1341 3539 1 PB PDF
1341 3539 1 PB PDF
Abstrak
Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling sering digunakan dalam masyarakat. Kopi, teh, soda
dan coklat merupakan antara sumber kafein yang tersedia. Efek farmakologi yang utama adalah sebagai
antagonis reseptor adenosin yang dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat serta dapat
menganggu kualitas tidur. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kafein terhadap kualitas tidur mahasiswa
Semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat eksperimental dengan desain parallel. Sampel pada penelititan ini adalah
mahasiswa semester VII yang bersedia dan memenuhi criteria inklusi, dipilih secara consecutive
sampling. 30 subyek penelitian dibagi kepada dua kelompok, yaitu orang yang mendapat kopi berkafein
(15 orang) dan yang mendapat kopi dekafein (15 orang). Kemudian diukur kualitas tidur malamnya
dengan menggunakan Kuesioner Kualitas Tidur. Analisis data dilakukan dengan uji hipotesis Kolmogrov-
smirnov.
Hasil menunjukkan bahwa kualitas tidur 53,3% orang yang mendapat kopi berkafein berkualitas
sedang dan 73,3% orang yang mendapat kopi dekafein berkualitas baik. Setelah dilakukan uji hipotesis,
didapati bahwa terjadi perburukan yang signifikan kualitas tidur pada orang yang mendapat kopi
berkafein (p= 0,003)
Disarankan pada masyarakat terutama mahasiswa agar tidak sering menggunakan kafein terutama
pada malam hari kerana kafein terbukti dapat mengakibatkan perburukan kualitas tidur yaitu dari aspek
jumlah jam tidur yang berkurang, onset tidur yang lebih lama, kepuasan dan kedalaman tidur yang
menurun serta dapat menyebabkan gangguan untuk beraktivitas pada pagi hari.
Kata kunci: Kafein, Kualitas tidur, Kopi dekafein
Abstract
tidur pada sampel yang mendapat kopi Pada penelitian ini, hasil perbandingan
berkafein (p=0,003). antar kedua kelompok menunjukkan bahwa
Pada sampel yang mendapat kopi terjadi perburukan pada jumlah jam tidur,
berkafein, frekuensi kepuasan tidur terbanyak onset tidur, frekuensi terbangun di malam hari,
adalah mereka yang sedikit puas yaitu 7 orang
(46,7%) dan pada sampel yang mendapat kopi kedalaman tidur, kepuasan tidur dan disfungsi
dekafein, frekuensi terbanyak adalah cukup pada pagi hari pada kelompok yang mendapat
puas yaitu 11 orang (73,3%). Ini menunjukkan kopi berkafein. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa adanya terjadi perburukan yang terjadi perburukan kualitas tidur pada
signifikan dari kepuasan tidur pada sampel kelompok yang mendapat kafein.
yang mendapat kopi berkafein (p=0,009). Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja
Pada sampel yang mendapat kopi utama kafein yaitu menghambat reseptor
berkafein, banyak yang mengeluhkan mereka adenosin. Adenosin merupakan
merasa sedikit lemah untuk beraktivitas pada neurotransmitter yang efeknya mengurangkan
pagi hari yaitu 9 orang (60,0%) dan pada aktivitas sel terutama sel saraf. Oleh sebab itu,
kebanyakan sampel yang mendapat kopi apabila reseptor adenosin berikatan dengan
dekafein, mereka tidak merasa lemah untuk kafein, efek yang berlawanan dihasilkan, lantas
beraktivitas pada pagi hari yaitu 9 orang menjelaskan efek stimulans kafein (Allsbrook,
(60,0%). Ini menunjukkan bahwa adanya terjadi 2008).
perburukan yang signifikan dalam beraktivitas Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang
pada pagi hari pada sampel yang mendapat dilakukan oleh Brezinova (1974) menemukan
kopi berkafein (p=0,028). pada sampel yang mendapat kopi berkafein
Kualitas tidur diukur dari hasil total skor terjadi penurunan dari jumlah jam tidur selama
kuesioner. Nilai 0-6 menandakan kualitas tidur 2 jam (p<0,01), peningkatan onset tidur yaitu
buruk, nilai 7-12 menandakan kualitas tidur dengan nilai rata-rata 66 menit (p<0,01),
sedang dan nilai 13-18 menandakan kualitas peningkatan frekuensi terbangun pada malam
baik. hari (p<0,01) serta penurunan dari kepuasan
Dari tabel 3 didapatkan bahwa bagi dan kualitas tidur (p<0,02).
sampel yang mendapat kopi berkafein, Penelitian sebelumnya yang dilakukan
frekuensi kualitas tidur terbanyak adalah Drapeau et al (2006) meneliti efek penggunaan
kategori sedang yaitu 8 orang (53,3%) dan pada kafein 200mg sebelum tidur pada kelompok
sampel yang mendapat kopi dekafein, frekuensi umur muda dan pertengahan. Hasil
terbanyak adalah kategori baik yaitu 11 orang menunjukkan kafein memanjangkan onset tidur
(73,3%). (p<0,01), mengurangkan kualitas tidur (p<0,09)
Pada hasil uji statistik Kolmogrov-Smirnov dan menurunkan jumlah jam tidur (p<0,02),
diperoleh p-value < 0,05 (nilai signifikansi pada kedua kelompok.
adalah 0,003), ini menunjukkan terjadi Penelitian oleh Harrison dan Horne (2000)
perburukan yang signifikan kualitas tidur pada meneliti efek penggunaan kafein 350mg pada
sampel yang mendapat kopi berkafein. sampel dengan insomnia. Hasil t-test
menunjukkan bahwa kafein menurunkan
Berdasarkan hasil penelitian ini, sampel kualitas tidur (p<0,05) pada sampel dengan
yang mendapat kopi berkafein banyak memiliki insomnia. Ini menunjukkan bahwa kafein
kualitas tidur sedang yaitu 8 orang (53,3%). menurunkan kualitas tidur bukan saja pada
Sedangkan bagi sampel yang mendapat kopi orang normal tetapi juga pada sampel dengan
dekafein, banyak memiliki kualitas tidur baik kondisi insomnia.
yaitu 11 orang (73,3%). Pada hasil uji statistik Hasil menunjukkan adanya kesesuaian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antar hasil yang diperoleh dengan teori yang
antara penggunaan kafein dengan kualitas tidur dikemukakan pada tinjauan pustaka dan
pada Mahasiswa Semester VII Fakultas penelitian sebelumnya bahwa penggunaan
Kedokteran Sumatera Utara (p=0,003). kafein 3-4 jam sebelum tidur dapat
menyebabkan perburukan kualitas tidur.
Tabel 2. Analisa Aspek Dalam Kuesioner Kualitas Tidur Berdasarkan Jenis Kopi Yang Diminum
Tabel 3. Hasil Analisa Statistik Hubungan Antara Jenis Kopi Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Semester
VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara