Anomali Gravity Probolinggu
Anomali Gravity Probolinggu
SKRIPSI
Oleh:
ROFIKATUL ISLAMIYAH
NIM. 11640020
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2015
i
ANALISIS DATA ANOMALI GRAVITASI UNTUK MEMODELKAN
STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN RANU SEGARAN
(Desa Segaran, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo)
SKRIPSI
Diajukan kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
ROFIKATUL ISLAMIYAH
NIM. 11640020
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh:
ROFIKATUL ISLAMIYAH
NIM. 11640020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
ROFIKATUL ISLAMIYAH
NIM. 11640020
Irjan, M.Si
Ketua Penguji:
NIP. 19691231 200604 1 003
Umaiyatus Syarifah, MA
Anggota Penguji:
NIP. 19820925 200901 2 005
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Fisika
iv
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN TULISAN
NIM : 11640020
Jurusan : Fisika
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan data, tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali
hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil contekan, maka saya bersedia
Malang,
Yang membuat pernyataan,
Rofikatul Islamiyah
NIM. 11640020
v
MOTTO
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Alloh SWT. Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah
memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas
karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini
terselesaikan
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Abah dan Umi yang telah member kasih sayang, dukungan dan cinta
kasih yang tiada mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan
kata cinta dan persembahan. Semoga ini langkah awal untuk membuat Abah dan Umi
bahagia..
Teruntuk adik-adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian,
walaupun sering bertengkar tapi hal itu menjadi warna yang tak bisa tergantikan, trimakasih
atas doa dan dukungannya. Maaf belum bisa menjadi panutan yang seutuhnya..
Tak kan terlupa untuk dosen pembimbing tugas akhir Bapak Novi Avisena, M.si dan ibu
Umaiyatus Syarifah, M.A sudah di bantu, di nasehati dan diajari selama ini..
Trimakasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, narsis dan semangat yang kalian
berikan selama kita bersama. Brok, Lely, aminah, mama hanik, iin, papa khan, yusro, galih,
ais, rahmat, ulin, misbah, sifuk, atok, nasir, aji, aziz A-B, bahar, icha, irfan, mida, septian,
warda, nita,dan semuanya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu. Semoga silaturrahmi kita
tetap terjalin, dan Allah senantiasa memudahkan urusan kita..
Untuk sahabat-sahabat geo’11: Brok, Nita, Icha, Siti, Syifa’, Bahar, Aji, Nasich dan Ato’
yang terkenang hingga akhir hayat nanti yang slalu membersamai baik duka maupun suka
terutama saat kuliah di kelas P.Irjan..
Keberhasilan ini tak lepas juga dari orang yang selalu ada dan dekat selama ini yaitu bang
Dudin, mas Pendi, mbak Sofi, mas Iqbal dan mas Munir, terimakasih banyak telah
membersamai, mengajari, menasehati dan mengisi hari-hari ku yang membuat semangat dan
terus berusaha untuk ini semuanya. Kalian bukan hanya kakak tapi juga sahabat dan
panutan.
Trimakasih untuk para bidadari Darun Nun: Risa, Amanah, dek Alvi, Riza, dek Indah, dek
Evi, mbak Izza, mbak Nia, mbak Ninis, Nila, dek Farla, dek Fitri dan ustadz-ustdzah atas
doa, dukungan morilnya dan curahan hatinya..
KATA PENGANTAR
vii
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Sehat
wal afiyat sehingga penulis dapat menyumbangkan hasil karya ilmiah dan
pemikiran melalui sebuah tulisan kecil yang diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
telah memberikan motivasi dan inspirasi hingga skripsi ini dapat diselesaikan,
semoga Allah SWT membalas dengan segala kebaikan yang telah membantu
1. Prof. DR. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri
2. DR. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains Dan
3. Erna Hastuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri
petunjuk, pengarahan dengan sabar dan teliti serta waktu yang diluangkan
viii
6. Drs. Abul Basid, M.Si dan Irjan, M.Si selaku dosen penguji sekaligus dosen
Sunan Ampel al-Aly dan segenap civitas akademika jurusan fisika yang telah
8. Kedua Orang tua, Bapak H. Zaini dan Hj. Hanifah serta adik – adikku Nurul
Qomariyah dan Ahmad Danial Baihaqi yang tiada lelah memberikan doa,
dalam menyelesaikan skripsi ini bang Dudin, mas Fendi, mas Iqbal, mas
Munir, mbak Sofi, Nasceh, Brok (Zahro), Nita, Bahar, Syifa’, Aji, Icha,
10. Seluruh teman-teman GEOPHYSICS ’10 dan ’12, seluruh fisika angkatan
11. Temen – teman UNEJ (mas Jun, Umik, Derik, Oby dan mas Dedi) serta teman
– teman UGM (mas Cecep, mas Towo, mbak Arum, mbak Galuh dan mbak
12. Untuk mama Hanik, Brok, Leli dan Yusro trimakasih atas kerelaannya untuk
13. Para Bidadari Darun Nun serta Ustadz – ustdazahnya trimakasih atas doa dan
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, kami ucapkan
ix
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan semua amal ibadah atas
bantuan dan bimbingan semua pihak-pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
dalam tulisan-tulisan kecil ini, oleh karena itu, penulis masih membutuhkan kritik
dan saran sebagai pengembangan ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat untuk
kita semua.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
2.4.4 Struktur ................................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 41
3.1 Waktu danTempat Penelitian .......................................................................... 41
3.2 Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 41
3.3 Jenis Data ........................................................................................................ 42
3.4 Alat Penelitian ................................................................................................. 42
3.5 Pengolahan Data.............................................................................................. 42
3.5.1 Konversi Harga Bacaan Gravimeter ..................................................... 43
3.5.2 Koreksi Pasang Surut (Tide Correction) .............................................. 43
3.5.3 Koreksi Apungan (Drift Correction) .................................................... 44
3.5.4 Medan Gravitasi Terkoreksi ................................................................. 44
3.5.5 Different in Reading (Δ g) .................................................................... 44
3.5.6 Medan Gravitasi Observasi .................................................................. 44
3.5.7 Medan Gravitasi Teoritis (Gravitasi Normal) ..................................... 45
3.5.8 Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction) ........................................ 45
3.5.9 Koreksi Bouguer ................................................................................... 46
3.5.10 Koreksi Medan (Terrain Correction) ................................................ 46
3.5.11 Anomali Bouger Lengkap .................................................................. 46
3.5.12 Reduksi Bidang Datar ......................................................................... 47
3.5.13 Polynomial Fitting .............................................................................. 47
3.5.14 Pemodelan Geologi ............................................................................ 48
3.5.15 Interpretasi Data ................................................................................. 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 51
4.1 Area Penelitian ................................................................................................ 51
4.2 Penolahan Data................................................................................................ 52
4.3 Interpretasi Kualitatif ...................................................................................... 53
4.3.1 Anomali Bouger Lengkap .................................................................... 53
4.3.1.1 Reduksi Bidang Datar ........................................................................ 55
4.3.1.2 Polynomial Fitting ............................................................................. 57
4.4 Interpretasi Kuantitatif .................................................................................... 59
4.4.1 Penampang Melintang Lintasan AB ..................................................... 61
4.4.2 Penampang Melintang Lintasan CD ..................................................... 63
4.4.3 Penampang Melintang Lintasan EF ...................................................... 65
4.4.4 Penampang Melintang Lintasan GH..................................................... 67
4.5 Pomodelan Struktur Bawah Permukaan Dalam Pandangan Islam ................. 70
BAB V PENUTUP ...............................................................................................73
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................73
5.1 Saran ................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Anomali Bouguer Lengkap
Lampiran 2 Pengolahan Data Menggunakan Surfer 11
Lampiran 3 Reduksi Bidang Datar menggunakan Matlab 2010
Lampiran 4 Polynomial Fitting menggunakan surfer 11
Lampiran 5 Pemodelan Menggunakan Grav2DC For Windows
Lampiran 6 Data irisan penampang AB, CD, EF dan GH
xv
ABSTRAK
xvi
ABSTRACT
Islamiyah, Rofikatul. 2015. Gravity Anomaly Data Analysis For Modeling Subsurface
Geological Structure Ranu Segaran (Segaran Village, Tiris District,
Probolinggo). Theses. Physics Department, Faculty of Science and Technology,
State Islamic University Maulana Malik Ibrahim of Malang. Promotor: (I) Novi
Avisena, M.Si (II) Umaiyatus Syarifah, M.A
The research had done in Segaran village, Tiris, Probolinggo east java to
determine the pattern of total bouger anomaly and subsurface geological structure in that
area. The area of research is 20 km2 with 762 of measurent. Qualitative interpretation is
done by reading of bouger anomaly complete contour patterns, while qualitative
interpretation is done by creating a 2D cross-section of specific paths. Based on the
qualitative of the complete Bouguer anomaly contours obtained variation values between
-230 mGal to 40 mGal with a high anomaly spreads at the center to eastern areas of
research and low anomaly located at the center and spread to the east area of research.
