Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRESENTASI BOKONG
1. Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Prawirohardjo, 2008).

Gambar 1. Klasifikasi Letak Sungsang

Klasifikasi letak sungsang

a. Presentasi bokong murni (frank breech)

Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki

setinggi bahu atau kepala janin.

b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)

Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan

di samping bokong dapat diraba kedua kaki.

c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak

sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang

lain terangkat ke atas (Kasdu, 2005; Cunningham, 2009).

1
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank breech

sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk

mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang berada

pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat dan

janin juga jarang terjebak di serviks. Sebaliknya flexed dan footling dapat

meningkatakan terjadinya prolaps tali pusat dan kepala janin sering terjebak di serviks

(Gimovsky, 1995). Beberapa variasi lain dari jenis presentasi bokong, yaitu :

Gambar 2. Variasi Jenis Presentasi Bokong Kaki

2. Epidemiologi
Presentasi bokong terjadi pada 3-4 % dari semua kehamilan. Presentase dari
persalinan dengan presentasi bokong menurun seiring dengan peningkatan usia
kehamilan dimana 22 % terjadi pada usia kehamilan 28 minggu, 7 % terjadi pada usia
kehamilan 32 minggu dan 1-3% pada usia kehamilan aterm. Abnormalitas dari fetus
didapatkan pada 17 % dari persalinan preterm dengan presentasi bokong dan 9% dari
persalinan aterm dengan presentasi bokong. Kematian bayi meningkat 2 sampai 4
kali lipat pada presentasi bokong tergantung dari metode persalinan yang dipilih.
Kematian biasanya disertai dengan malformasi, prematuritas dan kematian janin
intrauterine. Menurut penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Saint Louis
University di Missouri pada tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
475.551 dari 519.504 kelahiran. Kelompok presentasi bokong sebanyak 14.811
(3,2%). Presentasi bokong dengan kelahiran cukup bulan 2,8% dan 9,5% kelahiran
prematur (Mostello et al, 2014).

2
Di RSUD dr. Soedarso Pontianak angka persalinan presentasi bokong pada
tahun 2008-2010 menemukan 289 kasus (6,48%) dengan persalinan perabdominal
sebesar 45,7% dan persalinan pervaginam sebesar 54,3%. Di RSUD dr.Soedarso
menerapkan bahwa untuk paritas primigravida dengan presentasi bokong dianjurkan
menjalani persalinan section caesaria (SC) untuk mengurangi dan menekan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, sedangkan untuk kasus persalinan multi
gravida, persalinan SC baru dianjurkan apabila terdapat indikasi penyulit tambahan.
Pada penelitian di rumah sakit ini mendapatkan hasil bahwa pada primigravida
dengan presentasi bokong yang menjalani persalinan pervaginam prognosisnya lebih
buruk dibandingkan dengan persalinan seksio sesaria. Dari hasil penelitian, terminasi
kehamilan pada primigravida lebih tinggi dengan persalinan seksio sesaria yaitu
sebesar 41% dibandingkan dengan persalinan pervaginam hanya 36,5%.
Keterlambatan penanganan berhubungan erat dengan tingginya mortalitas pada
perinatal yaitu sebanyak 36 dari 162 per 1000 kelahiran (Heristanto, 2013).

Presentasi bokong dikaitkan dengan peningkatan insiden operasi seksio sesaria


elektif dan darurat, terutama pada primigravida. Dokter kandungan di Coombe
Women’s Hospital menghindari risiko hipoksia janin dan trauma yang terkait dengan
persalinan bokong pervaginam dengan seksio sesaria (Turner, 2006).

