Anda di halaman 1dari 32

ASAM URAT PADA REMAJA OBESITAS DI

KOTA TONDANO

Oleh :

Vindy G. N Wurangian

090111213

Dosen Pembimbing :

DR. dr. Billy Kepel, MMedSc

dr. Aaltje E. Manampiring, M.Kes

BAGIAN KIMIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa Hippocrates dikenal luas sebuah penyakit yang bernama gout

(asam urat) yang sering dinamakan sebagai penyakit para raja dan raja dari

penyakit karena sering muncul pada kelompok masyarakat dengan kemampuan

sosial-ekonomi tinggi. Sebagaimana diketahui, kelompok masyarakat sosial-

ekonomi tinggi sering mengonsumsi daging (yaitu keluarga kerajaan pada zaman

dahulu), akibatnya menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat.1

Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa

normal dalam darah dan urin.Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan

yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah kadar

asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak

mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi (seperti ekstrak daging,

kerang, dan jeroan seperti hati ginjal, limpa, paru, otak).2

Diperkirakan bahwa radang sendi akibat gangguan asam urat terjadi pada

840 dari setiap 100.000 orang, dan mewakili sekitar 5% dari total penyakit radang

sendi. Penyakit radang sendi ini dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout

primer yang umum terjadi (90% kasus penyakit radang sendi). Penyebabnya tidak

diketahui dengan jelas, tapi diperkirakan akibat kelainan proses metabolisme

dalam tubuh, tapi yang pasti ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi,

hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. Umumnya dialami oleh laki-laki berusia

lebih dari 30 tahun,sedangkan gout sekunder (10% kasus) dialami oleh umumnya

wanita setelah menopause. Penyebabnya oleh gangguan hormone.3


Obesitas juga bisa meningkatkan produksi asam urat. Orang dengan kondisi

kegemukan mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan kadar asam urat

dalam darah. Sampai saat ini belum ada teori yang bisa menjelaskan mengapa

penderita obesitas memiliki kadar asam urat darah yang tinggi. Namun, banyak

penelitian menunjukan bahwa kadar asam urat pada penderita obesitas lebih tinggi

dari normal.4

Sebuah hasil penelitian dari Dr. Nyoman Kertia (2009) menunjukan bahwa

orang yang gemuk mempunyai kecenderungan lebih tinggi terkena penyakit asam

urat.Meskipun tidak selalu, tetapi banyak bukti menunjukan bahwa orag yang

kelebihan berat badan pada umumnya mengonsumsi protein yang berlebihan.

Protein pada umumnya mengandung purin yang banyak sehingga menyebabkan

kadar asam urat meninggi. Data-data penelitian menunjukan bahwa penyakit asam

urat lebih banyak didapatkan pada seseoramg yang berat badannya berlebih dan

kadar kolesterol daranya tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

kelainan tersebut.21

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berlebihan

di dalam tubuh dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Oleh

karena itu obesitas saat ini dianggap sebagai suatu penyakit kronik dan harus

mendapatkan pengobatan.5

Tahun 1960 prevalensi obesitas di AS sebesar 13% dan pada tahun 1994

meningkat menjadi 22,5%. Prevalensi obesitas pada anak 6-17 tahun dalam 3

dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Bahkan menurut data

National Health and Nutrition Examination Survey ke III (NHNES III)


menunjukan bahwa 20% pria dewasa dan 25% wanita dewasa mempunyai BMI

melebihi 30kg/m2.6

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang

dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI dilaporkan bahwa prevalensi obesitas

pada remaja dengan umur 16-18 tahun adalah 1,4% dengan perbandingan 1,3%

pada laki-laki dan 1,5% pada perempuan.7

Berdasarkan latar belakang ini maka peneliti merasa perlu dan tertarik untuk

melakukan penelitian tentang gambaran asam urat pada remaja obese di

Minahasa.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat masalah yaitu:

Bagaimana gambaran asam urat pada remaja obese di Minahasa ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui gambaran asam urat pada remaja obesitas di Minahasa

1.4 MANFAAT PENELITIAN

A. Bidang akademik

Sebagai referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

peningakatan asam urat pada remaja obesitas dan sebagai acuan peneliti

selanjutnya.
B. Bidang pelayanan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat dibidang kesehatan menegenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan peningkatan asam urat pada remaja obesitas.

