Parturisi
Parturisi
PADA PRIMIGRAVIDA
A. PENDAHULUAN
1. Kala I
Dimulai saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka
sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10
cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung selama 2 jam pada primipara.
1
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
B. TEORI PARTURISI
FASE 0
2
responsif untuk terjadinya suatu proses persalinan, sinyal parakrin dan
endokrin dari ibu dan bayi mendukung suatu pengaturan parturisi. Jika
terjadi suatu hal yang abnormal, dapat menyebabkan timbulnya suatu
bentuk persalinan preterm, timbulnya distosia, maupun persalinan
postterm. (Cunningham, 2010)
FASE 1
FASE 2
3
3. Kala III, dimulai segera setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
kelahiran plasenta
FASE 3
C. HIS
4
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang
mengandung serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-
otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical
effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan
terbuka.
5
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (10cm). (Cunningham, 2010)
3. Kala II
4. Kala III
6
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan
menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan
ketuban sebelum pembukaan 5 cm). ( Cunningham, 2010)
Kala satu persalinan dmulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat hingga servik membuka lengkap. Kala satu persalinan
terdiri dari dua fase laten dan fase aktif.
7
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih.
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1cm per jam
(nullipara atau primipara), atau lebih dari 1 cm hinga 2 cm
(multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
1. Anamnesa
Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan.
2. Pemeriksaan fisik
isiTujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Pemeriksaan Abdomen
8
Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau
bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan
kepadatan bagian tersebut. Dengan ibu jari dan jari tengah dari
satu tangan, pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian
bawah ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah
penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
5. Menentukan bagian terbawah janin
Penentuan bagian terbawah dengan metode lima jari adalah:
5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simfisis pubis
4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul
3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada di atas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakan)
1/5 jikanhanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk kedalam rongga panggul.
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk kedalam rongga panggul.
Pemeriksaan Dalam
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit.
9
Persiapan Asuhan Persalinan
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya
adalah:
1. Sarung tangan
10
2. Perlengkapan Pelindung diri
3. Persiapan tempat persalinan,peralatan dan bahan
4. Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
5. Persiapan ibu dan keluarga
1. Engagement.
11
Menurut definisi, engagement terjadi bila diameter terbesar dari
bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul (pada letak
kepala adalah diameter biparietal).
2. Penurunan.
Setelah kepala masuk PAP, kepala semakin turun ke bawah atau
semakin maju. Pada primigravida kemajuan ini baru mulai pada
kala II, sedangkan pada multipara masuk dan majunya kepala
terjadi hampir bersamaan.
12
3. Fleksi.
Kepala janin masuk PAP dengan sedikit fleksi, maka dengan
majunya kepala fleksi juga akan bertambah. karena adanya
tahanan dari jalan lahir dan dorongan yang kuat dari HIS maka
kepala janin akan tertahan dan terjadi fleksi maksimal dimana dagu
akan menempel ke dada janin.
Dengan fleksi, kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil yakni dengan diameter suboksipito-
bregmatika (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipito-
bregmatika (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala dalam fleksi
maksimal.
13
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
5. Ekstensi.
14
6. Putaran paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak yang
akan melewati pintu tengah panggul dengan bahu anterior dan
posterior.
7. Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring
menyesuaikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul
bahu berada dalam posisi depan-belakang, setelah kepala telah
lahir bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang
dan diikuti oleh seluruh badan bayi.
15
Gawat janin
Penyulit kelahiran pervaginan
Jaringan parut pada perineum atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.
3. Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6cm) letakan kain yang bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan
kain atau handuk diatas perut ibu. Lindungi perineum dengan satu
tangan, ibu jari pada salah sisi perenium dan 4 jari tangan pada sisi
lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
4. Melahirkan bahu
Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai
berikut:
Kepala seperti tertahan dalam vagina
Kepala lahir tetapi tidak terjadi puteran paksi luar.
Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali kedalam vagina
5. Melahirkan seluruh tubuh bayi
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat merupakan kelanjutan dari
kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi)
persalinan. Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Persalinan
kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu.
16
tempat implantasinya. Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah, atau dari
pinggir plasenta, atau serempak dari tengah dan dari pinggir plasenta.
Cara yang pertama ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari
vagina tanpa adanya perdahan per vaginam, sedangkan cara yang kedua
ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai
terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih, maka hal
ini patologis.
1) Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan
kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali
ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila
tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas
dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati.
Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, pardarahan banyak akan
dapat terjadi.
2) Perasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan
kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat
yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari dinding
uterus.
3) Perasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun kebawah.
Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
17
Kombinasi dari tiga perasat ini baik dijalankan secara hati-hati
setelah mengawasi wanita yang baru melahirkan bayi selama 6 sampai 15
menit. Bila plasenta telah lepas spontan, maka dapat dilihat bahwa uterus
berkontraksi baik dan terdorong ke atas kanan oleh vagina yang berisi
plasenta. Dengan tekanan ringan pada fundus uteri plasenta mudah dapat
dilahirkan, tanpa menyuruh wanita bersangkutan mengedan.
18
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama:
19
Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi
Saat mulai kontraksi tegangan tali pusat kearah bawah,
lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak keatas menandai plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan.
Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya
penegangan tali pusat dan tidak ada tanda yang menunjukkan
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya
- Pada kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan
tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada
korpus uteri secara serentak.
Setelah plasenta terpisah anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina
Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam
wadah penampung
Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat
melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan
serviks dengan seksama.
Plasenta Manual
Persiapan
20
Tindakan penetrasi kedalam kavum uteri
- Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
- Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
- Secara obstetric masukkan tangan lainnya kedalam vagina
dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
- Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang untuk
memegang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus uteri
- Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam
hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta
- Bentangan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi
salam.