Base on quantitative interpretation of 2D cross-section model of the path obtained four
body: volcanic breccia and density 2.3825 gr/cm3, lava and density 2.6025 gr/cm3, basalt
and density 3.2631 gr/cm3 and mud vulcanic and density 1.6483 gr/cm3 on the surface.
xvii
مستخلص البحث
رفيقة اإلسالمية ،تحليل البيانات "شذوذ الجاذبية" لوضع نموذج هيكل جيولوجيا تحت السطح "رانو
سكاران" (في والية سوكاران ،منطقة تيريس فروبوليغا)5102 ،م ،البحث الجامعي ،قسم فيزياء ،كلية
العلوم والتكنولوجيا جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية الحكومية بماالنج .المشرفة األولى :نوفي
افيسوني الماجستيرة ،والمشرفة الثانية :امية الشريفة الماجستيرة.
قد يتم أجرى البحث يف والية سوكاران ،منطقة ترييس فروبوليغا بأهداف هو ملعرفةأمناطا من
شذوذ" "Bouguerو منوذج هيكل جيولوجيا حتت السطح يف تلك املنطقة .وأما مساحة يف هذا البحث
وهي حوايل 02مرتا مع 260نقطة .وأما يعمل التفسري النوعي باستعمال قطاعيا D2على مسار معني.
وانطالقا على التفسري النوعي توجد تغيريات يف قيم من " شذوذ" "Bouguerبني 032حىتmGal 02
بقيمة عالية اليت تنتشر على جزء واسط حىت يف والية الشرقية من هذه املنطقة وأما قيمة من شذوذ منخفض الذي
يقع يف الغرب و ينتشر إألى اجلنوب الغريب من البحوث و تقريبا ،كل املنطقة من هذا البحث يهيمن عليه قيمة
شذوذ" "Bouguerعالية .وانطالقا على التفسري النوعي من قطاعيا 2توجد اربع طبقات من الصخور حتت
السطح وهو يتضمن من احلمم بكثافة حوايل ،gr/cm 3،60،3بركسي من جبل بركانية بكثافة حوايل
،gr/cm 0،3،02محم بكثافة حوايل gr/cm0،6202و بازلت بكثافة حوايل gr/cm 3،0633على
السطح.
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
tektonik yang tinggi. Aktivitas vulkanik dan tektonik ini disebabkan oleh posisi
dari gugusan kepulauan. Tiga lempeng tektonik yang bertemu di bawah wilayah
dengan lempeng Pasifik dimana ketiga lempeng tektonik tersebut memiliki jenis
bidang batas lempeng yang sama yaitu bidang batas konvergen yang membentuk
suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan mantel.
merupakan gunungapi muda dari Gunung Tarub yang posisinya berada di bagian
terdiri dari 37 kerucut vulkanik dan 27 buah “maar” serta zona pusat erupsi yang
terdiri dari tiga lubang erupsi termasuk Gunung Lamongan (Matahelumual, 1960).
1
2
berhubungan dengan keadaan air tanah, litologi batuan dasar dan pengaruh
struktur rekahan selain itu gungungapi juga juga berfungsi sebagai pelindung
yang dari bumi itu sendiri ataupun dari badai matahari dan gerhana bulan.
keadaan air tanah daerah kompleks gunungapi serta manfaatnya sebagai pelindung
ْ َ صب
)٩١( ت ِ ََوإِلَى ْال ِجب
ِ ُال َك ْيفَ ن
“Dan gunung – gunung bagaimana ditegakkan?”(QS. Gasyiyah(88):19)
yang telah di paparkan dalam ayat diatas bahwasanya kata nushibat berasal dari
kokoh dan tangguh agar bumi beserta penghuninya tidak menjadi goyang, serta
Selain itu, ayat diatas juga menerangkan manfaat dari gunung bagi
manusia pada umumnya dalam hal persediaan air, dalam mengatur iklim dan
dalam keperluan lain (Ali, 1989). Pada kenyataannya sudah sangat jelas
bahwasanya dalam daerah yang masih dalam kompleks gunungapi terdapat barang
3
tambang yang dimaksudkan disini seperti mineral dan juga air sehingga di daerah
gunung memiliki persedian air yang lebih dibandingkan daerah lain, juga dalam
hal iklim daerah gunungapi biasanya lebih dingin serta lebih subur untuk
Wohletz, 1983). Maar memiliki karakteristik bentuk gunung api negatif, yakni
endapan hasil letusan berbentuk menyerupai cincin. Struktur bagian dalam maar
disebut diatreme, tersusun oleh material hasil letusan dan runtuhan maar yang
sehingga terjadi banyak maar, atau Gunung Lamongan muncul terlebih dahulu
kemudian diikuti oleh maar yang mengelilinginya, atau mugkin maar muncul
terlebih dahulu sehingga cukup menarik untuk diketahui dan diteliti lebih lanjut.
Ranu (Maar) Segaran merupakan salah satu ranu yang berada di kompleks
air panas ditemukan di Kali Pekalen tersebut. Mata air panas merupakan suatu
air. Sehingga besar kemungkinan terdapat suatu sistem hidrotermal aktif di bawah
oleh perbedaan densitas antar batuan. Variasi densitas pada suatu daerah
dan letak batuan yang tersembunyi di bawah permukaan, sehingga dapat memberi
ini bertujuan mengetahui variasi nilai resistivitas batuan dan struktur lapisan
keberadaan batuan sumber (reservoar) dan patahan di sekitar daerah potensi panas
Kabupaten Probolinggo)”.
tentang:
1. Pola sebaran dan harga anomali Bouger Ranu Segaran, Kecamatan Tiris,
Kabupaten Probolinggo.
(gravity) tahun 1993 dan 2005 pada daerah Gunung Lamongan dilakukan dengan
salah satu dari sekian banyak maar yang tersebar di sekitar Gunung Lamongan
dan Gunung Argopuro. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah
6
satu dasar dalam tinjauan ulang penelitian atau survei lebih lanjut tentang aktivitas
Keadaan bumi pada dasarnya tidaklah rata, ada permukaan tanah yang
berupa gunung atau gundukan ada pula yang berupa lembah dan ada yang
pada dinding patahan (jurang). Dari geologi struktur yang terdapat di permukaan
bumi juga tampak garis-garis pada dinding patahan, lipatan ataupun rekahan yang
menunjukkan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan atau hamparan (An-Najjar,
2006:269).
Dimana ketujuhnya itu merupakan tanda yang teratur dan jelas di mata kita.
Sebagaimana langit, kerak bumi juga tersusun dari lapisan–lapisan geologis yang
satu di atas yang lainnya (Ali. 1989). Fakta sains juga telah menjelaskan bahwa
7
8
lapisan dalam planet bumi memang terdiri atas tujuh lapis. Setiap lapisan
bumi terdiri dari tiga lapis utama dengan komposisi yang berlainan. Ketiga lapis
tersebut adalah ini, selubung, dan kerak. Inti terdiri dari dua bagian, yaitu inti
9
yang padat dengan kedalaman 5.150-6.370 km dan inti luar yang merupakan
serta sedikit besi, kalsium dan aluminium. Bagian dalam mantel dengan ketebalan
Lapisan luar setelah mantel adalah daerah transisi yang disebut mesosfer
alumunium dan granet. Mineral kompleks granet menyebabkan lapisan ini mudah
padat jika dingin dan meleleh jika panas. Lelehan dapat naik ke lapisan lebih
Di atas daerah transisi terdapat mantel atas dengan kedalaman 10-40 km,
bagian atasnya disebut astenosfer. Selanjutnya adalah kerak bumi yang terdiri dari
dua bagian, yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera mencapai
kedalaman 10km. Kerak ini terbentuk dari aktivitas vulkanik. Kerak benua
mempunyai kedalaman 0-50km, merupakan bagian terluar bumi dan tersusun dari
kristalin. Kerak bumi merupakan bagian bumi paling dingin. Batuan dingin
lapisan ini disebut litosfer (lapisan kuat) karena mengalami deformasi secara
contoh tanah lempung yang berwarna kemerah-merahan akan lain sifatnya dengan
10
putih biasanya banyak mengandung kapur. Adapula lapisan tanah yang berwarna
Firman Allah tersebut di atas sesuai dengan keadaan geologi lapisan tanah
yang senyatanya. Bahkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
saat ini, manusia telah dapat melakukan observasi keadaan di bumi melalui
penginderaan jarak jauh lewat satelit atau pesawat terbang dan hasil
Keadaan tanah dan permukaan bumi dipelajari lebih spesifik pada disiplin
ilmu tentang bentuk batuan sebagai hasil dari proses deformasi yakni ilmu geologi
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
bentuk yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk susunan batuan
2.1.1.1 Lipatan
Lipatan (fold) adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari
lengkungan. Lipatan adalah lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan yang
arahnya mendatar. Struktur lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang
paling umum dijumpai pada batuan sedimen klastika, dan sering pula ditemukan
beberapa bagian sebagai akibat dari adanya lipatan tersebut.yaitu siklin dan
antiklin. Morfologi perbukitan lipatan adalah bentuk bentang alam yang tersusun
oleh batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur antiklin dan siklin.
a. Antiklin
Antiklin punggung lipatan, yaitu unsur struktur lipatan dengan bentuk yang
b. Sinklin
Sinklin atau lembah lipatan, yaitu lipatan yang cekung (concave) ke atas.