C. Bidang pengembangan penelitian

Memberikan pengalaman berharga dalam mengaplikasikan teori dengan

keadaan di lapangan khususnya mengenai kadar asam urat pada remaja

obesitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASAM URAT

2.1.1 DEFINISI

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolism purin. Secara alamiah purin

terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni

makanan dari tanaman berupa sayur, buah, dan kacang-kacangan atau hewan

berupa daging, jeroan, dan ikan sardeng. Juga dalam minuman beralkohol dan

makanan kaleng.1

Jika kadar asam urat dalam darah melebihi normal, asam urat ini tidak

akan bisa larut kembali dalam darah. Pada akhirnya, akan mengendap menjadi

Kristal urat dan masuk ke organ-organ tubuh, khususnya kedalam sendi. Kristal

urat ini dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.Hal ini memicu sel-sel

kekebalan (immune cells) untuk memusnahkannya. Munculnya sel-sel kekebalan

akan menimbulkan reaksi radang atau inflamasi yang menyebabkan bengkak

kemerahan dan nyeri. Inilah yang disebut sebagai penakit radang sendi atau

arthritis.Karena penyebabnya adalah Kristal urat maka disebut arthritis gout.

Untuk singkatnya, arthritis gout atau asam urat disebut gout.4

2.1.2 EPIDEMIOLOGI

Gout hamper tidak pernah terjadipada wanita pramenopause,

prevalensinya rendah (1-6 per 10.000) pada wanita < 60 tahun dan 5-6 kali lipat

lebih banyak pada pria usia 40-50 tahun. Faktor lingkungan seperti asupan purin

dalam diet, konsumsi alcohol, dan penggunaan obat seperti aspirin dosis rendah
dan diuretik juga turut berperan. Kelainan metabolisme yang diturunkan juga turut

berperan karena menyebabkan produksi berlebihan atau ekskresi asam urat yang

di bawah normal.8

2.1.3 KLASIFIKASI

Berdasarkan kategori klinik gout dapat digolongkan menjadi :9

1. Gout primer terjadi akibat pembentukan berlebihan asam urat atau

gangguan ekskresi tubulus ginjal.

2. Gout sekunder terjadi akibat pembentukan urat yang berlebihan setelah

perputaran massif asam nukleat atau akibat gangguan ginjal didapat yang

menurunkan ekskresi urat.

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar

asam urat serum, meninggi atau menurun. Pada kadar asam urat serum yang

stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan allupurinol yang

menurunkan kadar asam urat serum dengan mempresipitasi serangan gout akut.

Pemakaian alkohol berat oleh pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi

konsentrasi urat serum. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan

Kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystal shedding).Pada

beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia asimptomatik Kristal urat

ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya tidak pernah

mendapat serangan akut.Dengan demikian gout, seperti juga pseudogout, dapat

timbul pada keadaan asimptomatik.Pada penelitian penulis didapat 21% pasien


gout dengan asam urat normal.Terdapat peranan temperature, pH dan kelarutan

urat untuk timbul serangan gout akut.Menurunnya kelarutan sodium urat pada

temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat

mejelaskan mengapa Kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat

tersebut.Predileksi untuk pengendapan kristal MSU pada metatarsofalangeal-1

(MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada

daerah tersebut.

Penelitian simkin di dapatkan kecepatan difusi molekul urat dari ruang

sinovia ke dalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian

konsentrasi urat dalam cairan sendi MTP-1 menjadi seimbang dengan urat dalam

plasma pada siang hari selanjutnya bila cairan sendi diresorbsi waktu berbaring,

akan terjadi peningkatan kadar urat lokal. Fenomena ini dapat menerangkan

terjadinya awitan (onset) gout akut pada malam hari pada sendi yang

bersangkutan.Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitro melalui

pembentukan dari protonated solid phases. Walaupun kelarutan sodium urat

bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada pH dari

7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran serta kapasitas buffer pada sendi dengan gout,

gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukan bahwa perubahan

pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan Kristal MSU

sendi.Peradangan dan inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout

terutama gout akut.Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik

untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab.Peradangan pada

arthritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu Kristal

monosodium urat pada sendi.Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara


pasti.Hal ini di duga oleh peranan mediator kimia dan seluler. Pengeluaran

berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui jalur, antara lain aktivitas

