Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATORUM
DI RUANG HCU NEONATUS RSUD Dr. MOEWARDI

Disusun Oleh :
Aditiya Kurniawan
NIM. SN171003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM
DI RUANG HCU NEONATUS Dr. MOEWARDI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E, 2005).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi
selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat
bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining, 2003).
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000).
2. Etiologi
1. Semua infeksi pada neonates dianggap oportunisitik dan setiap
bakteri mampu menyebabkan sepsis.
2. Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus, atau riketsia.
Penyebab paling sering dari sepsis Escherichia Coli dan
Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50-70%).
Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup
A, dan streptococcus, pathogen lainnya gonookus, candida
alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria,
rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus
dengan tindakan.
4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
Beberapa kondisi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
sepsis pada neonatus antara lain:
a. Perdarahan
b. Demam yang terjadi pada ibu
c. Infeksi pada uterus atau plasenta
d. Ketuban pecah dini (sebelum 37minggu kehamilan)
e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18jam atau lebih
sebelum melahirkan)
f. Proses kelahiran yang lama dan sulit
3. Manifestasi Klinik
1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,
hepatomegaly
3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping
hidung, merintih, sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit
lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high-pitched
cry
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura,
pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak
lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu
tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan
pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber
infeksi dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah
atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh
melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan,
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan
pembengkakan perut dan diare berdarah.
7. Klasifikasi
Pembagian sepsis:
1. Sepsis dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan cairan amnion, biasanya
fulminal dengan angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan / nosocomial
Yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari
lingkungan pasca lahir. Karakteristik : didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan
dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami
kompliakasi.
8. Komplikasi
a. Meningitis
Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya
hidrosefalus dan atau leukomalasia periventricular
b. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan
komplikasi acut respiratory distress syndrome (ARDS).
c. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.
d. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit
neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan
retardasi mental
e. Kematian
9. Patofisiologi dan Pathaway
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi
sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan
perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan
sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara
umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.
Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3)
dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada
bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit
juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir
tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi
laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga
sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu
perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter
vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.
Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (
infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonates mulai bebrapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal
kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus
masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat
persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan
traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada
lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de
entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi
oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang
terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-
alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi
lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial.

Pathway

10. Pemeriksaan Penunjang


Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis secara menyeluruh.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan
pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan
lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP)
dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya
infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya inflamasi.
11. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Suportif
1. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
2. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan
hipoglikemia
3. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti
Diuretik Hormon) batasi cairan
4. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
5. Awasi adanya hiperbilirubinemia
6. Lakukan transfuse tukar bila perlu
7. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat
menerima nutrisi enteral.
b. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui.
Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin
ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis
nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan
flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya
diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin
generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis
diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14
hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21
hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
2. Riwayat Prenatal
Lama kehamiilan, penyaakit yang menyertai kehamilan
3. Riwayat Persalinan
Cara persalinan, trauma persalinan
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Kesadaran
- Vital sign
- Antrometri
2. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda
ponsep.
- Mata
Apakah ada katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada
sclera, konjungtiva perdarahan dan anemis.
- Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak
untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan
BAB pertama kali.
- Sistem Pernafasan
Apakah ada kesulitan pernafasan, kakipnea, bradipnea,
teratur/tidak, bunyi napas.
- Tali pusat
Periksa adakah ada perdarahan, tanda infeksi, keadaan dan
jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena).
- Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epipadia, testis, BAK
pertama kali.
- Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah,
bengkak, posisi/postur, normal/abnormal.
- Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah,
simetris/asimetris.
- Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, raum, dan ptekie.
c. Pemeriksaan Spesifik
1. Apgar Score
2. Frekuensi kardiovaskuler
Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
3. Sistem Neurologis
- Reflek moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Reflex menghisap : kuat, lemah
- Reflek menjejak : baik, buruk
- Koordinasi reflek menghisap dan menelan
d. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik / Laboratorium)
1. Sampel darah tali pusat
2. Fenil ketonuria
3. Hematokrit
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme
penyakit
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan reduksi
aliran darah.
3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan
keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)
Dx Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Resiko infeksi NOC : NIC :
Imun Status Infection control (6540)
berhubungan
Knowledge : infection 1. Cuci tangan setiap
dengan penurunan control seblum dan sesudah
Risk control (1902) tindakan keperawatan
sistem imun
Setelah dilakukan 2. Monitor tanda dan
tindakan keperawatan gejala infeksi
selama 3 x 45 menit 3. Batasi pengunjung
risiko infeksi klien dapat 4. Instrusikan pada
teratasi dengan kriteria pengunjung untuk cuci
hasil : tangan saat berkunjung
1. Klien bebas dari dan setelah berkunjung
tanda dan gejala meninggalkan pasien
infeksi 5. Kolaborasi pemberian
2. Jumlah leukosit antibiotic
dalam batas normal
2. Hipertermi NOC : NIC :
Thermoregulation Temperature Regulation
berhubungan
Setelah dilakukan (3900)
dengan tindakan keperawatan a. Monitor suhu tubuh
selama 3 x 45 menit minimal setiap 2 jam
peningkatan
hipertermi klien dapat b. Rencanakan
tingkat berkurang dengan kriteria monitoring suhu
hasil : secara kontinu
metabolisme
1. Suhu tubuh klien c. Monitor TD,HR,RR
penyakit dalam rentang d. Monitor warna dan
normal suhu kulit
2. Nadi dan RR klien e. Tentukan intake cairan
dalam rentang dan nutrisi
normal f. Selimuti pasien
3. Tidak ada perubahan g. Kolaborasi pemberian
warna kulit dan tidak antipiretik bila perlu
ada pusing
3. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Tissue perfusion : Peripheral Sensation
perifer cerebral management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
dengan reduksi tindakan keperawatan tertentu yang hanya peka
aliran darah. selama 3x24 jam terhadap panas/dingin
ketidkefektifan perfusi 2. Monitor adanya paratese
jaringan perifer dapat
teratasi dengan kriteria 3. Monitor adanya
hasil : tromboplebitis
1. menunjukkan 4. Kolaborasi dengan dokter
fungsi sensori
motorik cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran
membaik, tidak
ada gerakan-
gerakan
involunteer.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi
6.Jakarta : EGC.
Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guntur H. 2007. Sepsis. In : Sudoyo, Aru (et all). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Johnson, M., et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta:
FKUI.
Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta
: Mediaction Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes RI.
Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet
di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-
1uyr3qilmiahpopular.doc
Bukhori dan Prihatini. 2006. Diagnosis Sepsis Menggunakan Procalcitonin.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/IJCPML-12-3-06.pdf.
Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet
dihttp://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html
Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet
dihttp://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/

Anda mungkin juga menyukai