PENDAHULUAN
Fraktur pada collum femoris merupakan masalah kesehatan yang penting pada
usia lanjut, maka dalam menangani fraktur collum femoris diperlukan pengangan
yang tepat untuk mencegah terjadinya nekrosis caput femur. Pada saat ini kemajuan
teknologi kesehatan sudah dapat mengganti caput femur yang nekrosis dengan
operasi pemasangan Tension Band Wiring (TBW). Dalam menggunakan TBW
terdapat permasalahan yang menyangkut kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
Untuk itu fisioterapi dapat memberikan terapi latihan untuk mengurangi nyeri,
edema, keterbatasan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, dan
mengembalikan aktifitas fungsional pasien dengan tercapainya kemandirian.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan fraktur collum femoris.
1.2.2 Mengetahui tentang fraktur collum femoris.
1.2.3 Mengetahui tentang anatomi panggul dan suplai vaskularnya.
1.2.4 Mengetahui insiden morbiditas dan mortalitas fraktur collum femoris.
1.2.5 Mengetahui tentang etiologi dan patogenesis fraktur collum femoris.
1.2.6 Mengetahui klasifikasi fraktur collum femoris.
1.2.7 Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan fraktur collum femoris.
1.2.8 Mengetahui penanganan fraktur collum femoris sebelum ke Rumah Sakit.
1.2.9 Mengetahui penanganan impacted fraktur collum femoris.
1.2.10 Mengetahui penanganan fraktur dengan dislokasi.
1.2.11 Mengetahui pencegahan, komplikasi, dan prognosis.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya fraktur collum
femoris.
1.3.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah ortopedi.
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan utama : Nyeri bila menggerakkan kaki kanan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono dalam keadaan sadar diantar
oleh keluarga. Pasien mengeluhkan nyeri bila menggerakkan kaki kanan.
Pasien mengatakan bahwa pasien jatuh terpeleset di halaman atau teras rumah
2 hari yang lalu dengan posisi menyamping. Setelah terjatuh pasien sempat
dipijat.
Sebelum kecelakaan, pasien dapat berjalan dengan normal namun
setelah kecelakaan pasien tidak dapat berjalan maupun berdiri. Pasien juga
mengeluhkan nyeri bila menggerakkan kaki kanan. Pasien juga merasakan
demam dan sumer sumer setelah kejadian.
4. Riwayat pengobatan
Post kecelakaan pasien belum sempat diobati sebelumnya (hanya
dipijat)
5. Riwayat Keluarga
- Keluhan seperti ini disangkal
- Riwayat Hipertensi
- Riwayat Diabetes Melitus
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
Status Generalis
3. Kulit :
Kulit sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
5
Thoraks
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
6
- Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-), luka
(-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-), krepitasi
(-)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
12. Abdomen :
Inspeksi :Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-),
jaringan parut/bekas luka (-), tumor/benjolan (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), meteorismus (-), hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : timpani
13. Ekstremitas
- Tidak ada edema
- Tidak terdapat akral yang dingin
- Tidak terdapat sianosis
2.4 RESUME
Seorang wanita berusia 67 tahun datang dengan keluhan nyeri bila
menggerakkan kaki kanan setelah jatuh terpeleset di halaman rumah dengan posisi
menyamping.
Dari pemeriksaan lokalis pada regio Hip Joint Dextra didapatkan deformitas
(+) berupa pembengkakan dan pemendekan bila dibandingkan regio Hip Joint
Sinistra, didapatkan adanya nyeri tekan setempat, teraba hangat. Range of Movement
terbatas.
