Plmbut Raga Lotion
Plmbut Raga Lotion
DISUSUN OLEH:
Basri (08334706)
Lafziah (08334029)
Dosen Pembimbing:
Dr.Tetti Indrawati Msi, Apt.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan dan kekuatan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Pelembut Raga
Lotion”.Adapun makalah ini berisi informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber
Penulis meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Kulit................................................................................................3
2.2 Kosmetik.......................................................................................12
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
raga lotion yang dibuat sebaiknya memiliki formula dimana air dan minyak tidak akan
terpisah ataupun mengalami kerusakan bahkan untuk jangka waktu yang lama.
1.2 Masalah
1. Bagaimana merancang formula sediaan pelembut raga lotion yang baik
2. Ingin membuat sediaan pelembut raga lotion yang memenuhi persyaratan, baik
dari segi cara pembuatan maupun evaluasi
1.3 Tujuan
1. Merancang sediaan pelembut raga lotion yang sesuai dengan formula standar
2. Membuat sediaan pelembut raga lotion yang memenuhi syarat CPKB.
1.4 Manfaat
Dengan tugas ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang
didapat, sehingga dapat menghasilkan suatu sediaan pelembut raga lotion yang
memenuhi standar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kulit
II.1.1 Struktur dan Fungsi Kulit
1.1. Gambaran Umum Kulit
Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai
peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu,
kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil).
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit.
Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena
kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang
digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan
utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik.
Kekebalan epidermis berbeda-beda pada bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, lapisan yang tipis
6
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel
epidermis ini disebut keratinosit.
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas. Terdiri atas
beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan
ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah
mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan
stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat
asam, disebut Mantel Asam Kulit.
2. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga ”lapisan barrier”. Terletak tepat di
bawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung
eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum
lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s
barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (impermeable).
3. Lapisan Berbutir-butir (Stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton
menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu tedapat bahan logam,
khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki sel yang
berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih
ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
5. Lapisan Basal (Stratum germinativum) adalah lapisan terbawah epidermis yang
hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Di dalam stratum germinativum juga
terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan
7
fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel
keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan
keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang
berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida.
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis).
1.2. Keratinisasi
Sel-sel keratinosit pada lapisan basal atau lapisan induk akan memperbanyak diri,
berdiferensiasi, terdesak menuju ke permukaan kulit sehingga akhirnya menjadi sel-sel
yang mati, kering dan pipih dalam stratum corneum.
Proses pendewasaan dari stratum germinativum sampai menjadi sel tanduk dalam
stratum corneum dinamakan keratinisasi yang lamanya 14-21 hari dan sering disebut juga
Cell Turn Over Time.
8
1.4. Kelenjar Keringat dan Perspirasi
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu:
1. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung
95-97% air dan mengandung beberapa mineral. Kelenjar ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit kepala. Jumlahnya
diseluruh badan sekitar 2 juta, menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam
pada orang dewasa. Bentuknya langsing, bergulung-gulung, dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2. Kelenjar keringat apokrin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di daerah-
daerah ketiak, puting susu, daerah kelamin, dan menghasilkan cairan yang agak
kental serta berbau khas pada setiap orang. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya
tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.
9
kulit merupakan sumber suplai nutrisi ke kulit serta alat transportasi untuk bahan lainnya
bagi kulit, seperti oksigen, hormon, dan enzim.
Suplai darah ke kulit memang penting, tetapi kulit juga ditentukan pada faktor-
faktor lain untuk hidup, misalnya glikolisis yang memberikan energi pada pembentukan
keratin, sekresi sebum, sekresi keringat, dan proses-proses biologis lain, seperti
pemecahan glukosa menjadi asam laktat dengan riboflavin dan nicotinamide sebagai ko-
faktor bagi enzim-enzim yang terlibat di dalam proses itu.
10
Bahan-bahan yang menekan atau mengurangi pernafasan kulit adalah bahan
pengawet, bahan antiseptik, asam lemak, fluorida, butil alkohol, ammoniated mercury,
asam benzoat, asam salisilat, sulfur, coal tar.
