SKENARIO 1 BLOK 3
TENTANG
ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN
Tutor 4
Williem Harvey G1A110008
Hafizani Rahmah G1A110018
Yosie Yulanda Putra G1A110025
Erisya Dwi Puspa G1A110031
Dosen Pemimbing :
dr. Benhard A P, M.Kes AIFO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
1
2010/2011
Skenario
Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumur 55 tahun dan Nn.
Bonny 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh
mereka saling merapat. Kedua pasien dibawa ke IGD RS dengan kondisi sadar. Hasil
pemeriksaan tim dokter, menemukan bahwa hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan
sedang 1 orang lainnya harus dikorbankan. Tim dokter menghadapi dilema etika dan hukum
dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut. Untuk itu, tim dokter berdiskusi dengan
menggunakan ethical method of reasoning –yang terdisi dari tiga langkah, yaitu fact deliberation,
value deliberation, dan duty deliberation- dalam mengambil keputusan penatalaksanaan yang
tepat. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health, benefit,
autonomy, vulnerability), tim dokter akhirnya ,memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner
yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan Nn, Bonny yang mengalami
kerusakan organ tubuh yang sangat luat. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko
operasi, keduanya bersedia mnandatangani lembar informed consent. Pada akhirnya Tn. Manner
berhasil diselamatkan sedang Nn. Bonny meninggal dunia.
Klasifikasi istilah
1. Etika
Suatu bagian dari ilmu filsafat tentang baik atau buruknya perilaku serta menyangkut
dengan moralitas dan tingkah laku
2. Hukum
Peraturan tertulis yang dibuat untuk mengatur tingkah laku atau perilaku yang berada
dimasyarakat
3. Ethical method of reasoning
Langkah –langkah yang harus diikuti untuk menetukan keputusan yang paling tepat
dalam menghadapi konflik moral dalam suatu kasus
4. Fact deliberation
Pertimbangan terhadap fakta-fakta yang ada
5. Value deliberation
Pertimbangan terhadap nilai-nilai dalam mengindentifikasi konflik moral
6. Duty deliberation
2
Pertimbangan untuk menentukan perbuatan terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah
7. Informed consent
Persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter terhadap suatu tindakan medik yang
akan diterimanya yang setelah diberi penjelasan dahulu
8. Harm
Kerugian atau bahaya yang akan muncul dari tindakan medis yang akan dilakukan
9. Autonomy
Hak pasien dalam menentukan nasib sendiri
10. Vulnerability
Kemungkinan harapan hidup untuk disembuhkan atau tidak disembuhkan
11. Healh beneficence
Suatu manfaat kesehatan yang diambil dari tindakan medik
12. Operasi
Tindakan bedah yang dilakukan tim medis pada pasien yang membutuhkan pertolongan
setelah menyetujui informed consent
Identifikasi masalah
1. Hasil pemeriksaan tim dokter, menentukan bahwa hanya ada 1 pasien yang hanya
diselamatkan sedangkan 1 orang lainnya dikorbankan sehingga tim dokter mengalami
dilema etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut.
2. Tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasioning
3. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip bioetika, tim kedokteran untuk
menyelamatkan Tn Menner yang memiliki peluan terbesar untuk sembuh dibanding Nn
Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang luas
4. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi keduanya bersedia
menandatangani informed consent.
Analisis masalah
1. Hasil pemeriksaan tim dokter, menentukan bahwa hanya ada 1 pasien yang hanya
diselamatkan sedangkan 1 orang lainnya dikorbankan sehingga tim dokter mengalami dilema
etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut.
3
Hukum: peraturan perundang-undangan yang dibuat suatu kekuasaan dalam mengatur
pergaulan masyarakat
Perbedaan
Etik Hukum
Untuk lingkungan Untuk lingkungan umum
Kesepakatan anggota profesi Badan pemerintah
Tidak seluruhnya tertulis Seluruhnya tertulis
Sanksi tuntutan Sanksi tuntutan
Diselesaikan MKDKI Pengadilan
Tidak disertai bukti fiksi Perlu bukti fiksi
4
2. Value deliberation
3. Duty deliberation
4. Testing consistensy
5. Conclusion
3. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip bioetika, tim kedokteran untuk
menyelamatkan Tn Menner yang memiliki peluan terbesar untuk sembuh dibanding Nn
Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang luas
a. Apa definisi bioetik?
Bioetika: study interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan
dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik micro maupun macro, masa kini dan datang
(Bertens 2001)
b. Sebutkan kaidah dasar bioetik?
