Penkes PDF
Penkes PDF
ABSTRACT : Based on theresults ofa survey conductedbythe Ministryof Health, published in 2012 showedthat
theleveladolescent understandingofreproductive healthis stillverylow. The consequencesof thelack of
knowledgeofadolescentsto reproductive healthisvulnerableadolescentsexperiencingproblemsrelated tosexual and
reproductive health. This studyaimstolook atthe effect ofreproductivehealtheducationusingmentoringmethodfor
knowledge of adolescent about reproductive health. ResearchconductedinSMPN4Palembayang. This
quantitative research usingpreexperimentwithone group pretest-posttest design. The populationin this studyall
students of SMPN4Palembayanusingmultistage randomsampling technique. The numberof respondentswhouseda
sample of15people. This studyuses data analysis techniquesPaired TTest. The result ofthoroughstatistical testp
=0.000(p <0.05). Based on theresultsobtained bythe value ofp, we conclude there is asignificant relationship
betweenreproductivehealtheducationusingmentoringtoadolescent reproductive healthknowledge.
Furtherresearchis necessary to developaprototypemodelstofindanadolescentreproductivehealtheducationwith
abetterstructured.
ABSTRAK : Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yang dimuat dalam SKDI
2012 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah.
Konsekuensi dari rendahnya pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah
mudahnya remaja mengalami masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi dan seksual. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode mentoring terhadap
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Tempat penelitian dilakukan di SMP N 4 Palembayang. Jenis
penelitian kuantitatif dengan disain Pra eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Populasi pada
penelitian ini seluruh siswa/siswi kelas VII dan VIII SMP N 4 Palembayan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel multistage random sampling. Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 15 orang.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Paired T Test. Hasil uji statistik menyeluruh nilai p = 0,000
(p<0,05). Berdasakan hasil besarnya nilai p yang diperoleh maka disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara pendidikan kesehatan reproduksi menggunakan mentoring terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi
pada remaja.Selanjutnya perlu dikembangkan suatu penelitian untuk menemukan suatu prototype model
pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang tersusun dengan lebih baik.
Masa remaja diawali oleh masa Dengan adanya perubahan fisik dan
purbertas, yaitu masa terjadinya fungsi fisiologis pada remaja,
perubahan-perubahan fisik (meliputi menyebabkan daya tarik terhadap lawan
penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan jenis yang mengakibatkan timbulnya
proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis dorongan-dorongan seksual. Dengan
(kematangan organ-organ seksual dan adanya dorongan-dorongan seksual dan
produksi hormon-hormon seksual rasa ketertarikan terhadap lawan jenis,
meningkat). Perubahan ini disertai dengan perilaku remaja mulai diarahkan untuk
perkembangan bertahap dari karekteristik menarik perhatian lawan jenis (Kusmira.
seksual primer dan karekteristik seksual 2012:31).
sekunder (Kusmira. 2012:30).
43
NERS JURNAL KEPERAWATAN
Volume 11, No 1, Maret 2015 : 41-51 ISSN 1907-686X
Dalam rangka mencari pengetahuan KRR ini, sehingga pengetahuan remaja akan
mengenai seks, ada remaja yang kesehatan reproduksi masih rendah dan
melakukannya secara terbuka bahkan mulai angka seks bebas, HIV/AIDS/PMS, KTD dan
mencoba mengadakan eksperimen dalam aborsi makin meningkat dikalangan
kehidupan seksual. Misalnya dalam remaja(Nugrahaeni.2010:34).
berpacaran, mereka mengekspresikan
perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku Upaya pemerintah dalam mengatasi
yang menuntut keintiman secara fisik dengan masalah tersebut adalah melakukan upaya
pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, preventif dengan cara penyuluhan kesehatan
dan lain-lain (Kusmira. 2012:31). dan pendidikan kesehatan yang melibatkan
semua tenaga kesehatan khususnya perawat.
Perilaku yang tidak sehat tersebut Perawat merupakan salah satu tenaga
menimbulkan masalah kesehatan reproduksi kesehatanyang bertugas untuk memberikan
seperti, kehamilan yang tidak diinginkan pendidikan kepada masyarakat khususnya
(KTD), aborsi, dan IMS. Hal ini dibuktikan remaja. peran ini dilakukan dengan
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh membantu klien dalam meningkatkan tingkat
Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
UNFPA tahun 2010, sebagian dari 63 juta bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku terjadinya perubahan perilaku setelah
tidak sehat. Tingginya kehamilan tidak diberikan pendidikan kesehatan (Aulia,
diinginkan (KTD) erat kaitannya dengan 2014).