2.5 ASSESMENT
- Fraktur Collum Femur Dextra
- Diabetes Melitus
2.6 PLANNING
1. Planning Diagnostik
- Laboratorium darah : Darah lengkap, profil lipid, fungsi ginjal, fungsi
hati, CT/BT
- Pemeriksaan radiologi : Rotgen Pelvic AP View, Asimetris
- EKG
2. Planning Terapi
- Farmakologi (Konsul dr. Basuki, Sp.OT)
- Infus RL 20-30 tpm
- Inj. Ketorolac 3x30 mg IV
- Inj. Asam Tranexamat 3 x 500 mg
- Non Farmakologi
8
- Imobiliasasi
- Operatif
- Pro operasi ganti sendi hip dextra
3. Planning Monitoring
- Keadaan umum
- Vital sign (Tekanan darah, nadi, suhu, Frekuensi pernapasan)
- Pola makan
- Hasil pemeriksaan penunjang
- Kondisi luka operasi
- Perbaikan movement
4. Planning Edukasi
- Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya
- Minum obat teratur, makan tinggi protein, menjaga kebersihan luka
- Cukup istirahat dan membatasi pengunjung agar pasien dapat istirahat
dengan baik
2.8 PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Kesan :
1. Fracture complete collum femoris dextra, cum contractionem
2. Tak tampak dislokasi
3. Kalsifikasi soft tissue regio gluteus maximus dextra suspct et causa akumulasi
bahan obat injeksi
S O A P
- Nyeri - KU: sakit sedang -Fraktur Planning Diagnostik
panggul - GCS : CM (15) Collum - Darah lengkap, GDS
kanan (+) - Vital sign : Femur Dextra Planning Terapi
11
- GDS
12
- Hb
Kesan RO Post OP :
- Terpasang di femur dextra, posisi baik, ujung distal AMP tidak tervisualisasikan
S O A P
- Nyeri luka - KU: sakit sedang -Fraktur Planning Diagnostik
operasi (+) - GCS : CM (15) Collum - Darah lengkap, GDS
- Demam - Vital sign : Femur Dextra Planning Terapi
- Pucat - - TD : 150/90 -Diabetes - Infus RL Futrolit 20
- GDS : 224 - Nadi 82x/m Melitus tpm-30 tpm
- Mual (-) - - RR : 20x/menit Suhu: Inj. Asam tranexamat
- Muntah (-) 36,2 3x500 mg
- Nafsu makan - - GDP : 207 - Inj. Ketorolac 3x30
baik - -Hb : 7,9 mg IV
- BAB dan - Status generalis - Metlpredisolon 3x4
BAK dbn - Conjungtiva Anemis mg tab
Thoraks, Abdomen, - Paracetamol 2x500
Ekstremitas : DBN mg
- Status Lokalis Regio - PRC 2 kolf
Hip Non Farmakologi
- Joint Dextra - Perbaikan KU
- - Look - Perbaikan GDS
- Terpasang perban (+), - Imobilisasi
Rembesan darah (-) Planning Monitoring
- - Feel - Tanda vital dan
- Nyeri tekan (+), A. kesadaran
Poplitea dan A. Planning Edukasi
Dorsalis pedis teraba - Immobilisasi
kuat, daerah luka
lebih hangat dari kulit
sekitar
- - Movement
17
Glukosa 70-110
Ureum 8-50
Kreatinin 0-1,3
18
Fisioterapi
20
BAB III
PEMBAHASAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung
dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya
jaringan lunak tetap utuh.
Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau
cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Kadang kala sering terjadi
fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi pada lapisan jaringan
yang tipis dan lembut. Lokasi fraktur sering terjadi pada bagian tengah dari tulang
radius atau pada bagian distal tulang raduis dan ulna atau pada bagian distal atau
keduanya.
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang
terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung,
tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik
pendek, biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari
fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau
22
merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling
lazim.
Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko
komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.
Tscherne (1984) menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera
jaringan lunak:
C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat
C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.
Sendi panggul terdiri dari multiaxial-ball yang besar dan kantung sendi
sinovial yang dibungkus oleh kapsul artikularis yang tebal. Sendi panggul berguna
untuk mempertahankan keseimbangan dan memungkinkan pergerakan yang luas.
Setelah sendi bahu, sendi panggul merupakan sendi yang paling luas
pergerakannya dibandingkan dengan sendi-sendi lainnya. Selama berdiri, seluruh
berat bagian atas tubuh dipindahkan dari kepala dan leher ke femur. Lingkaran
kepala dari femur (kaput femoris) berhubungan dengan mangkuknya yang disebut
asetabulum. Bagian dalam asetabulum diisi oleh fibrokartilago labrum yang sangat
kuat, yang memegang kaput femoris, dan menutupi lebih dari setengah bagiannya.
Kartilago sendi menutupi seluruh kaput femoris, kecuali pada pit (fovea) yang
merupakan tempat untuk melekatnya ligamen pada kaput femoris.
Kapsul fibrosa yang kuat dan longgar memungkinkan pergerakan yang bebas
pada sendi panggul, mengikatkan asetabulum proksimal dan ligamen asetabular
transversal. Kapsul fibrosa mengikatkan bagian distal dengan collum femoris
hanya pada bagian anterior garis intertrokanter dan akar dari trokanter mayor. Di
bagian posterior, kapsul fibrosa menyilang ke collum proximal ke bagian atas
intertrokanter tanpa mengikatnya. Kapsul fibrosa yang tebal membentuk tiga
23
Sendi panggul juga ditunjang oleh femur dan otot yang menyilangi sendi.
