Anda di halaman 1dari 12

Pendapatan adalah elemen kunci dalam laporan keuangan dan cukup penting untuk penyusunan

dan penggunaan laporan keuangan. Pelaporan pendapatan mencerminkan operasi masa lalu
perusahaan dan digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan. Meskipun penentuan
pendapatan merupakan bagian penting dari pengukuran kinerja, pengukurannya tidak selalu
mudah karena banyak model bisnis yang berbeda yang ada. Dalam bab ini kita Pertimbangkan
Sifat pendapatan dengan memahami definisi, pengakuan dan pengukurannya. Kita akan
mendiskusikan isu-isu detil berkaitan dengan pengakuan pendapatan, denagn latar belakang
historis dan mempelajari tiga kriteria yang diterima secara umum untuk pengakuan pendapatan.

1. DEFINISI PENDAPATAN

Pendapatan adalah elemen kunci akuntansi dan mendasar dari pelaporan aktivitas suatu
perusahaan, jadi defenisinya sangatlah penting. Kita tahu pendapatan menaikkan nilai bruto dari
aset dan modal. Dan kenaikan akhirnya berhubungan dengan kas. Untuk operasi utama dari
bisnis, arus masuk kas terutama diciptakan oleh produksi dan penjualan output dari entitas. Oleh
karena itu kita dapat mengidentifikasi dua aliran utama berhubungan dengan operasi bisnis ini:
fisik dan arus moneter.

Arus fisik melibatkan peristiwa dalam memproduksi dan menjual output atau produk perusahaan.
Arus moneter mencakup peristiwa meningkatnya nilai dari perusahaan. Objek yang berhubungan
dengan aliran moneter adalah jumlah dolar aset yang diproduksi atau dijual. Paton dan Littleton
menyebut pendapatan sebagai ‘produk dari perusahaan’ termasuk arus fisik dari produksi output
perusahaan. Mereka juga menambahkan bahwa pendapatan ‘akhirnya mewakili arus dana dari
konsumen’ jadi termasuk arus moneter. Jadi kita simpulkan bahwa pendapatan secara langsung
berkaitan peristiwa moneter dari peningkatan nilai perusahaan, yang meningkatkan produksi atau
penjualan dari output.

Pendapatan didefinisikan dalam 1AS 18/AASB 118 revenue, paragraf 7, yakni:

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Dalam rerangka IASB pendapatan (revenue) adalah bagian dari penghasilan (income):
Pendapatan adalah meningkatnya manfaat ekonomi Selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan dari asset atau pengurangan dari kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) dan laba. Pendapatan timbul
dari aktivitas normal perusahaan termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti dan sewa.

Di Amerika Serikat, FASB mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:

Pendapatan adalah arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas atau pelunasan dari
kewajibannya (atau kombinasi keduanya) selama periode dari penyerahan atau produksi
barang, memberikan jasa, atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh operasi/aktivitas pusat
atau utama yang sedang berlangsung dari entitas.

Definisi IASB konsisten dengan definisi FASB tentang pendapatan dan berfokus pada
arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas oleh operasi/aktivitas pusat atau utama yang
sedang berlangsung dari entitas. Aset diterima atau ditingkatkan dengan penghasilan mencakup
kas, piutang dan barang dan jasa yang diterima dalam pertukaran barang dan jasa yang
disediakan (Framework, paragraf 77). definisi pendapatan mencakup juga hasil dari penyelesaian
kewajiban.

