwa belanja negara
dan belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di
sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem
anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi
serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam
sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga/perangkat daerah.
Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut
dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran
akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan.
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor
publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang
digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran
yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan
standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas
statistik keuangan pemerintah.
Sebelum diberlakukannya UU No. 17 Tahun 2003, anggaran belanja pemerintah dikelompokkan
atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam
anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk
memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah
menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.
Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional
lima tahunan yang ditetapkan dengan undangundang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak
sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.
Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem
perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan
sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure
Framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju.
Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya terlambat akan
berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang
ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk
pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD.

Penyusunan dan penetapan APBN


Tujuan dan fungsi dan klasifikasi APBN (Pasal 11):

(1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang- undang.
(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
Pasal 1 angka 13 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan pendapatan negara adalah hak
pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan
pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Pasal 1 angka 14 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan belanja negara adalah kewajiban
pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
(5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian
negara/lembaga pemerintahan pusat.
Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-
lain.

Ketentuan umum penyusunan APBN (Pasal 12):

(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui
pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman
kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.
Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi
maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana
penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan
dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Mekanisme penyusunan APBN (Pasal 13):

(1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi
makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
(2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro
dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah
Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas
anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan
usulan anggaran.

Mekanisme penyusunan APBN Pasal 14

(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga tahun berikutnya.
(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan
prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.
(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Mekanisme penyusunan dan penetapan APBN (Pasal 15):

(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota
keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada
bulan Agustus tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
Perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak
mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan
Undangundang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja.
(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

Penyusunan dan penetapan APBD


Tujuan dan fungsi dan klasifikasi APBD (Pasal 16):

(1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun
dengan Peraturan Daerah.
(2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
(3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
(4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat
daerah/lembaga teknis daerah.
Rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata,
budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.

Ketentuan umum penyusunan APBD (Pasal 17):

(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.
Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui
pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
(2) Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman
kepada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Regional Bruto daerah yang
bersangkutan. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Regional Bruto daerah yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam
Peraturan Daerah tentang APBD.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar
generasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan
cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Mekanisme penyusunan APBD (Pasal 18):

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya
sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD
kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.
(2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah
Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaran
sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Mekanisme penyusunan APBD (Pasal 19):

(1) Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku
pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
tahun berikutnya.
(2) Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja
untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun.
(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampaikan kepada DPRD
untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.
(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
tahun berikutnya.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Mekanisme penyusunan dan penetapan APBD (Pasal 20):

(1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan Oktober tahun sebelumnya.
(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan
undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
Perubahan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dapat diusulkan oleh DPRD sepanjang
tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja.
(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya.

Permasalahan Umum dan Klasik dalam Penyusunan APBD

Permasalahan Umum dan Klasik dalam Penyusunan APBD


Dalam bulan-bulan ini, pemerintah daerah (Pemda) disibukkan oleh penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Ada fenomena menarik terkait proses penyusunan APBD tersebut.
Fenomena ini sebenarnya bukan masalah baru. Tapi masalah klasik yang dari tahun ke tahun
seringkali berulang. Karena sebagai suatu masalah dan berpotensi merugikan masyarakat, maka
seharusnya menjadi perhatian bersama, terutama bagi Pemda.

Pangkal masalah Anggaran di Indonesia, baik APBN dan APBD menurut Ahmad Erani Yustik
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) adalah:

1. APBN/APBD selalu di desain defisit sehingga memberi kesempatan adanya inefesiensi


dan praktik koruptif.
2. desain APBN/APBD hanya dipahami sebagai proses teknokratis untuk mengalokasikan
sumber daya ekonomi (anggaran), tetapi APBN tidak dimengerti juga sebagai instrumen
ideologis untuk mendekatkan tujuan bernegara sebagai amanat konstitusi.
3. asumsi ekonomi makro yang disusun hanya mendasawrkan kepada tujuan sempit tetapi
mengabaikan semangat keadilan sosial, seperti aspek ketimpangan pendapatan.
4. besaran anggaran tidak mencerminkan permasalahan dan kontekstualisasi dasar
pembangunan nasional. Buktinya, alokasi anggaran ke sektor pertanian dan industri
tergolong kecil padahal sebagian tenaga kerja berada di sektor tersebut.
5. amanah UU tidak semuanya dijalankan dengan baik. Sebagai contoh, alokasi anggaran
kesehatan diharuskan minimal 5 persen dari APBN, namun selama ini mendapatkan porsi
kurang dari 2 persen.
6. penerimaan negara dihitung sangat rendah, baik yang bersumber dari pajak maupun
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sehingga membuka peluang terjadinya korupsi
penerimaan negara seperti yang terus berulang selama ini.

2 (dua) hal yang perlu dicermati sebagai hambatan dalam mewujudkan APBD sebagai bentuk
akuntabilitas kepada masyarakat;
1. berkaitan dengan perlilaku politik dari pejabat politik maupun pejabat publik daerah yang
merasa terganggu atau tidak suka dengan transparansi anggaran, karena hal tersebut
secara tidak langsung akan mengurangi otoritas yang selama ini mereka nikmati.
2. persoalan yang berkaitan dengan aturan-aturan formal yang ada, bahwa masing-masing
pihak dan lembaga memilki batas kewenangan serta prosedurnya sendiri. Kedua kendala
inilah yang menyebabkan alokasi anggaran dalam APBD seringkali tidak mencerminkan
keberpihakan kepada publik. Selama ini, kendala yang seringkali dimunculkan sebagai
alasan belum mampunya peemrintah daerah menyediakan pelayanan dengan kualitas
memadai adalah keterbatasan dana, sehingga APBD lebih terfokus pada optimalisasi
penggalian PAD.

Beberapa permasalahan yang mengiringi proses penyusunan APBD itu adalah :

1. waktu penyusunan yang molor. Setiap tahun dijumpai daerah yang lamban dalam
menyusun anggaran keuangan pemerintahannya.

Sebagai contoh, rancangan KUA dan PPAS melebihi waktu dari jadwal yang seharusnya
disampaikan kepala daerah kepada DPRD yakni pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan. Demikian pula, draf RAPBD yang semestinya sudah harus diserahkan ke DPRD
pada pekan pertama Oktober untuk dibahas, kenyataannya biasa molor yang akhirnya
penetapannya juga molor.
keterlambatan ini berdampak pada sejumlah kabupaten/kota terlambat juga menyerahkan
RAPBD ke Pemprov untuk dievaluasi.
Padahal, keterlambatan penyusunan APBD jelas merugikan masyarakat. Masyarakat
yang semestinya sudah menerima anggaran pembangunan atau pelayanan publik terpaksa
harus tertunda menunggu selesainya penetapan APBD.
Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) daerah yang terlambat menetapkan APBD juga
akan dipotong 25% oleh pemerintah pusat.
Dari sudut pandang perencanaan, keterlambatan penyusunan APBD merupakan sesuatu
yang kurang masuk akal.
Logikanya,
bagaimana mungkin pemerintahan bisa berjalan tanpa ada acuan APBD?
APBD yang seharusnya sudah ditetapkan sebelum tahun anggaran berjalan atau paling
lambat tanggal 31 Desember, kenyataannya tak sedikit yang molor hingga berbulan-
bulan. Selama APBD belum ditetapkan, daerah-daerah tersebut berjalan berpedoman
pada apa?
Secara de-jure maupun formal administratif, landasan daerah yang terlambat menetapkan
APBD itu bisa dikatakan lemah.
Kemungkinan molornya waktu penetapan APBD amat besar disebabkan pelantikan
anggota DPRD. Dasar hukum penyusunan tata tertib dan alat kelengkapan DPRD juga
terlambat terbit, sehingga berdampak pada terlambatnya pembahasan RAPBD.

2. Persoalan anggaran yang tekor atau defisit anggaran. Defisit anggaran terjadi
karena anggaran pendapatan pemerintah tidak mampu menutup anggaran
belanjanya.
Daerah yang mengalami defisit anggaran bisa jadi secara faktual memang tidak mampu
menutup besarnya pengeluaran belanja daerah. Ada kemungkinan pula kondisi defisit
tersebut “direkayasa” sebagai sarana untuk menekan pemerintah pusat agar menambah
dana perimbangan atau dana kontingensi.
Tidak mudah menyusun APBD yang benar-benar bebas dari defisit ketika paradigma
“besar pasak daripada tiang” dan terlalu menggantungkan bantuan dari eksternal masih
menjadi pedoman dalam penyusunannya. Kenyataannya, daerah masih amat tergantung
kepada sumber pembiayaan dari pemerintah pusat. Terbukti, sebagian besar penerimaan
daerah berasal dari DAU dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Ketergantungan Pemda terhadap pusat menyebabkan kreativitas daerah terkadang
terhambat.

3. Minimnya semangat efisiensi. Berhubungan dengan persoalan defisit anggaran,


pemerintahan yang terlalu boros akan cenderung menciptakan defisit.

Di Permendagri No 25/2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2010


juga telah disebutkan guna mencapai sasaran pembangunan, dalam penyusunan program
dan kegiatan daerah wajib menerapkan prinsip-prinsip efisiensi.
Perjalanan dinas dan studi banding agar dibatasi frekuensi dan jumlah pesertanya serta
dilakukan sesuai dengan substansi kebijakan yang sedang dirumuskan, yang hasilnya
dilaporkan secara transparan dan akuntabel. Bahkan ditentukan pula pembatasan
penganggaran untuk penyelenggaraan rapat-rapat yang dilaksanakan di luar kantor,
workshop, seminar dan lokakarya.
Namun, kepatuhan terhadap aturan tertulis tersebut tampaknya masih jauh dari harapan.
Lihat saja, tidak sedikit daerah yang justru melakukan pembahasan RAPBD-nya di luar
daerah.
Mungkin anggaran yang dibutuhkan untuk membiayainya relatif kecil dibanding angka-
angka yang dibahas, tapi bagaimana dengan semangat efisiensinya? Kurangnya sense of
crisis Pemda juga terlihat dari tidak pekanya mereka atas kondisi masyarakat dan kondisi
keuangan daerah. Sungguh ironis, meskipun masih banyak masyarakat yang terhimpit
kesusahan ekonomi dan kondisi keuangan daerah yang terbatas, di beberapa daerah justru
berencana memborong mobil dinas hingga miliaran rupiah.
Daerah semestinya memahami dan menempatkan prioritas pengalokasian anggarannya
dengan tepat. Sebagaimana arahan Permendagri No 25/2009, masalah dan tantangan
utama yang harus dipecahkan dan dihadapi pada tahun 2010. Di antaranya adalah upaya
untuk menanggulangi kemiskinan, meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, serta
meningkatkan kualitas kesehatan.
Di bidang pendidikan misalnya, Pemda secara konsisten dan berkesinambungan perlu
mengupayakan pengalokasian anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
belanja daerah.

4. Kurang berpihaknya anggaran pemerintah kepada publik.


Hampir semua APBD di Indonesia anggarannya mayoritas dialokasikan guna memenuhi
belanja pegawai. Seperti untuk membayar gaji, tunjangan, honor dan uang lembur.
Biaya untuk belanja barang/jasa, perjalanan dinas, dan pemeliharaan gedung/kendaraan
semakin memperbesar kebutuhan anggaran untuk pegawai. Belanja pegawai yang
menyedot biaya besar berdampak pada kecilnya anggaran untuk publik. Kebanyakan
daerah lebih dari 75% anggarannya digunakan dalam rangka membiayai internal
birokrasi, sedangkan anggaran untuk pembangunan dan pelayanan publik relatif terbatas.
Seberapa jauh anggaran pemerintah berpihak pada publik, bisa diamati dari bagaimana
pelayanan publik; seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan
infrastruktur; diselenggarakan pemerintah.
Keempat persoalan seputar penyusunan APBD di atas seharusnya tidak sampai terjadi, atau
paling tidak dapat direduksi, seandainya dalam penyusunan APBD memperhatikan prinsip
penyusunan APBD yang sudah digariskan (ada partisipasi masyarakat, transparansi dan
akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, dan taat asas), serta patuh pada
kaidah penganggaran sektor publik yang berlaku (legitimasi hukum, legitimasi finansial, dan
legitimasi politik).

