PENDAHULUAN
Bentuk uterus mirip dengan buah pir pipih dan terdiri atas dua
bagian utama yang bentuknya tidak sama, yakni bagian segitiga di
sebelah atas, yaitu korpus (atau badan), dan bagian fusiform atau
silindrik di sebelah bawah, yaitu serviks.
Tuba uterina
Tuba uterina (oviduk suatu tuba fallopi) membentak dari kornu uteri ke
tempat dekat ovarium dan merupakan akses perjalanan ovum menuju
rongga uterus. Tuba uterina memiliki panjang yang bervariasi, mulai
dari 8 sampai 14 cm, dan ditutupi oleh peritoneum, sedangkan
lumennya dilapisi oleh membrane mukosa. Masing-masing tuba uterina
dibagi menjadi bagian interstitial, isthmus, ampula, dan infundibulum.
Ketebalan tuba uterine berbeda-beda; bagian tersempit (isthmus)
berdiameter 2-3 mm dan bagian terlebar (ampula) berdiameter antara
5-8 mm. tuba uterine dikelilingi seluruhnya oleh peritoneum, kecuali
diperlekatkan mesosalping. Secara umum, otot tuba uterine terdiri atas
dua lapisan-lapisan dalam yang sirkular dan lapisan luar yang
longitudinal.
Dua hasil bermakna dari siklus seksual adalah: Pertama, hanya satu ovum
matang yang normal dikeluarkan dari ovarium setiap bulan sehingga hanya
satu fetus yang dapat mulai tumbuh pada saat ini. Kedua, endometrium
uterus dipersiapkan untuk implantasi ovum yang telah dibuahi bila
dibutuhkan pada bulan ini.
Selama setiap bulan siklus seksual wanita, terjadi kenaikan dan penurunan
jumlah FSH dan LH.Variasi siklus ini menyebabkan terjadinya perubahan
siklus ovarium. Baik FSH maupun LH merangsang sel target ovarium
dengan cara bergabung dengan reseptor FSH dan LH yang sangat spesifik
pada membran sel ovarium target. Selanjutnya, reseptor yang diaktifkan
akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel-sel ini biasanya sekaligus
meningkatkan pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua efek
perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger
siklus adenosin monofosfat dalam sitoplasma sel, yang menyebabkan
pembentukan protein kinase dan berbagai fosfolirase dari enzim-enzim
kunci yang merangsang sintesis hormon seksual.
Hanya Satu Folikel yang Mengalami Pematangan Penuh Setiap Bulan, dan
Sisanya Mengalami Atresia.
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih tetapi sebelum terjadi
ovulasi salah satu dari folikel mulai tumbuh melebihi semua folikel yang
lain; sisa 5 sampai 11 folikel yang tumbuh berinvolusi (suatu proses yang
disebut atresia), dan sisa folikel ini dikatakan menjadi atretik. Penyebab
atresia masih belum diketahui, tetapi didalilkan sebagai berikut: Sejumlah
besar estrogen yang berasal dari folikel yang tumbuh paling cepat tersebut
bekerja pada hipotalamus untuk lebih menekan kecepatan sekresi FSH
oleh kelenjar hipofisis anterior, denagn cara ini menghambat pertumbuhan
lebih jauh folikel-folikel yang kurang berkembang. Oleh karena itu folikel
yang paling besar dapat melanjutkan pertumbuhannya karena pengaruh
efek-efek umpan balik positif instrinsik yang dimilikinya, setelah semua
folikel yang lain berhenti tumbuh dan mengalami infolusi.
Ovulasi
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari terjadi
pada 14 hari sesudah menstruasi dimula. Tidak berapa lama sebelum
ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan
cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul folikular, yang disebut
stigma, akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian,
cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma, dan sekitar 2 menit
kemudian, stigma akan robek cukup besar menyebabkan cairan yang lebih
kental, yang menempati bagian tengah folikel, mengalami evagiansi keluar.
Cairan ini membawa ovum bersamanya, yang dikelilingi oleh massa dari
beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiata.
Involusi akhir biasanya terjadi pada hampir tepat 12 hari dari masa hidup
korpus luteum, sekitar hari ke-26 dari siklus seksual wanita normal, 2 hari
sebelum menstruasi dimulai. Pada saat ini, penghentian tiba-tiba sekresi
estrogen, progesteron, dan inhibin dari korpus luteum akan menghilangkan
umpan balik halangan dari kelenjar hipofisis anterior, memungkinkan
kelenjar meningkatkan sekresi FSH dan LH kembali. FSH dan LH akan
merangsang pertumbuhan folikel baru, memulai siklus ovarium yang baru.
Terhentinya sekresi progesteron dan estrogen secara sementara pada waktu
ini akan menyebabkan menstruasi oleh uterus.
Efek Estrogen pada Uterus dan Organ Kelamin Luar Wanita. Selama masa
kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada saat
pubertas, jumlah yang disekresi pada wanita di bawah pengaruh hormon-
hormon gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih.
Pada saat ini, organ-organ kelamin wanita akan berubah dari yang dimiliki
seorang anak menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Ovarium, tuba
fallopii, uterus, dan vagina, semuanya bertambah besar. Selain itu, genitalia
eksterna membesar, dengan deposisi lemak pada mons pubis dan labia
mayora dan disertai pembesaran labia minora. Selain itu, estrogen juga
mengubah epitel vagina dari tipe kuboid menjadi bertingkat, yang dianggap
lebih tahan terhadap trauma dan infeksi daripada epitel sel kuboid
prapubertas. Infeksi vagina pada anak sering dapat disembuhkan dengan
pemberian estrogen hanya karena estrogen dapat meningkatkan ketahanan
epitel vagina.
Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus
meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting
daripada bertambahnya ukuran uterus adalah perubahan yang berlangsung
pada endometrium uterus di bawah pengaruh estrogen. Estrogen
menyebabkan terjadinya proliferasi yang nyata stroma endometrium dan
sangat meningkatkan perkembangan kelenjar endometrium, yang nantinya
akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi. Efek ini
akan dibicarakan nanti di bab yang berkaitan dengan siklus endometrium.
Efek Estrogen pada Tuba Fallopii. Estrogen berpengaruh pada mukosa yang
membatasi tuba fallopii, sama seperti efek estrogen terhadap endometrium
uterus. Estrogen menyebabkan jaringan kelenjar lapisan tersebut
berproliferasi, dan yang penting, estrogen menyebabkan jumlah sel-sel
epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah banyak. Aktivitas
silia juga meningkat. Silia tersebut selalu bergerak ke arah uterus, yang
membantu mendorong ovum yang telah dibuahi ke arah uterus.
Fungsi-Fungsi Progesteron
Efek Progesteron pada Uterus. Sejauh ini fungsi progesteron yang paling
penting adalah untuk meningkatkan perubahan sekretorik pada
endometrium uterus selama separuh terakhir siklus seksual bulanan wanita,
sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi.
Gambar 3. Sekresi dan efek hormon pada siklus reproduksi wanita (Tortora, 2009)
Gambar 4. Regulasi hormonal pada ovarium dan uterus (Tortora, 2009)
Hormon Inhibin dari Korpus Luteum Menghambat Sekresi FSH dan LH.
Selain dari efek umpan ba-lik oleh estrogen dan progesteron, terdapat
hormon lain yang kelihatannya ikut berperan, khususnya inhibin, yang
disekresikan bersama dengan hormon seks steroid oleh sel-sel granulosa dari
korpus luteum ovarium dengan cara yang sama seperti sel-sel Sertoli
menyekresikan inhibin pada testis pria. Hormon tersebut mempunyai efek
yang sama pada wanita seperti halnya pada pria—menghambat sekresi FSH,
dan sedikit menghambat LH lewat kelenjar hipofisis anterior. Oleh karena
itu, diyakini bahwa hormon inhibin mungkin cukup penting dalam
menyebab-kan berkurangnya sekresi FSH dan LH pada akhir siklus bulanan
seksual wanita.
Pada garis besarnya ovarium terbagi atas dua bagian, yaitu korteks dan
medulla. Korteks terdiri atas stroma yang padat, dimana terdapat folikel-
folikel dengan sel telurnya. Folikel dapat dijumpai dalam berbagai tingkat
perkembangan, yaitu folikel primer, sekunder, dan folikel yang masak
(folikel de Graaf). Juga ada folikel yang telah mengalami degenerasi yang
disebut atresia folikel. Dalam korteks juga dapat dijumpai korpus rubrum,
korpus luteum dan korpus albikans.
Makin muda usia wanita makin banyak folikel dijumpai. Pada bayi baru
lahir terdapat ±400.000 folikel pada kedua ovarium. Rata-rata hanya 300-
400 ovum yang dilepaskan selama masa reproduksi. Pada masa
pascamenopause sangat jarang dijumpai folikel karena kebanyakan telah
mengalami atresia. Dalam medulla ovarium terdapat pembuluh-pembuluh
darah, serabut-serabut saraf, dan jaringan ikat elastis.
Sel-sel dari membrana granulosa dan teka interna yang tinggal pada ovarium
membentuk korpus rubrum yang berwarna merah oleh karena perdarahan
waktu ovulasi dan yang kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteun
berwarna kuning karena mengandung zat kuning yang disebut lutein; ia
mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen.jika tidak terjadi
pembuahan (konsepsi), setelah 8 hari korpus luteum mulai berdegenarasi
dan setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikans (Jaringan
parut). Korpus luteum tadi disebut korpus luteum menstruasionis. Jika
terjadi konsepsi, korpus luteum dipelihara oleh hormon chorionic
gonadotropin (hCG) yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas dari korion. Ini
dinamakan korpus luteum graviditas dan berlangsung hingga 9-10 minggu.
Pada manusia, ovulasi biasanya terjadi hanya dari satu ovarium, walapun
kadang-kadang lebih dari satu folikel dapat pecah pada satu waktu yang
dapat menghasilkan kehamilan kembar dizigotik. Ovum yang dilepaskan
berukuran kira-kira 150m dan cepat mengalami degenerasi kecuali jika
terjadi fertilisasi. Fertilisasi biasanya terjadi dalam tuba dekat dengan
fimbrium-fimbrium. Perjalanan ovum di tuba memakan waktu selama 3 hari
dan implantasi blastokist pada uterus biasanya terjadi 6-7 hari setelah
fertilisasi.
Endometrium
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus
mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas
ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu.
o Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami
desintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelanjar-
kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
o Fase pascahaid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.
o Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase
proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 samapi hari ke-
7. fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-
kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar
ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel kelenjar
mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan
suasana fase menstruasi di manaterlihat perubahan-perubahan
involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma
padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya
berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis.
Nukleus sel stroma relatif besar sebab sitoplasma relatif sedikit.
Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta.
EGC.
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology 10th edition. Philadelphia;
WB Saunders, 2000.
Putz, Reinhard and Reinhard pabst. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22.
Jakarta. EGC.
Schnatz, Rebecca Heuer. 2011. Female Reproductive Organ Anatomy . [Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1898919-overview#showall
tanggal 21 Juni 2012]