3. Faktor Risiko
Dari banyak kasus tidak ada penyebab yang jelas untuk malpresentasi dan
malposisi. Bayi prematur dari pertumbuhan janin terhambat merupakan faktor yang
dapat meningkatkan kejadian presentasi bokong. Kedua faktor ini dapat
menyebabkan kelahiran presentasi bokong dengan berat bayi lahir rendah, yang
merupakan indikator untuk hasil perinatal yang buruk. Bayi prematur dengan usia
gestasi <37 minggu dan bayi post matur >42 minggu sangat mempengaruhi
presentasi janin dalam uterus (Boyle, 2011).
Salah satu variabel yang cenderung mempengaruhi presentasi bokong adalah
perubahan volume cairan amnion (oligohidramnion atau polyhidramnion).
Oligohidramnion indeks cairan ketuban atau Amnion Fluid index (AFI) <5 cm hal
ini menjadi predisposisi presentasi bokong karena sejumlah kecil cairan, gerakan
janin dibatasi dan janin terjebak dalam presentasi diasumsikan pada trimester kedua
(Boyle, 2011).

3
Oligohidramnion biasanya berhubungan dengan anomaly congenital (agenesis
terutama ginjal atau obstruksi saluran kemih), pertumbuhan janin terhambat,
posterm (>42 minggu), rupture membrane dan insufisiensi uteroplasenta. Ketika
oligohramnion terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia paru-
paru dan kelainan anggota tubuh. Keadaan oligohidramnion dapat menyebabkan
kompresi tali pusat dan persalinan secara Caesar sangat dianjurkan. Sebaliknya,
pada polyhidramnion indeks cairan ketuban (AFI) >24 cm, sering dikaitkan dengan
malformasi janin, kehamilan ganda, dan diabetes maternal. Keadaan ini
menyebabkan uterus menjadi overdistensi sehingga dapat menyebabkan ketuban
pecah dini atau persalinan prematur serta peningkatan risiko prolaps tali pusat
(Walsh et al, 2011).

Multiparitas dapat menyebabkan peningkatan terjadinya presentasi bokong,


karena otot perut sudah longgar yang dapat memberikan janin lebih banyak ruang
untuk bergerak. Diperkirakan bahwa wanita dengan riwayat kelahiran caesar juga
bisa menyebabkan dan rentan terhadap presentasi bokong (Pernoll, 2011). Berat
badan bayi ikut mempengaruhi presentasi bokong dan harus memperhatikan jenis
persalinan yang akan dilakukan. American Congress of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa persalinan pervaginam hanya terbatas
pada fetus yang berat badannya normal 2500-3500 gram. Persalinan pervaginam
pada bayi yang perkiraan berat lahirnya <2500 gram dapat menyebabkan disproporsi
antara bokong bayi dan serviks, sehingga ketika melahirkan kepala, kepala akan
terperangkap dalam serviks dan kontraindikasi dari serviks akan membahayakan
fetus sehingga hal tersebut akan meningkatkan angka morbidias dan mortalitas.
Beberapa penelitian menyebutkan perlu pertimbangan untuk memilih jenis
persalinan apabila perkiraan berat janin >3500 gram, sebaiknya persalinan
pervaginam dihindari pada fetal makrosomia, hal ini dikaitkan dengan kejadian
disproporsio feto-pelvic (Taillefer, 2010).

Penelitian yang di lakukan di Amerika Serikat meneliti ibu hamil dengan


diabetes, usia ibu yang lebih tua, merokok selama kehamilan, primipara dan
terlambat atau tidak ada pemeriksaan antenatal care (ANC) semua ini membawa
peningkatan risiko terjadinya presentasi bokong. Abnormalitas panggul juga
merupakan risiko terjadinya presentasi bokong. Bentuk panggul platipelloid
(anteroposterior datar) dan android (berbentuk hati). Bentuk ini membuat masuknya
kepala pada panggul lebih sulit (Boyle, 2011).
4
4. Penegakkan Diagnosis
Pada kehamilan dengan presentasi bokong, diagnosis dapat ditegakkan saat
melakukan pemeriksaan luar atau pemeriksaan abdomen dan juga dengan
melakukan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan abdomen, saat melakukan
pemeriksaan leopold bagian keras atau kepala dapat dirasakan pada bagian fundus
dari uterus sedangkan bagian yang lebih kenyal atau bokong dapat dirasakan pada
bagian segmen bawah uterus di atas simpisis pubis. Pada saat dilakukan auskultasi
akan ditemukan denyut jantung janin yang terdengar lebih keras dibandingkan
dengan janin dengan presentasi kepala.

Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam saat dilakukan vaginal toucher (VT) sekiranya didapatkan
sacrum anus, tuberositas ischiadica atau bagian reproduksi janin maka presentasi
bokong tipe frank breech dapat ditegakkan. Pada presentasi bokong tipe komplit,
kadang pada saat dilakukan VT pemeriksa dapat meraba satu atau kedua kaki yang
berada disamping bokong bayi. Pada presentasi bokong tipe footling, pada saat
melakukan vaginal toucher dapat dirasakan satu atau kedua kaki menjadi tempat
yang menempati bagian terendah dari uterus. Secara umum, saat dilakukan
pemeriksaan dalam hasil yang akan didapatkan adalah teraba bagian lunak dan
irregular, tidak teraba sutura, dapat teraba anus, sakrum dan kaki. Pada ibu hamil
dengan janin presentasi bokong, pelvimetri harus dilakukan untuk menilai kapasitas
panggul ibu. Rekomendasi kriteria pelvimetri yang sering dipakai yaitu diameter
inlet transversal > 11,5 cm, diameter inlet anteriorposterior > 10,5 cm, diameter
midpelvik tranversal > 10 cm dan diameter midpelvik anteroposterior > 11,5 cm.
Selain dari pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam, fasilitas radiography dan
sonography dapat juga digunakan untuk membantu mengidentifikasi tipe presentasi
bokong dengan lebih mudah (Cunningham, 2009).
Pemeriksaan Ultrasonografi
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada presentasi
bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak
plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital.
Berat janin dapat diperkirakan secara ultrasonografis berdasarkan ukuran diameter
biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang tulang femur. Gambaran
ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis
presentasi bokong (Prawirohardjo, 2013).

5
1. Jenis-Jenis Persalinan Bokong
Laporan penelitian multisenter Term Breech Trial menunjukan manfaat bedah
sesar efektif dalam menurunkan resiko kematian perinatal atau morbiditas neonatal
yang serius dibandingkan persalinan pervaginal. Namun, persalinan pervaginam masih
dapat dilakukan selama persyaratan untuk dilakukan persalinan pervaginam dapat
terpenuhi. Terdapat situasi-situasi dimana persalinan pervaginam tidak dapat
dihindarkan seperti ibu memilih persalinan pervaginal, sudah direncanakan persalinan
SC tetapi terjadi proses persalinan yang begitu cepat, persalinan terjadi di fasilitas
kesehatan yang tidak memungkinkan dilakukan persalinan secara SC, presentasi
bokong yang tidak terdeteksi hingga kala II dan kelahiran janin kedua presentasi
bokong pada khamilan kembar.
Untuk melakukan persalinan pada presntasi bokong diperlukan pertimbangan
berdasarkan ada tidaknya kontra indikasi persalinan pervaginal, umur kehamilan,
taksiran berat janin dan persetujuan pasien. Percobaan persalinan pervaginal tidak
dilakukan apabila terdapat kontra indikasi persalinan bagi ibu dan janin, presentasi
kaki dan variannyaa, iperekstensi kepala janin, berat bayi>3600 gram, tidak adanya
informed Consent dan tidak adanya petugas yang berpengalaman melakukan
pertolongan. Hasil yang buruk pada persalinan pervaginal brgantung pada beberapa
hal antara lain stimulasi persalinan, kala II>60 menit, keterampilan penolong,
persalinan kala I fase aktif yang lambat (multigrafida <1,5 cm/jam, nuligravida <1,2
cm/jam.
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan bokong. Metode penilaian adalah dari Zatuchni-Andros

Tabel 1. Zatuchni-Andros

Skor 0 1 2

Paritas Primigravida Multigravida -


Masa gestasi ≥39 minggu 38 minggu ≤37 minggu
Taksiran Berat ≥3130 gr 3629-3175 gr ≤3175 gr
Janin
Riwayat presentasi - 1x 2x
bokong