APBD sering TERLAMBAT

Ada beberapa kemungkinan mengapa dapat terjadi keterlambatan Pemda dalam menyelesaikan
APBD, yakni:

1. proses perencanaan seringkali hanya bersifat formalitas belaka. Forum yang


semestinya bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat (termasuk berbagai
kepentingan politik) kurang mendapat perhatian, karena sebagian besar lebih tertarik
pada tahap penganggaran. Mudah dipahami, sebab pada tahap penganggaran-lah
perhitungan biaya (uang) mulai terbahas. Akibatnya rencana kegiatan yang telah dibuat
mesti dibahas ulang di tahap penganggaran yang seringkali bertele-tele karena lahirnya
transaksi politik.
2. keterlambatan penyusunan RAPBD sehingga terlambat diserahkan Kepala Daerah
kepada DPRD. Keterlambatan ini bisa disebabkan karena masalah teknis manajerial,
rendahnya kompetensi birokrasi, atau tidak sinkronnya peraturan-peraturan yang dibuat
oleh pemerintah pusat sebagai pedoman.
3. DPRD tidak menjalankan fungsi anggaran dengan baik. Penyebabnya hampir sama
dengan apa yang dialami oleh Pemda yakni masalah teknis manajerial dan rendahnya
kompetensi anggota DPRD. Di samping itu keterlibatan DPRD dalam penyusunan APBD
terlalu jauh sampai jenis kegiatan, besaran anggaran, dan lokasi program.
4. terjadinya tarik ulur kepentingan politik lokal. Anggota DPRD yang menghendaki
kepentingan politiknya (dan juga kepentingan pribadinya) terakomodasi mendesak
kepada Pemda untuk dimasukkan dalam APBD. Tak jarang, kepentingan tersebut
sebenarnya belum urgen untuk direalisasikan. Pemda akhirnya menghadapi dilema.
Jika menolak maka terjadilah ketegangan yang mengakibatkan pembahasan APBD
menjadi berlarut-larut. Jika dituruti berarti mengorbankan kepentingan sebagian rakyat
lain.
5. keterlambatan evaluasi oleh Gubernur. Rancangan Perda tentang APBD yang telah
disetujui Bupati/Walikota bersama DPRD, sebelum ditetapkan harus disampaikan kepada
Gubernur untuk dievaluasi. Kemungkinan Gubernur bisa terlambat mengevaluasi.

Masihkah upaya perbaikan kualitas perencanaan APBD bernilai strategis?

Upaya perbaikan pengelolaan keuangan daerah, khususnya perencanaan APBD, masih


merupakan agenda strategis bagi percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah, yang
merupakan inti dari kewajiban Daerah, DPRD, dan Kepala Daerah.

Failing to plan is planning to fail (Alan Lakein). Kegagalan dalam membuat rencana berarti
merencanakan sebuah kegagalan. Kegagalan dalam perencanaan APBD sama dengan
merencanakan kegagalan Daerah tersebut untuk mewujudkan kewajibannya, yaitu peningkatan
kesejahteraan rakyat di wilayahnya.

Beberapa permasalahan pokok yang perlu direspon adalah sebagai berikut:

1. Anggaran belanja cenderung ditetapkan lebih tinggi.

Mengapa penilaian kewajaran belanja harus dilakukan? Salah satu alasannya adalah
karena usulan belanja kegiatan cenderung dimark-up, dibesarkan atau ditinggikan di atas
perkiraan yang sewajarnya (sebenarnya). Bila usulan belanja selalu wajar dan sesuai
dengan kebutuhan yang sebenarnya, maka urgensi dan relevansi analisis standar belanja
menjadi rendah.

2. Anggaran pendapatan cenderung ditetapkan lebih rendah.

Bila usulan belanja cenderung dimark-up, sebaliknya usulan pendapatan/penerimaan


cenderung dimark-down; ditetapkan lebih rendah dari target sebenarnya.

3. Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi perencanaan dengan penganggaran.

Secara normatif, perencanaan dan penganggaran harus terpadu, konsisten dan sinkron
satu sama lain. Hal ini sedemikian karena penganggaran adalah media untuk mewujudkan
target-target kinerja yang direncanakan. Tanpa perencanaan, SKPD cenderung tidak
fokus serta cenderung bersifat reaktif yang pada akhirnya bermuara pada inefisiensi dan
inefektifitas.

4. Kurangnya keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi perencanaan antar SKPD.

Keterpaduan, konsistensi dan sinkronisasi tidak hanya antara aspek perencanaan dengan
penganggaran, tetapi juga antar SKPD. Hal ini perlu diperhatikan karena target capaian
program dan atau target hasil (outcome) sebuah kegiatan dan atau visi daerah dapat
dicapai melalui sinergi program dan kegiatan antar SKPD.
5. Relevansi Program / Kegiatan: kurang responsif dengan permasalahan dan / atau
kurang relevan dengan peluang yang dihadapi.

Peningkatan relevansi dan responsifitas program adalah agenda utama perencanaan.


Relevansi dan responsifitas akan sangat menentukan kemampuan daerah dalam
mewujudkan kewajibannya. Rendahnya relevansi ini terutama karena rendahnya
kemampuan perencanaan program dan kegiatan serta keterbatasan ketersediaan data dan
informasi.

6. Pertanggungjawaban kinerja kegiatan masih tetap cenderung fokus pada pelaporan


penggunaan dana.

Hal ini terjadi terutama karena belum jelasnya aturan dan mekanisme
pertanggungjawaban kinerja kegiatan. Pertanggungjawaban kinerja merupakan kunci dari
sistem penganggaran berbasis kinerja.
Tanpa pertanggungjawaban tersebut, perbaikan kinerja SKPD tidak dapat berlanjut secara
berkesinambungan. Pada titik ekstrimnya, tanpa pertanggungjawaban kinerja, pola
penganggaran pada dasarnya masih belum berubah kecuali istilah dan nomenklatur
semata.

7. Spesifikasi indikator kinerja dan target kinerja masih relatif lemah.

Pada beberapa kasus, penetapan besar belanja tidak didasarkan pada target kinerja
keluaran (output) atau hasil (outcome). Volume output diubah, tetapi total belanja tidak
berubah. Selain itu, Indikator kinerja untuk Belanja Administrasi Umum (dahulu disebut
sebagai Belanja Rutin) masih tetap belum jelas.

8. Rendahnya inovasi pendanaan kesejahteraan rakyat.

Bagaimanakah cara terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat? Jawaban


pertanyaan ini sangat tergantung konteks, potensi dan permasalahan di masing-masing
daerah. Hingga saat ini, inovasi pendanaan kesejahteraan rakyat masih relatif rendah.
disamping hal-hal diatas, ada juga yang berpendapat bahwa permasalahan penyusunan APBD
bersumber pada:

 Intervensi hak budget DPRD terlalu kuat,

dimana anggota DPRD sering mengusulkan kegiatan-kegiatan yang menyimpang jauh


dari usulan masyarakat yang dihasilkan dalam Musrenbang. Jadwal reses DPRD dengan
proses Musrenbang yang tidak match misalnya Musrenbang sudah dilakukan, baru
DPRD reses mengakibatkan banyak usulan DPRD yang kemudian muncul dan merubah
hasil Musrenbang. Intervensi legislative ini kemungkinan didasari motif politis yakni
kepentingan untuk mencari dukungan konstituen sehingga anggota DPRD berperan
seperti sinterklas yang membagi-bagi proyek. Selain itu ada kemungkinan juga didasari
motif ekonomis yakni membuat proyek untuk mendapatkan tambahan income bagi
pribadi atau kelompoknya dengan mengharap bisa intervensi dalam aspek pengadaan
barang (procurement) atau pelaksanaan kegiatan. Intervensi hak budget ini juga
seringkali mengakibatkan pembahasan RAPBD memakan waktu panjang untuk negosiasi
antara eksekutif dan legislative. Salah satu strategi dari pihak eksekutif untuk
“menjinakkan” hak budget DPRD ini misalnya dengan memberikan alokasi tertentu
untuk DPRD missal dalam penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) ataupun pemberian
“Dana Aspirasi” yang bisa digunakan oleh anggota DPRD secara fleksibel untuk
menjawab permintaan masyarakat. Di salah satu kabupaten di Kaltim, dana aspirasi per
anggota DPRD bisa mencapai 2 milyar rupiah per tahun.
Beberapa faktor-faktor intervensi hak budget DPRD yang dapat menjadi penghambat
dalam penyusunan APBD, adalah:

1. Usulan dari DPRD yang terkadang tidak sesuai dengan hasil kesepakatan pada
saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
2. Unsur politis dalam rangka mewujudkan kepentingan tertentu
3. Motif pada saat pelaksanaan proyek di lapangan dalam rangka mencari
keuntungan pribadi
4. Adanya istilah “sinterklas”(bagi-bagi proyek) kepada oknum anggota DPRD atau
pejabat daerah

 Pendekatan partisipatif dalam perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih


menjadi retorika

Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh: Kebijakan kepala daerah, hasil reses
DPRD dan Program dari SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan
di tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi
realisasinya sangat minim. ------- Perencanaan pembangunan di bidang apapun sebagian
besar masih didominasi oleh berbagai kepentingan yang berkaitan dengan kebijakan
kepala daerah, hasil reses DPRD, program dan kegiatan SKPD itu sendiri bahkan
kepentingan dari elemen – elemen masyarakat. Hal ini telah banyak terlihat buktinya di
lapangan, bahwa apa yang sudah di buat perencanaannya sesuai matrix dan usulan yang
berasal dari masayarakat (bottom up) dengan sebelumnya telah melalui proses
penyusunan usulan program dan kegiatan di tingkat kelurahan dan kecamatan misalnya
ternyata realisasinya sangatlah minim. Kondisi ini membuat pelaksanaan musrenbang
menjadi acara rutinitas dan formalitas belaka sehingga menjadi kurang diminati oleh
pihak-pihak yang selayaknya mengikuti kegiatan tersebut.

 Proses Perencanaan kegiatan yang terpisah dari penganggaran,

Karena ketidakjelasan informasi besaran anggaran, proses Musrenbang kebanyakan


masih bersifat menyusun daftar belanja (shopping list) kegiatan. Banyak pihak seringkali
membuat usulan sebanyak-banyaknya agar probabilitas usulan yang disetujui juga
semakin banyak. Ibarat memasang banyak perangkap, agar banyak sasaran yang terjerat.

 Ketersediaan dana yang tidak tepat waktu.


Terpisahnya proses perencanaan dan anggaran ini juga berlanjut pada saat penyediaan
anggaran. APBD disahkan pada bulan Desember tahun sebelumnya, tapi dana seringkali
lambat tersedia. Bukan hal yang aneh, walau tahun anggaran mulai per 1 Januari tapi
sampai bulan Juli-pun anggaran program di tingkat SKPD masih sulit didapatkan.

 Breakdown RPJPD ke RPJMD dan RPJMD ke RKPD seringkali tidak nyambung


(match).

Ada kecenderungan dokumen RPJP ataupun RPJM/Renstra SKPD seringkali tidak


dijadikan acuan secara serius dalam menyusun RKPD/Renja SKPD. Kondisi ini muncul
salah satunya disebabkan oleh kualitas tenaga perencana di SKPD yang terbatas kuantitas
dan kualitasnya. Dalam beberapa kasus ditemui perencanaan hanya dibuat oleh Pengguna
Anggaran dan Bendahara, dan kurang melibatkan staf program sehingga banyak usulan
kegiatan yang sifatnya copy paste dari kegiatan yang lalu dan tidak visioner.