2.1.1.2 Patahan
Patahan adalah retakan yang terjadi pada kulit bumi karena adanya
pergerakan dua sisi daerah yang berlawanan. Pada patahan, kedua bagian yang
mengalami retakan bergerak satu terhadap yang lain. Ukuran patahan bisa hanya
endogen yang bekerja lebih cepat, sehingga lapisan kerak bumi yang kaku tidak
(Erviawan, 2011).
Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan gaya gravitasi
sebagai gaya utama yang menggerakannya. Sesar ini juga dikaitkan dengan
berlaku serentak. Pada permukaan bumi, sesar normal juga jarang sekali
searah dengan sesar utama dikenali sebagai sesar sintetik, sementara sesar
yang berlawanan arah dikenali sebagai sesar antitetik. Kedua cabang sesar
ini bertemu dengan sesar utama di bagian dalam bumi. Hanging wall relatif
besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun (Anderson, 1951).
Sesar naik (reverse fault) untuk sesar naik ini bagian hanging wallnya relatif
bergerak naik terhadap bagian foot wall. Salah satu ciri sesar naik adalah
sudut kemiringan dari sesar itu termasuk kecil, berbeda dengn sesar turun
batuan yang berwarna lebih merah pada hanging wall berada pada posisi
yang lebih atas dari lapisan batuan yang sama pada foot wall (Anderson,
1951).
dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini
2.1.1.3 Rekahan
Kekar adalah struktur retakan atau rekahan terbentuk pada batuan akibat
suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Kekar merupakan gejala yang umum dan sering dijumpai. Pada umumnya
Walaupun demikian, kekar adalah unsur struktur yang sulit dipakai di dalam
interpretasi kondisi “strain” dan “stress” dari proses deformasi yang telah lampau.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut (Supriatna.
2012):
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan atau rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
ini terbentuk oleh gaya kompresi dan biasanya berpasangan, pada breksi
memotong fragmen, bidang kekar lurus dan rata. Batuan akan menjadi
2. Tension Joint (Kekar Tarik) adalah retakan atau rekahan yang berpola sejajar
dengan arah gaya utama. Kekar ini terbentuk oleh gaya tarik. Biasanya tidak
Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat dibagi menjadi tiga (Arlen, 2010):
polygonal yang memanjang. Kekar kolom yang terjadi pada batuan beku,
pada umumnya terjadi akibat adanya intrusi dangkal (intrusi batuan yang
dengan permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar ini
Gambar 2.9 Sheet Joint Granit pada Enchanted Rock di Texas, AS (Arlen, 2012)
2.1.2 Gunung
Dalam al-Quran, Allah menyebut kata gunung dalam puluhan surat dan
ratusan ayat, baik ayat yang menjelaskan proses penciptaan gunung, strukturnya
gunung yang terdapat di permukaan bumi ini berfungsi untuk mengelak gegaran.
Oleh karena itu, gunung-gunung ini diciptakan oleh Allah SWT. berstruktur
seperti pasak kerana di kawasan benua, kawasan gunung-gunung ini lebih tebal
pada bagian lainnya. Struktur gunung-gunung seperti pasak ini disebutkan dalam
diciptakan sebagai pasak tepatnya pada kata autaadan yang merupakan bentuk
jamak dari kata watada yaitu paku yang besar. Lapisan padat kerak bumi
mencapai ketebalai sampai 60km, lapisan ini bisa meninggi ataupun menurun
menjadi dasar lautan dan samudra. Keadaan puncak dan lembah ini menjadikan
juga keseimbangan antara lapisan kerak bumi yang basah akan dikuatkan oleh
gunung persis seperti pasak yang menguatkan kemah (Faqih, 2006). Gunung
menggenggam lapisan kerak bumi dengan satu „pancang‟ yang memanjang dari
atas ke bawah permukaan bumi yang menghubungkan semua lapisan dalam bumi.
Dengan adanya „pancang‟ yang menggenggam lapisan bumi ini, kedudukan kerak
bumi tetap dan tidak akan terapung di atas batuan magma dan lapisan-lapisan lain
(Keary, 2009).
Keadaan gunung sebagai pasak ini juga dikenali sebagai isostasi menurut
kajian geologi modern dan kajian gempa bumi. Isostasi merupakan kesetimbangan
dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan
keadaan terapung di atas lava yang lebih tinggi densitasnya, dan bahwa gunung
yang lebih tinggi mempunyai massa yang lebih besar dan akar yang lebih dalam
(Keary, 2009).
bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk
dataran tinggi dan gunung. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang
menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di
yang penting bagi mengawal kesejahteraan muka bumi (Yahya, 2002). Hal ini
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kukuh supaya bumi itu
(tidak) bergoncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan di bumi itu jalan-
jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk”(QS. al-Anbiya (21):31)
pada bumi (Yahya, 2002). Tiada seorangpun mengetahui fakta bahwa gunung-
gunung ini berfungsi untuk menghindari guncangan di permukaan bumi ketika al-
Quran diturunkan. Fakta ini hanya diketahui umum selepas penemuannya melalui
bidang geologi dan geofisika yang menyatakan bahwa gunung tercipta akibat dari
tumbukan lempeng sehingga rawan gempa namun dengan adanya gunung sebagai
Manakala pakar geologi moden pula menamakan fenomena ini sebagai tektonik
Ayat di atas menegaskan bahwa daratan yang berpisah antara satu sama
lain ini bergerak seperti awan yang terapung (Jasmi, 2013). Pada umumnya
sebagaimana jalannya awan yang di iringi oleh angin. Fenomena ini merupakan
salah satu ciptaan Alloh SWT yang telah menciptakan segala makhluk dengan
sebaik-baiknya (Qarni, 2007). Hal ini diperkuat dengan tinjauan geologi modern
yang menyatakan bahwa daratan ini bergerak karena dibawah kerak bumi terdapat
lapisan asthenosphere yang sifatnya lebih lunak dan panas sehingga menggerakan
bagian atasnya yaitu kerak bumi. Begitu indah diksi di dalam al-Quran yang
2008:95).
atas terdapat tujuh lapis bumi yang memicu terjadinya dinamika bumi, seperti
21
fenomena tektonik dan vulkanik. Menurut teori ini, kerak bumi adalah suatu
lempeng yang kaku dan bergerak satu sama lainnya di atas suatu cairan yaitu
tahun. Pergerakannya ada yang saling menjauh yang disebut dengan divergen,
saling mendekat disebut konvergen dan saling berpapasan yaitu transform. Dari
Para ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat mengenai
batasan istilah baku definisi gunungapi secara jelas. Ilmu yang secara khusus
atau saluran menghubungkan suatu wadah yang berisi bahan yang disebut magma.
Suatu ketika bahan tersebut ditempatkan melalui saluran bumi dan sering
suatu bentuk timbulan di muka bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut
raksasa, kerucut terapung, kubah atau bukit yang di akibatkan oleh penerobosan
magma ke permukaan.
Gunungapi yang aktif mungkin akan berubah menjadi separuh aktif, padam
dan akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Gunung berapi akan padam dalam
waktu 610 tahun sebelum akhirnya aktif kembali. Oleh karena itu, sukar bagi kita
untuk menentukan apakah suatu gunung itu sudah mati ataukah masih aktif.
terdapat di bawah gunungapi akan keluar sebagai lahar atau lava. Lava ini sangat
panas dan berbahaya bagi makhluk hidup. Selain aliran lava, material lain yang
juga berbahaya dari gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan
kecairan magma dan kedalaman waduk magma adalah sebagai berikut (Alzwar.
