Anda di halaman 1dari 2

Contoh Ceramah Islami Singkat mengenai

Ikhlas
Pembukaan:

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu.


Mukadimah (silakan menggunakan contoh mukadimah dari artikel lainnya di pidato-id ini).
Pada kesempatan ini alhamdulillah kita dapat berjumpa di majelis ta'lim ini untuk ber-
tholabul ilmi.
Semoga kegiatan ini menjadi amal saleh, bekal kita untuk hari akhir.

Pokok/Inti Ceramah:

Hadirin yang mengharapkan ridho Allah.

Ikhlas merupakan sebuah kata yang terdiri dari 6 huruf. Meski sedikit, namun makna kata
ikhlas itu mendalam dan cukup sulit untuk dilaksanakan oleh kita sebagai manusia biasa.

Ikhlas dapat kita artikan sebagai suatu sikap menerima keadaan tanpa mengeluh, selalu
berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan atau pun pujian dari orang lain.

Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah mempunyai perasaan ingin dipuji ketika berbuat
baik. Jika dilihat dari perspektif Islam, perasaan demikian dapat di-kategori-kan ke dalam
perbuatan "riya".

Dalam Islam, r*ya adalah suatu perbuatan yang di-umpama-kan seperti se-percik api yang
dapat membakar kayu dalam waktu singkat. Makna dari kalimat tersebut yaitu: ketika
melakukan perbuatan baik dengan harapan ingin mendapat imbalan berupa pujian (bukan
karena Allah), maka amalan itu tidak berarti apa-apa di hadapan Allah SWT, karena nilai
amalannya telah rusak dengan sifat r*ya.

Pujian memang datang dari orang lain. Apabila dalam kenyataannya kita dipuji, itu sah-sah
saja. Tapi, apabila kita yang menginginkan pujian, itulah yang disebut dengan sifat riya.
Alangkah baiknya ketika kita dipuji orang lain, ucapkanlah Alhamdulillah yang artinya
segala puji hanya milik Allah.

Selain itu, berdasarkan definisi ikhlas yang telah disebutkan tadi, yaitu: "suatu sikap
menerima keadaan tanpa mengeluh". Artinya, orang yang memiliki keikhlasan di dalam
hatinya tidak akan pernah mengeluh saat diberikan cobaan. Definisi tersebut hampir mirip
dengan makna dari sabar. Dengan kata lain, ikhlas akan tercermin dari sikap sabar.

Sabar dan ikhlas dapat kita miliki ketika kita mampu menahan h*wa n*fsu. Apabila berhasil
menahannya, maka kita akan tergolong ke dalam orang-orang yang kuat menurut konteks
Islam.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasullah SAW bersabda:
"Laisa syadiidu bis-shur`ati innama syadiidulladzii yamliku nafsahu `indal ghodlob." (HR.
Muslim).

Makna dari hadist di atas yaitu: Orang yang kuat adalah mereka yang mampu menahan hawa
nafsunya. Kaitannya dengan riya atau sifat ingin dipuji yaitu salah satu perbuatan yang
didasari atas hawa nafsu. Naudzubillahi min dzalik.

Penutup:

Hadirin yang saat ini masih mengharapkan keridhoan Allah SWT.

Dari materi yang telah dibahas tadi. Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik.

Pertama; Ikhlas merupakan sikap yang sangat penting dalam Islam sebagai dasar dari amal.
Kedua; Ikhlas dapat menjaga amalan kita tetap bernilai di hadapan Allah.
Subhanallah.

Semoga dengan ceramah yang singkat ini ke depannya kita bisa lebih ikhlas ketika berbuat
baik, agar kebaikan itu bernilai Ibadah dan dapat menjadi bekal kita di akhirat. Aamiin.

Aquulu qouli hadza. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu

Anda mungkin juga menyukai