ANALISA KUALITATIF
Ilmu kimia analitik ialah ilmu kimia yang mendasari pemisahan- pemisahan dan analisa
bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan, baik secara kualitatif atau
kuantitatif maupun secara struktural. Susunan kuantitatif ialah berapa banyak setiap
komponen tersebut dan stuktur ialah bagaimana rumus molekul zat itu dan juga rumus
bangunnya.
Analisa kualitatif ialah jenis analisa yang menentukan macam atau jenis zat atau sifat
komponen – komponen bahan yang dianalisis yaitu apa yang terkandung di dalam bahan atau
zat tersebut.
Analisa Kualitatif
Ada dua macam reaksi yang penting untuk analisa , yaitu:
1. Reaksi spesifik atau reaksi khas untuk bahan tertentu
2. Reaksi sensitif yang mampu menunjukkan bahan yang hanya sedikit sekali.
Dapat pula disebut reaksi selektif ialah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang
berbeda–beda, misalnya bila ion Cl- ditambahkan kepada kation, maka dapat terjadi
endapan, reaksi ini tidak spesifik, sebab yang dapat mengendap dengan Cl- itu tidak hanya
satu macam kation, tetapi 3 macam yaitu Ag+, Pb 2+ , dan Hg+dan jika tidak mengendap,
maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan Ag+, Pb2+ dan Hg+ tidak terdapat bahan
analisa.
A. Pemeriksaan Pendahuluan
Didasarkan baik pada pemeriksaan sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimia yang
dibedakan menjadi pemeriksaan pendahuluan kering dan pemeriksaan pendahuluan
basah.
A.1. Cara Kering
Dalam pemeriksaan ini bahan kering diperiksa tanpa penambahan bahan-bahan lain baik
itu dipanaskan ataupun tidak dan kemudian dilihat peristiwa perubahan-perubahan yang
terjadi.
Peristiwa-peristiwa yang dapat diamati antara lain :
a. Perubahan warna
b. Meleleh atau tidak meleleh
c. Sublimasi (menguap tanpa mencair terlebih dahulu)
d. Terjadi uap air
1
e. Terjadi asap atau gas
Sedangkan reaksi nyala api dimaksudkan untuk menganalisis analat dengan
menggunakan kawat nikrom dan nyala api yang menyebabkan api berwarna dan warna
api tersebut tergantung dari jenis kationnya.
A.2. Cara Basah
Pemerikasaan ini bertujuan untuk memperoleh petunjuk tentang sisa asam dalam analat
dengan menambahkan H2SO4 encer, kemudian pekat kalau perlu dengan pemanasan bila
tidak langsung terbentuk gas dan gas-gas yang terjadi diperiksa, seperti reaksi di bawah
ini :
A. H2SO4 encer
Sedikit zat dicampurkan dengan asam sulfat encer 1 M dapat dipanaskan bila diperlukan,
akan terjadi :
1. Gas tak berwarna
SO 2 Bau merangsang
Kertas bikromat + H2SO4 hijau berarti sulfit
2. Gas Berwarna
NO 2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas benzidine ada nitrit
Br2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipobromit
Cl2 Warna kuning-hijaudan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipoklorit
B. H2SO4 pekat
Sedikit zat dicampur dengan 0,5 mL H2SO4 pekat, jika perlu dipanaskan akan terjadi:
1. Gas tak berwarna
HCl bau merangsang dan dengan batang pengaduk yang
Telah dicelupkan ke dalam NH4OH akan memberikan
Uap putih NH4Cl garam-garam klorida
2
CO2 mengeruhkan setetes Ba(OH)2 garam karbonat
Dan oksalat
H2S menghitamkan kertas PbAc sulfida
2. Gas Berwarna
HBr dan Br2 bau merangsang dan berwarna coklat dan membirukan
kertas KI + kanji garam-garam bromida
NO2 bau merangsang dan warna coklat dan membirukan
kertas KI + kanji garam-garam nitrit
I2 berwarna ungu dan bau merangsang serta membirukan
kertas kanji menunjukkan adanya garam iodida.
