Anda di halaman 1dari 14

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006 Sari Pediatri, Vol. 8, No.

3, Desember 2006: 195 - 208

Clinical Pathways Kesehatan Anak


Dody Firmanda

Clinical Pathways (CP) sebagai kunci utama untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan
yang dinamakan DRG-Casemix. Merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan
terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang
terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Clinical Pathways
merupakan salah satu komponen dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri dari kodefikasi
penyakit dan prosedur tindakan (ICD 10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik
secara top down costing atau activity based costing maupun kombinasi keduanya).
Implementasi CP sangat erat berhubungan dan berkaitan dengan Clinical Governance
dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dengan biaya yang dapat
diestimasikan dan terjangkau. Dalam menyusun Format Clinical Pathways harus
diperhatikan komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical Pathways.
Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi setempat seperti
data Laporan RL1 sampai dengan RL6 dan sensus harian.Variabel varians dalam CP
dapat digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan audit medis dan manajemen
baik untuk tingkat pertama maupun kedua (1st party and 2nd party audits) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Variabel tindakan dalam CP dapat
digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan surveilans Tim Pengendalian
Infeksi Nosokomial dan selanjutnya untuk menilai Health Impact Intervention. Variabel
obat obatan dalam CP dapat digunakan sebagai alat (entry point) untuk melakukan
kegiatan evaluasi dan monitoring dari 5 Langkah 12 Kegiatan Tim Farmasi dan Terapi
Komite Medik RS. Sekaligus secara tidak langsung menggalakkan penggunanan obat
secara rasional dan dapat melihat cermin dari penggunaan obat generik. CP dapat
digunakan sebagai salah satu alat mekanisme evaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi
kesalahan aktif (active errors) dan laten (latent / system errors) maupun nyaris terjadi
(near miss) dalam Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien (patient safety). Hasil
dan revisi CP dapat digunakan juga sebagai alat (entry point) untuk melakukan perbaikan
dan revisi Standar Pelayanan Medis dan asuhan Keperawatan yang bersifat dinamis dan
berdasarkan pendekatan Evidence-based Medicine (EBM) dan Evidence-based Nurse
(EBN). Partisipasi aktif, komitmen dan konsistensi dari seluruh jajaran direksi,
manajemen dan profesi harus dijaga dan dipertahankan demi terlaksana dan suksesnya
program Casemix di rumah sakit. Bila Sistem Casemix Rumah Sakit telah berjalan,
maka untuk selanjutnya akan lebih mudah untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan
lebih lanjut yakni Health Resources Group (HRG). Peran profesi organisasi IDAI sangat
strategis dan penting dalam mengembangkan SPM dan Clinical Pathways sebagai acuan
pedoman bagi setiap anggota profesi dalam melaksanakan praktik keprofesiannya.

Kata kunci: Clinical Pathways, DRG-Casemix, Kondifikasi penyakit, Prosedur tindakan

195
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

U
ndang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Komite Medik RS Fatmawati telah merancang
tentang Praktik Kedokteran dalam pasal 49 strategi pendekatan untuk mengimplementasikan
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan Sistem Penataan Klinis (Clinical Governance)2-6 di
praktik kedokteran wajib menyelenggarakan Rumah Sakit Fatmawati dikenal sebagai Sistem Komite
kendali mutu dan kendali biaya melalui kegiatan audit Medik dan Sistem SMF7 telah berjalan sejak tahun
medis serta dilaksanakan oleh organisasi profesi. Ini 2003, mengkombinasikannya dengan Sistem Pem-
merupakan salah satu dari sekian tugas berat yang biayaan Casemix8 melalui pendekatan mutu profesi9-
12
diamanatkan oleh undang undang tersebut kepada yakni dengan memadukan sistem pelayanan
organisasi profesi (dalam hal ini organisasi profesi kita berkesinambungan (continuing of care) – dikenal
adalah IDAI). sebagai dalam bentuk Alur Penerimaan Pasien13,14 dan
Untuk melakukan kegiatan audit medis dapat Kebijakan Pelayanan secara by names15,16 yang telah
menggunakan instrumen Pedoman Audit Medis dari ada dengan Standar Pelayanan Medis dari seluruh 20
Departemen kesehatan RI.1 SMF17melalui Clinical Pathways.6 (Gambar 1)
Dalam makalah ini kami berbagi pengalaman di Bila ada deviasi dari isi komponen Clinical
SMF Kesehatan Anak dan Komite Medik Fatmawati Pathways dicatat sebagai dalam kolom varians dan
Jakarta dalam rangka meningkatkan mutu profesi ditindak lanjuti sebagai variance tracking dengan
sebagai dokter spesialis anak di dalam satu sistem sarana menggunakan mekanisme audit medis tingkat pertama
pelayanan kesehatan (rumah sakit). atau kedua (1st and 2nd Party Medical Audit) sesuai

Clinical Governance Coding Costing


Structure 1. ICD 10 1. Top down
2. ICD 9CM 2. ABC
Patient
Focused
Care
Process
Integrated
clinical
Pathways Case-mix
Output
System

Clinical
Outcome Effectiveness

Health
Impact Clinical Risk Resources
Management Patient
Safety Groups
(HRG)
Audit
Health Impact CQI 1. 1st Medical &
Intervention 1. EBM/EBHC Managerial Party
2. PSBH 2. 2nd Party
(HII) dodyfirmanda 2001

Gambar 1. Skema strategi pendekatan Komite Medik RS Fatmawati dalam Clinical Governance dan
Sistem DRGs Casemix.6

Alamat korespondensi:
Dr. Dodi Firmanda, Sp.A, MA dengan Pedoman Audit Medis Komite Medik RS
Ketua Komite Medik Rs Fatmawati Jakarta Fatmawati18-21 dan Panduan Manajemen Risiko Klinis
RS Fatmawati Jl. Raya Fatmawati Jakarta 12430
dan Keamanan/ Keselamatan Pasien (Clinical Risks
Telpon: 021 766 0552 ext 1532, Fax. 021 769 0123
E-mail: firmanda@indo.net.id
Management and Patient Safety) Komite Medik RS

196
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

Fatmawati22 dengan cara Root Cause Analysis (RCA), parameter dalam rangka mempertahankan dan
Failure Mode of Effective Analysis (FMEA) atau meningkatkan mutu pelayanan.
Probability Risks Assessment (PRA) serta Panduan Health
Impact Intervention Komite Medik RS Fatmawati.23 Pada akhirnya CP dapat merupakan suatu Standar
Prosedur Operasional yang merangkum: 2-5
a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap
Definisi Clinical Pathways (CP) kelompok staf medis/staf medis fungsional (SMF)
klinis dan penunjang.
Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep pe- b. Profesi keperawatan: asuhan keperawatan
rencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap c. Profesi farmasi: unit dose daily dan stop ordering
langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan d. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang Sistem Kelompok Staf Medis/Staf Medis Fung-
berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam sional (SMF), Instalasi dan Sistem Manajemen
jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.24-27 Rumah Sakit.
European Pathways Association (EPA)28 pada kongresnya
yang terakhir di Slovenia telah merevisi definisi Clinical Langkah langkah penyusunan Clinical
Pathways sebagai berikut: Clinical Pathways adalah Pathways2-5
metodologi dalam cara mekanisme pengambilan keputusan
terhadap layanan pasien berdasarkan pengelompokan dan Langkah langkah dalam menyusun Format CP yang
dalam periode waktu tertentu. harus diperhatikan:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana
definisi dari Clinical Pathways
Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical 2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah
Pathways1-4 sakit dan kondisi setempat24 seperti data Laporan
RL2 (data keadaan morbiditas pasien) yang dibuat
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk
pasien rawat inap di rumah sakit harus bersifat: Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah
a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus Sakit30 dan sensus harian untuk penetapan judul/
secara terpadu/integrasi dan berorientasi fokus topik Clinical Pathways yang akan dibuat dan
terhadap pasien (patient focused care) serta penetapan lama hari rawat.
berkesinambungan (continuing of care) 3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu
b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, kepada Standar Pelayanan Medis, Standar Prosedur
penata, laboratoris dan farmasis) Operasional dan Daftar Standar Formularium yang
c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai telah ada di rumah sakit setempat. Bila perlu
dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan standar-standar tersebut dapat dilakukan revisi.2,5,7
dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus 4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi
rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat diagnosis dan ICD 9 CM untuk hal tindakan prosedur
di unit emergensi). sesuai dengan profesi/SMF masing masing.26
d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang
diberikan kepada pasien secara terpadu dan
berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen Penjelasan Penyusunan Format Clinical
yang merupakan bagian dari Rekam Medis. Pathways
e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan
CP dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian Ilustrasi Contoh
analisis dalam bentuk audit.
f. Varians tersebut dapat terjadi karena kondisi Sebagai contoh ilustrasi pengalaman Komite Medik
perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau RS Fatmawati dalam rangka penyusunan dan
komplikasi maupun kesalahan medis (medical implementasi Sistem Casemix rumah sakit sebagai
errors) dan dipergunakan sebagai salah satu upaya meningkatkan kinerja dan mutu profesi.