Berbeda dengan pendekatan 1ASB, FASB membuat sebuah perbedaan Antara


pendapatan dan laba, meskipun Keduanya dimasukkan dalam laporan laba. Laba adalah
Kenaikan aset bersih dari Transaksi perifer atau insidentil dan dari peristiwa lainnya yang
mungkin sebagian besar di luar kendali perusahaan. Pendapatan berhubungan dengan operasi
utama atau sentral yang sedang berlangsung. Namun, Martin menyarankan bahwa tidak ada
alasan bahwa pendapatan dan keuntungan seharusnya tidak mengikuti aturan yang sama dalam
pengakuan dan pengukurannya. Pada dasarnya, keduanya mewakili peningkatan dalam asset
bersih dan oleh karena itu harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Pandangan Perilaku terhadap Pendapatan


Perlu diketahui,pendapatan merupakan peningkatan total nilai dari aset (atau penurunan nilai
kewajiban) dan modal selain dari tambahan infestasi dari pemilik. Peningkatan ini biasanya
terjadi karena perusahaan melakukan aktivitas tertentu; dengan kata lain, terdapat kinerja dari
perusahaan. Pendapatan umumnya diperoleh dikarenakan entitas melakukan sesuatu untuk
mewujudkannya.

Penerimaan bukan sekedar sejumlah uang. Sebagaimana Paton dan Littleton tetapkan,
pendapatan menujukkan ‘prestasi/pencapaian’ dari perusahaan. Yaitu merupakan ukuran kinerja
kotor entitas sebagai penciptaan laba bisnis. Ketika beban dipandang sebagai 'usaha' dari
perusahaan, maka pencocokan pendapatan dan beban yang menghasilkan laba merupakan
'pencapaian bersih' dari perusahaan. Ini adalah pandangan perilaku pendapatan, beban dan laba.

Dalam nada yang sama, Bedford menekankan pandangan operasional pendapatan dan laba, di
mana, laba didefinisikan dalam hal operasi tertentu yang dilakukan oleh entitas, bukan hanya
merupakan hasil dari penerapan metode akuntansi. Laba muncul hanya pada aktifitas yang
dirancang oleh operasi bisnis. Dengan demikian, peningkatan dan penurunan nilai tertentu
dikecualikan, Seperti Mereka yang berasal dari transaksi obligasi pemerintah, hadiah dan
kontribusi, Karena Tidak Dianggap sebagai aktifitas yang menghasilkan laba bisnis. Operasi
bisnis umum yang ditetapkan oleh Bedford adalah:

• akuisisi sumber daya uang


• akuisisi layanan
• penggunaan layanan
• Rekombinasi dari perolehan layanan
• disposisi layanan
• distribusi sumber daya uang
2. PENGAKUAN PENDAPATAN

Perspektif Sejarah

Selama abad kesembilan belas, penghasilan (laba) untuk bisnis ditentukan dengan dasar suatu
peningkatan terhadap kekayaan bersih. Pengakuan yang dikenal sekarang atau prinsip realisasi
tidak selalu merupakan bagian dari praktek standar akuntansi. Sebagaimana Mei katakan:
Sebuah tinjauan akuntansi, hukum, dan Ekonomi menyarankan bahwa realisasi postulat
tidak diterima sebelum Perang Dunia Pertama. Pada tahun 1913. Semua otoritas terkemuka
di bidang ini di Inggris dan Amerika Tampaknya setuju pada ‘Peningkatan Terhadap
Kekayaan Bersih’ sebagai konsep penghasilan.

Meningkatnya konsep kekayaan bersih dari penghasilan sedara bertahap digantikan oleh gagasan
bahwa penghasilan harus 'terrealisasi'. Ha ini timbul Karena Perubahan Penggunaan aset tidak
lancar khusus oleh Perusahaan menjadi signifikan pada periode antara Perang Dunia I dan 1930-
an menentukan nilai aset khusus ini sulit, membuat perhitungan dari perubahan nilai aset lebih
sulit untuk dipastikan.

Kriteria Pengakuan Pendapatan

Peristiwa tersebut membuat akuntan menyadari perlunya bukti obyektif yang cukup untuk
mendukung setiap perubahan nilai jika itu harus dicatat sebagai pendapatan. Pertanyaannya
adalah: Pada poin mana penerimaan (revenue) dapat dicatat sebagai pendapatan (earned) selama
proses penerimaan (earning) karena tidak ada bukti yang cukup?