Cl2 berwarna kuning dan bau merangsang serta
memutihkan kertas lakmus dan membirukan kertas
KI+kanji menunjukkan adanya garam-garam klorida.`
B. Penggolongan Kation dan Anion
B.1 Penggolongan Kation
Cara lain untuk analisa selektif ialah dengan menggunakan reaksi- reaksi selektif yang
tujuan ialah menunjukkan segolongan kation dari yang lain. Misal bila analat direaksikan
dengan pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sisanya tetap larut, maka
setelah endapan disaring, terdapat dua kelompok campuran yang isinya masing-masing
kurang dari sebelumnya dan seterusnya seperti pada bagan berikut ini :
analat
+ pereaksi
+ pereaksi + pereaksi
= Filtrat
= Endapan
dan seterusnya dan seterusnya
Keuntungan-keuntungan cara pemisahan dengan mengunakan pereaksi selektif ini ialah
antara lain :
3
a. Analat tidak terbagi-bagi seperti pada cara reaksi spesifik
b. Dapat menunjukkan bahwa suatu kelompok tertentu tak ada dalam analat yaitu apabila
tidak terjadi endapan kelompok tersebut.
Dengan jalan ini, kita melakukan analisis secara sistematis, reaksi-reaksi di sini
menyebabkan terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan dikenali dari
perbedaan sifat fisiknya, antara lain:
a. membentuk endapan dari suatu larutan
b. melarutkan zat yang berbentuk padat atau endapan
c. zat yang berwarna lain
d. pembentukan gas
e. bentuk kristal yang khas
Oleh karena itulah, maka diperlukan pengetahuan fakta tentang bahan-bahan yang larut atau
tidak larut dalam air dan dalam asam keras encer, warna-warna zat, reaksi-reaksidan
pengetahuan teori yaitu pengertian yang cukup mengenai kesetimbangan, sebab proses
pengendapan dan melarutkan ditentukan oleh hukum-hukum kesetimbangan.
Metode H2S
Cara yang dulu mungkin paling luas penggunaannya ialah cara hidrogen sulfida atau metode
H2S yang disususn oleh Bergmann dan disempurnakan oleh Fresenius dan Noyes
untukanalisa kation.
Menurut cara ini, kation dibagi menjadi 5 golongan yang mengendap sebagai berikut :
Golongan II (Golongan H2S) : garam-garam sulfida dari Bi3+, Cu++, Cd++, Pb++
Dan As(III,IV), Sb(III,IV), Sn(II,IV) dan Hg++
Golongan III(Golongan (NH4)2S) : garam-garam sulfida dari Co++, Ni++, Fe++, Mn++,
Zn++, dan Al(OH)3 dan Cr(OH)3
Golongan V(Golongan sisa) : berisi ion-ion Mg++, K+, Na+ yang tetap merupakan
Larutan.
4
analat
+ HCl
+H2S
Golongan I
5
4. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 3 didihkan kemudian ditambahkan dengan NH4OH
o
dan (NH4)2CO3 dan campuran dipertahankan untuk beberapa lama pada suhu 60
kemudian didihkan lagi sebentar dan endapan disaring dan dicuci serta dianalisis untuk
penentuan kationnya,kemudian filtrat yang diperoleh dikerjakan pada langkah ke 5. Bila
tidak terjadi endapan maka kation golongan (NH4)2CO3 tidak ada.
5. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 4 dipakai untuk menunjukkan ion-ion golongan
sisa.
6
dan filtratnya untuk analisa mencari Cl-, NO3-, SO4= dan PO43-. Apabila tidak terjadi
endapan, maka campuran (cairan) tadi yang akan digunakan kita sebut sebagai “cairan
A”.
A. Identifikasi anion Cl-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO3 tetes demi tetes sampai tidak terjadi CO2
lagi (sampai tidak terjadi gelembung gas), kemudian ditambahkan dengan beberapa
tetes larutan AgNO3 dan endapan putih menandakan adanya ion Cl-, endapan ini dapat
larut dalam NH4OH dan reaksinya adalah sebagai berikut:
CO3= + 2H+ H2O + CO2
Cl- + Ag+ AgCl (putih)
AgCl + 2NH4OH [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O
B. Identifikasi NO3-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan larutan H2SO4 encer (cara : seperti pada ion
Cl-)kemudian ditambahkan dengan H2SO4 pekat yang cukup banyak dan didinginkan.