6
Station -3 -2 -1 atau
lebih
rendah
Pembukaan <2 cm 3 cm >4 cm
Penurunan -3/> tinggi -2 -1/> rendah
Bokong
Keterangan :
<3 : perabdominan
4 : reevaluasi
>5 : pervaginam
Untuk melahirkan bayi dengan presentasi bokong. Pada persalinan kala
I perlu digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini adanya kelambatan kemajuan
persalinan. Pengamatan terhadap terjadinya prolapse tali pusat dan kegawatan janin
harus dilakukan dengan cermat. Meconium yang keluar sebelum janin memasuki
panggul dapat menjadi indikasi terjadinya kegawatan janin. Pembukaan serviks harus
sudah dalam pembukaan lengkap, ibu juga diminta untuk tidak mngejan guna mncegah
terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih kecil lahir sebelum pembukaan
lengkap. Prinsip melahirkan bayi presntasi bokong secara vaginal adalah tidak tergesa-
gesa, tidak melakukan tarikan, dan menjaga agar punggung janin selalu dalam posisi
anterior. Menyiapkan alat resusitasi bayi dan mempersiapkan petugas. Ketika
pembukaan sudah lengkap kosongkan kandung kencing menggunakan kateter

Persalinan pada presentasi bokong:

a. Persalinan pervaginal pada presentasi bokong

1. Prosedur melahirkan bokong dan kaki (dan kepala secara spontan)


- Pada persalinan kala II dijelaskan cara mengedan yang efektif

- Pastikan pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu


mengejan.
- Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
- Lakukan episiotomi bila perlu. Gunakan anestesi lokal sebelumnya.
- Tunggu proses penurunan bokong hingga tali pusat keluar lalu kendorkan,
biarkan ini berlangsung spontan dengan dorongan hanya dari ibu. Jangan tarik
bagian bokong bayi.
- Peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panggul
sedangkan jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
7
- Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong dan badan janin dengan
kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga
berturut-turut lahir perut dada, bahu, lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala.

- Jika kaki tidak lahir spontan maka lahirkan kaki satu persatu dengan cara jari
telunjuk dan jari tengah di belakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi
paha sampai tungkai lahir.

Gambar 3. Manuver Pinard

- Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, diatas
kepala, atau di belakang leher.

- Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan

Gambar 4. Melahirkan Bokong dan kaki


8
- Pegang di bagian pinggul dan biarkan dari tenaga ibu mengejan hingga skapula
terlihat. Jangan pegang di bagian perut hal ini dapat menyebabkan kerusakan
ginjal atau hati. Menjaga fleksi kepala dan menjaga tubuh bawah

2. Prosedur melahirkan lengan di depan dada


- Biarkan bahu dan lengan anterior lahir dengan sendirinya dengan cara
bokong ditarik ke arah berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir
spontan, keluarkan lengan dengan cara mengusap lengan atas janin
menggunakan 2 jari penolong berfungsi sebagai bidai. Lakukan cara yang
benar agar tidak terjadi fraktur lengan atas.
- Angkatlah bokong janin kearah perut ibu untuk melahirkan bahu dan
lengan posterior. Tehnik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan
anterior dapat di pakai bila bahu dan lengan posterior tidak dapat lahir
secara spontan. Apabila kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan
anterior, maka dilahirkan dahulu bahu dan lengan posteriornya.
3. Prosedur melahirkan lengan diatas kepala atau dibelakang leher (manuver
lovset)
- Pegang janin pada pinggulnya
- Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran
mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior)
- Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga
lengan posterior berubah menjadi anterior dan melahirkannya
menggunakan dua jari penolong di lengan atas bayi.
- Putar kembali badan janin ke arah berlawanan sambil melakukan traksi ke
arah bawah. Dengan demikian lengan yang awalnya anterior kembali lagi
ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama.
- Putar badan bayi untuk melahirkan lengan hingga dada (Loveset Manoeuvre).