197
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

Format Umum Clinical Pathways

1
2 3

4
5

6 7 8 9 10

11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21

22
23

24

25

26

27

28
29

29
30

31

32

33

36 34 35

37

38

198
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

No Penjelasan Keterangan
1. Lambang atau Logo Rumah Sakit -
2. Nama SMF atau Departemen yang membuat -
3. Nama Rumah Sakit Dapat dicantumkan juga kode Rumah Sakit
4. Nama Judul/Topik penyakit Dapat juga diagnosis kerja saat masuk, contoh:
1. Observasi Febris
2. Observasi Kejang dsb
Ditulis oleh SMF terkait.
5. Tahun pembuatan Bila perlu dapat ditulis nomor dan revisi.
Diisi oleh SMF terkait.
6. Nama pasien: sesuai dengan yang ditulis pada Diisi oleh perawat dinas.
Rekam Medik
7. Umur: ditulis dalam satuan tahun Untuk bayi dalam bulan, untuk neonatus dalam hari.
Diisi oleh perawat dinas.
8. Berat badan: ditulis dalam satuan kilogram. Untuk berat di bawah 10kg ditulis dalam satuan gram.
Diisi oleh perawat dinas.
9. Tinggi badan: ditulis dalam satuan centimeter. Untuk bayi dan noenatus panjang badan (sentimeter).
Diisi oleh perawat dinas.
10. Nomor Rekam Medik: ditulis sesuai dengan Diisi oleh perawat dinas.
nomor rekam medik
11. Diagnosis awal: diagnosis kerja saat masuk dirawat.Diisi oleh dokter SMF terkait.
12. Kode ICD 10: sesuai nomor kode diagnosis awal. Diisi oleh dokter SMF terkait.
13. Rencana rawat: ditulis hari rawat perkiraan. Hari rawat rerata dapat diperoleh dari data morbiditas rumah
sakit (RL2a dan 2b) atau kesepakatan/ konsensus seluruh
profesi di SMF.
Diisi oleh dokter SMF terkait.
14. Ruang Rawat: nama ruangan perawatan Ditulis nomor kamar, diisi oleh perawat dinas.
15. Ditulis tanggal dan jam pasien masuk dirawat inap. Diisi oleh perawat dinas.
16. Ditulis tanggal dan jam pasien keluar RS. Diisi oleh perawat dinas.
17. Ditulis lama hari rawat dengan formula: Diisi oleh perawat dinas.
(tgl keluar + 1) – tgl masuk
18. Ditulis jenis kelas ruang perawatan. Diisi oleh perawat dinas.
19. Ditulis tarif kelas ruang perawatan/hari. Diisi oleh perawat dinas.
20. Seluruh kolom ini diisi petugas perincian Diisi oleh petugas yang diberi kewenangan.
biaya/kasir.
21. Hari sakit ditulis berdasarkan keluhan dari Diisi oleh perawat dinas.
anamnesis
22. Diagnosis utama ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
23. Diagnosis penyerta ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
24. Diagnosis komplikasi ditulis berdasarkan ICD 10 Diisi oleh dokter SMF terkait.
25. Nama dokter/ kode dokter yang memeriksa Diisi oleh dokter SMF terkait.
26. Nama dokter/ kode dokter yang memeriksa Diisi oleh dokter SMF terkait.
27. Ditulis seluruh pemeriksaan penunjang yang Diisi oleh dokter SMF terkait.
dilakukan terhadap pasien
28. Ditulis seluruh obat obatan yang diberikan Diisi oleh dokter SMF terkait.
kepada pasien
29. Ditulis seluruh nutrisi yang diberikan kepada Diisi oleh dokter SMF terkait.
pasien