aborsi. Dari estimasi jumlah aborsi per tahun
di Indonesia bisa mencapai 2,4 juta, sekitar Perawat sebagai bagian integral dari
800.000 diantaranya terjadi di kalangan pelayanan kesehatan kepada publik termasuk
remaja. Berdasarkan data PKBI (2006), remaja, perlu melakukan perlu terlibat secara
didapatkan 2,5 juta perempuan pernah aktif dalam upaya menekan angka perilaku
melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan seks bebas atau perilaku beresiko remaja
oleh remaja, sebagian besar dilakukan sehingga masalah kesehatan reproduksi
dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini remaja dapat terus ditekan. Salah satu metode
adalah penyumbang kematian setiap yang dapat digunakan adalah dengan metode
tahunnya (Nugrahaeni, 2010). mentoring. Dengan menggunakan metode
ini, remaja dikelompokkan berdasarkan jenis
Untuk mengatasi masalah kesehatan kelamin yang dibimbing oleh seorang
reproduksi pada remaja tersebut, maka mentor. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
pemerintah melakukan suatu upaya komunikasi tentang kesehatan reproduksi
peningkatan kesehatan reproduksi remaja yang dibicarakan pada saat pendidikan
dengan membentuk suatu wadah yang kesehatan lebih terbuka dan fokus, karena
disebut PIK-KRR (Pusat Informasi berkurangnya rasa malu jika di dengar oleh
Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja). lawan jenis. Mengingat bahwa apa yang
PIK-KRR ini merupakan tempat konseling dibahas dan dibicarakan dalam kesehatan
dan sumber informasi bagi remaja dengan reproduksi remaja masih bersifat sangat
asas oleh dan untuk remaja. Tujuan konseling sensitif.
KRR adalah untuk memberikan informasi
dan fakta kepada remaja agar mereka Penelitian terdahulu tentang
memiliki pengetahuan yang cukup untuk perbedaan metode ceramah dengan metode
mengambil suatu keputusan mengenai diskusi terhadap pengetahuan remaja tentang
tindakan yang akan diambil. Tapi saat ini kesehatan reproduksi pada siswa kelas VIII
PIK-KRR tidak optimal dilakukan oleh SMP Negeri 3 Pekalongan Lampung
sekolah-sekolah, bahkan ada beberapa Timur,yang dilakukan oleh Bambang (2012).
sekolah yang tidak melakukan program PIK- Didapatkan hasil penelitian rata-rata
44
NERS JURNAL KEPERAWATAN
Volume 11, No 1, Maret 2015 : 41-51 ISSN 1907-686X
pengetahuan siswa sesudah penyuluhan Sementara itu hasil dari survey awal yang
dengan ceramah adalah 7,4 (7,152 - 7,777), dilakukan di SMP N 4 Palembayan tanggal
pengetahuan siswa sesudah penyuluhan 29 April 2014, didapatkan data siswa/siswi
dengan diskusi adalah 8,64 (8,433 - 8,853). kelas VII dan VIII sebanyak 65 orang, yang
Dari hasil tersebut bahwah metode ceramah terdiri dari 26 pria dan 39 wanita, diketahui
dan diskusi ini efektif untuk meningkatkan bahwa masih kurangnya informasi yang
pengetahuan remaja tentang kesehatan didapatkan oleh siswa siswi tentang
reproduksi (Prianto,2014). kesehatan reproduksi remaja. Dan hasil
wawancara dengan 8 siswa dan siswi SMP
Selain menggunakan metode ceramah didapatkan hasil,6 orang tidak tahu apa itu
dan diskusi dalam melakukan pendidikan kesehatan reproduksi, dan masalah-masalah
kesehatan, juga bisa digunakan metode yang kesehatan reproduksi yang terjadi pada
lain seperti mentoring,role play, dan studi remaja dan 2 orang mengerti tentang
kasus. Semua metode ini bisa digunakan kesehatan reproduksi dan masalah-masalah
secara bersaman, tapi metode-metode ini kesehatan reproduksi pada remaja, hal ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode- menandakan bahwa pengetahuan mereka
metode ini jika digunakan dalam pendidikan tentang kesehatan reproduksi masih kurang
kesehatan bisa meningkatkan pengetahuan atau rendah, bahkan 5 dari 8 orang memiliki
dari anggota kelompok, khususnya metode perilaku pacaran yang tidak wajar lagi
mentoring. (pegangan tangan, berpelukan).
45
NERS JURNAL KEPERAWATAN
Volume 11, No 1, Maret 2015 : 41-51 ISSN 1907-686X
Analisa Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sebelum
(Pretest) Diberi Intervensi Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan
Metode Mentoring
Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata pengetahuan reproduksi dengan metode mentoring di SMP
kesehatan reproduksi sebelum (Pretest) N 4 Palembayan adalah 61.020
diberi intervensi pendidikan kesehatan (pengetahuan cukup).
Analisis Bivariat
46
NERS JURNAL KEPERAWATAN
Volume 11, No 1, Maret 2015 : 41-51 ISSN 1907-686X
Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 Uji statistik dilakukan dengan menggunakan
menunjukkan rata- paired t-test didapatkan nilai P= 0.000, α =
rata(Mean)peningkatanpengetahuankesehata 0.05, yang artinya secara signifikan
n reproduksi sebesar 16.41 dan dapat menunjukan Ha diterima dan terdapat
disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata perubahan yang bermakna terhadap pening-
(Mean) pengetahuan sebelum dan sesudah katan pengetahuan kesehatan reproduksi
diberi pendidikan kesehatan reproduksi pada responden yang sudah diberikan
dengan metode intervensi pendidikan kesehatan reproduksi
dengan metode mentoring.
48
NERS JURNAL KEPERAWATAN
Volume 11, No 1, Maret 2015 : 41-51 ISSN 1907-686X
51