Pro Crusher
Pro Crusher
Pro Crusher
JUDUL
“KAJIAN TEKNIS PEREMUK BATUAN PADA UNIT PENGOLAHAN BIJIH
EMAS DAN TEMBAGA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN
PEMENUHAN TARGET PENGOLAHAN BERIKUTNYA DI PT.FREEPORT
INDONESIA UNIT PENAMBANGAN EMAS DAN TEMBAGA DI PAPUA”
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dilakukannya penelitian pada unit peremuk di PT. FREEPORT
INDONESIA adalah :
1. Menentukan produksi teoritis dan produksi nyata dari unit pengolahan saat ini
2. Menentukan jam kerja efektif dari unit pengolahan saat ini
3. Menentukan produksi maksimum dari unit pengolahan untuk meningkatkan
produksi nyata saat ini
4. Menganalisa hambatan-hambatan yang terjadi pada unit pengolahan, khususnya
sering terjadinya kemacetan pada proses peremukan.
D. PERUMUSAN MASALAH
Pengecilan ukuran material merupakan kegiatan awal yang umumnya dilakukan
dalam pengolahan suatu bahan galian. Tetapi banyak permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan tersebut, yang meliputi :
1. Kapasitas Desain dan Kapasitas Nyata
Kapasitas desain adalah kemampuan produksi yang seharusnya dapat dicapai oleh
unit pengolahan, sedangkan kapasitas nyata adalah kemampuan produksi sesungguhnya
dari unit pengolahan berdasarkan sistem produksi yang diterapkan. Kapsitas desain
dapat diketahui dari spesifikasi alat yang diterapkan oleh pabrik pembuatnya, sedangkan
kapasitas nyata dapat diperoleh dari perhitungan hasil produksi pada unit pengolahan.
F. DASAR TEORI
Peremukan material dimaksud untuk memperkecil ukuran material agar dapat
digunakan pada proses berikutnya. Kegiatan peremukan memerlukan beberapa
peralatan, yaitu hopper, grizzly, mesin peremuk, ayakan, ban berjalan dan peralatan
tambahan lain yang saling berkaitan.
ROM
Hopper
Screen
Produk
K = T x L x V x Bi
dimana :
K = Produksi nyata vibrating grizzly (ton/jam)
T = Tebal material pada vibrating grizzly (m)
L = Lebar grizzly (m)
V = Kecepatan vibrating grizzly (m/jam)
Bi= Bobot isi material (ton/m3)
d. Ayakan Getar
Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material hasil proses
peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut yang dinyatakan dengan
mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang bukaan yang terdapat dalam 1 inchi
panjang. Kapasitas dari ayakan dihitung dengan menggunakan rumus seperti pada
vibrating grizzly. Proses pengayakan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
- lamanya waktu pengayakan
- banyaknya material halus dalam umpan
- kandungan air dalam material
- bentuk dari lubang ayakan
Untuk menghitung efisiensi dari ayakan diperoleh dari perbandingan antara berat
material yang benar-benar lolos ayakan dengan berat material yang seharusnya lolos
ayakan. Efisiensi dinyatakan dalam persen.
e. Ban Berjalan
Ban berjalan merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi untuk
mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk dilakukan
proses peremukan lagi. Ban berjalan digerakkan oleh motor penggerak yang dipasang
pada head pulley. Ban berjalan akan kembali ke tempat semula karena di belokkan oleh
pulley awal dan pulley akhir. Material yang didistribusikan melalui pengumpan akan
dibawa oleh ban berjalan dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit
peremuk dimulai, ban berjalan harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada ban
berjalan.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian ban berjalan adalah :
- Sifat fisik dan keadaan material
- Keadaan topografi
- Jarak pengangkutan
- Produksi
Dalam menghitung kapasitas teoritis harus ditentukan luas penampang melintang
muatan di atas ban berjalan, yaitu :
A = K ( 0,9 B – 0,05 )2
dimana :
A = luas penampang melintang muatan di atas ban berjalan ( m2 )
K = koefisien dari luas penampang melintang di atas ban berjalan dan harganya
tergantung harga trough angle dan surcharge angle
B = lebar ban berjalan ( m )
3. Neraca Bahan
Neraca bahan berguna untuk memperkirakan berapa konsentrat dan tailing akan
diperoleh dari sejumlah umpan yang dimasukkan ke dalam alat peremuk. Untuk mencari
neraca bahan dirumuskan dengan :
F = C + T
dimana :
F = umpan (ton)
C = konsentrat (ton)
T = tailing (ton)
4. Recovery
Recovery adalah perbandingan antara berat konsentrat dibandingkan dengan berat
umpan. Recovery berguna untuk mengetahui perolehan atau hasil dari suatu proses
peremukan yang dinyatakan dalam persen.