199
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

30. Ditulis seluruh kegiatan mobilisasi kepada Diisi oleh perawat dinas dan atau petugas rehabilitasi medis.
pasien.
31. Ditulis seluruh gejala klinis, obat, tindakan Diisi oleh dokter SMF terkait.
operasi dan hasil pemeriksaan penunjang yang
menjadi indikator dalam monitoring (follow up)
pasien.
32. Ditulis seluruh kegiatan pendidikan, Diisi oleh dokter SMF terkait dan perawat dinas.
penyuluhan maupun rencana pulang.
33. Ditulis seluruh deviasi dari rencana: Varians tersebut dianalisis dan dilakukan
diagnosis, klinis, pemeriksaan penunjang, audit medis maupun audit manajerial.
tindakan, obat, nutrisi, mobilisasi dan Dilakukan oleh dokter SMF terkait dan
pendidikan/penyuluhan/rencana pemulangan. atau perawat dinas sesuai kapasitas kewenangannya.
34. Ditulis seluruh diagnosis utama, penyerta Diisi oleh dokter SMF terkait dan atau
dan komlikasi sesuai dengan Kode perawat dinas sesuai kapasitas kewenangannya.
diagnosis ICD 10.
35. Ditulis seluruh tindakan yang dilakukan Diisi oleh dokter SMF terkait dan atau
terhadap pasien sesuai Kode Tindakan perawat dinas sesuai kapasitas
Prosedur ICD 9 CM kewenangannya.
36. Ditulis nama lengkap perawat. Diisi oleh perawat dinas.
37. Nama lengkap/ kode dokter yang merawat. Diisi oleh dokter SMF terkait.
38. Ditulis nama petugas yang diberi kewenangan Diisi oleh petugas yang diberi kewenangan
untuk melakukan verifikasi biaya. untuk melakukan verikasi biaya.

Dalam pelaksanaan tahap kodefikasi diagnosis 1. Data Kegiatan Rumah Sakit (Formulir RL 1) setiap
ICD 10 dan prosedur tindakan ICD 9 CM yang triwulan
dilakukan oleh Bagian Rekam Medik sebagai Unit 2. Data Keadaan Morbiditas Pasien (Formulir RL 2)
Coding Panitia Casemix RS Fatmawati, Komite Medik setiap triwulan:
RS Fatmawati melakukan analisis dan deteksi validitas a. Morbiditas Rawat Inap (Formulir RL 2a)
data tersebut. Bila data tersebut ‘dubious’, akan b. Morbiditas Rawat Jalan (Formulir RL 2b)
dikembalikan untuk klarifikasi; bila ada laporan data c. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS
ketidaklengkapan akan disampaikan kepada individu (Formulir RL 2a1)
dokter melalui Ketua SMF masing masing, bila ada d. Morbiditas Rawat Inap Surveilans Terpadu RS
‘curiousity’ dan atau ‘suspicious’ akan ditindaklanjuti (Formulir RL 2b1)
melalui Tim Tim terkait di Komite Medik dan bila e. Status Imunisasi (Formulir RL 2c)
perlu dapat disampaikan dalam agenda Sidang Pleno f. Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap
Komite Medik yang diadakan setiap hari Senin jam (Formulir RL 2.1, RL 2.2 dan RL 2.3)
12.30 – 13. 30 WIB. Berdasarkan hasil analisis data 3. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3) setiap akhir tahun
tersebut Ketua Komite Medik mendapatkan ide 4. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit (Formulir
masukan bahwa kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM RL 4) setiap semester (6 bulan)
tersebut dapat dipergunakan sebagai salah satu alat 5. Data Peralatan Medik Rumah Sakit dan Data
indikator untuk monitoring dan bahan cross check Kegiatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
untuk proses audit medis lebih lanjut sesuai Panduan (Formulir RL 5) setiap akhir tahun
Audit Medis Komite Medik melalui Tim Etik dan 6. Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit (Formulir
Mutu Profesi 2,31,32(Gambar 2). RL 6) setiap bulan.
Setiap rumah sakit membuat dan mengirimkan
secara berkala sesuai dengan jenis formulirnya masing Maka khusus untuk proses pengolahan data, Ketua
masing (RL 1 sampai RL 6) sesuai dengan dengan Komite Medik RS Fatmawati menggabungkan
Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian skema pendekatan menjadi sebagaimna tertera
Data Rumah Sakit34 sebagaimana berikut: dalam Gambar 3.