Dalam tabung lain membuat larutan FeSO4 yang jenuh dan kemudian menuangkan
larutan FeSO4 ini dengan hati-hati ke dalam campuran yang diperiksa (kedua tabung di
pegang miring dan kedua larutan tidak boleh bercampur atau dikocok, tetapi hanya saling
menumpang). Gelang coklat pada batas kedua larutan menandakan NO3- seperti reaksi
berikut:
2NO3- + 8H+ + 6Fe++ 6Fe3+ + 2 NO + 4H2O
NO
NO + FeSO4 Fe
SO4
C. Identifikasi SO4=
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HCl (cara seperti untuk Cl-), kemudian
ditambahkan dengan beberapa tetes BaCl2. Endapan putih menandakan ion SO4= dan
endapan ini tidak larut dalam HCl.
SO4= + Ba++ BaSO4
D. Identifikasi PO43-
7
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO3 (cara seperti untuk Cl-), kemudian
ditambahkan dengan pereaksi Lorenz agak banyak , yaitu (NH4)2MoO4 panaskan sedikit,
(jangan sampai mendidih). Endapan kuning menunjukkan adanya ion PO43- dan endapan
ini dapat larut dalam NH4OH.
H3PO4+12(NH4)2MoO4+21HNO3 (NH4)3PO4.12MoO3.6H2O +21NH4NO3 +H2O
BAB II
ANALISIS KUANTITATIF
8
1. Titrasi Volumetri
Ialah suatu titrasi dimana analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari volume larutan
pereaksi atau volume suatu reaksi.
Didalam volumetri dibedakan menjadi :
a. Gasometri
Ialah analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas. Jumlah zat atau komponen yang dicari
dihitung dari volume gas tersebut. Contoh gasometri ialah penentuan karbonat, dimana CO2
yang terjadi ditangkap dan diukur volumenya. Contoh lan ialah penentuan nitrat , yaitu
dengan mereduksinya dengan Hg dalam ruangan tertutup, lalu mengukur volume NO yang
dihasilkan berdasarkan reaksi:
2HNO3 + 3H2SO4 + 6Hg 2NO + 3Hg2SO4 + 4H2O
b. Titrimetri
Ialah analat yang direaksikan suatu pereaksi sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang
berreaksi itu sama atau ekivalen. Ekivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan itu tepat
saling menghabiskan, sehingga tidak ada yang tersisa.
Untuk mudahnya kita ambil contoh penentuan jumlah asam dalam larutan cuka. Sejumlah
larutan asamn ini direaksikan dengan NaOH. NaOH ditambahkan sebagai larutan sedikit
demi sedikit, sampai terlihat tanda bahwa asam tepat habis. Pada saat itu penambahan NaOH
dihentikan dan volume larutan yang digunakan diukur (larutan ditambahkan dengan
menggunakan buret). Disamping itu konsentrasi, larutan NaOH sudah diketahui, jadi NaOH
yang terpakai dan selanjutnya jumlah asam yang dicari dapat dihitung.
Contoh Soal :
1. Suatu bubuk diketahui terdiri dari campuran NaCl dan Na2SO4 . Suatu sampel dari bubuk
ini seberat 1,224 gram dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan dengan larutan
Ba(NO3)2 sampai seluruh BaSO4 mengendap. Campuran reaksi ini disaring secara hati-
hati agar tidak ada endapan yang hilang , kemudian BaSO4 nya dikeringkan, kemudiaan
ditimbang beratnya 0,851 gram. Berapa % berat dari Na2SO4 dalam sampel asal ?