9
Gambar 5. Loveset Manoeuvre
4. Prosedur melahirkan kepala (Manuver Mauriceau-Smelie-Veit)
Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat dipotong
terlebih dahulu di dekat pusar janin.
- Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakan tubuhnya di
tangan dan lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan
tangan tersebut
- Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin.
- Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan
dipergunakan untuk melakukan traksi.
- Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin kea rah
dadanya.

10
- Bila belum terjadi putaran paksi dalam, penolong melakukan gerakan
putaran paksi dengan tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada
bahu mengikuti arah sumbu panggul.
- Bila sudah terjadi putaran paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan
mempertahankan fleksi kepala janin, dan mintalah asisten untuk menekan
daerah supra simfisis.
- Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin sedikit demi sedikit
dielevasi ke atas (kea rah perut ibu) dengan suboksiput sebagai
hipomoklion. Berturut-turut akan lahir dagu, mulut dan seluruh kepala

Gambar 6. Maneuver Mauriceau-Smellie-Veit


5. Prosedur setelah bayi lahir (kala III)
- Manajemen aktif kala III untuk melahirkan plasenta (oksitosin 10 unit IM,
traksi terkendali tali pusat dan masase uterus setelah plasenta lahir.
- Periksa robekan jalan lahir dan penjahitan luka episiotomy
- Buang semua sampah terkontaminasi ke tempat khusus kemudian lepas
sarung tangan
- Cuci tangan buat laporan tindakan
- Pengamatan pasca persalinan

b. Persalinan perabdominan (sectio caesarean) (Heristanto, 2013).

2. Komplikasi
a. Fetal
Komplikasi janin pada persalinan presentasi bokong meliputi asfiksia akibat
prolaps tali pusat / kompresi tali pusat, hipoksia, perkembangan janin terhambat

11
(PJT), dan persalinan cepat. Trauma saat kelahiran akibat dari feto-pelvic
disproporsi, tidak terampilnya pemimpin persalinan (tidak semestinya menarik dan
menyebabkan trauma pada bayi). Kematian perinatal lebih tinggi dengan
presentasi bokong karena prematuritas dan malformasi kongenital.
b. Maternal
Gangguan alat genitalia berupa (Sirisena, 2010) :
 Robekan luas pada perineum
 Ruptur uterus
 Infeksi karena manipulasi

3. Prognosis
a. Maternal
Persalinan biasanya tidak berlangsung lama. Karena terjadi peningkatan frekuensi
persalinan secara seksio sesaria. Persalinan seksio sesaria dapat meningkatkan
morbiditas maternal.
b. Fetal
Mortalitas meningkat pada frank breech dan terbanyak ditemukan pada footling
breech, dimana sering terjadi kemungkinan prolaps tali pusat. Risiko janin pada
kehamilan multipara hampir sama dengan primigravida, hal ini karena
kemungkinan presentasi bokong disertai dengan prolaps tali pusat (Ratcliffe,
2008).

B. PROLAPS TALI PUSAT

1. Definisi
Prolaps tali pusat di jalan lahir terdiri dari tali pusat menumbung, tali pusat terkemuka
dan tali pusat tersembunyi. Tali pusat menumbung adalah suatu keadaan di mana tali
pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir
setelah ketuban pecah. Tali pusat yang mendahului bagian terbawah janin dan terdapat
lebih rendah dari bagian terbawah janin pada ketuban yang masih utuh disebut tali
pusat terkemuka. Tali pusat yang berada di samping bagian terbawah janin pada
ketuban yang masih utuh disebut tali pusat tersembunyi (Wiknjosastro, 2007).