200
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

Laporan Data bulanan dari Bagian


Rekam Medik RSF:
1. Kelengkapan Rekam Medik Ketua Komite Medik
2. Morbiditas dan Mortalitas 1. Analisis Data
3. 10 Penyakit Terbesar Rawat Jalan 2. Deteksi data
untuk setiap poliklinik SMF 1 a. ‘dubious’
4. 10 Penyakit Terbesar Rawat Jalan b. ‘curious
untuk setiap SMF c. ‘suspicious’
5. 10 Sebab Kematian untuk setiap 3. Feed Back Hasil Analisis
SMF Data
6. Laporan Data Tindakan Operasi

Bagian Rekam Medik 2


RSF
5 7
3 4

20 SMF Terkait Tim Tim Komite Medik Sidang Pleno


1. Ketua 1. Tim Rekam Medik Komite Medik
2. Koordinator YanMed 2. Tim Etik dan Mutu
3. Koordinator Etik & 3. Tim PIN
Mutu 4. Tim Farmasi dan Terapi
5. Tim Kredensial
6. dll
6

Gambar 2. Alur proses mekanisme data dan umpan balik (feed back)33

Format Umum Clinical Pathways (jenis, dosis dan cara pemberian) dapat diperkenankan
bila memang diperlukan setelah mengisi Formulir
Langkah selanjutnya adalah mengkaji dan mendesain Lampiran 1 Formularium Rumah Sakit Edisi III 2003
Format Umum Clinical Pathways sebagai ‘template’ (Gambar 5) dan harus dicatat dalam kolom varians
untuk setiap profesi untuk membuat clinical pathways serta dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
masing masing sesuai dengan bidang keahliannya dan medis tingkat pertama (1 st party medical audit)
melibatkan multidisiplin profesi medis, keperawatan sebagaimana dalam Form 1 Audit Medis sebagai salah
dan farmasis/apoteker sebagai contoh tertera pada satu unsur dari variance tracking.
Gambar 4. SMF Kesehatan Anak RS Fatmawati dengan
Dalam kolom obat obatan harus sesuai dengan seluruh SubBagian (Divisi) telah menyusun buku
yang dari Standar Formularium Rumah Sakit (Gambar mengenai Clinical Pathways dalam rangka imple-
4) yang telah disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi mentasi Sistem Casemix sebagaimana tertera dalam
Rumah Sakit. Penyimpangan (deviasi) obat obatan Gambar 6.

201
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

REKAM
MEDIS KODEFIKASI Laporan Data bulanan dari Bagian
Rekam Medik RSF:
.................. 1. Kelengkapan Rekam
.................. Medik Ketua Komite Medik
DIAGNOSIS
.................. 2. Morbiditas dan Mortalitas 1. Analisis Data
ICD 10
.................. 3. 10 Penyakit Terbesar
2. Deteksi data
Rawat Jalan untuk setiap 1
poliklinik SMF a. ‘dubious’
TINDAKAN 4. 10 Penyakit Terbesar
b. ‘curious
ICD 9 CM Rawat Jalan untuk setiap
SMF c. ‘suspicious’
5. 10 Sebab Kematian untuk 3. Feed Back Hasil
setiap SMF
6. Laporan Data Tindakan Analisis Data
Operasi
Clinical Governance Costing
Coding
Structure 1. ICD 10
2. ICD 9CM
1. Top down
2. ABC
Bagian Rekam 2
Medik
Patient
Focused RSF

Process
Care 7
Integrated 3 4 5
clinical
Pathways Case-mix
System
Output

20 SMF Terkait Tim Tim Komite Medik Sidang Pleno


Clinical Komite Medik
Effectiveness 1. Ketua 1. Tim Rekam Medik
Outcome
2. Koord YanMed 2. Tim etik dan Mutu

3. koord. Etik & Mutu 3. Tim PIN

4. Tim Farmasi dan Terapi


Impact Clinical Risk 5. Tim Kredensial
Management Patient Health 6
Safety 6. dll
Resources
Health Groups
Impact
Intervention (HRG)
Audit
(HII) CQI 1. 1st Medical &
1. EBM/EBHC Managerial Party
2. PSBH 2. 2nd Party

dodyfirmanda 2001

Gambar 3. Skema pendekatan dalam proses pengolahan data untuk penyusunan Clinical Pathways.26