Tulang dan otot adalah bagian paling kuat dan besar dari tubuh manusia. Panjang,
sudut dan lingkaran yang sempit dari collum femoris memungkinkan pergerakan
yang banyak pada sendi panggul. Fraktur terjadi ketika tekanan yang datang lebih
besar daripada kekuatan tulang. Garis intertrokanter adalah garis obliq yang
menghubungkan trokanter mayor dan trokanter minor, memisahkan collum
femoris dari batang femur. Fraktur panggul meliputi seluruh fraktur pada femur
proximal, mulai dari kepala sampai 4-5 cm dari area subtrokanter.
Suplai Vaskuler
Suplai vaskuler untuk femur proximal adalah sedikit dan berasal dari dua
sumber. Cabang medial dan lateral arteri femoralis sirkumflexial, biasanya
merupakan cabang dari arteri femoris profunda, naik ke bagian posterior dari
collum femoris pada retinacula (bayangan dari kapsul sepanjang collum femoris
24
sampai ke kepala). Cabang medial dan lateral dari arteri femoralis sirkumflexial
melewati tulang hanya pada bagian distal dari kaput femoris dimana arteri tersebut
beranastomosis dengan cabang dari arteri fovea dan cabang meduler pada batang
femur.
Ligamen pada kaput femoris juga berisi arteri yaitu arteri fovea yang
merupakan cabang arteri obturator. Arteri fovea masuk ke kaput femoris hanya
ketika pusat osifikasi diperpanjang pada pit (fovea) ke ligamen kaput, pada usia
11-13 tahun. Anastomosis juga terjadi pada usia yang lebih lanjut tapi tidak
melebihi 20 % dari populasi.
Mekanisme Fraktur
Fraktur intrakapsuler (fraktur collum femoris) dapat disebabkan oleh trauma
langsung (direct) atau trauma tidak langsung (indirect).
Faktor resiko fraktur panggul penting lainnya selain faktor usia, jenis kelamin
dan osteoporosis:
Tempat tinggal
Inaktifitas fisik
Tinggi yang berlebihan
Riwayat colles atau fraktur vertebral yang berhubungan dengan
osteoporosis
Gangguan penglihatan
IV. KLASIFIKASI
lokasi anatomis
arah garis patah
dislokasi atau tidak dari fragmennya
Berdasarkan lokasi anatomis dibagi menjadi 3:
fraktur subcapital
fraktur transcervical
fraktur basis collum femoris
a. fraktur supcapital
b. fraktur transcervical
A B C
V. DIAGNOSA
Anamnesa
Pada lanjut usia, fraktur sering terjadi akibat jatuh yang ringan. Sebagian kecil
fraktur dapat terjadi secara spontan tanpa adanya riwayat trauma.
Pasien mengeluh sakit dan tidak dapat menggerakkan panggul.
Pada fraktur tekanan yang terjadi pada orang muda, pasien mengeluh nyeri pada
panggul atau tumit.
Pasien mempunyai riwayat fraktur osteoporosis lain seperti colles atau fraktur
kompresi vertebra.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi
29
X-ray
Diperlukan proyeksi anteroposterior dan lateral, kadang-kadang
diperlukan proyeksi axial. Pada proyeksi anteroposterior kadang-kadang tak
jelas ditemukan fraktur (pada kasus yang impacted). Untuk itu perlu ditambah
dengan pemeriksaan proyeksi axial.
Jika fraktur tidak jelas, lihat adanya perubahan garis Shenton dan
bandingkan dengan sisi panggul yang lain. Sebagai tambahan, periksa sudut
collum dan batang femur, yang diperoleh dengan mengukur sudut yang
digambarkan oleh garis yang melalui pertengahan batang femur dan collum
femoris. Sudut ini harus sekitar 120-130˚.
Pada pasien yang diduga kuat mengalami fraktur collum femoris, tetapi
pada foto x-ray hasilnya negatif, maka proyeksi AP dengan rotasi interna
memberikan gambaran yang lebih baik dari collum femoris.
Gambar 5. Foto x-ray fraktur collum femoris sinistra, tampak pemendekan collum
bagian superior dan impaksi kaput kebagian atas collum.
93% tanpa memperhatikan waktu trauma, termasuk fraktur yang kurang dari
24 jam.
Gambar 7. MRI potongan coronal T1, tampak fraktur collum femoris sinistra tanpa
dislokasi.
VII. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Konservatif
a. Terapi Operatif
Pada fraktur yang benar-benar impacted dan stabil, maka penderita masih
dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah
panggul. Kalau impactednya cukup kuat atau stabil penderita dirawat 3-4
minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama
8 minggu. Kalau pada foto x-ray impactednya kurang kuat atau tidak stabil
ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang
internal fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya
dengan multi pin teknik percutaneus.