 Kualitas RPJPD, RPJM Daerah dan Renstra SKPD seringkali belum optimal.

Beberapa kelemahan yang sering ditemui dalam penyusunan Rencana tersebut adalah;
indicator capaian yang seringkali tidak jelas dan tidak terukur (kalimat berbunga-bunga),
data dasar dan asumsi yang seringkali kurang valid, serta analisis yang kurang mendalam
dimana jarang ada analisis mendalam yang mengarah pada “how to achieve” suatu target.

 Terlalu banyak “order” dalam proses perencanaan

dan masing-masing ingin menjadi arus utama misalnya gender mainstreaming, poverty
mainstreaming, disaster mainstreaming dll. Perencana di daerah seringkali kesulitan
untuk menterjemahkan isu-isu tersebut. Selain itu “mainstreaming” yang seharusnya
dijadikan “prinsip gerakan pembangunan” seringkali malah disimplifikasi menjadi sector-
sektor baru, misalnya isu poverty mainstreaming melahirkan lembaga Komisi
Pemberantasan Kemiskinan padahal yang seharusnya perlu didorong adalah bagaimana
setiap SKPD bisa berkontribusi mengatasi kemiskinan sesuai tupoksinya masing-masing.
Demikian pula isu gender, juga direduksi dengan munculnya embel-embel pada Bagian
Sosial menjadi “Bagian Sosial dan Pemberdayaan Perempuan” misalnya.

 Adanya intervensi pada saat proses penyusunan perencanaan.

Perencanaan suatu kegiatan terutama yang berkaitan dengan peningkatan pembangunan


di semua sektor dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tentunya diawali
dengan perencanaan yang didasari oleh pedoman – pedoman yang ada termasuk rencana
strategis yang telah disusun dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan tanpa
mengesampingkan isu-isu strategis yang ada selama masih berkaitan dan mempunyai
output yang jelas. Akan sangat selaras ketika semua bisa mengacu pada pedoman yang
ada dan akan sangat mudah nantinya dalam proses monitoring dan evaluasi. Namun jika
perencanaan keluar dari pedoman-pedoman strategis yang telah ditetapkan maka daerah
akan menemui kesulitan dalam menyusun perencanaan program dan kegiatan satu tahun
ke depan.
 Koordinasi antar SKPD untuk proses perencanaan masih lemah

sehingga kegiatan yang dibangun jarang yang sinergis bahkan tidak jarang muncul
egosektoral. Ada suatu kasus dimana di suatu kawasan Dinas Kehutanan mendorong
program reboisasi tapi disisi lain Dinas Pertambangan memprogramkan ekploitasi
batubara di lokasi tersebut.

 SKPD yang mempunyai alokasi anggaran besar seringkali tidak mempunyai tenaga
perencana yang memadai

Akibatnya proses perencanaan seringkali molor. Hal ini sering diperparah oleh minimnya
tenaga Bappeda yang mampu memberikan asistensi kepada SKPD dalam penyusunan
rencana.

 SDM Evaluasi Anggaran pada Pemerintah Provinsi.

APBD Kabupaten/ Kota wajib dievaluasi oleh Pemerintah Provinsi. Disisi lain Pemprop
mempunyai keterbatasan tenaga untuk melakukan evaluasi tersebut. Pelaksanaan evaluasi
ini tidak dibarengi dengan ketersediaan dan kompetensi SDM pada Pemerintah Provinsi
yang terlibat saat melakukan evaluasi anggaran. Hal ini membuat proses penganggaran
menjadi tidak efektif dan efisien. Selain itu belum ada instrument yang praktis yang bisa
digunakan untuk evaluasi anggaran tersebut. Hal ini berakibat proses evaluasi memakan
waktu agak lama dan berimbas pada semakin panjangnya proses revisi di daerah
(kabupaten/kota).

 Kualitas hasil Musrenbang Desa/Kecamatan seringkali rendah karena kurangnya


Fasilitator Musrenbang yang berkualitas.

Fasilitasi proses perencanaan tingkat desa yang menurut PP 72 tahun 2005 diamanahkan
untuk dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten (bisa via Pemerintah Kecamatan)
seringkali tidak berjalan. Proses fasilitasi hanya diberikan dalam bentuk surat edaran agar
desa melakukan Musrenbang, dan jarang dalam bentuk bimbingan fasilitasi di lapangan.

 Pedoman untuk Musrenbang atau perencanaan cukup rumit

(misal Permendagri 66 tahun 2007), complicated dan agak sulit untuk diterapkan secara
mentah-mentah di daerah pelosok pedesaan yang sebagian perangkat desa dan
masyarakatnya mempunyai banyak keterbatasan dalam hal pengetahuan, teknologi dll.

 Faktor Team Work dan Komitmen.

Secara normatif, perencanaan dan penganggaran harus terpadu, konsisten dan sinkron
satu sama lain. Hal ini harus dilakukan karena penganggaran merupakan media untuk
mewujudkan target-target kinerja yang direncanakan. Tanpa perencanaan yang baik,
SKPD cenderung tidak fokus serta cenderung bersifat reaktif yang pada akhirnya
bermuara pada inefisiensi dan inefektifitas. Saat penyusunan perencanaan, pimpinan
terkadang hanya melibatkan segelintir pegawai saja, sementara perencanaan program dan
kegiatan adalah atas nama organisasi, sehingga akan lebih baik apabila keseluruhan
proses penganggaran mulai dari awal perencanaan sampai pada kegiatan monitoring dan
evaluasi terakhir melibatkan seluruh pegawai sebagai team work dalam rangka mencapai
tujuan akhir yang akan dicapai oleh organisasi. Selain itu, pada penyusunan APBD,
pihak-pihak yang terlibat hendaknya memiliki komitmen yang tinggi untuk
melaksanakan penyusunan APBD secara tepat waktu serta melaksanakan anggaran yang
telah ditetapkan dengan efektif dan efisien. Adanya komitmen memberikan gambaran
bagi pihak yang terlibat dalam penyusunan APBD untuk mengetahui secara jelas visi,
misi, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan APBD. Selain itu, melalui
komitmen dapat menciptakan motivasi dan kemauan bagi pihak penyusun APBD untuk
menyelenggarakan tahapan penyusunan APBD yang lebih baik, efektif, efisien, dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Dalam praktek penerapan P3MD,

pendekatan pemecahan masalah yang HANYA melihat ke AKAR MASALAH saja dapat
berpotensi menimbulkan bias dan oversimplifikasi terhadap suatu persoalan. Contoh
kasus nyata; di sebuah desa di Kaltim masyarakat dan pemerintah mengidentifikasi
bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat disebabkan tidak adanya fasilitas sumber
bacaan di wilayah itu. Sebagai solusinya mereka kemudian mengusulkan untuk
dibangunkan “gedung perpustakaan”. Ternyata setelah gedung perpustakaan dibangun,
sampai beberapa tahun berikutnya perpustakaan tersebut tidak pernah berfungsi bahkan
kemudian dijadikan Posko Pemilu. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena mereka
hanya berpikir soal membangun gedung, tetapi lupa berpikir dan mengusulkan
bagaimana menyediakan buku/bahan bacaan untuk perpustakaan itu, lupa mengusulkan
kepengurusan untuk mengelola perpustakaan itu dll. Kondisi seperti diatas mungkin tidak
akan terjadi kalau mereka berpikir dulu soal “outcome” misalnya meningkatkan minat
baca 50 % warga masyarakat. Dari outcome tersebut nantinya bisa diidentifikasi output
yang diperlukan misalnya: adanya gedung perpustakaan, buku atau bahan bacaan, tenaga
pengelola perpustakaan, kesadaran masyarakat untuk datang ke perpustakaan dll. Dari
contoh kasus itu nampaknya untuk pemerintah dan masyarakat memang perlu didorong
untuk memahami alur berpikir logis (logical framework) sebuah perencanaan. Selain itu
pola pikir yang ada yang cenderung berorientasi “Proyek” (yang berorientasi jangka
pendek dan berkonotasi duit) menjadi orientasi “Program” (orientasi jangka panjang dan
lebih berkonotasi sebagai gerakan pembangunan).

Meskipun penyusunan APBD rentan dengan berbagai kepentingan politik, namun aturan-aturan
formal tetap harus dijadikan landasan, terutama prinsip dan kaidah normatifnya. Jika hal ini
sungguh-sungguh dipedomani oleh eksekutif dan legislatif, niscaya APBD menjadi “alat
intervensi” negara dalam mensejahterakan masyarakat, dan bukan justru menjadi sumber
masalah.

Berdasarkan permasalahan diatas sekurangnya ada tiga praktik tata kelola yang menunjukan
buruk rupa manajemen keuangan daerah saat ini
Pertama, problem proporsi alokasi sebagaimana ditunjukan rasio antara belanja modal
(pembangunan) dan belanja aparatur (rutin). Hingga sewindu pelaksanaan desentralisasi,
desain politik alokasi anggaran di banyak daerah menunjukan minimnya peruntukan bagi
masyarakat, baik berupa dana pelayanan publik maupun investasi Pemda bagi bergeraknya
perekonomian. Hanya sekitar 20-30% APBD untuk belanja langsung bagi kepentingan
masyarakat dan sisa terbesarnya untuk membiayai birokrasi.

Kedua, problem kapasitas daya serap anggaran. Saat ini, sekitar 60% dana APBN kita beredar
di daerah (30% lewat skema transfer ditambah 30% berasal dari dana dekonsentrasi,
medebewind dan dana sektoral). Suatu jumlah uang beredar yang tentu amat besar, sekaligus
tanggung jawab yang besar pula. Namun sayang, sejauh ini Pemda masih belum berkekuatan
penuh menyerap anggaran yang ada, bahkan di sebagian daerah, sisa dana ”diparkir” di
perbankan berbentuk Sertifikat BI.

Perlu dicatat, adanya dana yang menganggur itu bukan lantaran daerah berkelebihan uang atau
pun sebagai hasil dari penghematan (efisiensi) anggaran. Sebaliknya, hal itu menunjukan adanya
dana yang terbengkelai, karena buruknya sistem perencanaan anggaran, berbelitnya prosedur
pengadaan barang/jasa pemerintah, lemahnya proses legislasi di daerah, atau orientasi sempit
pada PAD dari bunga simpanan SBI. Kinerja instrumen fiskal semacam itu berakibat
terbengkelainya pula program layanan publik dan tentu sulit menjadi stimulan alternatif di
tengah masih lesunya investasi sektor swasta.

Ketiga, selain kedua masalah di atas, hari-hari ini media massa juga gencar memberitakan
problem ketiga dalam manajemen keuangan daerah, yakni administrasi pelaporan keuangan.
Hal ini tentu tidak saja menyangkut problem akuntansi dan tata pembukuan, tetapi lebih
mendasar lagi mencerminkan politik kebijakan dan komitmen penegakan good governance di
daerah.

Alhasil, merujuk laporan BPK, setiap tahun terdapat tendensi memburuk dalam kualitas
pengelolaan dan laporan keuangan. Data terakhir (2009) menunjukan, hanya ada 21 daerah yang
memiliki status laporan wajar tanpa pengecualian, selebihnya: 249 daerah wajar dengan
pengecualian, 7 daerah berstatus disclaimer (tak memberikan pendapat) dan 10 daerah adverse
(tak wajar).

Terkait masalah ini, sumber masalah utama adalah TIDAK EFEKTIFnya PERAN
INSPEKTORAT (dulu bernama Bawasda) di daerah. Institusi yang sejatinya dibentuk sebagai
garda depan jaminan tegaknya good governance dan menjadi instrumen strategis pemberantasan
korupsi ini justru mandul.