komplemen (C) dan selular.15-17

2.1.5 GAMBARAN KLINIK

Serangan pertama mengenai ibu jari kaki, pergelangan kaki atau tarsus,

dan lutut.Onsetnya biasanya mendadak dan sendi tampak kemerahan, panas,

mengkilat, sensitive, dan nyeri tekan hebat.Pasien mengalami demam, mudah

tersinggung, dan anoreksik.Serangan, yang awalnya monoartikular pada sebagian

besar pasien, cenderung rekuren dan kemudian berkembang menjadi

poliartikular.Bisa dipicu oleh trauma (termasuk pembedahan), olahraga, kelebihan

makanan, alkohol, dan kelaparan. Atritis gout kronis tetap asimetris dan timbul

tofi, khususnya pada kartilago telinga dan dekat sendi.10

2.1.6 LABORATORIUM

Pada pemeriksaan laboratorium kadar normal asam urat dalam serum

darah adalah 7,0 mg/dl pada laki-laki dan 5,7 mg/dl pada perempuan.4Pada teknik

enzimatik, yaitu kadar asam urat normalnya maksimum 7 mg/dl.1 Pada ekskresi

(keluarnya) asam urat urin per 24 jam, penentuan jumlah kadar asam urat di urin

selama 24 jam penting untuk menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum

pemeriksaan dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung

purin dan alkohol.Alkohol dapat mengurangi keluarnya asam urat melalui

ginjal.Pembentukan asam urat dinyatakan berlebihan bila kadarnya per 24 jam >

600 mg% pada diet batas purin atau > 800 mg% dengan diet normal.Bila kadarnya
> 900 mg%, resiko terjadinya batu ginjal sangat tinggi. Pemeriksaan LED (laju

endap darah), CRP (C reactive protein), ureum,kreatinin, CCT. Pemeriksaan

radiologis pada stadium akut arthritis gout, gambaran radiologik hanya tampak

berupa pembengkakan jaringan lunak disekitar persendian (periartikuler) yang

asimetrik. Keadaan ini terjadi akibat reaksi peradangan pada stadium awal.

Perubahan gambaran pada radiologik pada arthritis gout kronis hanya terlihat bila

tulang sudah mengalami erosi sehingga berbentuk bulat atau lonjong dengan tepi

yang sklerotik akibat deposit urat di sekitar sendi. Kadang-kadang ditemukan

pengapuran didalam tofus. Tanda khas arthritis gout bila pada foto rontgen

ditemukan erosi “punch out”.11

2.1.7 DIAGNOSA

Diagnosis arthritis gout ditegakkan dengan mengacu pada criteria yang

dikemukakan the American Rheumatism Association (ARA). Criteria tersebut

sebagai berikut.11

a. Diagnosis pasti ditegakan apabila ditemukan kristal monosodium urat

(MSU) pada cairan sendi (sinovial) atau tofi.

b. Ditemukannya 6 dari 12 kriteria berikut:

1. Inflamasi maksimum terjadi pada hari pertama.

2. Lebih dari satu kali serangan arthritis akut.

3. Arthritis pada satu persendian (arthritis monoartikuler)

4. Kulit diatas sendi yang sakit tampak kemerahan.

5. Nyeri atau bengkak pada pangkal ibu jari kaki (sendi MTP I).

6. Serangan pada sendi MTP hanya pada satu sisi (unilateral).


7. Serangan pada sendi tarsal (sendi di kaki) unilateral.

8. Dicurigai adanya tofi.

9. Hiperurisemia.

10. Pada gambaran radiologis, tampak pembengkakan sendi asimetris.

11. Pada gambaran radiologis, tampak kista subkortikal tanpa erosi.

12. Kultur bakteri cairan sendi hasilnya negative.

2.1.8 PENATALAKSANAAN

Pada penderita gout, kadar asam urat darah harus dipertahankan dalam

batas normal. Pengobatan hiperurisemia jangka panjang dilakukan dengan

pemberian Allopurinol.

Indikasi pemberian Allupurinol yaitu:2

 Serangan ulang arthritis gout lebih dari 3 kali setahun, baik kadar asam

urat darah normal atau tinggi.

 Adanya tofi.

 Gangguan fungsi ginjal disertai hiperurisemia.

 Batu ginjal (urolitiasis akibat batu urat).