Pengakuan pendapatan dapat terjadi pada beberapa tahapan dalam operasi perusahaan atau siklus
pendapatan, digambarkan dalam gambar 09.2. Hal ini diuraikan oleh Coombes dan Martin
sebagai berikut:

pendapatan yang telah diakui di beberapa poin dalam siklus pendapatan, misalnya:

1) pada poin 5 dalam industri bangunan untuk kontrak konstruksi jangka panjang
2) pada poin 7 di mana itu adalah tanggung jawab pembeli untuk mengumpulkan barang
3) Pada poin 8 dalam banyak kasus
4) pada poin 9 dengan beberapa praktek professional dan untuk kredit angsuran penjualan

9 receipt of 1 devising an
cash idea

2 making
8 delifery of goods
to costomers purchases

7 receipt of orders 3 receip of orders


after completing before commencing
production production
Gambar 09.2 Siklus Operasi

Kita perlu merumuskan kriteria untuk membantu kita memutuskan bukti apa yang cukup
obyektif-yaitu kita perlu mengetahui jenis bukti yang kita perlukan sebelum kita memiliki
keyakinan terhadap suatu pendapatan atau laba tertentu. Selama bertahun-tahun, berdasarkan
kebutuhan akan bukti obyektif, tiga kriteria telah dikembangkan untuk memastikan apakah
pendapatan atau laba harus diakui, kriteria pengakuan didasarkan pada kerelevanan dan
kehandalan informasi akuntansi. Tiga kriteria tersebut adalah:

• Terukurnya nilai aset


• Adanya transaksi
• Penyelesaian substansial dari proses penerimaan.

Kriteria ini dibahas di bawah ini.

Analisis Kriteria Untuk Pengakuan Pendapatan

Terukurnya nilai aset

Pendapatan dapat dipandang sebagai arus kas masuk yang meningkatkan nilai dari total asset
perusahaan, bersamaan dengan peningkatan ekuitas. kriteria ini adalah masuk akal dalam
pengakuan pendapatan. Jika tidak terdapat arus masuk dari nilai asset yang dapat secara objektif
ditentukan, pendapatan tidak dapat dihitung secara obyektif. Manfaat dari pengukuran nilai wajar
dalam standar seperti IAS 39/AASB 139 financial instrument: recognition and measurement,
IAS 40/AASB 140 investment property IAS 41/AASB141 agriculture juga berfokus pada
peningkatan aset, tanpa arus masuk actual atau fisik dari asset. Dalam kasus tersebut, masalah
utama adalah masih objektivitas.
Kebutuhan akan pengukuran reliable dan verifiable menyebabkan penggunaan pendekatan
konservatis dalam menilai asset.

Haruskah asset likuid?

FASB menyatakan bahwa pendapatan dan laba umumnya tidak diakui sampai terealisai atau
dapat terealisasi. sudut pandang ini didukung oleh AARF dalam Teori Monoghraph no 3. Istilah
‘terealisasi’ berarti bahwa aset yang diterima adalah tunai atau klaim menjadi tunai dan 'dapat
terealisasi’ berarti aset yang diterima dengan segera dapat dikonfersi untuk mengetahui jumlah
tunai atau klaim menjadi tunai.

Kolektibilitas
Sebuah aspek dari kriteria terukurnya adalah apakah kolektibilitas dari kas cukup terjamin.
Terukurnya nilai aset berkaitan dengan kolektibilitasnya. Kolektibilitas berkaitan dengan
judgement, biasanya didasarkan pada pengalaman sebelumnya perusahaan. Semakin panjang
periode penagihan, semakin tidak pasti semua uang dapat terkumpulkan.