Institusi ini hanya diposisikan sebagai unsur penunjang, desain kelembagaannya gampang
terkooptasi oleh SKPD lainnya, ruang lingkup pengawasannya terbatas, tidak adanya mekanisme
sanksi dalam pengawasan, dan status aparatnya disinyalir sebagai orang buangan yang
mempengaruhi motivasi dan kapasitas kerja.

Padahal, keberadaan inspektorat ini mestinya bernilai strategis.


1. menjadi lembaga preventif dan jaring pengaman internal sebelum datangnya pihak
pengawas eksternal (BPK, KPK, dll).
2. sebagai unit pengawas internal yang memiliki peluang terlibat sejak fase perencanaan
(input), pelaksanaan, capaian dan evaluasi kebijakan sehingga memungkinkan deteksi
dini dan koreksi langsung untuk menghindari kerusakan masif.

Upaya Mengatasi Masalah tersebut

Beberapa terobosan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam
penyusunan APBD, yakni:

1. perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam proses perencanaan partisipatif sedemikian rupa


sehingga aspirasi-aspirasi politik diyakini benar-benar terserap dalam dokumen
perencanaan. Dengan demikian, pembahasan rancangan APBD dapat lebih terfokus pada
besaran dana yang seharusnya dialokasikan dan tidak lagi terlalu terbebani dengan
transaksi-transaksi politik.
2. perlu dikembangkan strategi berupa dialog ataupun sosialisasi mengenai perencanaan dan
penganggaran berbasis kinerja. Tujuan utama dilakukannya langkah ini adalah untuk
mengubah paradigma tradisional yang berfokus pada penganggaran uang menjadi
paradigma yang berbasis kinerja yang menitikberatkan pada perencanaan kegiatan yang
menjawab akar permasalahan di masyarakat.
3. perlu penguatan kapasitas dan komitmen, baik bagi kalangan Pemda maupun DPRD.
Pada umumnya Pemda yang mengalami keterlambatan APBD adalah daerah tertinggal,
sehingga perlu fasilitasi dan pengawasan lebih intensif dari Pemprov maupun Pemerintah
Pusat. Namun sebenarnya yang utama adalah komitmen, dan justru inilah yang paling
sulit. Proses politik berbiaya tinggi barangkali menjadi akar masalah kenapa seringkali
anggota dewan (begitu pula Kepala Daerah) bernafsu besar ingin menguasai anggaran.
4. pemberian sanksi sesuai aturan mesti tetap dijalankan namun dengan sanksi yang lebih
spesifik. Pemda wajib menyampaikan Perda kepada Menteri Keuangan maksimal tanggal
20 Maret. Bagi yang terlambat, penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU)-nya ditunda 25
persen per bulan. atau Sanksi penghentian pemberian DAU dirubah dengan sanksi
penundaan pembayaran tunjangan pejabat pemerintah dan anggota DPRD.

disamping itu, upaya meminimalkan permasalahan atau setidaknya mengeliminasi


polemik/konflik kepentingan antara pemerintah dan DPRD dalam penyusunan APBD, menurut
penulis terdapat sejumlah alternatif solusi yang dapat dilakukan;

1. proses politik dalam penyusunan APBD jangan hanya menjadi arena interkasi antara
DPRD dan pemerintah, tapi juga sebagai arena publik dimana ada transparansi dan akses
bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, berpartisipasi, dan mengkritisi proses
tersebut.
2. para pembuat keputusan yang terlibat dalam proses legislasi APBD (DPRD dan
pemerintah daerah) harus mempunyai sistem evaluasi untuk membandingkan dan
memprioritaskan proposal anggaran.
3. sebagai konsekuensi dari hak budget yang dimiliki DPRD maka anggota DPRD harus
mengetahui dan memahami prinsip-prinsip pokok siklus anggaran, yang meliputi tahap
persiapan dan penyusunan anggaran, tahap implementasi, serta tahap pelaporan dan
evaluasi.
4. selain memhami proses pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah dan DPRD
perlu memahami berbagai standar yang digunakan dalam akuntansi, misalnya standar
biaya agar dapat memperhitungkan besaran anggaran yang diperlukan untuk suatu
kegiatan. Melalui penerapan standar ini, praktik-praktik manipulasi atau mark-up angaran
dapat diminimalkan.
5. perlu dilakukan penguatan pada masyarakat sipil misalnya dengan cara mengadvokasikan
berbagai instrumen hukum dan kelembagaan yang memberikan peluang bagi masyarakat
untuk berpartisipasi, mengakses informasi, dan mengontrol akuntabilitas pemerintahan.
Selain itu juga perlu ditingkatkan kualitas pendidikan, pengorganisasian, dan
pendampingan masyarakat agar masyarakat dapat mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan mereka.

Gambaran SANKSI TERLAMBAT MENETAPKAN APBD

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,


dalam ketentuan Pasal 311 ayat:

1. Kepala daerah wajib mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu yang ditentukan
oleh Peraturan Perundang-undangan untuk memperoleh persetujuan bersama.
2. Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda tentang APBD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administrative berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangannya yang diatur dalam ketentuan Perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.

Sedangkan pada ketentuan Pasal 312, dalam ayat

1. Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD
paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun.
2. DPRD dan Kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan Perda tentang
APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun sebagaimana dimaksud ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
3. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dikenakan kepada anggota
DPRD apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh Kepala daerah terlambat
menyampaikan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah
ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Sanksi sebelumnya, diatur oleh PMK No.04/PMK.07/2011 Tentang Tata Cara Penyampaian
Informasi Keuangan Daerah (IKD).
Dalam Pasal 2, disebutkan bahwa
IKD yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemerintah mencakup:
 APBD;
 Perubahan APBD;
 Laporan Realisasi APBD Semester I;
 Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, terdiri dari:
1. Realisasi APBD;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas; dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan;
 Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;
 Laporan Keuangan Perusahaan Daerah; dan
 Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah.

Pasal 9;
Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan IKD dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari setelah diterbitkannya peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan menetapkan sanksi berupa
penundaan penyaluran Dana Perimbangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri
kemudian dalam Pasal 10 ayat 1, disebutkan bahwa
Sanksi berupa penundaan penyaluran Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 dilakukan sebesar 25% dari jumlah DAU yang diberikan setiap bulannya pada tahun
anggaran berjalan.
Seandainya semua ini dijalankan, bisa dipastikan mutu tata kelola dan tata pembukuan keuangan
daerah tidak lagi menjadi sasaran permanen kritikan publik dan temuan BPK.
demikian Permasalahan Umum dan Klasik dalam Penyusunan APBD ini yang disadur dari
berbagai sumber.

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya


1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya inflasi atau
deflasi. Hal ini menggambarkan fungsi APBN,yaitu..
a. Alokasi d. stabilisasi
b. Distribusi e. standardisasi
c. Realokasi

2. Pada penyusunan APBN,pemerintah menetapkan belanja negara lebih sedikit dari pada
penerimaan negara. Dengan demikian,penyusunan APBN tersebut menerapkan kebijakan
anggaran....
a. Defisit d. Defisit dinamis
b. Surplus e. Seimbang dinamis
c. Berimbang
3. Komponen berikut yang termasuk sumber-sumber penerimaan negara adalah..
a. Retribusi dan cukai d. DAK dan pajak kendaraan bermotor
b. DAU dan laba BUMN e. Pajak pertambahan nilai dan bea masuk
c. DAK dan pendapatan migas

4. Alat ukur yang paling tepat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
disebut … .
a. Pemungutan pajak d. Kebijakan anggaran
b. Pendapatan perseorangan e. APBN dan APBD
c. Pendapatan per kapita

5. Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain…


a. Dana perimbangan
b. Dana alokasi khusus
c. Dana bagi hasil
d. Subsidi
e. Dana alokasi umum

6. Retribusi termasuk ke dalam jenis…


a. Pajak langsung
b. Iuran
c. Sumbangan
d. Hibah
e. Pungutan resmi
7. Unsur-unsur pengeluaran anggaran belanja, yaitu:
1) Belanja barang
2) Cicilan utang
3) Pembelian kendaraan dinas
4) Bantuan proyek
5) Subsidi daerah otonom
Hal yang termasuk pengeluaran rutin, yaitu…
a. 1,2 dan 3
b. 1,3 dan 4
c. 2,3 dan 4
d. 1,2 dan 5
e. 3,4 dan 5
8. Pendapatan daerah meliputi sumber-sumber berikut ini, kecuali…
a. Pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak dari retribusi daerah
b. Penerimaan sumber daya alam
c. Hasil perusahaan milik daerah
d. Dana perimbangan
e. Pinjaman daerah
9. Tujuan penyusunan APBN adalah ...
a. Memperbesar pendapatan dan pengeluaran negara dengan sebaik-baiknya
b. Agar uang yang diterima negara dan bersumber dari pajak dapat digunakan sebaik-
baiknya untuk tujuan pembangunan
c. Agar penggunaan uang negara dapat digunakan sebaik-baiknya untuk tujuan
meningkatkan taraf hidup masyarakat
d. Agar penggunaan uang negara yang berasal dari tabungan dapat digunakan sebaik
mungkin sesuai dengan undang-undang yang berlaku
e. Mengatur sedemikian rupa sehingga penggajian dan pembiayaan yang dilakukan
pemerintah lebih bermanfaat
10. Menurut pendapat penganut anggaran belanja berimbang dalam hal terpaksa terjadi
ketidakstabilan ekonomi pada waktu depresi, anggaran yang dipakai adalah anggaran ...
a. Surplus d. Disesuaikan
b. Defisit e. lebih
c. Seimbang
11. Pada APBN, pajak yang diterima dapat disalurkan pada berbagai proyek pembangunan. APBN
dalam hal ini menjalankan fungsi ...
a. Distribusi d. Pengembangan
b. Stabilisasi e. alokasi
c. Relokasi
12. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit ada kebaikanya, yaitu dapat ...
a. Memfungsikan uang menganggur
b. Memperluas kesempatan kerja
c. Menghemat pengeluaran negara
d. Membiayai proyek-proyek yang beresiko tinggi
e. Menekan laju inflasi
13. Yang bukan merupakan azas penyusunan APBN adalah ...
a. Penghematan
b. Peningkatan efisiensi
c. Pemasukan berdasar pengeluaran
d. Manajemen prioritas pembangunan
e. Kemandirian
14. Dana yang masuk ke kas negara yang berasal dari pungutan pajak digunakan untuk membangun
sarana jalan tol. Fungsi pajak dalam hal ini adalah fungsi ...
a. Alokasi d. Pengembangan
b. Stabilitas e. Pemerataan
c. Distribusi
15. Berikut hal-hal yang berhubungan dengan APBN:
1. minyak bumi dan gas alam
2. pajak ekspor
3. subsidi daerah otonom
4. pajak penghasilan
5. gaji pegawai
6. bunga dan cicilan utang
Yang merupakan sumber penerimaan negara adalah ...
a. 1, 2, 5 d. 2, 4, 6
b. 1, 3, 4 e. 2, 5, 6
c. 1, 2, 4
16. Sebagai sumber pendapatan negara adalah ...
a. Pajak bumi dan bagunan
b. Pajak penghasilan dan pajak barang mewah
c. Bantuan program dan bantuan proyek
d. Penerimaan negara dan penerimaan pembangunan
e. Minyak bumi dan gas alam
17. Hal yang berhubungan dengan APBN:
1. pembiayaan pembangunan rupiah
2. pembiayaan proyek
3. dana perimbangan
4. dana alokasi umum
5. belanja pegawai
6. dana alokasi khusus
Yang merupakan belanja/pengeluaran daerah adalah ...
a. 1, 3, 6 d. 3, 4,6
b. 1, 2, 5 e. 4, 5, 6
c. 2, 4, 5
18. Bukan merupakan dampak APBN dalam kegiatan ekonomi ...
a. Berpengaruh negatip terhadap APBD
b. Memperbaiki kestabilan ekonomi
c. Menimbulkan investasi masyarakat
d. Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
e. Berperan meningkatkan kegiatan produksi
19. Sebagai dasar untuk menerima pendapatan dan melakukan belanja, merupakan salah satu fungsi
APBN; yaitu fungsi ...
a. Perencanaan
b. Otorisasi
c. Pengawasan
d. Alokasi
e. Distribusi
20. Dana Perimbangan dalam APBN diantaranya adalah ...
a. Pajak daerah
b. Hibah
c. Dana bagi hasil
d. Retribusi daerah
e. Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
21. Yang dikategorikan dalam PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah ...
a. Dana alokasi umum, hibah, pajak daerah
b. Pajak daerah, pajak darurat, hibah
c. Dana bagi hasil, pajak daerah, retribusi
d. Retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan bunga
e. Retribusi daerah, pajak daerah, dana darurat
22. Yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain ...
a. Retribusi dan cukai
b. Dana Alokasi Umum dan BUMN
c. Dana Alokasi Khusus dan pajak daerah
d. Dana Alokasi Khusus dan migas
e. Pajak Pertambahan Nilai dan Bea Masuk
23. Yang tidak termasuk pajak dalam negeri adalah ...
a. Pajak Pertambahan Nilai
b. Pajak Bumi Bangunan
c. Pajak Penghasilan
d. Cukai
e. Bea Masuk
24. Yang tidak termasuk unsur-unsur penerimaan negara adalah ...
a. Subsidi daerah otonom
b. Laba BUMN
c. Bea Masuk
d. Pajak Ekspor
e. Pajak Pertambahan Nilai
25. Berikut adalah sumber pendapatan daerah:
1. PAD
2. dana perimbangan
3. pendapatan hibah
4. dana darurat
5. pajak daerah
Yang termasuk kelompok lain-lain pendapatan yang sah adalah ...
a. 1, 2
b. 2, 3
c. 3, 4
d. 4, 5
e. 3, 5
http://ekonomiakuntansiid.blogspot.co.id/2016/08/soal-dan-jawaban-pokok-bahasan-apbn-dan.html