11
dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari
luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.
3.2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh
kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat
temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan
meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.
3.4. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dlm tubuh melalui dua jalur yaitu
melalui epidermis dan mellui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak
lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yng larut dalam air.
12
b. Kulit Berminyak
Kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga
menjadi tampak mengkilat, mudah kotor, kusam, mempunyai pori-pori yang lebar
sehingga permukaannya kasar dan lengket.
c. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap, segar, elastis dan minyak
pada permukaan dan kelembaban cukup.
d. Kulit Kombinasi
Kulit seseorang yang memiliki sifat campuran (a dengan b atau a dengan c) atau
sebagian bersifat berminyak dan sebagian kering.
e. Kulit Sensitive
Kulit yang sangat peka bila kontak terhadap suatu zat. Kulit sensitif, bisa diartikan
sebagai kulit yang tipis, mudah luka dan kadang kala ber-warna kemerahan.
Sebagian ilmuwan atau dokter berpendapat, kulit sensitif lebih banyak ditemui pada
orang Scotlandia, Irlandia, Iceland (bagian utara Eropa) dibandingkan dengan orang
negara lain. Mereka yang memiliki kulit sensitif, bisa kita lihat dan diagnosa
dengan kondisi di mana pembuluh darah (kapiler) dan ujung saraf terletak dekat ke
permukaan kulitnya. Argumen ini pula yang sering dipakai oleh para ilmuwan untuk
menjelaskan mengapa orang yang berkulit sensitif, lebih mudah kulitnya menjadi
merah dan terkena iritasi setelah pemakaian produk kosmetik tertentu. Orang yang
berkulit sensitif, juga lebih mudah mengalami masalah kulit melalui makanan yang
dikonsumsi. Seperti makanan pedas, kafein (kopi), nikotin (rokok) dan Niacin
(vitamin B3). Hal ini disebabkan karena makanan-makanan atau rokok tersebut
memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit, sehingga kulit menjadi merah.
f. Kulit Hiperpigmentasi
Kulit yang memiliki bercak-bercak hitam.
g. Kulit Berjerawat
Kulit yang disertai dengan jerawat yang biasanya terjadi pada kondisi jenis kulit
berminyak.
13
II.1.5. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kulit.
a. Faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol :
- Cahaya Matahari
- Kelembaban Udara
- TemperaturYang Ekstrim
- Angin
- Polusi
b. Faktor-faktor yang dapat dikontrol ;
- Tidur
- Air
- Nutrisi
- Olahraga
- Stress
- Zat-zat Beracun (Rokok,Alkohol)
14
II.2 Kosmetik
II.2.1. Pengertian Kosmetik
Pengertian produk kosmetika sangat bercorak, bervariasi, sesuai dengan
kemaknaan produk, bergantung dari siapa dari mana pengertian itu diberikan. Dapat
singkat, dan dapat pula umum dan menyeluruh. Pengertian produk kosmetika yang
mengikat adalah batasan pengertian yang disebutkan peraturan perundangan. Semua
unsur makna produk kosmetika dijadikan dasar tolak tata aturan yang harus dipatuhi dan
ditaati.
Definisi kosmetik :
Permenkes RI No.445/Menkes/Per/VI/1998
Kosmetik adalah sediaan paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Kep Ka BPOM RI Nomor HK 00 054 1754
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau
gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Secara umum
Kosmetik adalah bahan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk
memperbaiki penampilan.
15
Produk kosmetika yang akan dipasarkan harus terdaftar di BPOM, kriteria
kosmetika yang akan didaftarkan :
1. Khasiat dan Keamanan
Keamanan yang cukup, yaitu tidak menggunakan bahan yang dilarang; tidak
melebihi batas kadar yang ditetapkan untuk bahan, zat pengawet dan tabir surya
yang diizinkan dengan pembatasan; menggunakan zat warna yang diizinkan
sesuai dengan daerah penggunaannya.