Adanya Transaksi

Ketika sebuah pihak eksternal dalam transaksi jangka panjang menyatakan kesediaan untuk
membayar harga yang diberikan untuk produk perusahaan, transaksi ini tentu merupakan bukti
obyektif dari peningkatan nilai perusahaan. Pihak luar memberikan bukti yang menguatkan nilai
output. Saat ini, kecuali dalam kasus tertentu, perusahaan harus terlibat langsung dalam
transaksi. Perhatikan bahwa jika kita bersikeras menjadi pihak perusahaan untuk transaksi
sebelum pendapatan tersebut dapat diakui, maka biaya historis menjadi dasar yang paling
mungkin untuk penilaian aset. Hal ini tidak mengherankan, karena itu, untuk menemukan bahwa
kritik kriteria ini cenderung menjadi pendukung current cost dan exit price accunting Mereka
berpendapat bahwa, perusahaan tidak perlu menjadi terlibat dengan transaksi tersebut, namun
suatu transaksi pasar secara umum sudah cukup. Jika ini diperbolehkan, maka aset tersebut dapat
direvaluasi dan laba dicatat sebelum penjualan.

Penyelesaian substansial dari proses penerimaan

Kriteria ini, tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Rerangka, berfokus pada pengertian bahwa
pendapatan tidak dihasilkan (diperoleh) sampai perusahaan telah melakukan sebagian besar
kegiatan yang perusahaan memperoleh pendapatan. Untuk kriteria ini dapat diterapkan,
pendapatan tidak dianggap telah diperoleh sampai perusahaan telah melakukan sesuatu. Sebagai
contoh, penandatanganan kontrak di kebanyakan kasus tidak menciptakan pendapatan karena
tidak ada kinerja yang dilakukan oleh penjual.

Ketika sebagian besar operasi yang merupakan proses penerimaan telah dilakukan oleh
perusahaan, maka biaya yang terkait dengan operasi-operasi juga dapat ditentukan. Biaya total
dapat dipastikan dengan sedikit ketidakpastian, karena apapun masa depan yang mungkin terjadi
dapat dengan mudah diperkirakan.

Myers menganggap masalah penyelesaian pendapatan ini ini dengan menganjurkan suatu criteria
‘critical event’:

laba diperoleh pada saat pengambilan keputusan yang paling kritis atau melakukan tugas yang
paling sulit dalam suatu siklus transaksi lengkap.

3. PENGUKURAN PENDAPATAN

Tiga kriteria untuk pengakuan pendapatan dibahas di atas telah dipertimbangkan oleh pembuat
standar dalam menentukan pedoman yang memadai. Rerangka, paragraf 83. menyediakan dua
kriteria pengakuan pendapatan:

(A) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke atau dari entitas; dan
(B) item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan ..

Dengan demikian, Rerangka menyediakan beberapa panduan dalam kaitannya dengan


pengakuan tetapi tidak mencakup pengukuran. IAS 18/AASB 118 revenue lebih spesifik. yang
menyatakan pendapatan akan diukur pada nilai wajar dari pertimbangan diterima atau piutang
(paragraf 9). Lebih jauh, memberikan aturan khusus untuk pengakuan dari berbagai jenis
pendapatan, yaitu (a) penjualan barang, (b) jasa dan (c) bunga, royalti dan dividen.

Penjualan Barang

Dari perspektif teoretis, penjualan paling memenuhi ketiga criteria umum pengakuan (terukurnya
nilai aset, adanya suatu transaksi, dan penyelesaian proses penerimaan) tercantum dalam bagian
sebelumnya. Oleh karena itu, penjualan pada proses penerimaan dipilih karena umumnya waktu
yang paling tepat untuk mengakui dan mencatat pendapatan karena memenuhi kriteria untuk
pengakuan. Pada saat penjualan, sebuah transaksi dilakukan, penjual menerima aset terukur, dan
proses penerimaan secara substansial telah selesai.

