MAKALAH Bencana Tsunami NAD Serta Dampak
MAKALAH Bencana Tsunami NAD Serta Dampak
Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
BAB I
PENDAHULUAN
1
UNICEF Indonesia
1
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
kawasan pesisir yang rusak tersebut secara alami juga akan mengalami perubahan. Hal ini
disebabkan karena pusat terjadinya gempa berada di sekitar Samudera Hindia (Suryawan
dan Mahmud, 2005). Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagai peredam hempasan
gelombang.
Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami, seperti semua gempa yang
terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan terjadinya gelombang tsunami. Dari
hal ini menjadi penting agar segera melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi mengenai
bencana alam yang benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan dan diwaspadai
terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus disertai dengan
pemahaman yang benar. Saatnya secara sadar diberikan pengajaran kepada seluruh
masyarakat tentang apa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, karena
pemahaman yang keliru bukan hanya merugikan, tetapi dapat membahayakan diri sendiri.
Bencana berlalu, namun masih menyisahkan duka yang mendalam menyelimuti
Indonesia. Banyaknya korban jiwa, yang telah terindetifikasi maupun hanyut dilaut luas.
Bukan hanya itu, kehancuran sendi-sendi perekonomian di Aceh serta permasalan
lingkungan yang sangat kompleks. Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang
serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan
membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Karya ilmiah ini akan dibagi beberapa pokok masalah berdasarkan uraian latar
belakang di atas, yaitu:
Siklus tsunami
Kerusakan pasca tsunami
Upaya-upaya penanggulangan pasca tsunami
Upaya perencanan tata ruang pasca tsunami
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang, maka makalah ini bertujuan untuk dapat
memahami bagaimana siklus tsunami, bagaimana karusakan pasca tsunami yang berdampak
pada kesehatan lingkungan serta kesehatan korban. Selain itu memberikan informasi upaya-
upaya penanggulangan pasca tsunami dan mengetahui upaya perencanan tata ruang pasca
tsunami .
2
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Dengan demikian kita sebagai warga negara Indonesia dapat paham ataupun
mengenal kriteria bencana dalam negaranya sendiri. Selain itu, kita juga dapat menilai dan
menganalisis bagaimana perkembangan serta pengawasan akan bencana yang akan terjadi
maupun yang telah terjadi.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diaharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembaca
atas pemberikan informasi ini, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih rinci
kepada pembaca terutama dengan adanya tafsir ilmi yang dapat menambah ketaqwaan kita
kepada Sang Pencipta atas tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang dapat
dipahami oleh orang-orang yang berakal.
Hal ini telah dijelaskan pada surah Āli ‘IMRĀN (3:190) “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal,”
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis serta pembacanya.
3
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
5
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
BAB III
PEMBAHASAN
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Apabila bumi digoncangkan
dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu
bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang
sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.
QS az-Zalzalah (99:1-4)
Menurut peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa berskala
kecil dan besar banyak melanda Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara hingga Sumatera. Pusat
gempa sebagian besar di perairan yang relatif dekat dengan pulau-pulau tersebut. Hal ini
berhubungan dengan adanya pertemuan lempeng benua di dasar laut, dan diketahui bahwa
sebagai tempat bertemunya tiga lempeng benua terdapat di bawah perairan Indonesia. tiga
lempeng benua tersebut ialah, lempeng Hindia atau Indo-Australia di sebelah selatan,
lempeng Eurasia di utara, dan lempeng Pasifik di timur.
6
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Gempa yang terjadi di perairan barat Nanggroe Aceh Darussalam, Nicobar, dan
Andaman, hari minggu 26 Desember lalu merupakan akibat dari interaksi lempeng Indo-
Astralia dan Eurasia. Gempa-gempa besar pada skala magnitudo 5,8 hingga 9,0 berpusat di
dasar laut pada kedalaman 10 kilimeter tergolong gempa dangkal, namun telah
menimbulkan gelombang tsunami yang menerjang wilayah pantai di Asia Tenggara dan
Asia Selatan, yang berada di sekitar tiga pusat gempa tersebut
Gempa berskala besar, kata Dr.Prih Haryadi kepala Pusat Sistem Data dan Informasi
Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), menimbulkan patahan berdimensi
ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa hingga memicu gempa lain. Gempa di Aceh
menimbulkan dampak kegempaan hingga radius 200 kilometer. Diantaranya memicu gempa
di Kepulauan Nicobar di sebelah utara pusat gempa pada jarak 550 kilometer serta
mengguncang Pulau Andaman.