2. Mutu
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari CPKB dan hanya menggunakan
bahan dengan spesifikasi yang sesuai.
3. Penandaan
Penandaan yang berisi informasi yang cukup, yang dapat mencegah terjadinya
salah pengertian atau salah penggunaan.
Produk rusak dapat ditandai adanya perubahan pada sediaan seperti bau asing, bau
tidak enak, terjadi buih, tambah encer, koagulasi, pengendapan, timbul gas, dan terjadi
perubahan warna.
Produk kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan produk, termasuk produk
rusak, dinyatakan produk beracun dan atau produk berbahaya dan tidak dibenarkan
terdapat pada ketersediaan peredaran pasar, dan harus segera ditarik dari peredaran
pasarnya.
16
Zat tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki ujud ketampakan,
kekentalan, kelarutan pengawet mikroba, pengawet oksidasi dan atau menyandang fungsi
pengemulsi, pembasah, penstabil, penglarutan, penjernihan, dan fungsi lain yang relevan.
Zat aktif adalah bahan kosmetika yang memberikan ciri sediaan kosmetika dalam
tata rawat dan tata rias, termasuk perlindungan dan koreksi keabnormalan kulit.
17
protector), antioksidan, pencerahan kulit (skin whitening, lightening, bleaching),
antigurat perut, antigurat mata, dan anti ketuaan kulit tersedia dalam berbagai sediaan
dasar, terutama serbuk, batangan, gel, krim, dan lotion.
18
Fotosensitisasi
Reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari
karena salah satu atau lebih bahan, zat warna atau zat pewangi yang dikandung oleh
kosmetik itu bersifat photosensitizer, biasanya sejumlah zat pewarna dan zat pewangi
dalam kosmetik riasan, parfum, tabir surya yang mengandung PABA.
Jerawat
Beberapa kosmetik pelembab kulit yang sangat berminyak dan lengket pada kulit seperti
yang diperlukan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila
digunakan pada kulit yang berminyak, terutama dinegara tropis karena kosmetik
demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis
kosmetik tersebut dinamakan kosmetik aknegenik.
Intoksikasi
Keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui penghirupan lewat mulut dan
hidung, atau dengan penyerapan via kulit, terutama jika salah satu atau lebih bahan yang
dikandung oleh kosmetik bersifat toksik, misalnya merkuri didalam sediaan kosmetik
pemutih.
Penyumbatan fisik
Penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada didalam kosmetik
tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil
pada bagian tubuh yang lain.
19
II.3. Pelembab
Kulit yang menderita kelainan seperti kekeringan, penuaan, menderita
jerawat, noda-noda hitam dan lain-lainnya perlu dirawat secara khusus dengan kosmetik
perawatan yang umumnya mengandung bahan-bahan aktif seperti vitamin, alantoin,
kolagen, hormon, sulfur dan lain-lainnya.
Kosmetik pelembab atau biasanya dalam bentuk lotion perlu dikenakan
terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering, terutama jika si
pemakai akan lama berada di dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya
ruangan ber-AC. Pemilik kulit yang secara alamiah sudah berminyak, misalnya pada
remaja, tidak perlu atau bahkan kadang-kadang dilarang memakai kosmetik pelembab.
20
kekeringan kulit lebih besar. Dalam udara yang panas, stratum corneum tidak cepat
mengering seperti dalam udara dingin, karena kelenjar sebasea aktif mensuplai
permukaan kulit lebih cepat karena uap airnya tersapu oleh angin.
Dalam udara dingin, elastisitas stratum corneum berkurang karena lilin kulit
(bahan semen antara sisik-sisik keratin di stratum corneum) menjadi lebih keras dan
kokoh. Selain itu, sekresi sebum juga berkurang.
Bahan-Bahan Dasar
Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak (lanolin, lemak wool, fatty
alcohol tinggi, lanette wax, glycerol monostearate, dan lain-lain) yang semuanya
merupakan bahan pengemulsi tipe W/O. Sebagai tambahan adalah campuran minyak
seperti minyak tumbuhan, yang lebih baik daripada mineral oils karena lebih mudah
bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum, dan
memiliki daya adhesi yang lebih kuat.