1.Prinsip beneficence.
2.Prinsip non-malefience.
3.Prinsip autonomy.
4.Justice.
c. Sebutkan prinsip-prinsip bioetika?
1. Human dignity and human rights
2. Benefit and harm
3. Autonomy and individual responsibility
4. Consent
5. Persons without the capacity to consent
6. Respect for human vulnerability and personal integrity
7. Privacy and confidentiality
8. Equality, justice, and equity
9. Non-discrimination and non-stigmatization
10. Respect for cultural diversity and pluralism
11. Solidarity and cooperation
12. Social responsibility and health
13. Sharing of benefits
14. Protecting future generations
15. Protection of environment, the biosphere and biodiversity
d. Apa saja landasan yang mempengaruhi etika, bioetika dan hukum?
1. Sumpah hipokrates (460-377 SM)
2. Deklarasi Geneva (1948)
3. International Code Of Medical Ethics (1949)
4. Lafal sumpah dokter indonesia (1960)
5. Kode etik kedokteran indonesia (1983)
6. Pernyataan-pernyataan ikatan dokter sedunia
e. Bagaimana kaitan kasus dalam skenario di atas jika dipandang dari aspek
agama,hokum,dan hukum kesehatan ?
5
Agama: Dalam agama islam tidak dibolehkan karena dalam hidup beragama tidak
dibenarkan menghilangkan nyawa seseorang. Sesuai dengan Al-qur’an surat al-baqarah
ayat 178. Sedangkan dalam agama kristen maupun budha juga tidak diperbolehkan
karena bertentangan dengan ajaran agama mereka.
Hukum: dalam hukum menghilangkan nyawa seseorang tidak dibolehkan seperti dalam
Undang - Undang Hukum Pidana 344 KUHP
Isinya: barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjara
selama-lamanya 12 tahun
f. Apa saja hak dan kewajiban dokter?
Hak dokter
memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan opersional
melakukan praktek sesuai dengan standar profesi dan operasional
menerima imbalan jasa
menerima informasi jujur dari pasien dan atau keluarga pasien
Kewajiban dokter
memberi pelayanan medis
merujuk pasien
merhasiakan tentang pasien (privancy)
melakukan pertolongan darurat
menambah pengetahuan
yang terkandung dalam sumpak dokter indonesia
g. Apa saja hak dan kewajiban pasien?
Hak pasien
mendapat pelayanan kesehatan
untuk hidup
mendapat penjelasan diagnosis
menolak prosedur diagnosis
mendapat rujukan
kerahasiaan
penjelasan perincian biaya
Kewajiban pasien
memberi informasi yang lengkap
mematuhi nasehat dan ketentuanyang berlaku
memberi jasa
> Tindakan-tindakan yang bersifat invasif dan operatif atau memerlukan pembiusan,
baik untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang bersifat terapeutik.
Hipotesis
8
Dokter memutuskan menyelamatkan Tn. Manner karena memiliki peluang terbesar untuk
hidup setelah mempertimbangkan aspek hukum dan etika.
Kerangka konsep
Definisi
Isi Doktrin
Informed Consent
Persamaan
Etika Hukum
Perbedaan
Bioetik Definisi
EMOR
Kaidah Prinsip
5 stage
dasar
Definisi
Sintesis
Etik : seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode etik.
Etika kedokteran : pengetahuan tentang perilaku professional para dokter dan dokter gigi dalam
menjalankan pekerjaannya sebagaiman tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik masing-
masing yang telah disusun oleh organisasi profesinya bersama-sama pemerintah.
Hukum : peraturan perundangan seperti yang terdapat dalam hokum pidana, perdata, tata Negara
dan hukum administrasi Negara.
11
Ethical Methode Of Rasoning langkah-langkah untuk memutuskan dilema etik denagn
menggunakan cara berfikir kritis untuk membuat keputusan yang benar dalam menentukan
tindakan kesehatan
Bioetika
a. Beneficence
12
Prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah menjadi atau dalam keadaan
yang umum
b. Non – maleficence
Prinsip prima-facienya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau dalam keadaan)
gawat darurat dimana diperlukan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan
nyawanya
c. Autonomy
Prinsip prima facie disini muncul (berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok
pasien yang berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan berkepribadian matang.
d. Justice
Prinsip prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam keadaan) konteks
membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri
Prinsip-prinsip Bioetika :
Agama:
Dalam agama islam tidak dibolehkan karena dalam hidup beragama tidak dibenarkan
menghilangkan nyawa seseorang. Sesuai dengan al-qur’an surat al-baqarah ayat 178.