Materi Anggaran Pandapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta Contoh soal
latihan APBN & APBD

Terimakasih Atas Kunjungannya :-)


Komentarnya dong....

A.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

an APBD

Menurut Undang-undang no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBD merupakan
wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. APBD
terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

APBD adalah daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam waktu
satu tahun yang telah disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

PBD

APBD yang disusun oleh setiap pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai berikut:

Fungsi otorisasi

APBD sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan pendapatan dan belanja untuk masa
satu tahun.

Fungsi Perencanaan

APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan penyelenggaraan
pemerintah daerah pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi Pengawasan

APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksanaan pengawasan lainnya dalam
menjalankan fungsi pengawasan.
Fungsi Alokasi

Sumber-sumber penerimaan APBD digambarkan dengan jelas untuk dialokasikan sebagai pembelanjaan
yang harus dilaksanakan pemerintah daerah.

Fungsi Distribusi

Pembelanjaan APBD disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan mempertimbangkan asas
keadilan dan kepatutan.

PBD

APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggaraan negara didaerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat.

yusunan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD

a. Cara penyusunan APBD

Penyusunan APBD melibatkan Tim Anggaran Eksekutif Pemerintah Daerah (Sekretaris


Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu) dan Panitia Anggaran DPRD yang
anggotanya terdiri atas tiap-tiap fraksi di DPRD.

APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain:

1) Pemerintah daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)

2) Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas bersama antara pemerintah daerah
dan DPRD.

3) RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah untuk dilaksanakan.

b. Pelaksanaan APBD

APBD yang telah disahkan oleh DPRD menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk melaksanakannya.
Semua pengeluaran daerah harus didasarkan pada:

1) Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA)

2) Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA)

3) Surat Perintah Pembayaran (SPP)

4) Surat Keputusan Otorisasi (SKO)

c. Pengawasan Pelaksanaan APBD

Pengawasan pelaksanaan APBD terdiri dari:

1) Pengawasan ekstenal
Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh DPRD dan BPK.

2) Pengawasan internal

Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri melalui instansi-
instansi dalam jajarannya.

d. Pertanggungjawaban APBD

Setiap tiga bulan pemerintah daerah melaporkan pelaksanaan APBD triwulan kepada DPRD, dan setelah
tahun anggaran berakhir pemerintah daerah mempertanggung-jawabkan seluruh pelaksanaan APBD.

umber penerimaan pemerintah daerah

Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari:

a. Pendapatan asli daerah (PAD)

Adalah penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah berupa:

1) Pajak daerah

2) Retribusi daerah

3) Hasil pengolahan kekayaan daerah

4) Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah

5) Lain-lain PAD

b. Dana Perimbangan

Adalah dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pemerintah pusat untuk
belanja daerah, yang meliputi:

1) Dana bagi hasil

Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari pengelolaan
sumber daya alam didaerah oleh pemerintah pusat.

2) Dana alokasi umum

Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai wujud dari
pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.

3) Dana alokasi khusus

Yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional.

c. Pinjaman daerah

d. Penerimaan lain-lain yang sah, berupa:


1) Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga

2) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

3) Komisi, penjualan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan barang atau jasa
oleh daerah.

s pengeluaran pemerintah daerah

Belanja daerah terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Belanja Aparatur

1) Belanja Adminstrasi Umum

a) Belanja Pegawai

Belanja pegawai adalah semua pembayaran berupa uang tunai yang dibayarkan kepada pegawai daerah
otonom. Belanja pegawai terdiri dari:

 Gaji dan tunjangan lainnya

 Tunjangan beras

 Honorarium

 Uang lembur

 Upah pegawai harian tetap

 Biaya perawatan dan pengobatan pegawai

 Belanja pegawai lain-lain

b) Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk:

 Kantor

 Pembelian inventaris kantor

 Biaya pendidikan

 Biaya perpustakaan

 Biaya hansip

 Biaya pakaian dinas

 Pembelian peralatan dokter

 Pembelian alat-alat laboratorium


 Pembelian inventaris ruangan pasien

 Pembelian perlengkapan dapur rumah sakit

 Pembelian obat-obatan

 Pembelian bahan laboratorium

 Pembelian bahan percontohan, dll

c) Belanja Perjalanan Dinas

Belanja perjalanan dinas terdiri dari:

 Biaya perjalanan dinas

 Biaya perjalanan dinas tetap

 Biaya perjalanan dinas pindah

 Biaya pemulangan pegawai yang dipensiunkan

 Biaya perjalanan dinas lainnya

d) Belanja Pemeliharaan

Belanja pemeliharaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan:

 Rumah dinas

 Asrama, mess dan sejenisnya

 Kendaraan dinas kepala daerah dan wakil kepala daerah

 Kendaraan dinas lainnya

 Inventaris kantor, dll

2) Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja operasi dan pemeliharaan terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja perjalan
dinas dan biaya pemeliharaan.

3) Belanja Modal

Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan untuk membeli/memperoleh modal seperti tanah, mobil,
alat-alat, dll.

b. Belanja Publik
Belanja publik terdiri dari belanja adminstrasi/umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja
modal.

c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

Belanja daerah yang sumber dananya dari bantuan pemerintah pusat dari APBN berupa Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

d. Belanja Tak Disangka

Belanja tidak disangka adalah semua belanja yang tidak terduga selama tahun anggaran.
an contoh APBD

a. APBD Kab. MakasarTahun 2003

URAIAN JUMLAH

patan 495.017.481.050

n asli daerah (PAD) 67.008.490.300

bangan 395.054.965.750

ndapatan yang sah 32.954.025.000

a 525.737.924.208

aerah 102.555.669.973

rasi umum 80.595.080.773

dan Pemeliharaan 6.437.071.200

15.523.518.000

Publik 423.182.254.235

rasi umum 303.852.200.165

dan Pemeliharaan 39.374.398.750

62.939.707.820

l dan Bantuan Keuangan 16.515.947.500

ngka 500.000.000

(30.720.443.158)
Surplus/Defisit
30.720.443.158
ayaan
34.549.690.758
n
(3.829.247.600)
n

b. Realisasi APBD Kab. Klaten Tahun 2004

URAIAN JUMLAH
A. Pendapatan Daerah 501.906.042.896

1. Sisa lebih anggaran tahun lalu -

2. Pendapatan Asli Daerah 27.047.600.952

a. Pajak Daerah 10.291.535.387

b. Retribusi daerah 8.483.925.859

c. Laba BUMD 1.195.358.000

d. Lain-lain PAD 7.076.781.706

3. Dana Perimbangan 417.521.164.117

Bagi hasil pajak 24.408.273.496

Bagi hasil bukan pajak 737.890.621

Dana Alokasi umum 382.345.000.000

Dana Alokasi khusus 10.030.000.000

4. Pinjaman Daerah -

5. Lain-lain pendapatan yang sah/penerimaan dari propinsi 57.337.277.827

B. Belanja

1. Pengeluaran rutin/belanja aparatur 494.976.201.703

2. Pengeluaran pembangunan/belanja publik 116.655.469.216

C. Pembiayaan 384.320.732.487

1. Penerimaan (6.929.841.193)

2. Pengeluaran 15.886.341.243

22.816.182.436

B. Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian

APBN dan APBD merupakan program pembangunan nasional jangka pendek pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, sehingga dapat mengendalikan perekonomian nasional melalui program-
program yang telah digariskan.

Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian adalah:

di pembangunan di berbagai sektor


APBN merupakan pedoman bagi perekonomian yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian
negara, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.

b. Mempengaruhi rencana-rencana sektor swasta

Asumsi yang digunakan dalam APBN merupakan salah satu pertimbangan bagi investor dalam
menanamkan modalnya.

c. Berpengaruh dalam perdagangan internasional

Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi kepentingan produsen dalam
negeri, serta mengamankan neraca perdagangan internasional.

d. Sebagai alat politik fiskal

Pemerintah dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan guna mencapai kestabilan
ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh pemerintah disebut
dengan kebijakan fiskal.

Menurut Richard Musgrave dampak APBN dan APBD akan mempengaruhi aspek sosial ekonomis
keuangan negara dan perekonomian bangsa, berupa:

endapatan

Retribusi pendapatan dilakukan melalui penarikan pajak. Selanjutnya pajak tersebut digunakan untuk
keperluan peningkatan pendapatan masyarakat dalam bentuk pengeluaran negara yang diberikan ke
daerah-daerah .

sumber-sumber

Pengenaan tarif pajak yang tinggi terhadap barang-barang tertentu menyebabkan terjadi proses
pengalihan sumber-sumber masyarakat. Produsen akan berpindah meningkatkan produksi yang
menghasilkan barang-barang dengan tarif pajak yang rendah. Pengenaan tarif pajak yang tinggi
terhadap barang–barang tertentu karena barang tersebut tidak dikehendaki peredarannya dipasar oleh
pemerintah.

terhadap kegiatan ekonomi

Efek ekonomis terhadap keuangan negara dapat dilihat dari usaha pemerintah untuk menstabilkan
keadaan ekonomi.Sebagai contoh pada saat terjadi inflasi, pemerintah harus mempengaruhi ekonomi
nasional melalui APBN/APBD agar terjadi keseimbangan kembali antara arus uang dengan arus barang
yang beredar.

C.Kebijakan Anggaran

an Kebijakan Anggaran
Penyusunan APBN tidak lepas dari sasaran kebijakan keuangan pemerintah yang harus menunjang
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, kestabilan moneter, perluasan kesempatan kerja, pelayanan
umum dan lain-lainnya yang menyangkut peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dengan demikian kebijakan anggaran diartikan sebagai kebijakan pemerintah untuk mengatur
APBN agar sesuai dengan arah dan laju pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dalam Program
Pembanghunan Nasional.

Sebelum tahun 2001 prinsip penyusunan APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana
jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya diupayakan
meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang prinsip anggaran yang digunakan
adalah anggaran defisit/surplus.