1988):
1. Tipe Hawaii
Tipe gunungapi ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, sehingga
terjadinya lava mancur, yang disebabkan oleh arus konveksi pada kawah lava.
Dimana lava yang banyak mengandung gas, bersifat ringan aka terlempar
2. Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung lainnya
Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapili dan setengah padatan
3. Tipe Vulkano
23
Tipe ini memiliki ciri khas yakni awan debu membenuk bunga kol, karena
gas yang di tembakan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini
memiliki tekanan gas sedang dan lava kurang begitu cair. Selain
mengeluarkan awan debu tipe ini juga mengeluarkan lava (Alzwar, 1988).
4. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lava yang cair-kental, dapur magma yang relatif dangkal
dan tekanan gas yang rendah. Karena sifat magma yang cair maka ketika
tinggi tekanan gasnya maka akan terjadi letusan besar akibat pecahnya
5. Tipe Pelee
Memiliki sifat lava yang sama dengan merapi tetapi tekanan gasnya besar.
Yang sangat khas dari tipe ini adalah letusan gas dengan cara mendatar.
Karena sifatnya yang sama dengan merpi maka tipe ini juga mengalami
6. Tipe Vincent
Lava agak kental dan tekanan gas menengah. Pada kawah terdapat maar
letusan. Setelah kawah kosong akan disusul oleh hembusan bahan lepas
Memiliki tekanan gas yang sangat kuat, lava yang sangat cair. Sehingga
(Wisesa, 2010):
bentuknya tidak beraturan, dengan sisinya yang tinggi dan curam. Hal ini
dikarenakan adanya letusan yang terjadi beberapa ratus kali. Gunung Merapi
perisai contohnya Maona Loa Hawaii, AS. Gunungapi perisai terjadi karena
magma cair keluar dengan tekanan rendah tanpa adanya letusan. Karena lava
basal bersifat tipis dan basah sehingga lereng gunung yang terbentuk
menjadi sangat landai dengan landasan yang melebar luas (Wisesa, 2010).
3. Cinder Cone, merupakan gunungapi yang abu dan pecahan kecil batuan
2010).
25
4. Kaldera Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat
1. Lava merupakan cairan larutan silica pijar yang mengalir keluar dari dalam
bumi melalui kawah gunungapi atau melalui celah patahan yang sumbernya
2. Awan panas, terdiri dari batuan pijar yang bersuhu tinggi lebih dari 6000C
(Wisesa, 2010).
disemburkan ke udara saat terjadi letusan sampai radius 5-7 km dari kawah
(Wisesa, 2010).
4. Gas vulkanik adalah gas yang dikeluarkan saat letusan, umumnya terjadi
saat letusan freatik seperti SO2, N2, NO2 dan lain – lain (Wisesa, 2010).
5. Aliran lahar terjadi pada suhu gunungapi yang baru meletus sehingga
disekitar lembah yang mengalir dan merusak tempat yang dilewatinya dan
Dengan banyak mata air di sekitar gunungapi dan lebatnya hutan akan
membentuk suatu lingkungan yang sejuk dan bermanfaat pada lingkungan hidup
indah. Selain itu, pemanfaatan sumber daya gunungapi secara langsung maupun
menyemburkan guguran awan panas yang biasa disebut wedhus gembel. Secra
ilmiah wedhus gembel merupakan suspensi gas vulkanik dengan material padat
yang terdiri dari abu hingga bongkahan-bongkahan batu besar yang mempunyai
temperatur tinggi meluncur menuruni lereng gunung dengan kecepatan lebih dari
100 km/jam yang dapat merusak apa saja yang dilaluinya (Nandi, 2006).
Diantara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam
batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis batuan. Distribusi massa jenis
yang tidak homogen pada batuan penyusus kulit bumi akan memberikan variasi
27
harga medan gravitasi di permukaan bumi. Metode medan gravitasi adalah metode
Disribusi massa jenis yang tidak homogen ini dapat disebabkan oleh
struktur geologi terhadap variasi harga medan gravitasi di permukaan bumi sangat
kecil dibandingkan dengan nilai absolutnya, tetapi dengan peralatan yang baik
variasi medan gravitasi di permukaan bumi dapat terukur dari titik ke titik
Dalam Metode gravitasi, jika suatu batuan berbeda tipe dengan batuan
lainnya, makaakan berbeda pula densitasnya, dan jika suatu batuan yang
mempunyai densitas lebih tinggi akan mempunyai daya gravitasi yang lebih besar
(Jaenudin, 2012).
Gambar 2.10 Respons Anomali Gravitasi dari Benda sub-surface (Jaenudin, 2012)
mempunyai densitas yang lebih tinggi, dan medan gravitasi bumi akan lebih besar
28
terdapat Salt Dome, yang secara keseluruhan densitasnya lebih kecil daripada
mengukur kekuatan gravitasi dari suatu tempat ke tempat yang lain telah
modern adalah benda yang sangat sensitif, yang dapat mendeteksi variasi gravitasi
(Jaenudin, 2012).
tentang gaya tarik menarik antara dua massa M1 dan M2 yang terpisah sejauh r,
F=G (2.1)
dengan:
m1 =massa 1 (kg)
m2 = massa 2 (kg)
r = jarak (m)
Gambar 2.11 Gaya tarik menarik antar 2 buah benda (Serway, 2009)
29
tarikan massa bumi M pada jarak r secara sederhana dapat dinyatakan oleh
(Serway.2009:595):
=G = (2.2)
dengan :
r = Jarak (m)
Potensial pada suatu titik, pada medan gravitasi dinyatakan sebagai usaha
yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan massa (m) dari jauh tak
(Saputra.2009):
V = Gm
V=G r
30
V=G (2.3)
dengan :
V = Potensial gravitasi
r = Jarak (m)
menentukan nilai percepatan gravitasi. Variasi rapat massa pada batuan sedimen
Densitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rapat massa butir
pemadatan akibat tekanan dan pelapukan yang dialami batuan tersebut (Kirbani,
2001).
variasi dalam kepadatan bumi akibat perubahan lokal dalam geologi. Namun
(Carigali.2004:9).
Data pengukuran gaya berat yang telah dikoreksi pasang surut, drift, dan di
absolute dilakukan koreksi lintang (Gn), koreksi udara bebas (FAC), koreksi
bouger (BC), dan koreksi terrain (TC) sehingga diperoleh anomali Bouger
(2.4)
dengan:
BC = koreksi Bouger
TC = koreksi terrain
1995: 143):
gravitasi di topografi ke suatu bidang datar dengan ketinggian yang sama. Reduksi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode titik massa Dampney.
ekivalen titik massa sehingga dari bidang titik massa tersebut diperoleh data
anomali gravitasi disuatu bidang datar dengan ketinggian yang sama (gambar
2.12). Sumber ekivalen titik massa ini merupakan titik massa yang dipengaruhi
terbaik, beberapa tes telah dilakukan sehingga diperoleh kesimpulan bahwa selisih
jarak antara sumber ekivalen titik massa dan ketinggian bidang datar dari sferoida
referensi minimal 2,5 kali jarak rata-rata antar stasiun pengukuran dan maksimal 6
(2.8)
1969):
(2.9)
distribusi kontras densitas pada bidang titik massa (𝑧 = ℎ), 𝑧 adalah sumbu tegak
yang menyatakan jarak dari topografi ke sferoida referensi dengan arah positif ke
bawah, dan ℎ adalah kedalaman sumber ekivalen titik-titik massa dari sferoida
referensi.
model bidang regional yang lebih halus yang ditentukan oleh orde
tetap dan tidak mengalami perubahan ketika orde yang diberikan semakin
ber-orde n, misalnya untuk pendekatkan polinomial orde dua atau fungsi kuadratik
dan fungsi kubik atau polinomial orde 3. Hubungan data yang dalam hal ini
berikut ini:
anomali 2D atau memiliki 2 variabel bebas yakni X dan Y, maka persamaan dapat
dimodifikasi menjadi:
berikut ini:
(2.12)
b. Polinomial orde 2
c. Polinomial orde 3
35
Pada persamaan orde tiga atau fungsi kubik, jumlah pangkat yakni pangkat
konstanta c1, c2, c3…..cn, kita dapat menulis persamaan polinomial tersebut
Jawa Timur, tepatnya di sisi lereng timur Gunung Lamongan dengan ketinggian
dan masih aktif hingga saat ini.Secara geografis daerah penelitian terletak pada
36
2.4.2 Morfologi
Sedangkan secara morfologi daerah ini dapat dibagi menjadi empat satuan,
permukaan laut, tersebar dibagian utara dan tengah lembar. Pola aliran sungainya
permukaan air laut terdapat dibagian utara dan tengah lembar. Daerah ini
terdiri dari formasi Leprak, Tuf Rabano, batuan Gunungapi Pandak dan batuan
gunungapi Kuarterlainnya. Satuan ini berpola aliran sejajar dan meranting dengan
timbulan agak kasar. Di bagian tengah lembar terdapat tonjolan bukit-bukit kecil,
antara lain Gunung Kekap, Gunung Garu dan Gunung Duk. Bukit- bukit tersebut
laut, terutama terdapat di bagian selatan. Satuan ini ditempati oleh batuan
37
gunungapi Kuarter, dicirikan dengan timbulan yang kasar, lembah sungai yang
laut, berbentuk kipas terbuka kearah timur-timurlaut, berpola aliran agak sejajar.