2. Suatu larutan NaOH dibuat kira-kira mempunyai konsentrasi 0,1 M. Untuk mengetahui
konsentrasi yang pasti dari larutan NaOH ini, dipipet sebanyak 20 mL larutan HCl 0.1 M
kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes
fenolftalin. Buret diisi dengan larutan NaOH di atas, kemudian dipakaiuntuk menitrasi
larutan HCl. Dan titrasi ini memerlukan 18,47 mL NaOH sampai titik ekivalen tercapai.
Berapa molaritas larutan NaOH tersebut ?
2. SYARAT-SYARAT TITRASI
9
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi, baik itu zat yang ditambahkan
dari burat disebut titrant, sedangkan zat yang ditambahkan titrant itu disebut titrat. Untuk itu
reaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas
b. Reaksi berjalan cepat. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu
banyak. Lebih-lebih menjelang titik akhir, reaksi akan semakin lambat karena
konsentrasi titran mendekati nol.
c. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator). Petunjuk ini dapat berupa :
1. Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat dan
asam sulfat oleh KMnO4, selama titrasi belum selesai titrat tidak berwarna
, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna karena
kelebihan setetes saja dari titrant menyebabkan warna yang jelas.
2. Berasal dari luar, dan dapat berupa suatau zat atau alat yang dimasukkan
ke dalam titrat. Zat ini disebut dengan indikatordan menunjukkan akhir
titrasi karena menyebabkan perubahan warna titrat.
3. Penggolongan Titrasi
A. Titrasi berdasarkan reaksi-reaksi metatetik
Yaitu reaksi penukaran ion. Disini tidak ada unsur yang berubah tingkat oksidasinya.
Contohnya ialah titrasi asam kuat oleh basa kuat atau sebaliknya, misalnya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Yang dimaksud dengan penukaran ion adalah ion Cl- yang semula bergabung dengan H+
bertukar dengan OH- yang semula berikatan dengan Na+, semua unsur setelah reaksi
masih sama tingkat bilangan oksidasinya.
Macam titrasi jenis ini dibedakan menjadi:
1. Titrasi asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam atau basa. Dalam titrasi
ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah
perubahan pH titrat.
Reaksi –reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
a) Asam dengan Basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif , maka asam atau basa yang
bersangkutan harus kuat
b) Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif, maka asam
harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
Contohnya:
2HCl + Na2CO3 H2CO3 + 2Na
c). Basa dengan garam (reaksi pembentukan basa lemah), agar kuantitatif, maka basa
harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah.
Contohnya:
10
NaOH + NH4Cl NaCl + NH4OH
4. KENORMALAN
Dalam hitungan titrasi, konsentrasi titrat dan titrant sering kali dinyatakan dalam N
(Kenormalan = normality = normalitas), tidak dalam M (kemolaran = molarity = molaritas).
Molaritas menyatakan jumlah mol perliter sedangkan Normalitas menyatakan jumlah
ekivalen per liter.
Satu ekivalen dari suatu asam didefinisikan sebagai jumlah asam yang mengandung 1 mol
H+, sedangkan satu ekivalen basa mengandung 1 mol OH-.
Pada reaksi antara H2SO4 dengan NaOH :
Dalam reaksi ini 1mol H2SO4 menghasilkan 2 mol H+, maka 1 mol H2SO4 sama dengan 2
eq H2SO4. Untuk basanya 1 mol NaOH menghasilkan 1 mol OH-, jadi 1 mol NaOH = 1eq
NaOH. Untuk asam dan basa jumlah ekivalen permol sama seperti jumlah H+ yang dihasilkan
1 molekul asam atau jumlah OH- yang dihasilkan 1 molekul basa. Dengan demikian :
Jumlah eq = jumlah mol x n
Dimana n merupakan bilangan bulat adalah jumlah H+ yang dihasilkan oleh satu molekul
asam atau jumlah OH- yang dihasilkan oleh satu molekul basa.
Contoh soal
1. Berapa banyak ekivalen terdapat dalam 0,4 mol H3PO4, bila asam ini dinetralkan sempurna
membentuk PO43- ? dan berapa ekivalennya bila diubah menjadi HPO42- ?