202
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

Gambar 4. Format Umum Clinical Pathways yang telah disepakati bersama dalam Sidang Pleno Komite
Medik untuk seluruh 20 SMF di RS Fatmawati.7

203
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

Gambar 5. Clinical Pathways untuk Demam Berdarah Dengue dari Buku Clinical Pathways SMF
Kesehatan Anak RS Fatmawati Edisi 2006.37

204
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

SPM Format
IDAI IDAI

Evidence-based Clinical practice


medicine Clinical
guidelines
Pathways

Source of medicine
Eg. terature Recommendations

SPM di RS/SMF Clinical Pathways


(SPO) di RS/SMF

Gambar 6. Skema ringkas peran organisasi profesi IDAI dalam mempersiapkan SPM
dan format Clinical Pathways Kesehatan Anak.

Hubungan Clinical Pathways dengan program pendekatan dalam upaya peningkatan mutu
Mutu Profesi (Quality) melalui – (Small) Hospitals Accreditation , Patients’
Charter, BSI 5751/ISO 9002, Quality Assurance,
Implementasi CP sangat erat berhubungan dan maupun TQM. Pada tahun 1997 bertepatan dengan
berkaitan dengan Clinical Governance dalam rangka peluncuran kebijakan baru dalam penyelenggaraan
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dengan pelayanan kesehatan oleh NHS (National Health
biaya yang dapat diestimasikan dan terjangkau,38-45 Services) dan recana kerjanya untuk 10 tahun
sebagaimana tertera dalam Gambar 1. Sedangkan mendatang - A First Class Service: Quality in the new
secara sederhana clinical governance adalah suatu cara NHS - dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
(sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu kesehatan (kedokteran) serta sekaligus mengantisipasi
pelayanan secara sistematis dalam satu organisasi (‘hidden agenda’ – for the unpicking process) era pasar
penyelenggara pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang terbuka Masyarakat Ekonomi Eropa/EEC.47,48
efisien.1,2,46 Clinical Pathways (CP) merupakan salah satu
Catatan: Istilah ‘Clinical governance’ itu sendiri komponen dari Sistem DRG-Casemix yang terdiri
yang berasal dari negara Inggris. ‘Clinical governance’ dari kodefikasi penyakit dan prosedur tindakan (ICD
ini merupakan salah satu sumbang saran BAMM 10 dan ICD 9-CM) dan perhitungan biaya (baik secara
(British Association of Medical Manager) yang berhasil top down costing atau activity based costing maupun
dan diterima oleh pemerintah (Labour Party) setelah kombinasi keduanya).7,8,9 CP dapat digunakan sebagai
melalui perdebatan publik akibat beberapa kasus alat (entry point) untuk melakukan audit medis dan
pelayanan kesehatan/kedokteran yang muncul ke manajemen baik untuk tingkat pertama maupun kedua
permukaan menjadi sorotan dan tuntutan masyarakat (1st party and 2nd party audits) dalam rangka menjaga
serta merupakan kasus untuk CNST – Clinical dan meningkatkan mutu pelayanan.49-53 CP dapat
Negligence Scheme for the Trusts – (‘risk management’). digunakan juga sebagai salah satu alat mekanisme
Meskipun sebelumnya telah mempunyai beberapa evaluasi penilaian risiko untuk mendeteksi kesalahan

