Anda di halaman 1dari 6

Pengurangan atau Pengembalian PPh Pasal 24

Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di luar
negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil daripada
kredit pajak luar negeri semula, maka selisihnya ditambahkan pada pajak penghasilan yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri pada tahun terjadinya pengurangan
atau pengembalian tersebut.

Sementara itu, dalam Pasal 4 KMK 164/2002, dikatakan bahwa untuk melaksanakan
pengkreditan PPh Pasal 24, wajib pajak diharuskan menyampaikan permohonan ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri dengan:

 Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri


 Foto kopi SPT yang disampaikan di luar negeri
 Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.
Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian
lampiran-lampiran di atas, karena alasan-alasan di luar kekuasaan wajib pajak.

Kemudian, Pasal 6 KMK 164/2002 menjelaskan dalam hal terjadi perubahan besarnya
penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka wajib pajak harus melakukan pembetulan SPT
Tahunan yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
perubahan tersebut.

SITUASI 1

APABILA karena pembetulan SPT tersebut, menyebabkan adanya tambahan penghasilan yang
mengakibatkan pajak yang terutang atas penghasilan luar negeri menjadi lebih besar daripada
yang dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak yang terutang di luar negeri menjadi kurang
bayar, maka atas kekurangan bayar tersebut tidak dikenakan sanksi bunga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) UU PPh.

Contoh:

Tuan A memiliki penghasilan dari luar negeri sebesar Rp1.000.000.000, penghasilan dalam
negeri Rp2.000.000.000. Kendati demikian, setelah adanya koreksi penghasilan luar negeri Tuan
A mengalami perubahan menjadi Rp2.000.000.000. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar
negeri dikenakan tarif 40%. PPh Pasal 25 yang dibayar oleh Tuan A sebesar Rp500.000.000.
Berapa PPh terutang Tuan A sebelum dan sesudah terjadinya koreksi fiskal di luar negeri?

Jawab:

1. Versi SPT Normal

SPT (dalam rupiah)

1. Penghasilan Luar Negeri 1.000.000.000

2. Penghasilan Dalam Negeri 2.000.000.000

3. Penghasilan Kena Pajak (a+b) 3.000.000.000

4. PPh Terutang:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 200.000.000 = 30.000.000

25% x 250.000.000 = 62.500.000

30% x 2.500.000.000 = 750.000.000

Jumlah PPh Terutang 845.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri


5. 281.666.667
(1.000.000.000/3.000.000.000)x845.000.000

6. PPh harus dibayar 563.333.333

7. PPh Pasal 25 500.000.000

8. PPh Pasal 29 63.333.333

2. Versi SPT Pembetulan


SPT PEMBETULAN (dalam rupiah)

1. Penghasilan Luar Negeri 2.000.000.000

2. Penghasilan Dalam Negeri 2.000.000.000

3. Penghasilan Kena Pajak (a+b) 4.000.000.000

4. PPh Terutang:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 200.000.000 = 30.000.000

25% x 250.000.000 = 62.500.000

30% x 3.500.000.000 = 1.050.000.000

Jumlah PPh Terutang 1.145.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri


5. 572.500.000
(2.000.000.000/4.000.000.000) x 1.145.000.000

6. PPh harus dibayar 572.500.000

7. PPh Pasal 25 500.000.000

8. PPh Pasal 29 72.500.000

9. PPh yang masih harus dibayar 9.166.667

Atas perhitungan di atas, terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp9.166.667 tidak
ditagih bunga.

SITUASI 2

APABILA karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan penghasilan dan pajak atas
penghasilan yang terutang di luar negeri menjadi lebih kecil daripada yang dilaporkan dalam
SPT tahunan, sehingga pajak di luar negeri lebih di bayar yang mengakibatkan pajak
penghasilan yang terutang di Indonesia menjadi lebih kecil, maka pajak penghasilan pun menjadi
lebih dibayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak
setelah diperhitungkan dengan utang pajak.

Contoh:

Tuan B memiliki penghasilan dari luar negeri sebesar Rp1.000.000.000, penghasilan dalam
negeri Rp2.000.000.000. Kendati demikian, setelah adanya koreksi penghasilan luar negeri Tuan
B mengalami perubahan menjadi Rp500.000.000. Pajak atas penghasilan yang terutang di luar
negeri dikenakan tarif 40%. PPh Pasal 25 yang dibayar oleh Tuan A sebesar Rp500.000.000.
Berapa PPh terutang Tuan A sebelum dan sesudah terjadinya koreksi fiskal di luar negeri?

Jawab:

1. Versi SPT Normal

SPT (dalam rupiah)

1. Penghasilan Luar Negeri 1.000.000.000

2. Penghasilan Dalam Negeri 2.000.000.000

3. Penghasilan Kena Pajak (a+b) 3.000.000.000

4. PPh Terutang:

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 200.000.000 = 30.000.000

25% x 250.000.000 = 62.500.000

30% x 2.500.000.000 = 750.000.000

Jumlah PPh Terutang 845.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri


5. 281.666.667
(1.000.000.000/3.000.000.000) x 845.000.000

6. PPh harus dibayar 563.333.333


7. PPh Pasal 25 500.000.000

8. PPh Pasal 29 63.333.333

2. Versi SPT Pembetulan

SPT PEMBETULAN (dalam rupiah)

a. Penghasilan Luar Negeri 500.000.000

b. Penghasilan Dalam Negeri 2.000.000.000

c. Penghasilan Kena Pajak (a+b) 2.500.000.000

d. PPh Terutang:

5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000

15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000

25% x Rp250.000.000 = Rp62.500.000

30% x Rp2.000.000.000 = Rp600.000.000

Jumlah PPh Terutang 695.000.000

Kredit Pajak Luar Negeri


e. 139.000.000
(500.000.000/2.500.000.000)x695.000.000

f. PPh harus dibayar 556.000.000

g. PPh Pasal 25 500.000.000

h. PPh Pasal 29 56.000.000

i. PPh yang masih harus dibayar 7.333.333

Dengan perhitungan seperti di atas, maka PPh yang lebih dibayar sebesar Rp7.333.333 dapat
diminta kembali setelah diperhitungkan dengan utang pajak yang lain.

Anda mungkin juga menyukai