 Pencegahan terhadap hiperurisemia berat (> 50 mg%) dan hiperirokonsuri

(> 100 mg/hari).

Pada arthritis gout akut juga sendi yang meradang diistirahatkan.Diberikan

obat anti inflamasi non steroid (OAINS), Kortikosteroid, dan Kolkisin.Setelah

peradangan tenang, diberikan obat penurun asam urat (Allopurinol dan

Probenesid). Lama pemberian obat ini adalah 1 tahun setelah konsentrasi asam

urat normal.12
2.1.9 KOMPLIKASI

Komplikasi yang biasanya terjadi akibat adanya penyakit asam urat adalah

munculnya berbagai permasalahan di bagian ginajal. Masalh ini dibedakan

menjadi dua, yaitu:13

a. Nefropati asam urat

Nefropati asam urat disebabkan adanya peningkatan konsentrasi asam urat

di dalam urine.Bentuk komplikasi ini ada dua, yaitu batu asam urat dan

nefropati asam urat akut.Batu asam urat biasanya terjadi pada penderita

yang memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl dengan pembuangan

asam urat lebih dari 1.100 mg/dl.Selain itu, keasaman dan konsentras urine

turut memacu timbulnya batu asam urat.

b. Nefropati urat

Pada komplikasi ini ditemukan adanya kristal urat di dalm jaringan

interstitial dalam ginjal, dikelilingi sel-sel yang besar di bagian dalam

ginjal. Umumnya, penderita juga mengalami tekanan darah tinggi dan

kelainan seperti proteinuria, disertai penurunan fungsi ginjal. Penyakit ini

biasanya menimpa penderita yang memiliki kadar asam urat di ats 13mg/dl

pada laki-laki atau di atas 10 mg/dl pada wanita

2.1.10 DIAGNOSIS BANDING

Gout akut harus dibedakan dari penyebab arthritis akut lainnya, terutama

arthritis stafilokokus septic dan demam reumatik. Pseudogout dapat timbul pada

gagal ginjal kronis.14


Gout kronis, teruta bila mengenai banyak sendi, dapat menyerupai

rheumatoid atau osteoarthritis.10

Hiperurisemia dapat timbul sekunder akibat terapi diuretik.10

2.1.11 PROGNOSA

Tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat berlangsung berhari-hari,

bahkan beberapa minggu. Periode asimtomstik akan memendek apabila penyakit

menjadi progresif. Semakin usia pasien pada saat mulainya penyakit, maka

semakin besar kemungkinan menjadi progresif. Arthritis tofi kronik terjadi setelah

serangan akut berulang tanpa terapi yang adekuat.18

2.2 OBESITAS

2.2.1 DEFINISI

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penimbunan lemak

berlebihan yang diperlukan untuk fungsi tubuh manusia.19

2.2.2 PENGUKURAN OBESITAS

Untuk mengetahui gemuk atau tidak, dengan cara menghitung indeks masa

tubuh atau Body Mass Index (BMI). Harus mengetahui berat badan (BB) dan

tinggi badan (TB), berat badan dalam ukuran kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat

tinggi badan dalam ukuran meter. Hasilnya disebut BMI.4 BMI = Berat Badan

(kg) : Tinggi Badan2(m)


2.2.3 FAKTOR PENYEBAB OBESITAS

Beberapa faktor penyebab obesitas, antara lain:

1. Faktor biologis seperti kecepatan metabolisme dan jumlah minimum

energi yang dibutuhkan seseorang berperan penting dalam mengatur berat

badan. Beberapa orang, secara alami menggunakan lebih banyak kalori

untuk melakukan fungsi-fungsi utama dalam tubuh.19

2. Faktor genetik. Anak-anak yang mengalami obesitas, biasanya orang

tuanya juga mengalami hal yang sama. Sampai saat ini belum diketahui

secara pasti, gen apa yang menyebabkan obesitas tersebut.19

3. Gaya hidup modern, dengan meningkatnya konsumsi kalori dan

berkurangnya aktivitas fisik, berperan penting dalam menyebabkan

obesitas. Restoran siap saji menyediakan banyak pilihan, makanan

kemasan dan softdrink. Disamping menawarkan kemudahan, makanan ini

juga tinggi dalam hal kandungan lemak, gula dan kalori.19

4. Kurangnya aktivitas, serta penggunaan alat-alat untuk mempermudah

pekerjaan, seperti remote control, menyebabkan tertimbunnya lemak

didalam tubuh.19

2.3 HUBUNGAN ASAM URAT DENGAN OBESITAS

Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya asam urat. Obesitas

didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi kelebihan lemak tubuh. Pada orang