Satuan ini disusun oleh batuan Gunungapi Tengger, yang menempati bagian barat
lembar.
karakteristik dikelilingi oleh banyak maar, baik maar kering (dry maar) maupun
yang telah terisi air dan menjadi danau (water-filled maar). Gunung Lamongan,
atau biasa disebut Lamongan Volcanic Field (LVF) memiliki sekitar 61 kerucut
sinder dan 29 maar (Carn, 2000). Salah satu dari maar yang berada pada LVF ini
adalah Ranu Segaran. Pembentukan gunungapi maar oleh Lorenz (1973) yang
atas benua maupun kepulauan. Ranu Segaran dan danau kecil lain yang berada di
2.4.3 Stratigrafi
sedimen, batuan gunungapi dan batuan trobsan. Pada daerah Ranu Segaran ini
(Qvl) dan gunungapi Argopuro (Qva). Keduanya terdiri dari lava andesit – basalt,
breksi gunungapi dan tuf pada batuan Gunungapi Argopuro, sedang pada
Gunungapi Lamongan terdiri dari tuf, lahar, breksi gunungapi dan lava.
melebar.
39
Tuf berwarna kelabu – kuning kecoklatan, agak padu, banyak batu apung,
mineral terang dan kaca gunungapi sebagai sisipan dalam breksi. Dimana
fenokris plagioklas, piroksen dan mineral mafik yang tertanam dalm masadasar
mikolit plagioklas dan kaca gungungapi bersusunan andesit – balastik. Lava ini
keluar melalui kerucut – kerucut parasit pada lereng atau kaki Gunung Lamongan,
dan membentuk tebing kawah. Di beberapa tempat terbentuk maar, dengan tebing
curam hingga landai, dimana maar tersebut ada yang berisi air ada juga yang
kering. Maar – maar inilah yang menjadi ciri khusus pada Gunung Lamongan.
2.4.4 Struktur
normal. Sesar normal tepatnya berada di sebelah barat Danau Segaran dan juga
melintang di daerah sungai yang juga tidak jauh dari Danau Segaran. Sesar
tersebut terjadi akibat konvergen dari hasil letusan material dari Gunung
berumur Pliosen – Holosen. Juga redapat kekar yang berkembang pada semua
Dari hasil penafsiran potret udara terlihat adanya beberapa kelurusan yang
menunjukan arah barat laut – teggara dan utara – selatan. Dari analisis citra
Landsat secara digital, di daerah ini terdapat truktur graben, maar dan kelurusan
melingkar.
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang.
41
42
ESDM yang diteliti berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak
Grav2DC V 2.1).
3. Peta Geologi
4. Peta Topografi
5. Alat Tulis
Pada tahap pengolahan data sering disebut dengan reduksi data gravitasi,
secara umum pengolahan data gravitasi dapat dibagi menjadi dua tahapan yaitu
tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal meliputi seluruh proses mulai dari
pembacaan nilai gravitasi sampai didapatkan nilai anomali Bouguer di setiap titik
koreksi apungan (drift correction), koreksi tidal (tide correction), koreksi lintang
(latitude correction), koreksi udara bebas (free air Correction), koreksi Bouguer
pelaksanaannya mulai dari konversi data sampai semua koreksi dapat dilakukan
dan pemodelan data anomali Bouguer berdasarkan nilai densitas yang sudah
Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik amat, maka
1) Misal hasil pembacaan gravimeter G-1053 adalah 1685,66. Nilai ini diambil
nilai bulat sampai ratusan yaitu 1600. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai
harian akibat pasang surut di base, sehingga untuk menghitung besarnya pasang
44
surut dilakukan menggunakan software Tide. Dalam software tersebut data yang
dimasukkan secara berurutan berupa data bujur, lintang, tinggi (h), jam, menit,
tanggal, bulan, dan tahun. Hasil dari input tersebut berupa data pasang surut.
goncangan alat saat dibawa. Sebelum dilakukan perhitungan, nilai waktu, lintang,
dan bujur harus dikonversi terlebih dahulu. Waktu dikonversi dalam bentuk detik,
lapangan setelah melalui konversi ke miligal dan telah terkoreksi dari pengaruh
pasang surut dan apungan, yaitu dengan menambahkan koreksi tidal dan koreksi
Base Station (BS), sehingga dalam pengukuran diperoleh beda nilai antara stasiun
Bumi yang dominan. Formula tertutup terbaru WGS adalah World Geodetic
dengan (𝑥, 𝑦, 𝑜)adalah nilai medan gravitasi teoritis di referensi sferoida dan ∅
pada titik pengukuran dengan mengabaikan adanya massa yang terletak di antara
titik ukur dengan bidang referensi ukuran. Menurut Kirbani (2001) koreksi Udara
dimana,
mengisi ruang antara titik pengukuran dan bidang acuan. Besar koreksi ini dapat
BC = 2πG ρh
BC = 0.04191ρh (3.3)
dimana,
h : Ketinggian (m)
Koreksi terrain diakibatkan oleh adanya efek dari massa di sekitar titik
Bouger lengkap:
dimana,
Surfer 11.
anomali Bouguer yang sudah terkoreksi merupakan nilai yang masih terpapar
pada topografi, yaitu terletak pada titik-titik yang tidak teratur dengan ketinggian
yang bervariasi. Reduksi bidang datar dilakukan dengan dengan membawa data
dengan bantuan softwere Matlab dengan metode Taylor atau metode Dampney.
metode Dampney yang telah di tulis dalam bentuk algoritma, kemudian algoritma
dan anomali residual. Anomali regional konturnya bersifat lebih smooth dan
konturnya bersifat kasar dan disebabkan oleh batuan-batuan yang dangkal. Kedua
dengan anomali residual yang cukup baik, agar didapatkan anomali residual
tertentu.
diperkirakan pola struktur geologi bawah permukaan yang berupa suatu patahan,
suatu intrusi atau berupa lipatan (antiklin atau sinklin). Dalam penentuan garis
penampang harus berarah tegak lurus terhadap garis kontur, sehingga dapat
selanjutnya dilakukan proses digitize dan slice menggunakan program surfer 11.
Sampai diperoleh data berupa nilai anomali dan jarak lintasan pada penampang
yang telah dibuat, yang merupakan data masukan untuk program GRAV2DC
nilai kontras densitas batuan, ketebalan lapisan batuan tertentu seperti yang
tentukan.
dimensi, kontras rapat massa dengan sekitar, besar benda, dan lain-lain. Karena
sifat ketidakunikan data gravitasi artinya benda dengan bentuk yang berlainan
dapat menerangkan data yang sama, maka banyak dikembangkan berbagai metode
untuk mendapatkan hasil yang optimum. Disamping itu juga diperlukan kontrol-
kontrol lain misalnya data geologi, data metode geofisika yang lain. Interpretasi
data dilakukan dengan melihat peta sebaran anomali Bouguer dan anomali lokal.