Penjelasan penjualan

Apa itu penjualan? Bagaimana kita tahu bahwa penjualan telah terjadi? Menggunakan hukum
sebagai panduan, yang biasanya disebut sebagai penjualan adalah bahwa barang telah diserahkan
oleh penjual ke pelanggan, atau jasa telah diserahkan. Seperti yang dinyatakan oleh Marlin:

Bukti pasti dari suatu pendapatan sering terdiri dari suatu transaksi penjualan eksternal,
sehingga biasanya pendapatan tidak bisa diakui sebelum penjualan.

Dalam beberapa kasus, penjual bisa melakukan pengiriman bukan dengan memindahkan barang
tetapi dengan pengiriman dokumen kepemilikan (title). Dalam kebanyakan kasus, hak atas
barang tidak lolos ke pelanggan karena aturan hukum dari suatu penjualan mencakup transfer
kepemilikan. Tetapi penekanan harus ditempatkan pada substansi ekonomi dari transaksi bukan
pada rincian hukum teknis. Disahkannya kepemilikan merupakan salah satu aspek untuk
mempertimbangkan dan menentukan apakah penjualan telah dibuat (IAS 18/AASB 118, paragraf
15), tetapi hal tersebut tidak harus ditekankan sebagai pertimbangan utama, setidaknya dari sudut
pandang akuntansi.

Pengecualian untuk dasar penjualan


Terdapat situasi dimana pendapatan diperbolehkan atau harus dicatat selain pada waktu
penjualan. Ada tiga pengecualian terhadap prinsip pengakuan penjualan. yaitu:
 pendapatan yang diakui selama produksi
 pendapatan yang diakui pada akhir produksi
 Pendapatan diakui pada saat kas diterima setelah penjualan dibuat.
Karena kebutuhan untuk prinsip pengakuan didasarkan pada permintaan untuk tujuan
pembuktian, pengecualian berkaitan dengan ketidak cukupan bukti sebelum penjualan atau pada
saat penjualan. Pengecualian terhadap aturan umum berkaitan dengan dasar penjualan yang
dapat atau harus digunakan hanya di bawah kondisi tersebut diatas..
Pemberian Jasa
IAS 18/AASB II8 paragraf 20 mensyaratkan bahwa pendapatan sehubungan dengan pemberian
jasa harus diakui dengan mengacu pada tahap penyelesaian transaksi pada tanggal pelaporan.
Dengan demikian, pendapatan diakui pada periode dimana jasa diberikan.
Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi berguna tentang kegiatan
jasa/pelayanan dan kinerja perusahaan pada periode, yang tidak tersedia jika pemberian jasa
diminta sebelum pendapatan diakui. Paragraf 23 menyatakan bahwa suatu entitas umumnya
mampu membuat estimasi yang handal, memungkinkan pengakuan pendapatan, ketika telah
menyetujui hal-hal berikut dengan pihak lain:
a. masing-masing pihak menyepakati hak berkenaan dengan penyediaan dan penerimaan
jasa oleh para pihak
b. pertimbangan yang akan dipertukarkan; dan
c. cara dan syarat penyelesaian.

Bunga, Royalti Dan Dividen.


Bunga, royalti dan dividen dapat diakui pada saat diterima, memenuhi semua kriteria pengakuan
umum. Namun, untuk beberapa item,waktu lampau menunjukkan pendapatan telah diterima.
Karena itu, pendapatan yang masih harus dibayar dicatat, meskipun tidak ada transaksi eksternal.
Contohnya adalah pendapatan bunga diakui pada akhir periode akuntansi. IAS 18/AASB 118
paragraf 30 menyatakan bunga harus diakui dengan menggunakan metode bunga efektif; royalti
harus diakui sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan, dan dividen harus diakui pada saat
pemegang saham telah memiliki hak untuk menerima pembayaran.