Penyusunan APBN mulai tahun 2005 telah menerapkan format baru, yaitu format anggaran
terpadu berdasar undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Format baru
tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu yang melebur anggaran rutin dan pembangunan
dalam satu format anggaran dengan tujuan mengurangi tumpang tindih alokasi pengeluaran.

ebijakan Anggaran

Untuk menentukan arah, tujuan, prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan ekonomi
agar sesuai Program Pembangunan Nasional yang pada gilirannya meningkatkan kemakmuran
masyarakat.

macam Kebijakan Anggaran

Kebijakan anggaran dapat dibedakan menjadi:

a. Anggaran Berimbang

Anggaran berimbang adalah suatu bentuk anggaran dimana jumlah realisasi pendapatan negara
sama dengan jumlah realisasi belanja negara. Kebijakan anggaran berimbang terjadi pada masa
pemerintahan orde baru.

b. Anggaran Defisit

Anggaran defisit berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih kecil dari realisasi belanja
negara. Mulai tahun 2000, dalam era reformasi pemerintah menerapkan kebijakan anggaran defisit
dalam menyusun APBN.

c. Anggaran Surplus

Anggaran surplus berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih besar dari realisasi belanja
negara.

d. Anggaran Dinamis
Anggaran dinamis adalah bentuk penyusunan anggaran dimana sisi penerimaan dari tahun ke
tahun selalu mengalami peningkatan, sehingga memungkinkan belanja negara juga mengalami
peningkatan.
LEMBAR KERJA SISWA

I. Jawablah dengan singkat dan tepat!

II. Uji Kompetensi

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Tujuan penyusunan APBN adalah ...

a. Memperbesar pendapatan dan pengeluaran negara dengan sebaik-baiknya

b. Agar uang yang diterima negara dan bersumber dari pajak dapat digunakan sebaik-baiknya untuk tujuan
pembangunan

c. Agar penggunaan uang negara dapat digunakan sebaik-baiknya untuk tujuan meningkatkan taraf hidup
masyarakat

d. Agar penggunaan uang negara yang berasal dari tabungan dapat digunakan sebaik mungkin sesuai
dengan undang-undang yang berlaku

e. Mengatur sedemikian rupa sehingga penggajian dan pembiayaan yang dilakukan pemerintah lebih
bermanfaat

2. Menurut pendapat penganut anggaran belanja berimbang dalam hal terpaksa terjadi
ketidakstabilan ekonomi pada waktu depresi, anggaran yang dipakai adalah anggaran ...

a. Surplus

b. Defisit

c. Seimbang

d. Disesuaikan

e. lebih

3. Pada APBN, pajak yang diterima dapat disalurkan pada berbagai proyek pembangunan. APBN
dalam hal ini menjalankan fungsi ...

a. Distribusi
b. Stabilisasi

c. Relokasi

d. Pengembangan

e. alokasi

4. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit ada kebaikanya, yaitu dapat ...

a. Memfungsikan uang menganggur

b. Memperluas kesempatan kerja

c. Menghemat pengeluaran negara

d. Membiayai proyek-proyek yang beresiko tinggi

e. Menekan laju inflasi

5. Yang bukan merupakan azas penyusunan APBN adalah ...

a. Penghematan

b. Peningkatan efisiensi

c. Pemasukan berdasar pengeluaran

d. Manajemen prioritas pembangunan

e. Kemandirian

6. Dana yang masuk ke kas negara yang berasal dari pungutan pajak digunakan untuk membangun
sarana jalan tol. Fungsi pajak dalam hal ini adalah fungsi ...

a. Alokasi

b. Stabilitas

c. Distribusi

d. Pengembangan

e. Pemerataan

7. Yang bukan merupakan pos pengeluaran rutin adalah ...

a. Belanja pegawai dan ABRI

b. Bantuan bencana alam

c. Subsidi daerah otonom

d. Bunga dan cicilan hutang

e. Subsidi lain, seperti subsidi BBM


8. Pada saat perekonomian negara dilanda inflasi, APBN dapat difungsikan sebagai pengendali
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara ...

a. Menambah anggaran pengeluaran rutin

b. Mengurangi/menunda beberapa pengeluaran

c. Mengurangi tabungan negara

d. Menciptakan tertib anggaran pengekluaran

e. Penarikan pajak dikurangi jumlahnya

9. Berikut hal-hal yang berhubungan dengan APBN:

1. minyak bumi dan gas alam

2. pajak ekspor

3. subsidi daerah otonom

4. pajak penghasilan

5. gaji pegawai

6. bunga dan cicilan utang

Yang merupakan sumber penerimaan negara adalah ...

a. 1, 2, 5

b. 1, 3, 4

c. 1, 2, 4

d. 2, 4, 6

e. 2, 5, 6

10. Sebagai sumber pendapatan negara adalah ...

a. Pajak bumi dan bagunan

b. Pajak penghasilan dan pajak barang mewah

c. Bantuan program dan bantuan proyek

d. Penerimaan negara dan penerimaan pembangunan

e. Minyak bumi dan gas alam

11. Hal yang berhubungan dengan APBN:

1. pembiayaan pembangunan rupiah

2. pembiayaan proyek
3. dana perimbangan

4. dana alokasi umum

5. belanja pegawai

6. dana alokasi khusus

Yang merupakan belanja/pengeluaran daerah adalah ...

a. 1, 3, 6

b. 1, 2, 5

c. 2, 4, 5

d. 3, 4, 6

e. 4, 5, 6

12. Bukan merupakan dampak APBN dalam kegiatan ekonomi ...

a. Berpengaruh negatip terhadap APBD

b. Memperbaiki kestabilan ekonomi

c. Menimbulkan investasi masyarakat

d. Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

e. Berperan meningkatkan kegiatan produksi

13. Sebagai dasar untuk menerima pendapatan dan melakukan belanja, merupakan salah satu
fungsi APBN; yaitu fungsi ...

a. Perencanaan

b. Rotarisasi

c. Pengawasan

d. Alokasi

e. Distribusi

14. Dana Perimbangan dalam APBN diantaranya adalah ...

a. Pajak daerah

b. Hibah

c. Dana bagi hasil

d. Retribusi daerah

e. Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah


15. Yang dikategorikan dalam PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah ...

a. Dana alokasi umum, hibah, pajak daerah

b. Pajak daerah, pajak darurat, hibah

c. Dana bagi hasil, pajak daerah, retribusi

d. Retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan bunga

e. Retribusi daerah, pajak daerah, dana darurat

16. Yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain ...

a. Retribusi dan cukai

b. Dana Alokasi Umum dan BUMN

c. Dana Alokasi Khusus dan pajak daerah

d. Dana Alokasi Khusus dan migas

e. Pajak Pertambahan Nilai dan Bea Masuk

17. Yang tidak termasuk pajak dalam negeri adalah ...

a. Pajak Pertambahan Nilai

b. Pajak Bumi Bangunan

c. Pajak Penghasilan

d. Cukai

e. Bea Masuk

18. Yang tidak termasuk unsur-unsur penerimaan negara adalah ...

a. Subsidi daerah otonom

b. Laba BUMN

c. Bea Masuk

d. Pajak Ekspor

e. Pajak Pertambahan Nilai

19. Berikut jenis belanja APBD:

1. belanja modal

2. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan

3. belanja administrasi umum

4. belanja operasi dan pemeliharaan


5. belanja tidak disangka

Yang tidak termasuk kelompok belanja pelayanan publik adalah ...

a. 1, 2

b. 2, 3

c. 3, 4

d. 2, 5

e. 4, 5

20. Berikut adalah sumber pendapatan daerah:

1. PAD

2. dana perimbangan

3. pendapatan hibah

4. dana darurat

5. pajak daerah

Yang termasuk kelompok lain-lain pendapatan yang sah adalah ...

a. 1, 2

b. 2, 3

c. 3, 4

d. 4, 5

e. 3, 5

III. Ulangan harian

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Sumber pendapatan negara bukan pajak adalah ...

a. penerimaan SDA, bagian laba BUMN, cukai

b. penerimaan bukan pajak, bea masuk, bagian laba BUMN

c. bea masuk, cukai, pajak bumi dan bangunan

d. bagian laba BUMN, penerimaan SDA, penerimaan bukan pajak

e. pajak pertambahan nilai, cukai, pungutan ekspor

2. Yang tidak termasuk pengeluaran rutin adalah ...

3.

4. Tabungan pemerintah adalah selisih antara ...

a. pengeluaran pembangunan dengan pengeluaran rutin

b. penerimaan rutin dengan pengeluaran rutin

c. penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin

d. penerimaan dan pengeluaran

e. pengeluaran dalam negeri dengan penerimaan dalam negeri

http://aakkuucintaindonesia.blogspot.co.id/2012/11/materi-anggaran-pandapatan-dan-belanja.html

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya

1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya infali atau deflasi.
Hal ini menggambarkan fungsi APBN,yaitu..

a. Alokasi d. stabilisasi

b. Distribusi e. standardisasi

c. Realokasi
Baca juga : Contoh Soal Pendapatan Nasional Ekonomi

2. Pada penyusunan APBN,pemerintah menetapkan belanja negara lebih sedikit dari pada penerimaan
negara. Dengan demikian,penyusunan APBN tersebut menerapkan kebijakan anggaran....

a. Defisit d. Defisit dinamis

b. Surplus e. Seimbang dinamis

c. Berimbang

3. Komponen berikut yang termasuk sumber-sumber penerimaan negara adalah..

a. Retribusi dan cukai d. DAK dan pajak kendaraan bermotor

b. DAU dan laba BUMN e. Pajak pertambahan nilai dan bea masuk

c. DAK dan pendapatan migas

Baca juga : Kumpulan soal masalah ketenagakerjaan

4. Alat ukur yang paling tepat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
disebut … .

a. Pemungutan pajak d. Kebijakan anggaran

b. Pendapatan perseorangan e. APBN dan APBD

c. Pendapatan per kapita

5. Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain…

a. Dana perimbangan

b. Dana alokasi khusus

c. Dana bagi hasil

d. Subsidi

e. Dana alokasi umum

Baca juga: Sejarah peradaban Inca

6. Retribusi termasuk ke dalam jenis…

a. Pajak langsung

b. Iuran

c. Sumbangan
d. Hibah

e. Pungutan resmi

7. Unsur-unsur pengeluaran anggaran belanja, yaitu:

1) Belanja barang

2) Cicilan utang

3) Pembelian kendaraan dinas

4) Bantuan proyek

5) Subsidi daerah otonom

Hal yang termasuk pengeluaran rutin, yaitu…

a. 1,2 dan 3

b. 1,3 dan 4

c. 2,3 dan 4

d. 1,2 dan 5

e. 3,4 dan 5

8. Pendapatan daerah meliputi sumber-sumber berikut ini, kecuali…

a. Pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak dari retribusi daerah

b. Penerimaan sumber daya alam

c. Hasil perusahaan milik daerah

d. Dana perimbangan

e. Pinjaman daerah

Baca Juga :Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia

9. Tujuan penyusunan APBN adalah ...

a. Memperbesar pendapatan dan pengeluaran negara dengan sebaik-baiknya

b. Agar uang yang diterima negara dan bersumber dari pajak dapat digunakan sebaik-

baiknya untuk tujuan pembangunan

c. Agar penggunaan uang negara dapat digunakan sebaik-baiknya untuk tujuan

meningkatkan taraf hidup masyarakat

d. Agar penggunaan uang negara yang berasal dari tabungan dapat digunakan sebaik
mungkin sesuai dengan undang-undang yang berlaku

e. Mengatur sedemikian rupa sehingga penggajian dan pembiayaan yang dilakukan

pemerintah lebih bermanfaat

10. Menurut pendapat penganut anggaran belanja berimbang dalam hal terpaksa terjadi ketidakstabilan
ekonomi pada waktu depresi, anggaran yang dipakai adalah anggaran ...