Selain menimbulkan getaran yang kuat, gempa kali ini juga menyebabkan timbulnya
deformasi vertikal di sumber gempa. Deformasi berupa penurunan permukaan dasar laut
tersebut mengakibatkan penjalaran energi kinetik menjadi gelombang tsunami di pantai.
Daerah yang rawan tsunami adalah daerah yang berpantai landai dan berupa teluk. Pada
daerah teluk, energi gelombang terperangkap hingga naik ke darat.
Ancaman gempa tsunami berada sepanjang pertemuan lempeng mulai dari timur
kepulauan Maluku, selatan Nusa Tenggara dan Jawa, hingga barat Sumatera. Umumnya,
gempa subduksi di laut yang berkekuatan minimal 6,2 pada skala Richter sudah dapat
menimbulkan gelombang tsunami. Namun, yang lebih kecil dari itupun dapat menimbulkan
gelombang pasang, bergantung pada lokasinya dan pola subduksi serta topografi dasar laut.
Gempa di Meulaboh dilaporkan bukan saja telah menimbulkan tsunami di daerah
barat NAD, tetapi juga menerjang pulau Sabang. Gempa di Nicobar yang berkekuatan 7,3
skala Richter ini yang dipicu oleh gempa meulaboh, dan gempa tersebut pula menyebabkan
timbulnya tsunami di Songla dan Phuket (Thailand),menurut perkiraan Dr.Prih.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Heri Haryono, gempa yang
posisinya di dekat Pulau Simeulue (NAD) itu terjadi karena mekanisme kompresi atau
subduksi, yaitu lempeng Samudra Hindia menujam bagian bawah lempeng Asia Tenggara
(yang merupakan subduksi lempeng Benua Eurasia). Karena hal yang terjadi adalah gempa
subduksi, yang menyebabkan menunnya permukaan dasar laut di tempat pertemuan lempeng
tersebut, maka akan timbul gelombang laut yang merambat dan menerjang pantai di
dekatnya.
7
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Sebelum penurunan permukaan dasar laut, terjadi pecahnya batuan dibawah lempeng
benua yang tidak kuat menahan subduksi lempeng dan terjadi pergeseran. Dengan adanya
pergeseran, tiba-tiba menimbulkan guncangan tanah (gempa bumi) disertai pelentingan
batuan, terjadi di bawah pulau dan dasar laut. Hal ini menggoyangkan air laut hingga
menimbulkan gelombang laut yang lebih akrab disebut sebagai tsunami. Tsunami biasanya
ditandai dengan air laut yang surut setelah gempa bumi. Beberapa menit setelah pantai surut
terjadilah gelombang membalik yang sangat besar.
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, ayat pertama Surah az-
Zalzalah dengan amat jelas menyebutkan goncangan bumi akibat gempa bumi yang dahsyat.
Gempa bumi dengan magnitude sekitar 9,2 seperti terjadi di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam (NAD) yang menimbulkan tsunami, menghancurkan dalam sekejap sebagian
wilayah NAD dan bahkan menerjang sebagian pantai dikawasan lautan hindia. Dasar laut
terkoyak dengan panjang hamper 1000 km.
Pada ayat kedua dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, secara ilmiah memang demikian keadaanya seperti pembahasan diatas yang
telah dijelaskan oleh para ahli mengenai pecahnya batuan bawah lempeng akibat subduksi.
Kemudian ayat ketiga, Dan manusia bertanya, “apa yang terjadi pada bumi ini?”.
Pertanyaan ini sering terucapkan ketika terjadi gempa bumi. Saat gempa bumi dahsyat di
8
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Aceh, hamper semua berfikir dan bertanya apakah ini kiamat?. Selanjutnya pada ayat
keempat Allah berfirman “ Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya”. Peristiwa gempa
bumi dapat terekam dalam tubuh batuanatau ditubuh tanah (soil). Berita-berita yang
tersimpan dalam formasi geologi itu dibaca kembali oleh para ahli geologi, seperti tubuh
fosil terumbu karang ataupun tsunami yang terekam pada bentuk endapan sendimen.