4. TANTANGAN BAGI STANDARD SETTERS

IASB/ dan FASB telah menekankan proyek bersama (joint project) dalam kaitannya dengan
pengakuan dan pengukuran pendapatan karena transaksi pendapatan tidak tersedia dengan baik
oleh panduan literatur yang ada. Selain itu, transaksi menjadi lebih kompleks, misalnya. mereka
dapat menggabungkan barang, jasa dan transaksi keuangan. Standard setters telah menyatakan
bahwa terdapat ketidakkonsistenan antara rerangka IASB dan beberapa standar. Misalnya
kriteria pengakuan dalam rerangka, dalam IAS 18 mungkin terjadi deferred asset and liabilities
(aset dan kewajiban tangguhan) yang tidak sejalan dengan defenisi asset dan liabilitas dalam
rerangka.

Selanjutnya, standar tidak menangani dengan baik dengan transaksi yang melibatkan komponen
(penyusunan multi elemen pendapatan). Misalnya, 'bundling' dari produk pokok dengan
tambahan produk dan jasa yang sedang berlangsung, seperti yang terjadi di sector teknologi,
membuat pengakuan pendapatan menjai merumitkan.

FASB dan IASB telah melakukan sebuah proyek untuk mengembangkan seperangkat prinsip
untuk pengakuan pendapatan yang akan menghilangkan ketidakkonsistenan dalam literatur yang
ada dan praktek-praktek yang berlaku. Proyek ini menangani isu-isu kunci yang mendasari
konseptual pelaporan keuangan, termasuk perbedaan antara kewajiban dan ekuitas, pengakuan
liabilitas (termasuk pedoman yang berkaitan dengan kriteria definisi dan pengakuan). Dan
prinsip umum untuk pengakuan pendapatan.
FASB dan IASB telah mengajukan prinsip-prinsip dasar berikut ini untuk pengakuan dan
pengukuran pendapatan:
 Sebuah pelaporan entitas harus mengakui pendapatan dalam periode akuntansi di mana
mereka muncul dan mengukur mereka sebesar nilai wajarnya pada tanggal tersebut jika
dapat menentukan keterjadian dan pengukurannya dengan keandalan yang cukup.
 Pelaporan entitas harus mengukur pendapatan yang timbul dari peningkatan aset atau
penurunan kewajiban (atau kombinasi darikeduanya) pada nilai wajar.

Prinsip-prinsip ini merupakan kelanjutan dari panduan sebelumnya. Namun, mencakup


penekanan perubahan di beberapa area, yang dapat menyebabkan perubahan dalam praktek
akuntansi. Sebagai contoh:
 Pendapatan diakui dalam periode yang timbul. terdapat penekanan pada waktu
pengakuan pendapatan, bukan pada realisasi pendapatan
 Pendapatan muncul dari peningkatan aset atau penurunan kewajiban. Pendapatan dapat
merupakan hasil dari perubahan nilai aset yang terjadi dalam siklus produksi dan dari
kepemilikan aset (yaitu, dari Pengukuran kembali). Kedua unsur pendapatan termasuk
dalam pengukuran pendapatan komprehensif.
 pengakuan dan pengukuran Pendapatan mencerminkan nilai wajar. Pendekatan nilai
wajar telah diadopsi sebagai prinsip kerja, tetapi ini akan terpengaruh di masa depan
dengan keputusan dalam Proyek Pengukuran. Pendekatan nilai wajar kontroversial dan
tidak memiliki dukungan bulat dari pengatur standar. Sebagai contoh. Pengaturan Standar
Akuntansi Dewan Jepang telah menyatakan keprihatinan tentang penggunaan nilai wajar
dan meminta agar itu dihentikan.
 Pengukuran harus dapat diandalkan. Hal ini konsisten dengan karakteristik kualitatif
informasi keuangan termasuk dalam Rerangka.