Interpretasi pola anomali Bouguer dan anomali lokal didasarkan data geologi
3.5.1 sampai dengan koreksi 3.5.11 telah dilakukan oleh pihak instansi, jadi
Mulai
Anomali Bouger
Lengkap
Informasi
geologi
Reduksi Bidang Datar
Parameter
Polinomial Fitting model ρ h
tidak
Kurva model
Anomali Anomali
Regional Lokal cocok
ya
Interpretasi Interpretasi
pemodelan
kualitatif kuantitatif
kesimpulan
selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui besar gaya gravitasi untuk tiap – tiap titik pengamatan. Metode
oleh perbedaan densitas antar batuan. Variasi densitas ini, dapat digunakan untuk
dapat diketahui litologi penyusun lapangan pengamatan. Metode ini sering dan
Probolinggo tepatnya di Ranu Segaran. Dalam penelitian ini, data yang digunakan
terdiri dari 762 titik pengamatan yang dibatasi oleh koordinat 7058’00”– 7056’30”
51
52
dengan ketinggian berkisar antara 360m – 960m, dari data ketinggian terlihat
daerah lereng Gunung Tarub dan ketinggian minimal ditunjukan dengan warna
sedikit kearah barat laut dari Ranu Segaran sedangakn ketinggian maksimal
Sehingga dalam penelitian ini langsung pada tahap lanjutan yakni reduksi ke
bidang datar, kemudian pemisah anomali regional dan lokal dengan polinomial
berdasarkan nilai densitas yang sudah diketahui dengan menggunakan tabel 2.1
53
anomali yang dilakukan dengan cara membaca pola anomali gravitasi yang
sebagai acuan dalam interpretasi data gravitasi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Nilai anomali ini merupakan hasil dari reduksi topografi dalam hal ini
anomali bouguer dipengaruhi oleh nilai gravitasi observasi, nilai gravitasi normal,
koreksi udara bebas, koreksi terrain dan koreksi bouguer. Besar anomali lengkap
variasi densitas dalam kerak. Nilai anomali bouguer yang didapat berkisar antara
-230 mGal sampai 40 mGal dimana tepat pada Ranu Segaran nilai anomalinya
dapat dibedakan menjadi tiga pola. Pola pertama adalah pola tinggian dengan
rentang nilai anomali 40 mGal sampai dengan -30 mGal. Pola kedua adalah pola
sedang dengan rentang nilai anomali -40 mGal sampai dengan -100 mGal. Pola
ketiga adalah pola rendah dengan rentang nilai anomali -110 mGal sampai dengan
-230 mGal. Nilai anomali tinggian tersebut diperkirakan berasal dari batuan yang
strukutur antiklin dan sinklin yang berupa pegunangan, gunung dan maar.
daerah batuan Gunungapi Lamongan (Qvl) yang didominasi oleh lava, pasir, tuf
lahar dan breaksi gunungapi. Pola anomali tinggi ini menyebar pada bagian
tengah daerah penelitian yaitu Ranu Segaran dan juga kearah timur. Sedangkan
nilai anomali rendah atau disebabkan oleh struktur batuan yang lebih turun
dibandingkan dengan batuan disekitarnya. Pola anomali rendah ini terdapat dan
55
menyebar pada daerah sebelah barat dari Ranu Segaran dimana daerah ini
Pada arah timur dan barat penelitian terdapat pola klosur yang cukup
tinggi namun daerah timur lebih mendominasi, yaitu pada arah barat berkisar
antara 40 mGal sampai dengan -20 mGal. Pada arah timur berkisar antara -30
mGal sampai dengan -40 mGal. Nilai anomali yang tinggi tersebut diduga karena
pengaruh batuan yang memiliki kontras densitas yang cukup tinggi. Pola yang
tingggi ini diduga kuat sangat berkaitan langsung dengan batuan intrusif magma
di bawah permukaan. Pada daerah barat daya penelitian terdapat suatu klosur yang
memilki nilai anomali yang cukup rendah yaitu -140 mGal sampai dengan -230
mGal. Nilai anomali yang rendah tersebut diduga disebabkan oleh adanya batuan
dilakukan pengolahan lanjutan dari data anomali bouguer lengkap yang diperoleh,
yaitu reduksi bidang datar serta proses pemisahan anomali regional dan lokal
dengan melakukan polinomial fitting pada data yang telah direduksi pada bidang
datar.
masih ada distorsi nilai yang diakibatkan oleh efek ketinggian tersebut, untuk itu
anomali ini perlu dibawa ke suatu bidang datar dengan ketinggian yang
proses ini dilakukan dengan menggunakan program matlab 2010. Selanjutnya data
dari hasil program tersebut diplot dan dikonturkan dengan menggunkan surfer 11.
ketinggian rata-rata di tipografi yaitu 450 mdpl dan dengan kedalaman sumber
ekuivalen 93 mdpl. Hasil perhitungan nilai ABL di bidang datar didapatkan nilai
anomali berkisar 50 mGal sampai dengan -230 mGal dengan persebaran anomali
tinggi dan rendah yang hampir sama dengan persebaran anomali Bouguer
lengkap di topografi, yang ditunjukan pada gambar (4.2). Dari data ABL di
permukaan namun dalam data ini masih terdapat anomali regional. Sehingga
dimana polinomial orde dua merupakan polinomial dengan fungsi kuadratik, atau
pada gambar (4.4). Didapatkan untuk nilai anomali regionalnya -15 mGal
nilai anomali rendah, sedang dan tinggi. Nilai anomali rendah terdapat pada
58
bagian barat daerah penelitian dengan nilai sekitar -65 mGal sampai dengan -85
mGal. Anomali rendah ini mungkin disebabkan oleh karena struktur batuan muda
yang relatif turun. Kemudian nilai anomali sedang berada pada bagian tengah
daerah penelitian dengan nilai sekitar -35 mGal sampai dengan -60 mGal.
Sementara nilai anomali tinggi terdapat pada bagian timur daerah penelitian
dengan nilai sekitar -65 mGal sampai dengan -85 mGal. Anomali tinggi ini
mungkin disebabkan oleh karena struktur batuan tua yang relatif naik.
lokal didapat 140 mGal sampai dengan -160 mGal. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa anomali rendah terdapat pada sebagian daerah barat dan sebagian selatan,
untuk anomali sedang mendominasi pada daerah penelitian, yaitu terdapat pada
bagian tengah sampai timur daerah penelitian, sedang yang anomali tinggi
terdapat pada daerah bagian paling barat. Peta kontur anomali lokal ini terlihat
adanya anomali dengan nilai positif dan negatif. Anomali dengan nilai positif dan
negatif tersebut disebabkan oleh karena beberapa hal yaitu densitas batuan, posisi
Anomali rendah pada bagian barat daerah penelitian dengan nilai berkisar
antara -160 mGal sampai -60 mGal diduga merupakan suatu struktur batuan yang
lebih dalam. Batuan pengisi struktur ini diduga memiliki densitas yang rendah
baratnya daerah yang beranomali rendah tadi memiliki nilai berkisar antara 80
mGal sampai dengan 120 mGal diduga berasal dari struktur batuan yang naik
pada daerah penelitian. Batuan pada daerah tersebut diduga memiliki densitas
memiliki anomali yang sedang yakni berkisar antara -40 mGal samapai dengan 60
mGal. Berdasarkan peta geologi, batuan pada bagian timur daerah penelitian
permukaan.
tertentu yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini dibuat tiga penampang atau
sayatan anomali yaitu penampang AB, CD, EF dan GH pada kontur anomali
Gambar 4.6 Penampang AB, CD, EF dan GH pada Kontur Anomali Lokal
model yang dapat dihasilkan, disebabkan oleh adanya parameter rapat massa,
pemodelan tidak begitu tinggi. Oleh karena itu diperlukan data pendukung berupa
data geologi daerah penelitian, data rapat massa batuan, bila perlu sampai data bor
Grav2DC for windows yang dapat dipakai untuk memodelkan data gaya gravitasi.
61
Data masukan berupa nilai jarak lintasan (dalam meter) dan nilai anomalinya,
bentuk model tersebut tergambar sebagai anomali amatan (anomali yang diamati)
Pada tahap pemodelan ini dilakukan dengan metode trial dan error yaitu
kontur anomali lokal. Hasil pemodelan penampang AB ini dapat dilihat pada
62
menggunakan Grav2dc 1500 m dengan panjang lintasan ±3100 m dari barat daya
ke arah timur laut daerah penelitian dengan hasil anomali antara -92 mGal sampai
dengan 84 mGal.