Melepas plasenta dari dinding uteria plasenta dan dinding
- Tentukan inplantasi plasenta.
- Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan
dinding uterus maka perluasan pelepasan plasenta dengan
jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
digeserkan keatas hingga semua perlengketan plasenta
terlepas dari dinding uterus
Mengeluarkan plasenta
- Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta
yang tertinggal
- Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis
- Lakukan penekanan uterus kearah dorso kranial setelah
plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah
yang telah disediakan
Pencegahan infeksi pasca tindakan
- Dekomentasi sarung tangan dan peralatan lain yang
digunakan
21
- Lepas dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Cuci tamgan dengan sabun dan air mengalir
- Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
Pemantauan pasca tindakan
- Periksa kembali tanda vital ibu
- Catat kondisi ibu
- Tulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
dan asuhan lanjutan
- Beritahu ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi ibu masih memerlukan pamantauan dan asuhan
lanjutan
- Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
sebelum dipindahkan ke ruangan rawat gabung
22
G. Asuhan dan Pemantauan pada Kala Empat
23
a. Memperkirakan Kehilangan Darah
1. Derajat Satu
Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perinium. Tak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik.
2. Derajat dua
Robekan mengenai sampai otot perineum.
3. Derajat tiga
Robekan mengenai otot spingter ani
4. Derajat empat
Robekan samapi mengenai dinding depan rektum
c. Pencegahan infeksi
d. Pemantauan Keadaan Umum Ibu
Pantau TD, TV, kandung kemih dan darah yang keluar setiap
15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1
jam ke dua kala empat.
Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua kala empat.
24
Pantau temperatur tubuh setiap jam dan dua jam pasca
persalinan
Nilai perdarahan
Ajari ibu dan keluarga bagaimana meniali kontraksi uterus
dan jumlah darah yang keluar, dan bagaimana melakukan
masase.
Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi
Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir
H. PARTOGRAF
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen yang penting dari asuhan persalinan
- Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
25
Untuk menilai kemajuan persalinan kita dapat menggunakan
Partograf WHO. Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan
untuk memantau keadaan ibu dan janin untuk menemukan adanya
persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan
bedah kebidanan, dan menentukan disproporsi kepala janin dan panggul
ibu jauh sebelum persalinan menjadi macet. (Wiknjosastro, dkk, 2008)
Prinsip-prinsip partograf
1. Fase aktif dimulai pada pembukaan 4 cm.
2. Fase laten harus berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
3. Pada fase aktif, kecepatan pembukaan tidak boleh lebih lambat dari 1
cm/jam.
4. Tenggang waktu 4 jam antara melambatnya persalinan dan
diambilnya tindakan tidak akan membahayakan janin atau ibunya.
Untuk menghindari dari suatu tindakan yang tidak perlu.
5. Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pemeriksaan luar yang
direkomendasikan sebaiknya dilakukan setiap 4 jam.
6. Sebaiknya memakai partograf yang sudah ada garis waspada dan
garis tindakannya.
26
- Fase Aktif, berlangsung dari 3 – 10 cm (pembukaan lengkap)
27
Gambar 5. Penurunan kepala janin lewat PAP
28
- Turun kepala janin diperiksa dari perut ibu dalam perlimaan yang
masih teraba di atas PAP.
- Pemeriksaan turun kepala janin dilakukan sesaat sebelum
dilakukan periksa dalam.
2. His
Persalinan yang normal disertai his yang normal yakni his yang makin
lama makin sering dan makin sakit.
- His diamati menurut frekuensi dan lamanya
- Dicatat berapa kali his dalam 10 menit
- Ada 3 cara mengarsir his :
< 20 detik (berupa titik-titik)
20 – 40 detik (garis miring/arsiran)
> 40 detik (dihitamkan penuh)
- Catatan his dibuat pada waktu yang tepat pada partograf
b. Keadaan Janin
1. Denyut Jantung Janin
Mendengarkan denyut jantung janin merupakan pemeriksaan yang
baik untuk mengetahui keadaan janin.
- Dengarkan denyut jantung janin segera setelah pucak his dilalui
dengan ibu dalam posisi miring
- Catatan dilakukan sentengah jam sekali pada Kala I persalinan
29
- Denyut jantung janin normal berkisar antara 120 – 160
kali/menit
c. Keadaan Ibu
Hal-hal yang dicatat mengenai keadaan ibu adalah :
a. Nadi tiap setengah jam, tensi setiap 4 jam, suhu setiap 4 jam
b. Urin : volum, protein dan aseton
c. Obat-obatan dan cairan intravena
d. Pemberian oksitosin
30
Hal-hal yang perlu diingat :
- Pada saat masuk kamar bersalin adalah jam 0, atau ibu datang
dalam persalinan fase laten
- Pada saat persalinan fase aktif dimulai, semua catatan dipindahkan
dan pembukaan serviks dicatat pada garis waspada.
Kalau persalinan berlangsung normal, catatan pembukaan akan menetap
pada garis waspada atau bergeser sedikit ke sebelah kirinya.
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan:
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan Asuhan Persalinan
5. Rujukan
31
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu.
3. Pencegahan infeksi
Tujuan tindakan Pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan:
Meminimal infeksi yang disebabkan mikroorganisme
Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
seperti hepatitis dan HIV/AIDS
5. Rujukan
32
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan
mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Setiap lokasi
fasilitas rujukan mampu melaksanakan kasus gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir:
Pembedahan
Transfusi darah
Persalinan menggunakan ekstraksi vakum dan kunan
Pemberian Antibiotik IV
Resusitasinbayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir
33
DAFTAR PUSTAKA
34