C
R = x 100 %
F
dimana :
R = recovery (%)
C = konsentrat (ton)
F = umpan (ton)
5. Reduction Ratio
Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena besar
kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk untuk
mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan pengamatan
terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan ukuran terbesar
produk. Pada primary crushing besarnya reduction ratio adalah 4 – 7 dan pada
secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 – 20. Besarnya reduction ratio
merupakan batasan agar kerja alat efektif.
tF wF
RL = =
tP wP
dimana :
RL = limiting reduction ratio
tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)
wF = lebar umpan (cm)
wP = lebar produk (cm)
b. Physical Availability
Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat yang sedang
digunakan.
W+S
PA = x 100 %
W+R+S
dimana :
S = jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami kerusakan
W + R + S = seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk dioperasikan
c. Use of Availability
Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat
dapat digunakan.
W
UA = x 100 %
W+S
dimana :
UA = memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan.
f. Effektifitas Penggunaan
Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan yang bisa
dicapai.
Kapasitas nyata
Ep = x 100 %
Kapasitas desain
G. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyelesaikan permasalahan peremuk di unit pengolahan emas PT. ANEKA
TAMBANG UNIT PENAMBANGAN EMAS PONGKOR, penyusun menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah :
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
kegiatan penelitian, yang diperoleh dari :
- Instansi terkait
- Perpustakaan
- Grafik dan Tabel
- Informasi penunjang lainnya.
2. Penelitian Di Lapangan
Penelitian di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan dan
pengukuran. Pengamatan dilakukan untuk data kegiatan penambangan dan kondisi
material hasil penambangan. Sedangkan data hasil pengukuran dilakukan pada :
- Produksi pada unit pengolahan
- Jam kerja pada unit pengolahan
- Kondisi alat pada saat ini
- Kondisi material sebelum dan sesudah proses pengolahan
3. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan berdasarkan teori
yang ada dan data hasil penelitian.
a. Perhitungan Produksi
Perhitungan hasil produksi didapatkan dari rumus-rumus :
- Neraca bahan
- Recovery
- Reduction Ratio
b. Jam Kerja
Perhitungan jam kerja yang meliputi jam kerja alat dan operator didapatkan dengan
pengukuran langsung di unit pengolahan dan rumus-rumus yang ada.
c. Kondisi Alat
Untuk kondisi alat pengolahan dilakukan dengan pengamatan keadaan alat secara
langsung dan kondisi secara teoritis dengan menggunakan rumus yang ada.
d. Kondisi Material
Untuk mengetahui tentang kondisi material sebelum dan setelah pengolahan
dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran untuk ukuran material.
4. Kesimpulan
Kesimpulan didapat setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam menyimpulkan hasil penelitian
harus mempertimbangkan berbagai aspek terkait, misalnya proses penambangan, kondisi
alat, operator, keadaan alam dan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh. Hal-hal
yang dicantumkan dalam kesimpulkan antara lain :
- Produksi desain dan produksi nyata alat
- Jam kerja alat dan operator
- Kondisi alat dan material
- Produksi dan waktu produksi efektif
- Hambatan-hambatan yang ada dan alternatif pemecahannya.
H. RENCANA DAFTAR ISI
Dalam penelitian tentang teknis perermuk pada pengolahan emas di pongkor ini,
penyusun merencanakan daftar isi sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I. I. PENDAHULUAN
II. II. TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat PT. FREEPORT INDONESIA
III. 2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
IV. 2.3 Geologi Daerah Penambangan
2.4 Iklim dan Curah Hujan
V. PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Ukuran Umpan
5.2 Setting Alat Unit Peremuk
5.3 Hasil Proses Peremukan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
J.
K.
L. DAFTAR PUSTAKA
Gaudin, AM, Principles of Mineral Dressing, Mc. Graw Hill Book Company Inc, New
York, 1939.
Hartman, HL, Introductory Mining Engineering, A Wiley-Interscience Publication, John
Willey and Sons, New York, 1987.
Pryor A. EJ, Reader In Mineral Dressing University of London, Mining Publication,
Salisbury House, London.
Taggart AF, Hand Book of Mineral Dressing, John Willey and Sons, New York, 1987.