obes terjadi peningkatan asam urat terutama karena terjadi peningkatan lemak

tubuh, disamping itu juga berhubungan dengan luas permukaan tubuh sehingga
pada orang gemuk akan lebih banyak memproduksi asam urat dibandingkan

dengan orang kurus.22

Banyak struktur organ dalam tubuh orang gemuk yang diselimuti lemak.

Jika jantung, hati, dan pembuluh darah diselimuti dan terdesak lemak, tentu akan

membahayakan laju metabolisme.4

Hubungan yang positif antara asam urat dengan resistensi insulin sebagian

disebabkan karena hiperinsulinemia meningkatkan reabsorbsi sodium di tubulus

ginjal, sebagai akibatnya kemampuan ginjal mengeksresikan sodium dan asam

urat menurun dan hasilnya konsentrasi asam urat serum meningkat. Insulin

eksogen juga dapat meningkatkan reabsorbsi urat melalui stimulasi urate

transporter-1 (URAT 1) atau melalui sodium-dependent anion co-transporter pada

brush border membrane dan tubulus proksimal ginjal.20,23

Teori yang baru adalah kemungkinan adanya peranan leptin pada kaitan

antara hiperurisemia, obesitas, dan resistensi insulin. Leptin adalah hormon

produk dan obes genetik yang diekspresikan pada adiposit dan bekerja melalui

hipotalamus untuk mengatur asupan makanan dan pengeluaran energi. Sebagian

besar orang dengan obesitas memperlihatkan adanya resistensi leptin. Peningkatan

leptin sangat berkaitan dengan resistensi insulin pada pasien non-diabetes. Hasil

penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara asam urat serum, obesitas, dan

resistensi insulin paling tidak dimediasi oleh ekskresi leptin. Leptin dialirkan

dalam darah menuju hipotalamus untuk mengontrol penyimpanan lemak atau

bekerja dalam hal keseimbangan energi. Pada penderita obesitas kadar leptin

meningkat tetapi fungsinya terhambat. Peningkatan kadar leptin seiring dengan


meningkatkan kadar insulin, hal ini yang membuat para peneliti percaya bahwa

resistensi leptin merupakan pemicu resistensi insulin.24


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat cross sectional dengan pendekatan deskriptif.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Pengambilan sampel dilakukan di SMK Negeri di Kota Tondano.

3.3 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai Januari 2013,

pengambilan data dilakukan dari November 2012 sampai Januari 2013.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah remaja yang berusia 13 sampai 18 tahun di kabupaten

Minahasa.

2. Sampel

Sampel adalah siswa SMK yang obesitas di kabupaten Minahasa.

Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan cara simple random sampling.


3.5 KRITERIA SAMPEL PENELITIAN

1. Kriteria Inklusi

a. Siswa SMK Negeri yang berusia 13 sampai 18 tahun, sehat,

terdaftar dan aktif mengikuti kegiatan sekolah.

b. Siswa SMK Negeri yang bersedia menandatangani surat

persetujuan untuk dijadikan sampel penelitian dan telah berpuasa

10-12 jam.

2. Kriteria Eksklusi

a. Siswa SMK yang menderita penyakit kronis.

b. Siswa SMK berumur ˂12 tahun sampai ˃18 tahun yang menderita

kelainan homeostasis atau hemostasis.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

1. Kadar asam urat pada pria <7mg/dl dan wanita <6mg/dl (Putra. 2009)

2. Obesitas dinilai dengan mengukur lingkar pinggang. Tempat

pengukuran diantara tulang panggul bagian atas dan tulang rusuk

bagian bawah. Pengkategorian obesitas berdasarkan nilai ukuran

lingkar pinggang, untuk laki-laki ≥ 90 cm dan untuk wanita ≥ 80 cm.