Sedangkan dalam agama kristen maupun budha juga tidak diperbolehkan karena
bertentangan dengan ajaran agama mereka.
13
178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara
yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih[111].
Hukum:
Dalam hukum menghilangkan nyawa seseorang tidak dibolehkan seperti dalam Undang -
Undang Hukum Pidana 344 KUHP
Isinya: barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjara
selama-lamanya 12 tahun
Hak dokter
Kewajiban dokter
Hak pasien
Kewajiban pasien
Informed Consent
Informed consent izin/pernyataan setuju dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar, dan
rasional, setelah ia mendapat inform yang dipahami dari dokter tentang penyakitnya
a. Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan
medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan pelaksana jasa tindakan
medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi
pasien dan standar profesi medis, serta penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan
biaya tinggi atau “over utilization” yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada alasan
medisnya.
a. informed consent adalah Consent yang diberikan pada pasien yang ditandatangani
langsung oleh pasien yang berangkutan (tanpa keluarga/wali).
b. Proksi consent adalah Consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien itu
sendiri dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi
(suami, istri, anak, ortu, saudara kandung, dll)
a. Tersirat ( Implied Consent) adalah persetujuan yang diberikan pasien secara terirat,
tanpa pernyataan tegas
Contoh : melakukan jahitan, penagmbilan darah untuk pemeriksaan laboratorium,
penyuntikan
Presumed consent adalah jika pasien dalam keadaan gawat darurat, dan dokter harus
lakukan tindakan segera sedangkan pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan, dan keluargapun tidak ada di tempat, maka dokter segera melakukan
tindakan berdasarkan Permenkes 585 tahun 1989, pasal 11. Dengan arti bila pasien
dalam keadaan yang sadar akan menyetujui tindakan medik yang dilakukan
b. Dinyatakan (Ekpress Consent) adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau
tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang
biasa
pasal 8
pasien dewasa 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan sehat
keluarga pasien bila umur pasien 21, pasien dengan gangguan jiwa, tidak sadar, pingsan
pasal 9
pasien < 21 tahun/ sudah menikah dibawah pengampuan dan gangguan mental,
persetujuan diberikan pada wali
pasal 10
16
pasien < atau belum menikah dan tidak punya wali/ wali berhalangan, persetujuan
diberikan pada keluarga atau induk semang/ yang bertanggung jawab pada pasien
pasal 11
dalam keadaan pasien tidak sadar dan tidak ada wali/ keluarga terdekat dan dalam
keadaan darurat yang perlu tindakan medik segera tidak dibutuhkan informed consent
dari siapapun
Permenkes RI NO 585/MenKesh/Per/IX/1989
1. Penjelasan langsung dari dokter yang melakukan tindakan medis dan dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh pasien
2. Tidak ada unsur dipengaruhi/ mengarahkan pasien pada tindakan tertentu, semua
putusan diserahkan pasien dan dokter hanya menyarankan dan menjelaskannya
3. Menyakan ulang kembali apakah sudah mengerti
4. Lembar informed consent diisi oleh pasien/keluarga/ wali
1. Tindakan-tindakan yang bersifat invasif dan operatif atau memerlukan pembiusan, baik
untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang bersifat terapeutik.
3. Tindakan khusus yang berkaitan dengan penelitian bidang kedokteran ataupun uji klinik
(berkaitan dengan bioetika)
a. Garis besar, seluk beluk penyakit yang diderita prosedur perawatan/ pengobatan yang
akan diberikan atau diteruskan
b. Resiko yang akan dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul
c. Prospek atau prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.
d. Alternative metode perwatan atau pengobatan
e. Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk member ikan persetujuan
f. Prosedur perawatan atau pengobatan yang akan dilakukana merupakan suatu
percobaan atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan.
18
Referensi
1. Achadiat CM.2007. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Guwandi J.2006. Dugaan Malpraktek Medik dan Draft RPP: “ Perjanjian Terapetik
antara Dokter dan Pasien”. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Guwandi J. 2008, Informed Consent. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
4. Hanafiah MJ, Amir Amri. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Guwandi J. 2004.Hukum Medik (medical Law). Jakarta: Balai Penerbit FKUI
6. Sampurna Budi,dkk. 2005. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Pustaka Dwipar
7. Undang-Undang Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006
19
20