Bilangan yang dipakai dalam banyak perhitungan stoikiometri yang berhubungan dengan
ekivalen adalah bobot ekivalen, yaitu massa dari satu ekivalen. Bila dihubungkan dengan
bilangan bulat n maka : massa dari 1 mol
Bobot Ekivalen (B.E) =
n
Misalnya, untuk netralisi sempurna dari H2SO4, n = 2, berat ekivalen dari H2SO4 adalah
massa rumus (B.M.) dibagi 2.
B.E. H2SO4 = 98,0 gram 2 = 49,0 gram
Dengan demikian 1 eq H2SO4 = 49,0 gram H2SO4
5. NORMALITAS
Telah dikemukakan bahwa normalitas adalah satuan konsentrasi lain yang dapat dipakai
dalam memecahkan soal stoikiometri larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya ekivalen
per liter larutan.
11
Jumlah ekivalen
Normalitas =
1 liter larutan
Jika digunakan pengertian bahwa jumlah ekivalen yang sama dari oksidator dan reduktor
akan berreaksi sempurna, karena hasil dari volume (V) x normalitas (N) adalah ekivalen,
maka bila dua zat dalam larutan (misalnya zat A dan B) akan berreaksi sempurna maka dapat
dinyatakan :
VANA = VBNB
Yang berarti : Jumlah ekivalen A = jumlah ekivalen B
Contoh soal:
1. 4,9 gram H2SO4 (BM = 98) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 400 mL.
hitunglah kenormalan dan kemolaran larutan tersebut !
2. 10 mL larutan HCl diencerkan menjadi 50 mL. Bila hasil dari pengenceran ini diambil 5
mL larutan HCl ini memerlukan 41 mL NaOH 0,255 N untuk menetralkannya, berapakah
konsentrasi HCl mula-mula ?
Latihan Soal
1. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,200 mol Ba(OH)2 ?
2. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,14 mol H3AsO4, bila dinetralkan membentuk HAsO4-
2
?
A. KOMPLEKSOMETRI
12
Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, jadi
membentuk hasil berupa kompleks yang dapat berdiri sendiri tetapi membentuk ikatan
Suatu kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion sentral atau
inti dan komponen lainnya yang berupa ion negatif yang dinamakan ligan (dari kata latin
ligare = mengikat). Jumlah ligand dalam sebuah kompleks berbeda-beda, dari dua sampai
dengan delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang
biasanya merupakan bilangan genap dan terutama 4 dan 6. Ion logam univalen biasanya
mempunyai bilangan koordinasi dua. Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau
nol. Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya.
Ikatan antara inti dan ligand bersifat kovalen, yaitu terjadi karena sepasang elektron
dipakai bersama antara kedua atom yang berikatan. Dalam ikatan kovalen biasa, dan
elektron tersebut. Dalam membentuk kompleks, ion logam tidak memberikan elektron,
karena sebagai ion positif ia tidak mempunyai elektron bebas untuk keperluan tersebut
maka kedua elektron disediakan oleh ligand. Kedua elektron dari pasangan yang
diberikan oleh satu pihak saja disebut ikatan kovalen koordinat. Ligan sebagai pemberi
disebut donor pasangan elektron dan inti bersifat akseptor pasangan elektron.
1. Ion halogenida (F-, Cl-, Br-, I-,); OH- baik dari basa maupun dalam persenyawaan
3. Dari semua ligand itu yang merupakan donor pasangan elektron hanyalah atom-atom
13
Ligan-ligan seperti I-, NH3, CN- di atas, semuanya hanya berisi satu atom donor
pasangan elektron, ligan demikian dinamakan monodentat atau unidentat. Ada ligan
yang mempunyai atom donor lebih dari satu, dan disebut polidentat atau multidentat;
kalau punya dua donor disebut bidentat, tridentat bila tiga, kuadridentat, pentadentat dan
seterusnya bila punya atom donor pasangan elektron sebanyak 4, 5, 6 dan seterusnya.