Penampang anomali AB ini memotong pola klosur anomali yang tinggi dan
rendah. Garis putus-putus pada kurva pemodelan merupakan nilai anomali yang
diamati sedangkan garis kontinu adalah nilai anomali yang dihitung berdasarkan
Penafsiran litologi batuan pada daerah penelitian ini didasari oleh data
penelitian merupakan bagian strukutur sesar normal dan kekar, dengan sumbu
yang memanjang dari arah barat laut - tenggara. Sesar normal ini memotong
diinterpretasikan sebagai lahar dan memiliki densitas 1.6 – 2.0 gr/cm3 serta
ketebalan kurang lebih 350 m, untuk lapisan kedua yang ditunjukan dengan warna
2.30 – 2.55 gr/cm3 yang merupakan hasil pembekuan dari batuan lava andesit,
piroklastik dan tuff, lapisan ini memiliki ketebalan kurang lebih 350 m. Pada
lava dari Gunung Lamongan yang memiliki densitas antara 2.6 – 2.8 gr/cm3 dan
ketebalan pada bagian kiri (dari barat ke utara pada peta dengan panjang lintasan
kurang lebih 1800 m) hanya sekitar 150 m dan pada sebelah kanan memiliki
interpretasikan sebagai batu basalt yang memiliki ketebalan 550 m namun hanya
memiliki panjang kurang lebih 2000 m dari lintasan yang panjangnya kurang
lebih 3300 m, batu basalt ini memiliki densitas antara 2.7 – 3.3 gr/cm3.
hasil penafsiran secara kualitatif pola kontur anomali, dimana pada penampang
CD memotong tiggian dan rendahan anomali dengan nilai tertinggi dan melintang
dari barat ke timur melewati Ranu Segaran. Lokasi penampang anomali Bouguer
lintasan kurang lebih 6000 m. Hasil pemodelan dari sayatan CD ini dapat di lihat
mGal dan untuk lapisannya terlihat lapisan batuan basalt paling bawah kemudian
65
ditindih oleh batuan beku jenis lava baru batuan breksi gunungapi kemudian
diatasnya dan ditutup oleh lahar. Batuan – batuan tersebut memiliki densitas dan
ketebalan sebagai berikut: basalt densitanya antara 2.7 – 3.3 gr/cm3 dengan
ketebalan rata-rata kurang lebih 300 m, lava yang memiliki komposisi dari batuan
porfiritik, mineral mafik dan piroksen memiliki densitas antara 2.6 – 2.8 gr/cm3
dengan ketebalan kurang lebih 500 m, breksi gunungapi memiliki densitas antara
2.3 – 2.55 gr/cm3 dengan ketebalan rata – rata 300 m, lahar memiliki densitas 1.6
Pada sayatan CD ini yang melintang dari barat ke timur dan melewati
Ranu Segaran terlihat bahwa ranu ini memiliki pipa gunungapi berupa batuan
basalt yang terputus di bagian barat lintasan dengan panjang kurang lebih 5000 m,
maka sangat jelas bahwa Ranu Segaran ini merupakan salah satu produk dari
Gunung Lamongan, dari kurva observasipun dapat dilihat bahwa pada daerah
Ranu Segaran memiliki anomali sedang sampai tinggi padahal terdapat air yang
hanya memiliki densitas 1 gr/cm3, hal itu dikarenakan litologi penyusun ranu
adalah batuan basalt yang memiliki densitas sangat tinggi. Air hangat yang
terdapat pada Ranu Segaran ini kemungkinan karena adanya rembesan dari
Sungai Plaken yang terdapat patahan normal dimana patahan ini berada disebelah
sungai Plaken dengan panjang lintasan kurang lebih 1700 m dan kedalaman
66
gambar berikut:
Gambar 4.11 merupakan lokasi sayatan EF, dari sayatan ini dihasilkan
hasilkan anomali antara -140 mGal sampai dengan 85 mGal dengan lapisan lahar
pada lapisan pertama yang ditunjukan dengan warna biru memiliki ketebalan
kurang lebih 400 m dan densitas antara 1.6 – 2.0 gr/cm3 selanjutnya breksi
gunungapi dengan ketebalan rata – rata 200 m dan densitas antara 2.3 – 2.55
gr/cm3, di susul dengan lapisan ketiga adalah lava yang memiliki densitas antara
2.6 – 2.8 gr/cm3 dan ketebalan 100 m pada daerah barat penelitian dan semakin
tebal pada daerah selatan yakni 700 m. Pada lapisan terakhir adalah basalt dengan
densitas 2.8 – 3.3 gr/cm3 dan ketebalan kurang lebih 600 m namun dengan
interpretasi secara kualitatif, dimana lintasan GH melintang mulai dari arah utara
sampai arah selatan melewati Ranu Segaran, dengan panjang lintasan 4000 m
dibawah ini:
diduga sebagai lahar dengan nilai densitas 1.6 – 2.0 gr/cm3 yang merupakan
hasil erupsi gunungapi yang berbentuk padat mulai dari ukuran debu vulkanik
sampai ukuran bongkahan dan telah bercampur dengan air. Lahar keluar oleh
letusan yang sifatnya explosif dan berstruktur aliran, lapisan ini memiliki
ketebalan 400 m. Pada lapisan kedua ditujukan dengan warna hijau toska dengan
densitas antara 2.3 – 2.55 gr/cm3 diduga sebagai breksi gunungapi dengan
ketebalan rata-rata 300 m. Pada lapiasan ketiga ditunjukan dengan warna hijau
dengan densitas antara 2.6 – 2.8 gr/cm3 diduga lava yang mengandap menjadi
batuan ekstrusif yang masif atau brecciated, dengan ketebalan 550 m. Sedangkan
pada lapisan ke empat ditunjukan oleh warna kuning dengan nilai densitas
antara 2.8 – 3.3 gr/cm3 dan memiliki ketebalan kuran lebih 100 m. Lapisan ke
69
empat ini melewati Ranu Segaran, sehingga pada lapisan ini membentuk pipa ke
sayatan CD, bahwa pipa Ranu Segaran dibentuk oleh batuan basalt, dengan hasil
Hasil dari keempat sayatan yang dilakukan pada penampang anomali lokal
hasil aktivitas gunungapi batuan yakni meliputi lahar, breksi gunungapi, lava dan
butir 3 sampai 25 cm yang terdiri dari campuran batuan andesit dan mineral
mafik. Lava terdiri dari campuran lava andesit, tuff dan porfiritik. Lahar
berkomponen andesit, obsidian dan batu apung (Bemmelen, 1937). Jenis batuan
hasil produk gunungapi ini mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan degan
jenis batuan lainnya. Nilai densitas ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
batuan basalt. Sehingga dapat diperkirakan bahwa air yang telah terpanaskan oleh
batuan pemanas merembes naik melalui zona hasil intrusive gunungapi yang
membentuk pipa dari batuan basalt. Hal tersebut dikarenakan batuan basalt
merupakan jenis batuan yang memiliki pori – pori cukup besar sehingga
diduga breksi gunungapi karena memiliki porositas kecil dan halus serta memiliki
70
mengalirkan fluida.
bahwa bumi terbentuk dari tujuh lapis tertentu. Tujuh lapisan tersebut memiliki
massa jenis (densitas) yang beragam nilainya dan warna dari batuan
warna. Warna tersebut salah satunya terdapat dalam Firman Allah SWT
itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya”. Ayat
struktur batuan tersebut memisah dan membentuk seperti garis-garis. Lapisan ini
dan ada (pula) yang hitam pekat”. Berdasarkan penelitian ini dapat membuktikan
bahwa terdapat batuan lava vulkanik dengan nilai densitas 2,8 gr/cm3 dan batuan
tersebut juga dikuatkan dengan paparan teori tentang batuan, yaitu lava berwarna
sebagai sisipan melidah dalam breksi; tebalnya antara beberapa puluh centimeter
dan beberapa puluh meter. Lava ini bersusun andesit, basalt, andesit
Untuk petunjuk ilmiah tentang bumi dan strukturnya juga dijelaskan dalam
fakta ilmiah luar biasa khususnya pada penggalan ayat “dan di bumi terdapat
lempengan kecil. Setiap lempengan lapisan batu karang bumi memiliki asal-
usul tersendiri serta memiliki perbedaan dalam komposisi kimia dan mineral
2. Setiap lempengan lapisan batu karang bumi terbentung dari 3 jenis terpenting
batu karang, yaitu batu karang api, endapan batu karang dan batu karang
3. Perbedaan konkrit jenis tanah yang dihasilkan oleh peleburan setiap jenis batu
karang ini (akibat berbagai proses erosi, faktor cuaca dan abrasi) secara
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
bouger dapat dibedakan menjadi 3 pola. Pola pertama adalah pola tinggian
dengan rentang nilai anomali 40 mGal sampai dengan -30 mGal. Pola kedua
adalah pola sedang dengan rentang nilai anomali -40 mGal sampai dengan -
130 mGal. Pola terakhir adalah pola rendahan dengan rentang nilai anomali -
130 mGal sampai dengan -230 mGal. Nilai anomali tinggian tersebut
diperkirakan berasal dari batuan yang memiliki densitas yang tinggi atau
batuan dasar yang naik dangkal. Pola tinggian menyebar pada bagian tengah
diinterpretasikan daerah lereng Gunung Tarub. Pola sedang dan rendah berada
2. Hasil pemodelan menunjukan bahwa pada setiap sayatan tersusun atas empat
lapisan yaitu batuan lahar dengan densitas 1.6489 gr/cm3, breksi gunungapi
dengan densitas 2.3826 gr/cm3, lava dengan densitas gr/cm3 dan basalt dengan
73
74
5.2 Saran
Ranu Segaran.