Knowless pin
Cancellous screw
Plate
Pada lanjut usia, penanggulangan fraktur collum femoris agak berlainan.
Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan
do nothing, dalam arti tidak dilakukan tindakan fiksasi interna, caranya
penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang.
Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat atau cruth.
Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan prinsip pengobatan
do something yaitu dilakukan tindakan operasi arthroplasty untuk mengurangi
komplikasi luka. Arthroplasty atau Hemiarthroplasty dibagi menjadi dua yaitu :
unipolar (misalnya Thompson dan Austin Moore) dan bipolar (misalnya
Hastings). Pada kebanyakan pasien, protese bipolar hampir seluruhnya
bergerak diluar artikulasio dan efeknya hampir sama dengan protese unilateral
35
yang lebih mahal. Secara teori keuntungan dari protese bipolar adalah
mengurangi penggunaan asetabulum, mengurangi nyeri, kerusakan sendi dan
masalah mobilitas. Jalur pembedahan hemiarthroplasty adalah anterolateral atau
posterior dan yang dianjurkan adalah jalur anterolateral. Pada jalur posterior
sering terjadi dislokasi dan trombosis. Sedangkan pada jalur anterior, waktu
operasi yang dibutuhkan lebih lama, kehilangan darahnya lebih banyak dan
mudah terjadi infeksi. Pembagian lain yaitu digunakannya semen atau tidak
pada femur. Penggunaan semen tulang berhubungan dengan morbiditas
intraoperatif. Hal ini dapat dikurangi dengan intramedullary lavage den teknik
penyemenan moderen. Tidak digunakannya semen berhubungan dengan
bertambahnya nyeri dan penurunan fungsional. Semen harus digunakan pada
hemiarthroplasty kecuali jika ada komplikasi cardiorespirasi. Selain
hemiarthroplasty dapat dilakukan total hip replacement (THR) atau dibuat
mangkuk untuk Austine Moore sebagai pengganti asetabulum. Pada pasien
dengan penyakit sendi dan pasien dengan aktivitas tinggi THR merupakan
terapi pilihan utama.
Medikasi
Analgetik
Morfin sulfat
Merupakan drug of choice dari golongan analgetik narkotik karena efek
yang jelas, aman dan dapat reversibel dengan nalokson dengan mudah.
Morfin sulfat yang diberikan secara intra vena dibagi dalam beberapa dosis
dan biasanya diberikan secara titrasi sampai efek yang diinginkan tercapai.
Untuk dewasa, dosis awal 0,1 mg/kg IV/IM/SC, dosis maintenance 5-20
mg/70 kg IV/IM/SC q4h. Pada pasien dengan hipovolemik relative, mulai
37
Fentanil sitrat
Merupakan analgetik narkotik yang lebih poten dibandingkan dengan
morfin sulfat karena waktu paruh yang lebih pendek. Merupakan drug of
choice sebagai analgetik sedatif. Dengan durasinya yang pendek (30-60
menit), mudah untuk dititrasi. Mudah dan cepat efek reversibelnya terhadap
nalokson. Dosis untuk dewasa 0,5-1 mcg/kgBB/dose IV/IM q30-60 menit.
Transdermal 25 mcg/h sistem q48-72 jam. Kontraindikasi sama dengan
morfin sulfat. Juga berinteraksi dengan fenotiazin dan antidepresan trisiklik.
Antibiotik
Sefazolin
Merupakan semisintetik sefalosporin generasi pertama. Efektif melawan
flora kulit termasuk stafilkokus aureus. Dosis untuk dewasa 2 g IV/IM q6-
12h tidak melebihi 12 g/day. Kontraindikasinya adalah riwayat hipersensitif.
Probenesid memperpanjang efeknya, penggunaan bersama aminoglikosid
dapat meningkatkan toksisitas terhadap ginjal. Dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan glukosa urin menjadi positif palsu.
Gentamisin
Merupakan golongan aminoglikosid untuk mengeradikasi bakteri gram
negatif. Biasanya digunakan sebagai kombinasi dengan antibiotik untuk
bakteri gram positif. Digunakan bersama ampisilin atau vankomisin untuk
pencegahan pada pasien dengan fraktur terbuka. Dosis untuk dewasa 1,5
mg/kgBB IV tidak melebihi 80 mg. Kontraindikasinya riwayat hipersensitif
38
Ampisilin
Digunakan bersama dengan aminoglikosid sebagai profilaksis pada
pasien dengan fraktur terbuka. Dosis untuk dewasa 2 g IV/IM.