12
Gambar 5. Jenis tali Pusat di jalan lahir

2. Insiden
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Aga Khan University Pakistan
menyebutkan terdapat 44 kasus teridentifikasi sebagai prolapse tali pusat selama
periode 10 tahun (1996-2005) dari 29.908 persalinan. Artinya terdapat 1 kasus
prolapse tali pusat diantara 714 kelahiran (Rozilla, 2005).
Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1:3000 kelahiran, tali pusat
menumbung kira-kira 1:200 kelahiran, tetapi insiden dari tali pusat tersembunyi 50%
tidak diketahui. Angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3%-0,6%
persalinan. Keadaan prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada malpresentasi atau
malposisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5%, letak sungsang 5%, presentasi
kaki 15% dan letak lintang 20%. Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat
panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas terjadinya tali pusat menumbung
pada janin yaitu sekitar 11-17%. Penjepitan dan tekanan pada tali pusat oleh bagian
terendah janin terutama kepala menyebabkan gangguan fungsi sirkulasi uteroplasenta
yang membuat janin kekurangan oksigen (hipoksia) dan menimbulkan kematian
(Wiknjosastro, 2007; Yusuf, 2010).
3. Etiologi

13
Setiap faktor yang mengganggu adaptasi bagian terendah janin dengan pintu atas
panggul akan memberi kecenderungan (predisposisi) terjadinya prolaps tali pusat.
Beberapa predisposisi terjadinya prolaps adalah sebagai berikut (Rozilla et al, 2007):
a. Presentasi atau letak janin yang tidak normal seperti letak lintang terutama pada
punggung janin di fundus, letak sungsang, presentasi muka atau dahi, dan
presentasi ganda. Keadaan-keadaan tersebut biasanya dapat membuat jalan lahir
tidak terisi penuh, sehingga memudahkan timbulnya prolaps tali pusat.
b. Keadaan dimana presentasi janin masih tinggi atau belum masuk pintu atas
panggul, seperti pada multiparitas, prematuritas, dan panggul sempit
c. Polihidramnion, dimana air ketuban lebih banyak dari normal sehingga sewaktu
ketuban pecah, air ketuban keluar sering disertai prolaps tali pusat.
d. Kehamilan ganda. Prolaps tali pusat sering terjadi saat melahirkan bayi yang
kedua.
e. Hidrosefalus dan anesefalus
f. Plasenta previa dan plasenta letak rendah
4. Diagnosis
Pasien tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalah tampak
ketika memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung
(bradikardi) dan penemuan saat melakukan vaginal toucher (Siassakors, 2009). Alat
bantu yang dapat digunakan antara lain dengan menggunakan Doppler,
kardiotokografi dan ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut
menunjukkan pola deselerasi variable sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat
(Tan, 2003). Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah di tegakkan ketika terlihat
atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai
di luar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa
kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat
menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut. Sebliknya pada janin
yang sudah mati tali pusat tidak berdenyut lagi (wiknjosastro, 2007).
5. Penatalaksanaan
Upaya-upaya sebelum tindakan pengakhiran kehamilan segera sebagai berikut (Annie,
2004):
a. Memposisikan ibu untuk menungging (knee-chest position) atau posisi
trendelenberg untuk mengurangi tekanan pada tali pusat
b. Mendorong bagian terendah janin ke kranial untuk mengurangi tekanan pada tali
pusat
14
c. Memantau terus denyut jantung janin dan pulsasi tali pusat
d. Resusitasi intrauterine melalui oksigenasi pad ibu
Tindakan pengakhiran kehamilan tergantung pada kondisi serviks dan kondisi
janin, sebagai berikut:
- Pada pembukaan yang belum lengkap: janin yang masih hidup, denyut jantung
janin jelas dan teratur, pilihan utama pengakhiran kehamilan adalah seksio
sesaria. Janin yang sudah mati dibiarkan partus spontan.
- Pada pembukaan yang telah lengkap, perlu dipertimbangkan hal berikut: pada
janin yang masih hidup sedapat mungkin lahir pervaginam dalam waktu
kurang dari setengah jam, sebaliknya pada janin yang sudah mati dengan
presentasi kepala dibiarkan partus spontan. Pada presentasi kepala dengan
janin masih hidup dan ukuran kepala dalam batas normal serta posisi kepala
masih tinggi di atas pintu atas panggul, maka pilihan utama pengakhiran
kehamilan segera adalah versi dan ekstraksi. Pada presentasi kepala, dengan
janin masih hidup dan taksiran janin besar serta kepala masih tinggi, maka
pilihan utama pengakhiran kehamilan segera adalah seksio sesaria. Pada
presentasi kepala dengan kepala dan tali pusat yang masih berdenyut telah jauh
turun dalam panggul, maka segera dilakukan ekstraksi cunam. Pada letak
sungsang, pada janin hidup atau mati, persalinan di akhiri secara ekstraksi kaki
atau bokong. Pada letak lintang dengan janin yang masih hidup segera
dilakukan seksio sesaria. Pada janin yang sudah mati, diupayakan lahir
pervaginam dapat dengan embriotomi, seperti spondilotomi, dekapitasi atau
eviserasi.