21
Preparat tipe emulsi O/W, misalnya bahan-bahan emulgator nonionik, merupakan
yang paling cocok untuk krim pelembab. Sabun-sabun triethanolamin juga sering
direkomendasikan sebagai pelembab. Sebagai tambahan, krim O/W selalu berisi
humektan (gliserol, sirup sorbitol, dan lain-lain).
Air yang digunakan harus didestilasi atau dihilangkan garam-garamnya dengan
ion-exchanger. Sisa-sisa besi dan tembaga berbahaya karena mempercepat terjadinya
ketengikan. Karena kandungan minyak tumbuhannya yang tinggi, preparat pelembab ini
mudah menjadi tengik. Karena itu penambahan antioksidan adalah esensial. Kosmetik
pelembab harus dilindungi dari mikroorganisme dan jamur dengan penambahan bahan-
bahan pengawet.
Tipe Emulsi
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk, dari krim
lemak anhidrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya minyak, sampai
emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80 %.
22
Borax 0.25 - -
Sodium lauryl sulfate - 1.0 -
Allantoin - - 0.2
Perfume oil 0.5 - 0.4
Butyl-p-hydroxybenzoate - - 0.2
Aquadest 37.5 19.0 19.9
Keterangan:
1. Rohtemen
2. Keithler
3. Mecca
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang
bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi
lapisan stratum corneum kulit.
Preparat tradisional yang berupa campuran 50:50 gliserol dengan air bunga
mawar (rose water) adalah yang paling sederhana yang tercatat dalam sejarah. Tetapi
konsentrasi gliserol yang tinggi itu sedikit banyak dapat mengiritasi kulit. Sekarang
konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah 10-20 %. Di dalam produk-produk jenis
ini, gliserol dapat diganti dengan sirup sorbitol atau propylene glycol. Carbital
(diethylene glycol monoethyl ether) kurang cocok karena akan menghasilkan manik-
manik perspirasi pada kulit.
Mucins atau bahan-bahan pembentuk gel biasanya ditambahkan tetapi hindari
pemakaian bahan yang bersifat adhesive seperti gum arabica dan bahan yang jika
mengering membentuk lapisan resisiten, misalnya polyvinyl pyrolidone dan polyvinyl
alcohol.
23
Alkohol dalam jumlah kecil sering ditamabahkan selain bahan antiseptik seperti
asam borat. Sementara air tanaman (floral waters) atau parfum yang larut dalam air
digunakan sebagai pewangi.
Preparat yang mengandung lemak seperti glyceryl monostearate atau lanette wax
mempunyai dua fungsi pelembab (higroskopis dan lapisan lemak). Selain gliserol, madu
merupakan humektan terpenting untuk kulit.
24
BAB III
RANCANGAN SEDIAAN
25
dituang pengental , yang dapat acrylates 20 % viskositas
digunakan antara lain yang baik
acrylates,pullulan,sodium
magnesium,silicate,xantangum
7 Sediaan ditujukan Perlu ditambahkan pengharum Digunakan Agar diperoleh
untuk memberi atau fragrace seperti geraniol, linalool q.s lotion yang harum
kesegaran linalool
8 Fungsi produk dan Dicantumkan pada
cara pemakaian botol atau
kemasan
9 Sediaan dimaksudkan Harus terdafar dan ada No. No. Reg POM CD
untuk dipasarkan Reg 1009400745 pada
botol atau
kemasan
26
2. Isopropil Myristate
Pemerian :jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau.
Kelarutan :dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol, etil
asetat, minyak lemak, alkohol-alkohol berlemak dan
toluen. Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol
dan air.
Bilangan asam :tidak lebih dari 1
Bilangan iodium :tidak lebih dari 1
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, ditempat dingin, kering dan
terlindung dari cahaya.
Kegunaan :sebagai emolien, penetrasi kulit dan pelarut.