a. Surplus d. Disesuaikan

b. Defisit e. lebih

c. Seimbang

11. Pada APBN, pajak yang diterima dapat disalurkan pada berbagai proyek pembangunan. APBN dalam
hal ini menjalankan fungsi ...

a. Distribusi d. Pengembangan

b. Stabilisasi e. alokasi

c. Relokasi

12. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit ada kebaikanya, yaitu dapat ...

a. Memfungsikan uang menganggur

b. Memperluas kesempatan kerja

c. Menghemat pengeluaran negara

d. Membiayai proyek-proyek yang beresiko tinggi

e. Menekan laju inflasi

13. Yang bukan merupakan azas penyusunan APBN adalah ...

a. Penghematan

b. Peningkatan efisiensi

c. Pemasukan berdasar pengeluaran

d. Manajemen prioritas pembangunan

e. Kemandirian

14. Dana yang masuk ke kas negara yang berasal dari pungutan pajak digunakan untuk membangun
sarana jalan tol. Fungsi pajak dalam hal ini adalah fungsi ...
a. Alokasi d. Pengembangan

b. Stabilitas e. Pemerataan

c. Distribusi

15. Berikut hal-hal yang berhubungan dengan APBN:

1. minyak bumi dan gas alam

2. pajak ekspor

3. subsidi daerah otonom

4. pajak penghasilan

5. gaji pegawai

6. bunga dan cicilan utang

Yang merupakan sumber penerimaan negara adalah ...

a. 1, 2, 5 d. 2, 4, 6

b. 1, 3, 4 e. 2, 5, 6

c. 1, 2, 4

16. Sebagai sumber pendapatan negara adalah ...

a. Pajak bumi dan bagunan

b. Pajak penghasilan dan pajak barang mewah

c. Bantuan program dan bantuan proyek

d. Penerimaan negara dan penerimaan pembangunan

e. Minyak bumi dan gas alam

17. Hal yang berhubungan dengan APBN:

1. pembiayaan pembangunan rupiah

2. pembiayaan proyek

3. dana perimbangan

4. dana alokasi umum

5. belanja pegawai

6. dana alokasi khusus

Yang merupakan belanja/pengeluaran daerah adalah ...


a. 1, 3, 6 d. 3, 4,6

b. 1, 2, 5 e. 4, 5, 6

c. 2, 4, 5

18. Bukan merupakan dampak APBN dalam kegiatan ekonomi ...

a. Berpengaruh negatip terhadap APBD

b. Memperbaiki kestabilan ekonomi

c. Menimbulkan investasi masyarakat

d. Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

e. Berperan meningkatkan kegiatan produksi

19. Sebagai dasar untuk menerima pendapatan dan melakukan belanja, merupakan salah satu fungsi
APBN; yaitu fungsi ...

a. Perencanaan

b. Otorisasi

c. Pengawasan

d. Alokasi

e. Distribusi

20. Dana Perimbangan dalam APBN diantaranya adalah ...

a. Pajak daerah

b. Hibah

c. Dana bagi hasil

d. Retribusi daerah

e. Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah

21. Yang dikategorikan dalam PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah ...

a. Dana alokasi umum, hibah, pajak daerah

b. Pajak daerah, pajak darurat, hibah

c. Dana bagi hasil, pajak daerah, retribusi

d. Retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan bunga


e. Retribusi daerah, pajak daerah, dana darurat

22. Yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain ...

a. Retribusi dan cukai

b. Dana Alokasi Umum dan BUMN

c. Dana Alokasi Khusus dan pajak daerah

d. Dana Alokasi Khusus dan migas

e. Pajak Pertambahan Nilai dan Bea Masuk

23. Yang tidak termasuk pajak dalam negeri adalah ...

a. Pajak Pertambahan Nilai

b. Pajak Bumi Bangunan

c. Pajak Penghasilan

d. Cukai

e. Bea Masuk

24. Yang tidak termasuk unsur-unsur penerimaan negara adalah ...

a. Subsidi daerah otonom

b. Laba BUMN

c. Bea Masuk

d. Pajak Ekspor

e. Pajak Pertambahan Nilai

25. Berikut adalah sumber pendapatan daerah:

1. PAD

2.dana perimbangan

3.pendapatan hibah

4.dana darurat

5.pajak daerah

Yang termasuk kelompok lain-lain pendapatan yang sah adalah ...

a. 1, 2
b. 2, 3

c. 3, 4

d. 4, 5

e. 3, 5
Diposting oleh Arkenzo adam di 01.43
http://dangerrx.blogspot.co.id/2016/03/contoh-soal-apbn-dan-apbd-beserta.html

CONTOH soal APBN dan APBD

1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya infali atau
deflasi. Hal ini menggambarkan fungsi APBN,yaitu..

a. Alokasi d. stabilisasi

b. Distribusi e. standardisasi

c. Realokasi

Baca juga : Contoh Soal Pendapatan Nasional Ekonomi

2. Pada penyusunan APBN,pemerintah menetapkan belanja negara lebih sedikit dari pada
penerimaan negara. Dengan demikian,penyusunan APBN tersebut menerapkan kebijakan
anggaran....

a. Defisit d. Defisit dinamis

b. Surplus e. Seimbang dinamis

c. Berimbang

3. Komponen berikut yang termasuk sumber-sumber penerimaan negara adalah..

a. Retribusi dan cukai d. DAK dan pajak kendaraan bermotor

b. DAU dan laba BUMN e. Pajak pertambahan nilai dan bea masuk

c. DAK dan pendapatan migas

Baca juga : Kumpulan soal masalah ketenagakerjaan


Advertisement

4. Alat ukur yang paling tepat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk suatu
negara disebut … .

a. Pemungutan pajak d. Kebijakan anggaran

b. Pendapatan perseorangan e. APBN dan APBD

c. Pendapatan per kapita

5. Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain…

a. Dana perimbangan

b. Dana alokasi khusus

c. Dana bagi hasil

d. Subsidi

e. Dana alokasi umum

Baca juga: Sejarah peradaban Inca

6. Retribusi termasuk ke dalam jenis…

a. Pajak langsung

b. Iuran

c. Sumbangan

d. Hibah

e. Pungutan resmi

7. Unsur-unsur pengeluaran anggaran belanja, yaitu:

1) Belanja barang

2) Cicilan utang

3) Pembelian kendaraan dinas

4) Bantuan proyek

5) Subsidi daerah otonom


Hal yang termasuk pengeluaran rutin, yaitu…

a. 1,2 dan 3

b. 1,3 dan 4

c. 2,3 dan 4

d. 1,2 dan 5

e. 3,4 dan 5

8. Pendapatan daerah meliputi sumber-sumber berikut ini, kecuali…

a. Pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak dari retribusi daerah

b. Penerimaan sumber daya alam

c. Hasil perusahaan milik daerah

d. Dana perimbangan

e. Pinjaman daerah

Baca Juga :Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia

9. Tujuan penyusunan APBN adalah ...

a. Memperbesar pendapatan dan pengeluaran negara dengan sebaik-baiknya

b. Agar uang yang diterima negara dan bersumber dari pajak dapat digunakan sebaik-

baiknya untuk tujuan pembangunan

c. Agar penggunaan uang negara dapat digunakan sebaik-baiknya untuk tujuan

meningkatkan taraf hidup masyarakat

d. Agar penggunaan uang negara yang berasal dari tabungan dapat digunakan sebaik

mungkin sesuai dengan undang-undang yang berlaku

e. Mengatur sedemikian rupa sehingga penggajian dan pembiayaan yang dilakukan

pemerintah lebih bermanfaat

10. Menurut pendapat penganut anggaran belanja berimbang dalam hal terpaksa terjadi
ketidakstabilan ekonomi pada waktu depresi, anggaran yang dipakai adalah anggaran ...

a. Surplus d. Disesuaikan

b. Defisit e. lebih
c. Seimbang

11. Pada APBN, pajak yang diterima dapat disalurkan pada berbagai proyek pembangunan. APBN
dalam hal ini menjalankan fungsi ...

a. Distribusi d. Pengembangan

b. Stabilisasi e. alokasi

c. Relokasi

12. Anggaran pendapatan dan belanja negara yang defisit ada kebaikanya, yaitu dapat ...

a. Memfungsikan uang menganggur

b. Memperluas kesempatan kerja

c. Menghemat pengeluaran negara

d. Membiayai proyek-proyek yang beresiko tinggi

e. Menekan laju inflasi

13. Yang bukan merupakan azas penyusunan APBN adalah ...

a. Penghematan

b. Peningkatan efisiensi

c. Pemasukan berdasar pengeluaran

d. Manajemen prioritas pembangunan

e. Kemandirian

14. Dana yang masuk ke kas negara yang berasal dari pungutan pajak digunakan untuk membangun
sarana jalan tol. Fungsi pajak dalam hal ini adalah fungsi ...

a. Alokasi d. Pengembangan

b. Stabilitas e. Pemerataan

c. Distribusi

15. Berikut hal-hal yang berhubungan dengan APBN:

1. minyak bumi dan gas alam

2. pajak ekspor

3. subsidi daerah otonom

4. pajak penghasilan
5. gaji pegawai

6. bunga dan cicilan utang

Yang merupakan sumber penerimaan negara adalah ...

a. 1, 2, 5 d. 2, 4, 6

b. 1, 3, 4 e. 2, 5, 6

c. 1, 2, 4

16. Sebagai sumber pendapatan negara adalah ...

a. Pajak bumi dan bagunan

b. Pajak penghasilan dan pajak barang mewah

c. Bantuan program dan bantuan proyek

d. Penerimaan negara dan penerimaan pembangunan

e. Minyak bumi dan gas alam

17. Hal yang berhubungan dengan APBN:

1. pembiayaan pembangunan rupiah

2. pembiayaan proyek

3. dana perimbangan

4. dana alokasi umum

5. belanja pegawai

6. dana alokasi khusus

Yang merupakan belanja/pengeluaran daerah adalah ...

a. 1, 3, 6 d. 3, 4,6

b. 1, 2, 5 e. 4, 5, 6

c. 2, 4, 5

18. Bukan merupakan dampak APBN dalam kegiatan ekonomi ...

a. Berpengaruh negatip terhadap APBD

b. Memperbaiki kestabilan ekonomi

c. Menimbulkan investasi masyarakat

d. Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi


e. Berperan meningkatkan kegiatan produksi

19. Sebagai dasar untuk menerima pendapatan dan melakukan belanja, merupakan salah satu
fungsi APBN; yaitu fungsi ...

a. Perencanaan

b. Otorisasi

c. Pengawasan

d. Alokasi

e. Distribusi

20. Dana Perimbangan dalam APBN diantaranya adalah ...

a. Pajak daerah

b. Hibah

c. Dana bagi hasil

d. Retribusi daerah

e. Retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah

21. Yang dikategorikan dalam PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah ...

a. Dana alokasi umum, hibah, pajak daerah

b. Pajak daerah, pajak darurat, hibah

c. Dana bagi hasil, pajak daerah, retribusi

d. Retribusi daerah, pajak daerah, pendapatan bunga

e. Retribusi daerah, pajak daerah, dana darurat

22. Yang termasuk sumber pendapatan negara antara lain ...

a. Retribusi dan cukai

b. Dana Alokasi Umum dan BUMN

c. Dana Alokasi Khusus dan pajak daerah

d. Dana Alokasi Khusus dan migas

e. Pajak Pertambahan Nilai dan Bea Masuk


23. Yang tidak termasuk pajak dalam negeri adalah ...

a. Pajak Pertambahan Nilai

b. Pajak Bumi Bangunan

c. Pajak Penghasilan

d. Cukai

e. Bea Masuk

24. Yang tidak termasuk unsur-unsur penerimaan negara adalah ...

a. Subsidi daerah otonom

b. Laba BUMN

c. Bea Masuk

d. Pajak Ekspor

e. Pajak Pertambahan Nilai

25. Berikut adalah sumber pendapatan daerah:

1. PAD

2. dana perimbangan

3. pendapatan hibah

4. dana darurat

5. pajak daerah

Yang termasuk kelompok lain-lain pendapatan yang sah adalah ...

a. 1, 2

b. 2, 3

c. 3, 4

d. 4, 5

e. 3, 5

26. Perhatikan pernyataan tentang pembangunan ekonomi berikut ini!

1. Distribusi pendapatan nasional masih timpang.

2. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan.