3. Remaja adalah seseorang yang berusia 13 – 18 tahun (Hurlock. 1981)

3.7 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan:

1. Mengukur lingkar pinggang

a. Centimeter
b. Alat tulis menulis

2. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan asam urat

a. Jarum suntik 3 cc

b. Kapas alkohol

c. Bendungan (turniquet)

d. Plester

e. Label nama

Bahan yang digunakan:

1. Darah

3.8 CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Mengukur lingkar pinggang

Diukur dalam posisi tegak dan tenang. Baju dan benda lain yang dapat

mengganggu pengukuran disingkirkan. Pita pengukur diletakkan ditepi

atas crista illiaca.Pita pengukur jangan sampai menekan kulit terlalu

ketat dan sejajar dengan lantai.Pengukur dilakukan pada saat akhir dari

ekspirasi normal dan hasil dinyatakn dalam satuan centimeter.

2. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan asam urat

a. Sampel darah diambil dengan menggunakan spuit ijeksi 3 cc dari

vena cubiti mediana sebanyak 3 cc.

b. Sampel diletakkan dalam tabung yang reaksi.

3. Pemeriksaan sampel

Pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium Dinas Kesehatan.


3.9 MASALAH ETIK

1. Informed consent

2. Izin pada instansi yang berwenang

3.10 ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual dan

dikomputerisasi serta disajikan dalam bentuk tabel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2012 – Januari 2013 di SMK

Negeri di Kota Tondano. Pada awal penelitian peneliti terlebih dahulu membuat

surat persetujuan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga di Kota Tondano. Kemudian surat tersebut diserahkan

kepada kepala sekolah SMK Negeri di Kota Tondano untuk mendapatkan izin

agar dapat melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengukuran lingkar

pinggang secara acak terhadap 395 orang siswa di SMK Negeri di Kota Tondano.

Ditemukan 106 orang siswa obes. Kemudian diambil secara acak 54 orang siswa

yang obes sebagai sampel. Hasil pengambilan sampel terhadap 54 orang siswa

tersebut, ditemukan 8 orang siswa yang memiliki kadar asam urat diatas batas

normal.
Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri di Tondano terdapat 1677 orang

siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kemudian peneliti melakukan

pemeriksaan obes dengan mengukur lingkar pinggang. Siswa yang mengikuti

pemeriksaan obesitas adalah 395 orang siswa sedangkan siswa yang tidak

mengikuti pemeriksaan lingkar pinggang adalah 1282 orang. Siswa yang tidak

mengikuti pemeriksaan obesitas dikarenakan siswa-siswa tersebut tidak masuk

sekolah berhubung tidak ada lagi kegiatan belajar-mengajar. Setelah dilakukan

pengukuran ditemukan 106 orang siswa obes, sedangkan 289 orang siswa tidak

obes. Kemudian 54 orang siswa obes yang bersedia mengikuti pemeriksaan darah

sebagai sampel, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 43 orang siswa

perempuan. Pada pengukur yang melibatkan siswa obes sebagai sampel

ditemukan 8 orang siswa yang mengalami peningkatan kadar asam urat yang

melebihi normal.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang melibatkan 395 orang siswa berusia 13-18 tahun

yang dipilih secara acak, kemudian dilakukan pengukuran lingkar pinggang.

Ditemukan 106 orang siswa obes. Setelah itu ditemukan 54 siswa obes yang

terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 43 siswa perempuan. Penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Tomohon menyebutkan bahwa

prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.25

Obesitas merupakan keadaan dimana terdapatnya penimbunan lemak

berlebihan yang diperlukan untuk fungsi tubuh manusia. Obesitas tidak dapat

dinyatakan terjadi sebagai akibat dari satu faktor saja. Faktor-faktor yang berperan

dalam terjadinya obesitas antara lain faktor genetik, faktor lingkungan, gaya

hidup, dan perilaku makan. Obesitas dapat dicegah dengan penanganan tertentu

antara lain dengan pengaturan diet tertentu, latihan fisik yang cukup, dan

perubahan kebiasaan.19

Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya asam urat.

Obesitas didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi kelebihan lemak tubuh.

Pada orang obes terjadi peningkatan asam urat terutama karena terjadi

peningkatan lemak tubuh, disamping itu juga berhubungan dengan luas

permukaan tubuh sehingga pada orang gemuk akan lebih banyak memproduksi

asam urat dibandingkan dengan orang kurus.22

Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar asam urat. Pengambilan

sampel dilakukan kepada 54 orang siswa obes yang bersedia untuk menjadi
sampel. Pada pengukur yang melibatkan siswa obes sebagai sampel ditemukan 8

orang siswa yang mengalami peningkatan kadar asam urat yang melebihi normal.