OTT :OTT dengan karet, plastik, nilon, polietilen, parafin padat
dan bahan pengoksidasi kuat.
3. Mineral Oil
Pemerian :cairan bening, mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau
praktis bebas dari fluoresensi; jika dingin, tidak berbau
dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak tanah,
lemah.
Kelarutan :larut dalam minyak atsiri; dpt bercampur dengan sebagian
besar minyak lemak kecuali minyak jarak; tidak larut
dalam air dan etanol (95%) P.
Bobot jenis :antara 0,845 dan 0,0905.
Keasaman dan kebasaan : didihkan 10 ml dengan etanol (95%) P volume sama;
etanol (95%) P tetap bereaksi netral terhadap kertas
lakmus P.
Viskositas kinematik :tidak kurang dari 34,5 centistoke; penetapan dilakukan
pada suhu 40,00.
Penyimpanan :disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari
cahaya, ditempat dingin dan kering.
27
Kegunaan :sebagai emolien, pelarut, lubrikan pada tablet dan kapsul,
dan bahan terapeutik.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi kuat.
4. Methylparaben
Nama kimia : 4-metil-hidroksibenzoat
Sinonim :Metil paraben = Nipagin M
Rumus molekul :C8H8O3
Bobot molekul :152,15
Pemerian :serbuk hablur halus, warna putih, hampir tidak berbau,
rasa sedikit membakar dan diikuti rasa tebal
Kelarutan :sukar larut dalam air, larut dalam air medidih, mudah
larut dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam eter P,
dan dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut
dalam gliserol P, dan dalam lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.
Keasaman :larutkan 200 mg dalam 250 ml air bebas karbondioksida
P panas, didinginkan, netralkan dengan natrium
hidroksida 0,1 N menggunakan indikator merah metil LP,
diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml.
Suhu lebur :125-1280C
Sisa pemijaran :tidak lebih dari 0,1%
Identifikasi :
1. Didihkan 10 mg dengan 10 ml air, dinginkan, tambahkan 0,05 ml besi (III) klorida LP,
terjadi ungu kemerahan.
2. Larutkan 100 mg dalam 2 ml etanol (95%) P, didihkan, tambahkan 0,5 ml raksa (II)
nitrat LP, terbentuk endapan dan beningan warna merah.
Kegunaan :sebagai pengawet
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik.
28
5. Propil Paraben
Nama Kimia :4-propil-hidroksi benzoate
Sinonim :Propil hidroksibenzoat,propyls paraben,nipasol
Rumus bangun :C10H12O3
Bobot molekul :180,20
Pemerian :serbuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan :sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P, sangat sukar larut dalam
gliserol P, agak sukar larut dalam minyak lemak, mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida.
Keasaman :larutkan 200 mg dalam 250 ml air bebas karbondioksida P
panas, dinginkan, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1N
menggunakan indikator merah metil LP, diperlukan tidak
lebih dari 0,1 ml natrium hidroksida 0,1N.
Suhu lebur :95-980C
Sisa pemijaran :tidak lebih dari 0,1%
Identifikasi :
1. Didihkan 10 mg dengan 10 ml air, didihkan, tambahkan 0,05 ml besi (III) klorida LP,
terjadi warna ungu kemerahan.
2. Larutkan 100 mg dalam 2 ml etanol (95%) P, didihkan, tambahkan 0,5 ml raksa (II)
nitrat Li terbentuk endapan dan beningan warna merah.
Kegunaan :sebagai pengawet
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik.
6. Propylene Glycol
Pemerian :jernih, tidak berwarna, kental, praktis cairan tidak berbau,
dengan rasa manis, rasa sedikit tajam seperti gliserin.
Kelarutan :dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin dan air; larut dengan perbandingan 1:6 dalam eter;
tidak dapat bercampur dengan minyak mineral ringan , tapi
dapat terlarut dalam miyak esensial.
29
Berat jenis :antara 1,035 dan 1,037.
Kegunaan :sebagai pengawet, desinfektan, humektan, pelarut,
penstabil untuk vitamin, kosolven untuk bercampur dengan
air.