Kontraindikasinya adalah riwayat hipersensitifitas. Probenesid dan
disulfiram meningkatkan kadarnya, sedangkan allopurinol menurukan
kadarnya serta menambah efek rash akibat ampisilin. Ampisilin dapat
menurunkan efek oral kontrasepsi.
Vankomisin
Antibiotik poten untuk bakteri gram positif dan enterokokus. Juga
berguna untuk menangani septikemia. Digunakan bersama dengan
gentamisin untuk pencegahan pada fraktur terbuka pada pasien yang alergi
penisilin. Dosis untuk dewasa 1 g IV.
Pada pasien lanjut usia dengan fraktur panggul pascaoperasi, biasanya akan
didapati intake makanan yang tidak adekuat. Kurangnya nutrisi dapat
menyebabkan gangguan mental seperti apatis, kehilangan dan kelemahan massa
otot, gangguan fungsi jantung dan penurunan daya tahan tubuh terhadap
berbagai infeksi. Pemberian multinutrisi secara oral termasuk protein, energi,
39
IX. PENCEGAHAN
X. KOMPLIKASI
Ulkus dekubitus
Terjadi pada 42 % pasien, akibat imobilitas yang menyebabkan luka
akibat tekanan yang terus menerus dari tempat tidur. Hal ini dapat dicegah
dengan rehabilitasi secepatnya setelah operasi dilakukan misalnya dengan
mobilisasi bedrest yaitu dengan miring kekanan atau kekiri ditempat tidur
selama beberapa lama.
Infeksi
Infeksi dapat terjadi pada fraktur terbuka sehingga menyebabkan
berbagai infeksi seperti infeksi pada kulit, myositis ossificans, bursitis, dan
septic artritis. Selain itu, karena fraktur lebih sering terjadi pada wanita,
penggunaan kateter akibat imobilitas dapat menyebabkan terjadinya infeksi
traktus urinarius. Infeksi dapat diatasi dan dicegah dengan pemberian
antibiotik.
Nonunion
Avaskular nekrosis
Hal ini terjadi karena berkurang atau berhentinya vaskularisasi pada proximal
femur akibat kerusakan pada pembuluh darah yang memperdarahinya
sehingga timbul kerusakan atau nekrosis pada tulang.
Nyeri kronik
Gangguan gaya berjalan
41
XI. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada usia, jenis fraktur dan banyak faktor lainnya
Secara umum, pasien usia muda hampir selalu dapat kembali berjalan,
walaupun masih tetap bergantung pada tipe frakturnya, mereka mungkin tidak
dapat kembali beraktifitas seperti tingkat aktifitas sebelumnya.
Banyak pasien lanjut usia tidak dapat kembali berjalan atau hanya mampu
mengerjakan sesuatu bersama asisten. Hal ini mengakibatkan
ketidakmampuan mereka untuk hidup mandiri.
Hampir 20% pasien tidak dapat berjalan lagi dan pada jumlah yang sama
pasien tidak mampu lagi berjalan diluar rumahnya.
Hanya 50-65 % dapat kembali berjalan.
3.7 PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada
patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan
tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost
yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan
fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada
lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia
(> 8 minggu).
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun
1997.
Tingkat kematian dari fraktur:
Kematian : 11.696
Insiden : 1.499.999
0,78% rasio dari kematian per insiden
BAB IV
KESIMPULAN
Penanganan fraktur yang impacted dan stabil yaitu dengan perawatan selama 3-
4 minggu lalu berobat jalan dengan menggunakan tongkat selama 8 minggu.
Untuk yang tidak stabil dilakukan operasi dengan fiksasi interna dengan teknik
multi pin percutaneus. Pada fraktur dengan dislokasi pada lanjut usia, dibagi
menjadi dua yaitu do nothing artinya tanpa operasi yaitu dengan skin traction
selama 3 minggu sampai sakitnya hilang lalu berjalan dengan tongkat atau
cruth. Atau dengan do something atau dengan operasi yaitu dengan
arthroplasty atau total hip replacement. Medikasi yang dapat diberikan adalah
analgetik misalnya morfin sulfat atau fentanil sitrat untuk mengatasi rasa sakit,
obat relaksasi otot dan antibiotik misalnya sulfazolin, gentamisin, ampisilin
dan vankomisin untuk mengatasi atau mencegah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson Lorraine
McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371
44
Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar, Radiologi
Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbitan FKUI.
Jakarta. 2009. Hal 31-43.
Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes Radiologi.
Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.