Perkembangan jaman, sekarang ini makanan cepat saji atau yang lebih

dikenal dengan junk food dapat diperoleh dengan mudah, para remaja sekarang ini

cenderung lebih menyukai makanan cepat saji yang memiliki kadar lemak yang

tinggi. Sekarang ini asam urat merupakan isu penting di Indonesia. Asam urat

tidak hanya pada orang dewasa saja, tetapi ini sudah menjadi masalah bagi

remaja. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap

metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan

dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Tubuh menyediakan 85%

senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari

makanan hanya sekitar 15%. Banyak orang menyantap apa saja yang dia inginkan,

tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya.26

Makanan dari produk hewani biasanya menngandung purin sangat tinggi.

Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu,

yang punya bakat mengalami gangguan metabolisme asam urat. Jika

mengkonsumsi makanan tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat

melewati batas normal (7mg/dL). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),

penyakit kulit (psoriasis) dan kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita

diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya menghasilkan kadar benda-

benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang tinggi dalam tubuh. Benda-

benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

Oleh karena purin merupakan hasil dari metabolisme tubuh, maka perlu

diingatkan kepada seseorang dengan kadar asam urat tinggi harus hati-hati dengan
penyakit yang berhubungan dengan metabolisme seperti penyakit jantung,

kencing manis, dan penyakit yang berdampak langsung pada ginjal. Kenyataan ini

sangat erat hubungannya dengan tradisi, budaya dan pola makan masyarakat

Minahasa. Penduduk di daerah Minahasa memiliki prevalensi tinggi terjangkit

penyakit asam urat. Ini karena kebiasaan mereka mengkonsumsi makanan laut

tertentu dan gemar minum alkohol. Masyarakat Minahasa penting merobah

kebiasaan dan pola makannya dalam menjaga kadar asam urat agar berada dalam

batas normal.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prevalensi remaja obes di SMK Negeri Tondano adalah 36,7%

2. Remaja obesitas yang mengalami asam urat di SMK Negeri Tondano

adalah 17,4%

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri di

Tondano, maka disarankan :

1. Untuk remaja :

Mengatur pola makan sehari-hari dan memperbanyak aktivitas fisik,

terutama unutuk siswa obes.

2. Untuk orang tua :

Membantu anak dalam mengatur pola makan dan mengajarkan anak

untuk mengikuti pola hidup sehat.

3. Untuk Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga :

Melakukan kerja sama dengan pihak sekolah untuk

menyelennggarakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kebugaran

fisik serta menyediakan sarana untuk kegiatan tersebutserta melakukan

penyuluhan-penyuluhan tentang faktor resiko obesitas di sekolah-

sekolah.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan menggunakan

populasi yang lebih banyak agar memperoleh hasil yang lebih jelas.
Tabel 1. Kadar Asam Urat pada Siswa Obes

Nomor Lingkar Pinggang (cm) Jenis Kelamin Kadar Asam Urat (mg/dL)

1 98 L 6,4

2 93,8 L 6,5

3 80,5 W 4,1

4 81 W 5,0

5 76,5 W 4,1

6 77 W 5,4

7 93 W 6,3

8 87 W 5,8

9 83 W 4,2

10 78 W 4,9

11 80 W 2,4

12 100 W 3,9

13 76 W 2,9

14 91 W 4,7

15 113 W 3,4

16 82 W 3,3

17 101 L 4,6

18 84 W 3,3

19 80 W 2,9

20 84 W 2,7

21 92 W 4,3

22 86 W 2,6
23 86 W 5,2

24 96 W 4,8

25 79 W 3,5

26 86 W 2,8

27 87 L 5,8

28 85 W 3,9

29 90 W 3,8

30 85 W 4,0

31 88 W 4,7

32 84 W 4,2

33 79,5 W 3,5

34 78 W 5,9

35 77 W 5,9

36 76 W 4,9

37 92 W 6,6

38 86 W 2,8

39 92 L 7,2

40 89 W 3,2

41 83 W 3,4

42 89 W 4,3

43 79 W 3,5

44 78 W 3,7

45 88 L 4,1

46 91 L 7,1
47 87 L 7,3

48 99 L 6,4

49 86 L 4,3

50 107 L 6,7

51 76 W 3,9

52 78 W 5,3

53 95 W 5,5

54 90 W 4,0

Kadar asam urat normal :