Penyimpanan :dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya di
tempat dingin dan kering.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi seperti potasium
permanganat.
7. Gliserin
Pemerian :Gliserin berupa cairan bening, seperti sirup, tidak
berwarna, higroskopis, tidak berbau atau dengan rasamanis
diikuti dengan rasa pedas dan hangat. Mengandung
sejumlah kecil air
Kelarutan :Dapat melarut dengan air, alcohol dan propylenglikol.
Larutan mudah larut dalam Aceton, praktis tidak larut
dalam chloroform, eter dan campuran minyak lemak.
Sejumlah 10% b/v larutan dalam air menunjukan keadaan
netral, sejumlah 2,6% larutan ialah iso-osmotik dengan
serum dapat disterilisasi dengan pemeliharaan pada 1500
selama 1 jam.
Penyimpanan :Simpan dalam wadah tertutup baik, jika disimpan pada
temperatur rendah, gliserin dalam kelarutannya menjadi
masa kristal. Kristal-kristal tidak mencair sampai
temperature dinaikkan menjadi kira-kira 200
Kegunaan :Emolient, humectan, plasticizer, solvent, swetting agent.
OTT :OTT dengan bahan pengoksidasi kuat seperti kromium
trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat;
dengan zinc oksid dan besi.
30
8. Aquadest
Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan :dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar.
Berat Jenis :0,9971 pada 250C.
Kegunaan :pelarut.
Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat.
OTT :dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan lain yang
dapat menghidrolisis pada temperatur yang ditingkatkan.
Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida-oksida
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga
dapat bereaksi dengan gram-garam anhidrat untuk
membentuk hidrat-hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan material organik dan kalsium karbida.
III.3 Formula
31
Campur semua fase minyak termasuk potassium cetyl phosphate pada 80 0C
hingga terdispersi homogen. Pada saat yang sama larutkan bahan lain selain parfum
dalam air, panaskan pada suhu 800C dan masukkan ke dalam fase minyak, aduk cepat-
cepat. Lanjutkan pengadukan selama 3 menit pada suhu pencampuran. Kemudian
dinginkan sampai suhu 400C, tambahkan parfum (fragrance).
BAB IV
32
EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
Ambil Sediaan ± 2 ml dari yang telah dibuat, lihat warna, bau, rasa dari sediaan
Diingikan Hasil
Warna Kuning Pucat Kuning Pucat
Bau Jeruk Tidak ada bahannya
Rasa Manis Manis
33
10
15
20
30
50
34
Cara : - Ambil 2 ml sample
1. Celupkan kertas indicator universal kedalam sample
2. Bandingkan dengan pH pada monografi
Hasil : - pHnya 5
35
LAMPIRAN
36
KEMASAN
37
®
sari kenanga
pelembut raga
LOTION
NETTO: 200ml
38
KEMASAN
Sari Kenanga
Pelembut Raga
Lotion
KOMPOSISI:
Glyseryl miristate, Cetyl alcohol, Isopropyl
myristate, Mineral Oil, Methylparaben
,Propylparaben, Potassium setyl phosphate, Water /
Aqua, Acrylates, Propylen glycol, Gliserin,
Potassium Hydroxide, Perfume.
Netto: 200 ML
PT. ISTN INDONESIA
No. Reg: POM CD 1009400745
39
DAFTAR PUSTAKA
Tranggono Dr. Retno Iswari. Spkk dan Latifah Dra. Fatma, Apt. Buku Ilmu
Pengetahuan Kosmetika. Gramedia. Jakarta : 2007.
Martin M. Rieger. Ph.D, Harry’s Cosmetology 8th Eddition, Chemical Publishing
Co.,Inc. New York.
Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1995.
Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II,Volume I. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI,1993.
T. Mitsui, New Cosmetic Science, editor. Elsevier. 1997.
Ary Widhyasti Bandem, Fajar Waskito, Jurnal Kedokteran dan Farmasi DEXA
MEDIA, No.2, Vol .19, Yogyakarta, 2006.
40
41
42
43