lebih lanjut, IASB untuk sementara setuju bahwa dua kriteria yang harus dipenuhi untuk
mengakui pendapatan. yaitu:
 kriteria unsur, yang membutuhkan perubahan aset atau kewajiban untuk memiliki
cccurred, yaitu (1) semua peningkatan aset telah terjadi sehingga meningkatkan ekuitas,
tanpa investasi yang sepadan oleh pemilik, dan (2) penurunan kewajiban telah terjadi
sehingga meningkatkan ekuitas, tanpa investasi yang sepadan oleh pemilik.
 kriteria pengukuran, yang mengharuskan perubahan aset atau kewajiban dapat diukur
dengan tepat, yaitu (1) aset atau kewajiban diukur dengan menggunakan atribut yang
relevan, dan (2) peningkatan aset atau penurunan kewajiban dapat diukur dengan
keandalan cukup.

Pengukuran Nilai Wajar


Munculnya aset dengan karakteristik yang berbeda (seperti instrumen keuangan) dan
penggunaan yang lebih besar terhadap pengukuran nilai wajar dalam standar tertentu seperti IAS
39/AASB 139 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, IAS 140 40/AASB Properti
Investasi dan IAS 41/AASB 141 agriculture telah menghasilkan bunga yang cukup besar dalam
pengakuan pendapatan dan isu-isu terkait tentang kapan dan bagaimana perubahan nilai aset dan
kewajiban harus diakui dan diukur. Dalam suatu model pengukuran atribut campuran, semua
item di ukur dengan nilai wajar pada saat akuisisi.

penyajian statemen keuangan


IASB memiliki proyek bersamna dengan FASB dengan kaitannya dengan Penyediaan statemen
keuangan. Proyek ini relevan terhadap diskusi pengakuan pendapatan berkenaan dengan
bagaimana unsure pendapatan akan dilaporkan dalam statement keuangan.
Proyek tersebut menekankan standar penyajian informasi dalam statement keuangan yang
kemudian akan bermanfaat untuk menilai kinerja dan posisi dari entitas. Proyek juga mencakup
berkaitan dengan penyajian statement keuangan dari setiap perubahan pengakuan asset dan
liabilitas daritransaksi atau peristiwa lain, kecuali berkenaan dengan transaksi dengan pemilik.
Dalam kaitannya dengan penyajian statement keuangan dewan telah mencapai kesimpulan
tentative berikut:
 In-all inclusive, single income statement. Ini adalah perubahan dari praktik sebelumnya
dimana laporan laba rugi berbentuk multiple telah disajikan. Setiap perubahan asset dan
liabilitas akan ditunjukkan dalam statement keuangan. Sementara di masa lampau hanya
beberapa item yang dimasukkan dalam laporan laba rugi
 Realisation is not the basis for inclusion of items. Tujuan dari laporan laba rugi adalah
untuk menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputuan. Faktanya
item tidak terealisasi tidak akan dikecualikan dari cakupan statement keuangan.
 Separate disclosure of performance and remeasurement laporan laba rugi akan
membedakan antaraarus pendapatan dan penyesuaian penilaian. Perubahan dalam nilai
wajarakan menyebabkan perubahan: kinerja selama periode, perubahan kondisi ekonomi,
atau perubahan dalam ekspektasi pasar.

5. ISU BAGI AUDITOR

Penyajian pendapatan yang berlebihan yang pada umumnya dilakukan oleh manajemen untuk
mengelabui pengguna statemen keuangan. Ini mungkin terjadi ketika kompensasi manajemen
didasarkan peda bonus terhadap target-target pendapatan tertentu. Manajer yang memiliki tingkat
profit yang tidak realistik akan berusaha melakukan earning management. The Public Company
Accounting Oversight Board atau PCAOB telah mencatat berbagai kegagalan auditor dalam
mendeteksi kesalahan pelaporan pendapatan. Auditor perlu untuk lebih sensitive terhadap resiko
dari klien terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan dan harus mengumpulkan bukti-bukti
untuk mendukung opini mereka bahwa pendapatan tidak disalahsajikan.

Anda mungkin juga menyukai