Sebagian mufassir memahami ayat 1-4 QS az-Zalzalah sebagai gambaran awal
kiamat, sebagian lain berpendapat bahwa itu merupakan gambaran yang dapat terjadi
sekarang, sebelum kiamat sebagai peringatan bagi manusia.
9
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
c. Sanitasi air
Adanya genangan air dan kotoran sisa bencana serta kekurangan pasokan air bersih
merupakan beberapa pencemaran air yang terjadi pasca bencana tsunami. Selain itu
menurunnya kualitas kebersihan akan menimbulkan berbagai penyakit kulit.
Menurut salah satu pengajar di Department Kedokteran Komunitas FKUI,
gelombang laut yang membanjiri dan menyapu berbagai kotoran berpotensi mencemari
sumber air bersih. Karena itu, perlu diwaspadai penyakit yang ditimbulkanoleh tercemarnya
air (waterborne disease), seperti diare atau muntaber dan kolera.
2
Pusat penelitian biomedis dan farmasi
10
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Terjadinya keracunan dapat disebabkan oleh tercemarnya air yang digunakan untuk
mengolah ataupun mencuci bahan dan peralatan makanan/masak atau oleh faktor lain,
seperti sarana dan prasarana tempat pengolahan makanan, pemilihan bahan, serta cara
penyajian yang tidak higienis.
Gambar 2. Gangguan Kesehatan Lingkungan( Penyebab Polusi Dan Penyakit Pascabencana)
11
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. QS Az-Zumar (39:21)
Pada QS Al-Baqarah (2:29), Allah SWT juga menjelaskan bahwa Allah telah menyediakan
semua yang ada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia.
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu. QS Al-Baqarah (2:29)
Dengan demikian, masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan
air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal kejadian bencana
atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air
bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan risiko terjadinya
penularan penyakit.
12
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang
sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi
syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu dilakukan:
buang atau singkirkan bahan pencemar;
lakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup
tinggi;
lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan
desinfektan untuk air;
periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM;
lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik‐titik distribusi.
Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah
timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan.
Bilamana air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis
dapat dilakukan upaya perbaikan kualitas air antara lain sebagai berikut:
Penjernihan air cepat, menggunakan:
1) Alumunium sulfat (tawas)
Cara penggunaan:
o sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter;
o tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak ½ sendok teh dan langsung
diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata;
o diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari kotoran/lumpur
dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang jernih yang berada di atas endapan,
atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;
o bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih
atau didesinfeksi dengan aquatabs.
2) Poly Alumunium Chlorida (PAC)
Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang
dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium
sulfat. Kemasan PAC terdiri dari:
a) Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/ lumpur yang
ada di dalam air;
b) Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH.
13
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Cara penggunaan:
sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter;
bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk putih)
terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7). bila ph air baku sudah
netral tidak perlu digunakan lagi kapur;
tuangkan larutan pac (kantung a) kedalam ember yang berisi air lalu aduk perlahan
lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata;
setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk gumpalan/flok
flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. pisahkan air yang jernih dari endapan atau
gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan;
bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih
atau di desinfeksi dengan aquatabs.
c. Pengendalian kesehatan lingkungan pengungsian
Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi
pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta
pengawasan makanan dan minuman. Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam
upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti
lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa
penyemprotan, biological control, pemberantasan sarang nyamuk, dan perbaikan
lingkungan.
Banyaknya tenda‐tenda darurat tempat penampungan sementara para pengungsi yang
diperkirakan belum dilengkapi dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat
diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan
akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini
akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit.
Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau
mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan
bersih, dan kebersihan.
b) Pengendalian secara mekanis: menggunakan bednets, perangkap, penutup makanan
c) Pengendalian biologis: menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva,
seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies), Bakteri (bacillus
thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva dan Pakis
mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain‐lain
14
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
15
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
dinding dengan penutup yang dapat digeser. Penerapan desain rumah serta isinya tersebut
dibentuk sedemikian rupa agar bila terjadi gempa, baik bahan bangunan maupun furniturnya
sedapat mungkin tidak mencederai penghuni rumah.