3. Penyerapan tenagakerja masih rendah.

4. Perekonomian tidak mengalami banyak guncangan.


5. Terbuka kesempatan kerja yang luas bagi angkatan kerja

Pernyataan yang merupakan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah...

a. 1),2),dan 3) d. 2),4),dan 5)

b. 1),3),dan 4) e. 3),4),dan 5)

c. 2),3),dan 4)

Kunci Jawaban:

d. 2),4),dan 5)

27. Kesempatan yang tersedia bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi
sumber pendapatan bagi yang melakukan kegiatan ekonomi atau keadaan yang menggambarkan
terjadinya suatu pekerjaan dimasyarakat adalah pengertian dari ….

a. Lapangan kerja

b. Tenaga kerja

c. Kesempatan kerja

d. Pusat tenaga kerja

e. Pengangguran

Kunci Jawaban:

c . Kesempatan Kerja

28. Dibawah ini yang tidak dapat di masukkan ke dalam angkatan kerja adalah ….

a. Guru

b. Dokter

c. Pilot

d. Siswa SMA

e. Pembantu rumah tangga

Kunci Jawaban:

d. siswa SMA

29. Pengangguran yang terjadi karena kesulitan sementara untuk mempertemukan permintaan
dan penawaran kesempatan kerja adalah …..

a. Pengangguran siklus

b. Pengangguran disengaja

c. Pengangguran terselubung

d. Pengangguran musiman

e. Pengangguran friksional
Kunci Jawaban:

a . Pengangguran siklus

30. Salah satu dampak pengangguran terhadap kegiatan ekonomi adalah, kecuali ….

a. Pendapatan nasional akan naik jika terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja

b. Pengangguran secara tidak langsung berkaitan dengan pendapatan nasional

c. Tingginya jumlah pengangguran akan menyebabkan turunnya gross domestic product

d. Struktur perekonomian terganggu oleh tingginya pengangguran

e. Pengangguran yang banyak berakibat perekonomian suatu Negara tersendat-sendat

Kunci Jawaban:

a . Pendapatan nasional akan naik jika terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja

31. Pengangguran Musiman dapat diatasi melalui cara …..

a. Memperluas pasar barang dan jasa

b. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan Melakukan pelatihan
di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu

c. Pelatihan agar memiliki ketrampilan untuk dapat bekerja pada masa menunggu musim tertentu

d. Peningkatan daya beli masyarakat

e. Mengusahakan pembangunan yang bersifat padat karya

Kunci Jawaban:

b. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan Melakukan pelatihan
di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu

32. Dengan pesatnya pembangunan dapat membawa perubahan struktur perekonomian Negara
yaitu dari struktur agraris tradisional menjadi struktur agraris teknologi modern bahkan menjadi
Negara industry. Masa perubahan ini sering menimbulkan gejolak perekonomian terutama
masyarakat yang tidak mengusai teknologi akan tertinggal dan menjadi pengangguran. Salah satu
cara mengatasi pengangguran struktural adalah ….

a. Membuka proyek-proyek padat karya dan padat modal

b. Member pinjaman dan fasilitas untuk berwirausaha

c. Pemberian informasi yang jelas akan lowongan kerja

d. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

e. Pembatasan usia nikah dan program keluarga berencana

Kunci Jawaban:

a . Membuka proyek-proyek padat karya dan padat modal


33. Pemerintah dalam berupaya meningkatkan mutu tenaga kerja dan mendirikan balai latihan
kerja, usaha ini bertujuan untuk ….

a. Melatih orang menjadi manusia terampil, berinisiatif, dan kreatif

b. Memberi kursus-kursus pada anak-anak putus sekolah

c. Memberi kemampuan untuk melakukan kerja dan system bapak angkat dengan perusahaan
besar

d. Menampung tenaga kerja yang masih menganggur dimasyarakat

e. Memberi penyuluhan pertanian kepada para petani

Kunci Jawaban:

a . Melatih orang menjadi manusia terampil, berinisiatif, dan kreatif

34. Perhatikan data berikut !

1. Melalui jalur pendidikan formal baik yang bersifat umum atau kejuruan

2. Meningkatkan kualitas tempat kursus dan pelatihan

3. Pendidikan gizi dan kesehatan

4. Peningkatan kualitas mental dan spiritual

5. Memperbanyak lowongan pekerjaan.

Yang merupakan cara meningkatkan kualitas tenaga kerja

1, 2 dan 4

1, 2, dan 3

2, 4, dan 5

2, 3, dan 5

2, 3, dan 4

Kunci Jawaban:

b . 1, 2, dan 3

35. Perhatikan data berikut ini !!

1. Upah minimum

2. Jumlah tenga kerja dalam perusahaan

3. Kondisi permintaan dan penawaran tenaga kerja

4. Kesepakatan pemberi kerja dan penerima kerja

5. Permintaan tenaga kerja tentang besarnya upah

Sistem upah yang berlaku di Indoneisa dipengaruhi oleh nomor …..

a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 4

c. 1, 4, dan 5

d. 2, 3, dan 4

e. 2, 3, dan 5

Kunci Jawaban:

b . 1, 3, dan 4

36. Ciri utama pembangunan ekonomi adalah..

a. Pertambahan pendapatan nasional

b. Kenaikan tingkat produksi barang dan jasa

c. Perluas kegiatan industri dan perdagangan

d. Meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana ekonomi

e. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan struktur ekonomi

Kunci Jawaban:

e. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan struktur ekonomi

37. Peran teknologi dan modal dalam pembangunan ekonomi adalah...

a. Menggantikan tenaga manusia

b. Meningkatkan efisiensi produksi

c. Mengurangi pengangguran

d. Menghemat sumberdaya alam

e. Mengubah struktur ekonomi masyarakat

Kunci Jawaban:

b. Meningkatkan efisiensi produksi

38. Masuknya produk asing mengancam industri di dalam negeri.industri elektronek,tekstil,dan


sandal terpaksa gulung tikar.keadaan ini dapat menimbulkan...

a. Kesenjangan pendapatan

b. Pencemaran lingkungan

c. Pengangguran

d. Penurunan nilai tukar

e. Perubahan struktur perekonomian

Kunci Jawaban:

c. Pengangguran
39. Salah satu tokoh historis yang membagi proses pertumbuhan ekonomi menjadi masyarakat
tradisional, peralihan, lepas landas, dan lainnya adalah …..

a. Karl Bucher

b. David Ricardo

c. Friedrich List

d. W.W Rostow

e. Werner Sombart

Kunci Jawaban:

d. W.W Rostow

40. Yang bukan faktor pendorong pembangunan ekonomi adalah …….

a. Kekayaan alam

b. Modal

c. Struktur ekonomi

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

e. IPTEK

Kunci Jawaban:

c. Struktur ekonomi

41. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi

1) SDA

2) Lembaga sosial

3) SD Modal

4) Sikap masyarakan

5) Kewirausahaan

6) Keahlian

7) Keadaan politik

8) Sikap masyarakat

Yang termasuk ke dalam faktor non-ekonomi adalah …….

a. 1,4,6

b. 2,5,8

c. 4,5,6

d. 3,6,7
e. 2,7,8

Kunci Jawaban:

d. 2,7,8

42. Salah satu faktor penentu pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah SDM,
untuk memperoleh SDM yang berkualitas agar pembangunan ekonomi berjalan lancar diperlukan
berbagai usaha antara lain …….

a. Peningkatan IPTEK, cara berpikir modern, peningkatan standar kehidupan

b. Keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan, cara berfikir modern, peningkatan IPTEK

c. Cara berfikir modern, menjaga kebudayaan tetap tradisional, peningkatan IPTEK

d. Peningkatan IPTEK, ketrampilan seadanya, cara berfikir modern

e. Peningkatan IPTEK, keterampilan yan sesuai dengan kebutuhan, memgang teguh adat istiadat

Kunci Jawaban:

b. Keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan, cara berfikir modern, peningkatan IPTEK

43. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai ……..

a. Proses peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa dalam jangka panjang untuk memproduksi
aneka barang dan jasa bagi rakyatnya

b. Suatu proses yang dapat mempercepat akselerasi pertumbuhan ekonmi, pengurangan


ketimpangan dan pengahpusan kemiskinan

c. Suatu proses untuk membawa kmajuan dan perbaikan dalam berbagai kehidupan

d. Suatu proses yang terus menerus menuju ke arah tujuan yang akan dicapai

e. Suatu proses yang menyebabkan perubahan yang terus menerus untuk kesempurnaan

Kunci Jawaban:

a. Proses peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa dalam jangka panjang untuk memproduksi
aneka barang dan jasa bagi rakyatnya

44. Ukuran kualitatif pembengunan ekonomi adalah...

a. Hasil produksi gabah dalam setahun

b. Pendapatan perkapita pertahun

c. Angka harapan hidup

d. Angka pertumbuhanekonomi

e. Jumlah infrastruktur yang berhasil di bangun

Kunci Jawaban:

c. Angka harapan hidup

45. Faktor yang paling menentukan dalam pembangunan ekonomi adalah …….
a. Teknologi

b. Permodalan

c. Luasnya pasar

d. Sumber daya manusia

e. Tenaga kerja yang terampil

Kunci Jawaban:

e.Tenaga kerja yang terampil

46. Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo yaitu ……

a. Alam semesta sangat terbatas dan pertumbuhan penduduk semakin pesat

b. Pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia,


akumulasi modal, pemakaian teknologi modern, dan output

c. Modal harus dipakai secara efektif karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh
peranan pembentukan modal

d. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu masa perekonomian
tertutup, masa kerajinan, dan pertukangan

e. Pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif

Kunci Jawaban:

b. Pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia,


akumulasi modal, pemakaian teknologi modern, dan output

47. Suatu negara pada tahun 2005 memiliki GNP sebesar 250triliun,sedangkan GNP pada tahun
2006 sebesar 262,5 triliun.pertumbuhan ekonomi negara tersebut adalah...

a. 4% d. 6%

b. 5% e. 6,5%

c. 5,5%

Kunci Jawaban:

b. 5%

48. Teori yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya
pertambahan penduduk dan pertambahan output, merupakan teori yang dikemukakan oleh ……

a. David Ricardo

b. Adam Smith

c. Robert Solow

d. Bruno Hildebrand

e. Werner Sombart
Kunci Jawaban:

c. Adam Smith

49. Dalam teori Adam Smith, kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertambahan hasil dilihat
dari tiga faktor, yaitu ……

a. Persediaan SDA, jumlah penduduk, teknologi

b. Persediaan barang modal, modal, IPTEK

c. Jumlah penduduk, modal, persediaan SDA

d. Persediaan SDA, akumulasi modal, output

e. Persediaan SDA, persediaan barang modal, jumlah penduduk

Kunci Jawaban:

e.Persediaan SDA, persediaan barang modal, jumlah penduduk

50. Tujuan utama suatu Negara mengadakan pembangunan ialah….

a. Meningkatkan kesempatan kerja

b. Menekan pertambahan penduduk dan mendorong pendapatan nasional

c. Menyejahterakan rakyat

d. Meningkatkan akumulasi modal dalam jangka panjang

e. Meningkatkan output

Kunci Jawaban:

a. Meningkatkan kesempatan kerja

http://matakuliyah.blogspot.co.id/2016/11/contoh-soal-apbn-dan-apbd.html

Anda mungkin juga menyukai