Anda di halaman 1dari 4

PATOFISIOLOGI

Sasaran utama OA adalah kartilago sendi yang memiliki dua fungsi mekanis utama :

1. Kartilago membentuk permukaan yang sangat halus sehingga pada pergerakan sendi satu tulang
menggelincir tanpa hambatan terhadap tulang yang lain(dengan cairan sinovium sebagai pelumas).

2. Kartilago sendi merupakan penyerap beban (shock absorber) dan mencegah pengumpulan tekanan
pada tulang sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi mendapat beban.

KARTILAGO

Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).

 Kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan


 Matriks ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%),
proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV

Proteoglikan
o Proteoglikan terdiri dari inti protein dengan cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama
krondoitin sulfat dan keratin sulfat
o Proteoglikan membentuk kesatuan dengan asam hialuronat, dan keduanya berperan dalam
menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago
o Proteoglikan berperan dalam menahan beban tekanan (tensile strength)

Kolagen

o Kolagen berperan dalam menahan beban regangan dan beban gesekan (shear strength)

OA dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu :

1. Sifat biomaterial kartilago sendi dan tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban
berlebihan terhadap sendi sehingga jaringan rusak; atau
2. Beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau tulang kurang
baik.

Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai OA, yaitu kerusakan fokal kartilago sendi
yang progresif dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada dasar lesi kartilago dan tepi sendi.
Perubahan mana yang lebih dahulu timbul, korelasi, dan patogenesisnya sampai sekarang belum
dipahami dengan baik.
Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan antara enzim degradatif dan
regeneratif. Sebagai enzim degradatif terdapat lisosomal protease (cathepsin), plasmin, dan matrix
metalloproteinases / MMPs (stromelysin, collagenase, dan gelatinase) yang merusak makromolekul
matriks kartilago (proteoglikan dan kolagen).

Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim tissue inhibitor of metalloproteinases (TIMP)
dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang disintesis oleh kondrosit, serta faktor-faktor
pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1), transforming growth factor- β (TGF-β), dan
basic fibroblast growth faktor yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.

Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan sintesis dan sekresi
enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1
sendiri diproduksi oleh sel fagosit mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik
terhadap kartilago dan menekan sintesis proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan
matriks kartilago secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan proteoglikan, perubahan
sifat-sifat kolagen yang mengubah biomekanik kartilago, dan berkurangnya kadar air kartilago,
sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif.

PATOGENESIS

Pada OA dalam kasus ini, komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi.

Jejas mekanis dan kimiawi merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal
dan produk degradasi kartilago didalam cairan synovial sendi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
ketika hal tersebut terjadi, rawan sendi dapat melakukan perbaikan sendiri yaitu kondrosit akan
bereplikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh factor pertumbuhan
suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel.

Faktor mekanis (penggunaan sendi yang berlebihan dan terus menerus) dan disertai factor-faktor resiko
seperti usia, genetic, dan factor kebudayaan kemudian menyebabkan pelepasan enzyme kolagenase dan
stromelysin sehingga menyebabkan pemecahan proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Hal tersebut
menyebabkan terjadi kehilangan matriks kartilago terutama pada permukaan medial kartilago.
Kondrosit menjadi tidak responsive terhadap factor pertumbuhan seperti TGF-B dan IGF-1 dan tidak
mampu sepenuhnya mengkompensasi kehilangan matriks. Ketidakseimbangan antara sintesis dan
degradasi kartilago ini terjadi dengan abrasi, fisura dan cekungan pada permukaan artikular. Kartilago
artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi matriks dan overhidrasi mengakibatkan
kekakuan dan kehilangan elastisitas kompresif pada transmisi yang memberikan tekanan mekanis besar
pada tulang subkondral sehingga tulang trabekular subkondral rusak dan dapat terbentuk kista tulang
akibat tekanan yang berlebihan tersebut. Mekanisme perbaikan pada tepi permukaan artikular
(interfase tulang-kartilago) mengakibatkan peningkatan sintesis kartilago dan pembentukan tulang
berlebihan atau yang disebut osteofit.

MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri sendi
Nyeri OA diakibatkan oleh 3 penyebab mayor: akibat gerakan dari factor mekanis, akibat inflamasi
synovial, dan akibat hipertensi intraoseus.
Pada OA tidak selalu ditemukan adanya inflamasi. Hanya kira-kira 40% kasus yang disertai inflamasi
yang disebabkan oleh lepasnya Kristal kalsium-pirofosfat atau serpihan rawan sendi ke rongga sendi.
Pada kasus yang terjadi adalah nyeri akibat gerakan factor mekanis. Perubahan mekanikal
disebabkan oleh perubahan anatomis yang lanjut akibat beratnya penyakit. Nyeri mekanikal timbul
setelah penderita melakukan aktivitas dan tidak timbul pada pagi hari serta tidak disertai dengan
kaku sendi (joint stiffness).
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
air yang mungkin disebabkan gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen
dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika kondrosit
mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis
dan degradasi matriks, serta berproliferasi.Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago.Respon ini dapat berlangsung
selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau
mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah
oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan
downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

 Pembengkakan sendi
Akibat adanya osteofit marginal yang muncul pada permukaan tulang rawan dan dapat mengubah
permukaan sendi.

 Krepitasi
Disebabkan karena adanya pergesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan
atau dimanipulasi secara pasif. Krepitasi yang semakin jelas berhubungan dengan bertambah
beratnya penyakit.
 Hambatan gerak sendi
Biasanya bertambah berat perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri. Hambatan gerakan
dapat konsentris (seluruh arah gerakan) atau eksentris (satu arah gerakan).

 Kaku pagi
Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak
gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah
bangun tidur di pagi hari.

 Perubahan gaya berjalan


Keadaan ini berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA
lutut.

 Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian


Sendi yang terkena secara perlahan-lahan dapat membesar. Tanda-tanda adanya peradangan pada
sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat
dijumpai pada OA karena sinovitis.

Anda mungkin juga menyukai