Indonesia pun sebenernya merupakan negara dengan berbagai intensitas genpa
menengah sampai tinggi sehingga rancangan bangunan sepatutnya memperhitungkan
kemunginan itu. Menurut Dr. Ir Iwayan Sengara, dosen Departemen Teknik Sipil ITB,
sebenarnya ada peraturan yang membahas rancang bangun tahan gempa. Rancangan bangun
sesuai ketentuan yang dirumuskan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
Peraturan Bangunan Tahan Gempa yang ditetapkan tahun 2002. Namun, peraturan ini
relative baru sehngga sosialisasinya masih terbatas.
Penggalakkan penanaman Bakau
Daerah yang mengalami bencana terbesar dari tsunami adalah Banda Aceh, Lhok
Nga, dan Meulabboh. Bencana tersebut selain diakibatkan oleh tingginya gelombang
tsunami, juga di perparah oleh tata ruang yang kurang ramah bencana dan rusaknya
lingkungan. Rumah dibangun dekat pantai. Tidak ada sabuk hijau (green belt). Mangrove
hanya tinggal sedikit yang hanya tumbuh di beberapa tempat. Selain itu, ada beberapa fakta-
fakta mengenai keadaan gelombang pasang yang menghantam Aceh. Pertama, gelombang
tsunami akan semakin jauh masuk ke daratan jika kondisi pesisir miskin mangrove.
Peringatan Allah SWT telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an, misalnya QS. ar-
Rum(30:41) untuk tidak berbuat kerusakan dibumi, kerusakan tersebut pada gilirannya akan
berbalik pada keberadaan manusia sendiri,
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ar-Rum(30:41)
Kondisi gelombang bertolak pada wilayah pesisir dengan mangrove yang intensif.
“ketebalan hutan mangrove sekitar 1200 meter mampu mengurangi gelombang tsunami
sekitar dua kilometer,” ujar widi. Kedua, gelombang tsunami semakin pendek masuk ke
daratan pada lahan pesisir dengan kebun ekstensif dan masa bangunan bertingkat yang
memenuhi persyaratan teknis bencana. Oleh karena itu, sudah saatnya digalakkan
penanaman bakau di sepanjang pesisir daerah yang potensi terkena tsunami.
17
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang sangat
baik. Setiap gelombang pasang yang dating mampu diredakan melalui hutan yang lebat.
Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan estuaria adalah untuk mencegah
erosi, penahan ombak, penahan angin, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin dari
laut. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah
gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang belum
terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang cenderung
menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung menurun
(Tjardhana dan Purwanto, 1995).
Menurut Widi A Pratikto, Direktur Jendral Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Departemen Kelautan dan Perikanan, hutan bakau (mangrove) yang memiliki ketebalan 60
meter sampai 75 meter dari bibir pantai mampu mengurangi ketinggian gelombang laut
sekitar 3,5 meter.
“ Jika terjadi gelombang pasang setinggi 4,3 meter di suatu daerah yang memiliki
hutan bakau dengan lebar 65 meter dari bibir pantai, hamparan bakau itu ternyata mampu
menurunkan gelombang sehingga saat di bibir pantai, gelombang tsunami itu semakin
pendek, yakni tersisa satu meter “, katanya.
Gambar 3. Hutan bakau Sebagai Peredam Ombak
18
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata ruang yang
ramah bencana. Ditempat-tempat yang berpotensi terkena tsunami harus ditata ulang.
Tempat-tempat perlindungan (shelter) perlu dibangun untuk evakuasi jika tsunami terjadi di
pesisir yang penduduknya padat. Model bisa dilihat pada gambar 4.
Gambar 4
19
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
Gambar 5
20
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
21
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Apabila Aceh dibangun kembali seharusnya dirancang sebagai kota yang multi
bahaya. Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil
dampak bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana
terjadi dimasa mendatang. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan
membuat tata ruang yang ramah bencana.
22
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
DAFTAR PUSTAKA
Kompas Media Nusantara. 2005. Bencana Gempa Dan Tsunami Nanggroe Aceh Darussalam
& Sumatera Utara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Kementrian Agama RI, 2012. Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.
Jakarta : Kementrian Agama RI
Emergency_and_humanitarian_action_Technical_quide_for_Health_Crisis_Response_in_Dis
aster ( Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana)
23
Kurniawaty.22@gmail.com Public Health of University Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta
about.me/kurniawaty.22
LAMPIRAN 1
Lempeng Indo-Australia dan Zona Subduksi Sumatera
LAMPIRAN 2
Rangkaian Tiga Gempa Besar
24