Abdulloh bin Muhammad. 2004. Tafsir Ibunu Katsir, Jilid 8. Bogor: Pustaka
Imam Asy-Syafi’I
A, Setyawan, 2005, Kajian Metode Sumber Ekivalen Titik Massa pada Proses
Pengangkatan Data Gravitasi ke Bidang Datar, Berkala Fisika,8,1,7-10.
Carolyn, Sheet,dkk. 1985. General Science: Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts
Kearey, P., Keith, A. K., Vine, F. J. 2009. Global Tectonics. New Jersey: Wiley-
Blackwell
Kirbani, SB. DR. 2001. Teori dan Aplikasi Metode Gravitasi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Muhammad, Daudah. 2009. TujuhLapisanBumi,http://www.eramuslim.com/syari
/quran-sunnah/tujuh-lapisan-bumi.html. Diakses tanggal 05 April 2014
M. Yusuf Ali. 1989. The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary.
Maryland USA: Amana Corp. Brentwood
Plummer, dkk. 1937. physical geology, tenth edition. New York: McGraw-Hill
Serway, Raimond A. dan Jhon W.Jewett, Jr. 2009. Fisikka untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Salemba Teknika
Sudarmojo, Agus Haryo. 2008. Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an.
Bandung: Mizania
Wegener, Alfred. 1912. The Formation of the Major Forms of the Earth's Crust
(Continents and Oceans), Based on Geophysical. Petermanns
Geographische Mitteilungen
Wisesa, Hendra. 2010. Serba-Serbi Bumi.Yogyakarta: Garailmu
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sherrif, R.E., Keys, D.A. 1990, Applied Geophysics.
Cambridge University Press
Yahya, Harun. 2002. Al-Quran dan Sains. Indonesia: Penerbit bukubuku sains
Islam.
Pada penelitian ini, Surfer 11 digunakan untuk mengkonturkan nilai data. Data
masukan pada Surfer 11 adalah bujur, lintang, dan data (data apapun yang ingin dibuat
1. Buka Surfer 11, kemudian pilih New Worksheet. Pada kolom pertama masukkan
data bujur, kolom kedua masukkan data lintang dan kolom ketiga masukkan data
anomali Bouguer.
Blanking‟‟.
3. Selanjutnya, pilih menu New Plot. Pilih menu „‟Grid‟‟ „‟Data‟‟ selanjutnya
akan tampil kotak dialog yang meminta file „‟bln‟‟ yang tadi sudah disimpan.
Klik „‟Open‟‟ maka akan tampil kotak dialog seperti di bawah ini.
Pilih „‟Gridding Method‟‟ yang diinginkan kemudian tekan „‟OK‟‟ maka data
akan langsung diproses dan akan tersimpan dengan file nama yang sama
tampil kotak dialog yang meminta untuk memasukkan file „‟GRD File‟‟ file ini
Pada menu General centang menu „‟Fill Contours‟‟ dan „‟Color Scale‟‟.
Kemudian pilih menu „‟Levels‟‟. Maka akan tampil kotak dialog seperti di
bawah ini.
6. Selanjutnya klik menu‟‟ Fill‟‟ maka akan tampil kotak dialog seperti dibawah
ini.
7. Selanjutnya klik pada kotak warna pada „‟Foreground Color‟‟ kemudian pilih
warna yang diinginkan klik „‟OK‟‟ dan „‟Apply‟‟. Maka kontur sudah berwarna
Proses pengkonturan ini, berlaku untuk semua data yang ingin dikonturkan
tinggal mengganti Kolom C pada langkah 1 dengan data yang ingin dikonturkan..
Pada penelitian ini proses membawa anomali gravitasi kebidang datar dilakukan
membawabendaanomaligravitasikedalamsumberekivalentitikmassasehinggadaribidangti
tikmassatersebutdiperoleh data
2. Kolom A di isi dengan Bujur (UTM), kolom B di isi dengan Lintang (UTM) dan
berikut :
5. Setelah itu buka Software Matlab 7.6.0, kemudian open filefolder yang dalam
Kilik
%ProyeksikeBidangDatar
%Asumsi: Medan gravitasipadabidangdatarmerupakanrepresentasidari
%distribusimassadiskritpada subsurface horizontal padakedalaman
%tertentu
clearall
clc
load('fika.txt');
x=fika(:,1);
y=fika(:,2);
z=fika(:,3);
g=fika(:,4);
g1=g/10^5;
dx=input('interval grid:');
G=6.6732e-11;
hminz1=2.5*dx;
hmaxz=6*dx;
h=input('kedalamanbidangekivalen:');
up=input('ketinggianupw:');
upw=-up;
xa=fika(:,1);
ya=fika(:,2);
alfa=xa;
beta=ya;
N=length(x);
Y=length(xa);
for i=1:N;
for j=1:N;
Ma1=i;
a(i,j)=G*(h-z(i))/((x(i)-alfa(j))^2+(y(i)-
beta(j))^2+(z(i)-h)^2)^1.5;
end;
end;
meq=inv(a)*g1;
gp=a*meq;
eror=sum(abs(gp-g1))/N;
for i=1:Y;
for j=1:N;
Ma2=i;
b(i,j)=G*(h-upw)/((xa(i)-x(j))^2+(ya(i)-y(j))^2+(upw-
h)^2)^1.5;
end;
end;
gupw=b*meq*10^5;
gbidtar=[x y gupw];
savefika30-2.txtgbidtar-ascii
Lampiran 4. Polinomial Fitting menggunakan Surfer 11
Proses pemisahan anomali regional dan anomaly local dalam penelitian ini dilakukan
lengkap yang akan diproses. Langkah – langkah menggunakan software ini sebagai
berikut:
1. Buka program Surfer 11 pilih menu „‟Grid‟‟ maka akan keluar kotak dialog
yang meminta file dengan extension „‟Bln atau DAT File‟‟. Dalam hal ini
„‟Blnatau DAT File‟‟ yang dimaksud adalah file untuk anomali Bouguer
lengkap yang sudah dibawa ke bidang datar. Maka akan tampil kotak dialog
seperti di bawahini.
Dimana kolom “Griding Method” yang awalnya “Kringin” diganti menjadi
Saddle”. Kemudian OK, maka akan tersimpan file baru dalam bentuk grid. File
yaitu:
2. Pilih menu “Grid” selanjutnya “Math” maka muncul kolom dialog seperti di
bawah ini.
3. Kemudian, input data anomaly bouguer lengkap pada bidang datar dan anomali
regional dari hasil polynomial tadi. Pada kolom “Enter a Function…” yang
pengerjaanya harus diiterasi sampai didapatkan ralat (error) terkecil. Perhitungan ralat
RM =
dimana,
N = Jumlah data.
Masukan untuk program Grav2DC adalah nilai panjang lintasan dan nilai
anomali Bouguer pada lintasan dengan file extension “dta‟‟. Langkah - langkah
1. Buka program Grav2DC for windows kemudian pilih menu „‟System Option‟‟
kemudian pilih „‟Begin a new model‟‟ maka akan tampil kotak dialog seperti
dibawah ini.
Pada kotak „‟Body 1 Density‟‟ masukkan nilai densitas yang diketahui
melalui tabel massa batuan, ini akan menjadi lapisan pertama dalam pemodelan.
masukkan data spasi pengukuran. Pada kotak „‟Strike leght 1 dan Strike leght 2‟‟
masukkan nilai panjang pemodelan ke arah lateral (ke arah kanan dan kiri model
3. Selanjutnya pada kotak „‟no. of points‟‟ masukkan nilai sejumlah data yang akan
untuk dapat memasukkan nilai data amatan. Pada kotak „‟Unit of measure‟‟ pilih
kemudian buatlah pola lapisan dengan menggunakan tombol kiri Mouse kalau
sudah terbentuk pola lapisan yang diinginkan „‟klik kanan‟‟ pada Mouse.
4. Selanjutnya, untuk menambahkan Body atau lapisan pilih menu „‟Edit Model‟‟
kemudian „‟add a Body‟‟. Maka akan tampil kotak dialog seperti di bawah ini.
Pada kotak „‟Density‟‟ masukkan nilai densitas yang diinginkan. Kemudian klik
“OK‟‟. Selajutnya buat pola lapisan seperti yang diinginkan dengan cara yang
sama pada langkah3.Buatlah lapisan sesuai dengan kontrol data yang diketahui,
terakhir, rubahlah bentuk dan densitas pada setiap Body/lapisan (dengan catatan
harus berdasarkan informasi geologi dan teori yang ada) sampai didapatkan nilai