205
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

aktif (active errors) dan laten (latent/system errors) cine. What are they? J Manajemen & Administrasi
maupun nyaris terjadi (near miss) dalam Manajemen Rumah Sakit Indonesia 1999; 1(3): 139-144.
Risiko Klinis (Clinical Risk Management) dalam rangka 4. Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran.
menjaga dan meningkatkan keamanan dan keselamat- Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasar
an pasien (patient safety).54-55 metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung
Ilustrasi contoh dimana Clinical Pathways dapat Seto, 2002.
mengubah/revisi Standar Pelayanan Medis (SPM)/ 5. Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di
Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam penata- rumah sakit. Disampaikan pada Pendalam-an materi
laksanaan pasien di ruangan berdasarkan kaidah rapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober
Evidence-based Medicine (EBM) yakni tentang 2001.
pemberian vitamain K1 kepada bayi baru lahir.1 6. Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based
Medicine (EBM) towards Clinical Governance. Pre-
sented at the plenary session in World IPA, Beijing 23rd
Peran Organisasi Profesi IDAI July 2001.
7. Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite dan Sistem
Secara ringkas peran profesi IDAI sangat strategis dan SMF di RS Fatmawati Jakarta 2003.
penting dalam mempersiapkan anggotanya untuk lebih 8. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways
meningkatkan profesionalisme dalam mutu pelayanan dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
keprofesiannya melalui berbagai kegiatan ilmiah (skill rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite
dan knowledge) dalam rangka mempertahankan dan Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
meningkatkan kompetensi keprofesian sesuai dengan 9. Firmanda D. Key to success of quality care programs:
Standar Profesi IDAI. Unit Kelompok Kerja (UKK) empowering medical professional. Global Health Jour-
sebagai brainware mempersiapkan modul modul dari nal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
kurikulum pendidikan dokter spesialis anak (dan 10. Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a
konsultan) dari segi aspek pendidikan dan dari segi review of its meaning, elements, and implementation.
aspek pelayanan keprofesian dengan mempersiapkan Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dan Standar com/a39vlis2.htm
Formularium Anak sebagai acuan dalam praktik 11. Firmanda D. Total quality management in health care
(clinical practice guidelines) serta format pelaksanaannya (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.
dalam bentuk Clinical Pathways. Ketiga hal tersebut 12. Firmanda D. Editorial: Profesionalisme. Medicinal 2000;
merupakan input bagi setiap anggota IDAI dalam 1(1):6.
implementasi melaksanakan praktik keprofesiannya 13. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Penerimaan
baik sebagai perorangan maupun kelompok. Pasien Rawat Inap (Admission) Nomor Dokumen
HK.00.07.1.256 tanggal 15 September 2003 dengan
Nomor Revisi HK.00.07.1.201 tanggal 10 Mei 2005.
Daftar Pustaka 14. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Penerimaan
Pasien Rawat Inap (Admission) Nomor Dokumen
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/ HK.00.07.1.257 tanggal 15 September 2003 dengan
IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Nomor Revisi HK.00.07.1.202 tanggal 10 Mei 2005.
2. Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi 15. Rumah Sakit Fatmawati. Kebijakan tentang Program
dan implementasi manajemen medik. Disampaikan pada Pilih Dokter. Nomor Dokumen HK.00.07.1.49 tanggal
seminar dan business meeting “Manajemen Medis: dari 28 Februari 2003.
Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence-based Medicine/ 16. Rumah Sakit Fatmawati. Prosedur tentang Program Pilih
EBM) menuju Clinical Governance” dalam rangka Dokter. Nomor Dokumen HK.00.07.1.49 tanggal 28
HUT RSUP Fatmawati ke 40 di Gedung Bidakara Februari 2003.
Jakarta 30 Mei 2000. 17. Komite Medik RS Fatmawati. Standar Pelayanan Medis
3. Firmanda D. Professional continuous quality improve- 20 SMF di RS Fatmawati Jakarta 2003.
ment in health care: standard of procedures, clinical 18. Firmanda D. Pedoman Audit Medis Komite Medik RS
guidelines, pathways of care and evidence-based medi- Fatmawati. Jakarta 1999.