Laki-laki : 3,4 – 7,0 mg/dL

Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dL


DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti D. Mencegah dan Mengobati Asam Urat. Yogyakarta: Araska;

2012

2. Misnadiarly. Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta:

Pustaka Obor Populer; 2007

3. Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. Asam Urat. Jakarta. PT Gramedia

Pustaka Utama; 2004

4. Soeroso J. Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya Grup; 2012

5. Adam JMF. 2001. Penatalaksanaan Penderita Gemuk-Obes Manfaat Klinis

Orlistat. Makalah disajikan pada Simposium Obesitas. Manado. 5 Mei

2001

6. Soemantiri D. 2002. The Heart in Obese Patients Possible Mechanism to

the Clinical Abnormalities. Dalam Tjokoprawiro A, Henchomartow,

Sutjahjo, A. Tandra H, Pranoto A, Murtiwi S, Adi S (Eds). Naskah

lengkap National Obesity Symposium-/Surabaya; Perkrni

7. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. Available from :

http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.

pdf

8. Davey P. At a Glance Medicine: Erlangga; 2003

9. Sacher R, McPherson R. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan,

Laboratorium. Jakarta: EGC; 2002

10. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran Klinis, edisi keenam.

Penerbit Erlangga; 2005


11. Dr. Dalimartha S. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Jakarta:

Penebar Swadaya; 2008

12. Rematik dan Asam Urat. Available from :

http://okberto.multiply.com/journal/item/118/rematik-dan-asam-urat

13. dr. Utami P & Tim Lentera. Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik dan

Asam Urat. Agromedia Pustaka

14. Best Practice. Gout. Available from : http://bestpractice.bmj.com/best-

practice/monograph/13/follow-up/prognosis.html 18 Juni 2011

15. Sudoyo A, Bambang S, Idrus A, Simadibrata M, Siti S. buku ajar ilmu

penyakit dalam jilid III edisi V. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian

Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta; 2009

16. Anderson S, McCarty L, Alih W. bahasa Biraham U, pendit dkk. Editor

edisi bahasa Indonesia, Huriawati H. Patofisiologi; konsep-konsep Klinis

Penyakit. Edisi 6. EGC; 2005

17. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S, penyunting Harisson’s Principles of

Internal Medicine, edisi ke-16. New York: McGraw-Hill Medical

Publishing Division; 2005

18. Klippel JH. Gout, Epidemiology, Pathology and Pathogenesis. In : Primer

on the rheumatic disease. Edisi 12. Atlanta: Artritis Floundation; 2001

19. Harmanto N. Herbal untuk Keluarga Ibu sehat dan Cantik dengan Herbal.

Jakarta; 2006

20. Wisesa N, Suatika K. Hubungan antara Konsentrasi Asam Urat Serum

dengan Resistensi Insulin pada Penduduk Suku Bali Asli di Dusun

Tenganan Pegringsingan Karangasem. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK


Unud. Available from :

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/4_dr%20ib%20wisesa.pdf

21. Asam Urat karena Obesitas. Available from : http://bakhtiar.web.id/asam-

urat-karena-obesitas/

22. Hensen, Putra TR. Hubungan Konsumsi Purin dengan Suku Bali di Daerah

Pariwisata Pedesaan. Ejournal Unud, vol. 8 Januari 2007

23. Tang L, Kubota M, Nagai A, Mamemoto K, Tokuda M. hyperuricemia in

Obese Children and Adolescents : the relationship with metabolic

syndrome 2010

24. Anonymous. 2011. Hubungan Leptin dengan Resistensi Insulin. Available

from :

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52377/111spa-

_BAB%20II%2otinjauan%20pustaka.pdf?sequence=6

25. Marcel H. Prevalensi Hiperurisemia pada Remaja Obese di SMA Don

Bosco Bitung. Manado. 2012

26. Agus A. 2009. Asam Urat. Available from :

http://www.rumaherbalku.com/typography-mainmenu-26/penyakit/61-

asam-urat.pdf

Anda mungkin juga menyukai