Ion-ion logam adalah akseptor pasangan elektron dan dengan demikian merupakan asam
lewis polifungsional. Reaksi ion logam dan basa Lewis dituliskan sebagai reaksi
pembentukan kompleks dan bukan sebagai reaksi disosiasi seperti yang biasanya
[ML+] [ML2]
kf1 = dan kf2 =
[M2+][L-] [ML+][L-]
Konstanta pembentukan kf1 dan kf2 melibatkan reaksi spesies yang mengandung logam
M2+ atau ML+ dengan L- , yaitu bentuk terionisasi tertinggi dari ligan HL, yang dalam hal
ini adalah asam monoprotik. Apabila ligan adalah suatu asam tetraprotik H4L, ungkapan
Konstanta kesetimbangan yang melibatkan spesies H4L, H3L-, H2L2-, atau HL3- adalah
M2+ + HL ML+ + H+
ML+ + HL ML2 + H+
[ML+][H+] [ML2][H+]
Kpd1 = = kf1 x Ka , dan Kpd2 = = kf2 x Ka
[M2+][HL] [ML+][HL]
di mana Ka adalah konstanta disosiasi asam monoprotik HL.
1. Kompleks Perak – Amonia
14
Amonia berreaksi dengan Ag+ membentuk kompleks perak mono dan diamino :
[Ag(NH3)+] [Ag(NH3)2+]
kf1 = dan kf2 =
[Ag+][NH3] [Ag(NH3)+][NH3]
[Ag(NH3)2+]
kf1kf2 =
[Ag][NH3]2
ungkapan berikut :
[Ag(NH3)2+] [Ag(NH3)2+]
=
CAg [Ag+] + [Ag(NH3)+] + [Ag(NH3)2+]
Sehingga :
[Ag(NH3)2+] 1
=
CAg 1 1
+ + 1
kf1kf2[NH3]2 kf2[NH3]
kf1kf2[NH3]2
= ……….1
1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3]2
[Ag(NH3)+] kf1[NH3]
= …………2
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3]2
Dan
[Ag+] 1
= …………..3
2
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3]
Jika konsentrasi ligan bebas [NH3] diketahui, maka [Ag(NH3)2+], [Ag(NH3)+], dan
15
Contoh soal:
Suatu larutan mempunyai komposisi AgNO3 1,00 x 10-3 dan NH3 6,00 M. Hitunglah
konsentrasi [Ag(NH3)2+] , [Ag(NH3)+] dan [Ag+] dalam larutan jika diketahui harga
Jawaban :
[Ag(NH3)2+] 107 x 36
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0
Sehingga
[Ag(NH3)2+] = X M
Pada :
[Ag(NH3)+] = Y M
Pada :
[Ag+] 1
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0
[Ag+] = Z M
Ion tembaga (II) berreaksi dengan amonia secara bertahap membentuk enam
kompleks amin :
16
Cu(NH3)2+ + NH3 Cu(NH3)22++ kf2 = 10 3,50
(II). Jelas bahwa spesies HgCl2 adalah spesies yang paling dominan dalam kisaran
konsentrasi ion klorida yang cukup luas. Hal ini ditunjukkan dalam reaksi berikut :
Contoh soal :
Pada saat konsentrasi ion klorida bebas adalah 1,0 x 10-8 M, berapa persen Hg2+ akan
Jawaban :
[HgCl+] kf1[Cl-]
=
CHg 1 + kf1[Cl-] + kf1kf2[Cl-]2 + kf1kf2kf3[Cl-]3 + kf1kf2kf3kf4[Cl-]4
0,05
= = 0,052
1,05
x 10-8 M. hanya 5,2 % dari total Hg2+ berada dalam bentuk HgCl-.
Jumlah ligan rerata , n adalah jumlah mol NH3 yang terikat oleh tiap mol Cu2+ dan
CNH3 - [NH3]
N =
CCu
17
Contoh soal
Berapakah konsentrasi total NH3 yang harus ditambahkan kepada larutan Cu2+ 2,00
Jawaban:
Ketika dalam larutan tersebut spesies Cu(NH3)22+ menjadi spesies yang paling
domanan, maka n = 2. Konsentrasi NH3 (yaitu CNH3) yang harus ditambahkan dapat
= 1,03 x 10-3 M
Latihan Soal
1. Hitung konsentrasi bebas Cu2+ dan NH3 bebas dalam larutan yang diperoleh dari
pencampuran Cu2+ dan NH 3 sedemikian rupa sehingga CCu = 0,01 M dan CNH3 =
0,03 M !