206
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

19. Firmanda D. Pelaksanaan Audit Medik. Disampaikan 31. Firmanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan
dalam Semiloka Pelaksanaan Audit Medik di RSUD Dr. dalam Sosialisasi Pedoman Audit Medik di Rumah Sakit,
Soetomo, Surabaya pada tanggal 11 Desember 2003. diselenggarakan oleh Dirjen Bin Yan Medik DepKes RI,
20. Firmanda D. Pengalaman Komite Medis RS Fatmawati Cisarua 7 September 2005.
dalam melaksanakan Audit Medis. Disampaikan dalam 32. Fimanda D. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan
Temu Karya I: Implementasi Good Clinical Governance pada Hospital Management Refreshing Course and Ex-
di bidang Pelayanan Medis, Jakarta 27 September 2004. hibition (HMRCE): Change Management in Healthcare
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 496/Menkes/SK/ Services. Diselenggarakan oleh Perhimpunan Manajer
IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Pelayanan Kesehatan Indonesia (PERMAPKIN) di Hotel
22. Firmanda D. Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Borobudur, Jakarta 21 – 23 Februari 2006.
Keamanan/Keselamatan Pasien (Clinical Risks Manage- 33. Komite Medik RS Fatmawati. Sistem Komite Medik dan
ment and Patient Safety) Komite Medik RS Fatmawati, Sistem SMF di RS Fatmawati, Jakarta 2003.
Jakarta 2005. 34. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian,
23. Firmanda D. Panduan Health Impact Intervention Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit. Direktorat
Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 2006. Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
24. Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways 35. Firmanda D. ICD 10 dan ICD 9 CM: sebagai indikator
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di mutu rekam medik dalam rangka meningkatkan mutu
rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi
Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005. Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
25. Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di Medik Depkes RI di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni
rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke 2006.
RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP 36. Firmanda D. Pelaksanaan audit medik di rumah sakit.
Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Disampaikan pada Pertemuan Komite Medik Rumah
Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyem- Sakit. Diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
purnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Jawa Barat di Hotel Permata Bidakara, Bandung 30 Mei
Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. 2006.
26. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, 37. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti,
Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak
dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di
RS Fatmawati, Jakarta 2006 (dalam pencetakan). RS Fatmawati, Jakarta 2006.
27. Firmanda D. Penyusunan dan Implementasi Clinical 38. Campbell H et al. Clinical pathways. BMJ 1998:
Pathways di Rumah Sakit. Disampaikan pada Sosialisasi 316;133-4.
Pedoman Clinical Pathways di Rumah Sakit. Diseleng- 39. Johnson S. Pathways of care. Blackwell Science, Oxford
garakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik 1997.
Depkes RI di Hotel Permata Bidakara, Bandung 4 Juli 40. Edwards J. Clinical Care Pathways: a model for effec-
2006. tive delivery of health care? J of Integrated Care 1998:2;
28. European Pathways Association (EPA). Slovenia Board 59-62
Meeting, December 2005. 41. Hale C. Case Management and Managed Care. Nurs-
29. Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: ing Standard 1995: 9(19); 33-5
indikator mutu rekam medik dalam rangka mening- 42. Kitchener D et al. Integrated Care Pathways; Effective
katkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Tools for Continuous Evaluation of Clinical Practice. J
Sosialisasi Pola Sistem Informasi Manajemen Rumah Evaluation in Clinical Practice 1996:2(1); 65-9
Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina 43. Petryshen PR, Petryshen PM. The case management
Pelayanan Medik Depkes RI di Hotel Panghegar model: an approach to the delivery of patient care. J
Bandung 1-3 Juni 2006. Advance Nursing 1992:17;1188-94
30. Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, 44. Wall M. Managed Care: Development of an Integrated
Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit. Direktorat Care Pathway in Neurosciences. NT Research 1997:
Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005. 2(4); 290-1

207
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2006

45. Wilson J, Integrated Care Management: The Pathway 52. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/Menkes/
to Success? Oxford Butterworth Heimeman 1997 SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah
46. Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a Sakit.
review of its meaning, elements, and implementation. 53. Firmanda D. Key to success of quality care programs:
Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq. empowering medical professional. Global Health Jour-
com/a39vlis2.htm nal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
47. British Department of Health. Clinical Governance: Qual- 54. Firmanda D. Pedoman dan Instrumen Manajemen
ity in the New NHS. London: NHS Executive, 1999. Risiko Klinis dan Keamnan Pasien (Clinical Risks Man-
48. Scally G, Donaldson LJ. The NHS’s 50 anniversary. agement and Patients Safety). Pleno Komite Medik RS
Clinical governance and the drive for quality improve- Fatmawati 21 Juni 2005.
ment in the new NHS in England. BMJ. 1998 Jul 55. Firmanda D. Instrumen Manajemen Risiko Klinis dan
4;317(7150):61-5. Keamanan Pasien (Clinical Risks Management and Pa-
49. Firmanda D. Pedoman Audit Medis. Komite Medis RS tients Safety). Disampaikan dalam rangka penyusunan
Fatmawati Jakarta 2003. dan penyempurnaan Instrumen Manajemen Risiko
50. Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Manage-
Disampaikan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya 2003. ment and Patients Safety) dan uji coba di 4 propinsi di
51. Firmanda D. Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Depkes RI Jakarta 2005.
Disampaikan dalam rangka Penyusunan dan Penyem- 56. American Academy of Pediatrics. Policy Statement –
purnaan Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Depkes Controversies concernng Vitamin K and the newborn.
RI, Jakarta 2004. Pediatrics 2003;112(1):191-2.

208

Anda mungkin juga menyukai