BAB IV
ARGENTOMETRI
akan membentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan
A. Cara MOHR
18
Dengan menggunakan indikator K2CrO4 dan titrannya ialah AgNO3, dimana
indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah bata (ada juga membentuk kompleks) yang
menunjukkan titik akhir dikarenakan warnanya berbeda dari warna endapan analat
dengan Ag+.
Sedangkan pada titik akhir, titrant juga berreaksi menurut persamaan reaksi :
Sehingga :
Konsentrasi CrO4= yang ditambahkan sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi
Contoh :
Berapakah CrO4= yang diperlukan agar endapan Ag2CrO4 terjadi tepat pada titik ekivalen
Jawaban:
Maka :
Ksp AgCl = x2
19
X2 = Ksp AgCl
X = Ksp AgCl
X = 1,78 . 10-10
X = 1,35 . 10-5
B. CARA VOLHARD
Cara ini menggunakan indikator Fe3+, dan titrant KSCN atau NH4SCN, sampai
dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dengan Ag+ membentuk
endapan putih.
Pada larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih, pada titrant KSCN, selain berreaksi
Ksp AgX
K=
Ksp AgSCN
20
Misalkan dalam titrasi Cl-, endapan AgCl dapat berreaksi dengan titrant sebagai
berikut :
Contoh soal:
Berapakah konsentrasi ion klorida yang terdapat dalam ion tiosianat Fe(SCN)++ 6,4
. 10-6 M dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,01 M, jika harga kesetimbangan pembentukan
Jawaban :
[Cl-]
K= = 1,7 . 102
[SCN-]
[Fe(SCN)++]
= 1,4 . 102
[Fe3+][SCN-]
6,4 . 10-6
= 1,4 . 102
-
0,01 [SCN ]
21
Maka konsentrasi ion Cl- adalah :
[Cl-]
K=
[SCN-]
[Cl-]
2
1,7 . 10 =
4,6 . 10-6
C. CARA FAJANS
Pada cara ini indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi yang merupakan zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan yang menyebabkan timbulnya warna.
Cara kerja indikator adsorbsi ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak, misalnya fluorosien yang digunakan dalam
titrasi ion klorida dan dalam larutan fluorosien akan mengion seperti pada reaksi :
HFI H+ + FI-
Ion FI- ini yang akan diserap oleh AgX dan menyebabkan endapan merah muda dan
diusahakan agar FI- dalam jumlah yang besar, karena jika FI- terlalu kecil maka
perubahan warna akan kurang jelas dan titik akhir akan terlambat.
LATIHAN
Berapakah Ksp AgCl jika konsentrasi CrO4= = 0,005 M agar endapan terjadi tepat
22
Berapakah konsentrasi ion klorida dalam ion tiosianat Fe(SCN)++ 2 . 10-4 M
dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,1 M dan jika harga kesetimbangan pembentukan ion
tepat pada titik ekivalen jika diketahui konstanta kestabilan FeSCN++ = 142,
BAB V
KESETIMBANGAN REDOKS
aA + bB cC + dD
23
Menurut persamaan Nernst :
0,059 aC C x aDd
0
Esel = E sel - log [ ]
n aAa x aBb
dengan Esel adalah emf (electromotice force) sel dan Eosel adalah emf sel ketika
B. SEL ELEKTROLISIS
1) Sel Galvani
Aturan berikut dimaksudkan untuk menghitung emf suatu sel elektrokimia, dimana
semua potensial elektrode standar (harga Eo) adalah potensial reduksi, dan reaksi
1. Emf Sel ditulis seperti seolah-olah oksidasi terjadi pada elektrode sebelah kiri dan
2. Esel = Ekanan (red) – Ekiri (oks) , karena emf sel adalah selisih antara potensial elektrode
3. Jika Esel positif, maka reaksi sel berlangsung secara spontan pada arah
sebagaimana tertulis dan oksidasi terjadi pada elektrode kiri dan reduksi terjadi pada
elektrode kanan. Jika Esel negatif, maka reaksi berlangsung secara spontan pada arah
yang berlawanan dengan yang dituliskan dan reduksi terjadi pada elektrode sebelah
Contoh soal
24
Jawaban :
Zno Zn2+ + 2e
Cu2+ + 2e Cuo
Reaksi sel :
Persamaan Nernst :
0,059 [Zn2+]
Esel = EoSel - log
2 [Cu2+]
[1,0 x 10-2]
= 1,10 - 0,0245 log
[2,0 x 10-2]
= 1,10 – 0,0245 x 0,3010
= 1,11 V
Contoh soal:
Jawaban:
Reaksi sel :
Persamaan Nernst :
0,059 [Cl-][H+]
o
Esel = E sel - log
1 PH2 ½
25
0,059 [1,00 x 10-2][1,00 x 10-2]
= +0,222 - log
1 11/2
= +0,458 V
2) Sel Elektrokimia
1. Ion SO42- dan Ion NO3- 1. Ion Ion golongan IA, IIA, Al3+, Mn2+
2X- X2 + 2e Mnn+ + ne M
4. Pada Pelapis atau penyepuhan logam 4. Ion pada nomor 1 dalam bentuk leburan
Q It Dimana :
F = =
96500 96500 F : Faraday
Q : Muatan Listrik
Sedangkan : I : Kuat Arus (A – Ampere)
t : Waktu (s – Sekon)
e.Q eIt
W=eF = = Ar atau Mr
96500 96500 E=
Muatan
26
nEosel 2 x (0,34 + 0,76)
log K = =
0,059 0,059
log K = 37,3
K = 10+37,3
Dengan demikian, jika Cu2+ dan logam Zn bersentuhan, satu dengan yang lain
reaksi sel seperti yang dituliskan di atas akan berlangsung sampai sempurna.
Contoh soal :
Hitunglah hasil kali kelarutan AgCl dari EoAg ,Ag+ = +0,80 V dan 0
EoAgClo,Ago,Cl- = +0,22 V
Jawaban :
nEosel –0,58
log Ksp = = = -9,83
0,059 0,059
D. PERHITUNGAN HARGA Eo
Pada cvontoh di atas harga Eo tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat
Contoh soal :
Jawaban :
Cu+
Go1 Go2
27
Cu2+ Cuo
Go3
Skema diatas menunjukkan bahwa ada dua jalan untuk melakukan konversi dari Cu2+
menjadi Cuo, tetapi perubahan tenaga bebas yang terlibat harus sama, sehingga :
Eo1 = 0,16 V
D. TITRASI REDOKS
Sebelum titrasi redoks dilakukan, dapat disarankan agar dilakukan terlebih dahulu
penentuan sampai seberapa jauh reaksi redoks akan berlangsung melalui perhitungan
tetapan kesetimbangan. Sebagai contoh, jika hendak dilakukan titrasi Fe3+ dengan
log K = 21,4
K = 10 21,4
Dengan demikian reaksi reduksi Fe3+ dengan Sn2+ tersebut diatas akan berlangsung
sampai sempurna.
Contoh soal :
28
Lima puluh mililiter Fe3+ 0,02 M dititrasi dengan Sn2+ 0,050 M. Hitunglah potensial
Jawaban :
hampir sempurna dan 0,250 mmol Sn2+ berreaksi dengan 0,500 mmol Fe3+ untuk
membentuk o,500 mmol Fe2+ dan 0,250 Sn4+. Karena Sn2+ habis berreaksi maka
Oksidasi reduksi
0,059 [Fe2+]
E Pt terhadap EHS = 0,77 - log = 0,77 V
3+
1 [Fe ]
Latihan soal :
29
Au3+ + 3e Auo Eo = 1,50 V
Daftar Pustaka
30
James E. Brady, Diterjemahkan oleh Sukamariah Maun, Dra., Kamiati Anas,
Akasara.
Nurkhasanah. S.Si. Apt., Any Guntari, Dra. Apt., 1999, Kimia Analisis,
31