6. Prognosis
Tali pusat menumbung mrupakan suatu keadaan darurat yang terutama mengancam
nyawa janin. Prognosis prolaps tali pusat pada ibu dan janin, sebagai berikut (Rozilla,
2007; Tan, 2003) :
a. Ibu
Prognosis bagi ibu umumnya baik. Anemia dan infeksi yang dapat terjadi oleh
karena perdarahan dan manipulasi atau tindakan dalam persalinan. Keadaan
tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan transfusi darah dan antibiotika.
b. Janin
Prognosis bagi janin umumnya kurang baik dan beresiko besar untuk meninggal
terutama pada letak kepala. Tekanan parsial pada tali pusat yang berlangsung
15
kurang dari 7 menit tidak membahayakan. Tekanan sempurna pada tali pusat yang
berlangsung kurang dari 7 menit atau tekanan parsial yang berlangsung lebih dari
7 menit akan mengakibatkan kematian janin atau kerusakan susunan saraf pusat
(cerebral palsy). Angka kematian bayi premature dengan prolapse tali pusat
hamper 4 kali lebih tinggi daripada bayi aterm. Bila gawat janin dibuktikan oleh
detak jantung yang abnormal adanya cairan amnion yang terwarnai oleh
mekonium atau tali pusat pulsasinya lemah maka prognosis janin buruk. Jarak
antara terjadinya prolapse dan persalinan merupakan factor yang paling kritis
untuk janin hidup.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, 2009 Leveno KJ, Bloom S, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetric Williams 23rd Edition. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
2. Gimovsky, M.L., 1995 Breech Presentation. In: Operative Obstetrics.
Baltimore:Williams & Wilkins
3. Heristanto, 2013 Gambaran Persalinan dengan Presentasi Bokong di RSUD
Dr.Soedarso, tahun 2008-2010. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111634&val=2307 [Diakses 16
September 2016]
4. Hughey Mj., 2009. Prolapsd umbilical Cord. Available from:
http://www.brooksidepress.org.Accesed On May 10th, 2011
5. Irmalita, dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi 3. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
6. Lumbiganon, P., Laopaiboon, M., Gulmezoglu, A.M., Souza, J.P., Taneepanichskul,S.,
et al., 2010 Method of Delivery and Pregnancy Outcomes in Asia: TheWHO Global
Survey on Maternal and Perinatal Health 2007-08. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20071021 [Diakses 16 September 2016]
7. Philip N. B. Breech Delivery. International Student’s Edition Obstetric by Ten
Teachers. 18th Edition. London: Edward Arnold;2006: hal 262-65
8. Prawirohardjo, S., 2013 Ilmu Kebidanan Edisi ke-4 Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka
9. Putranto, Bondan H. dan Adrianus Kosasih. 2015. Buku Panduan Kursus Bantuan
Hidup Jantung Lanjut. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI).
10. Saxena, R., 2013 Evidence Based Color Atlas Of Obstetrics & Gynecology Diagnosis
and Management First Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.
11. Sirisena, L.A.W, Sirisena, T.B., Silva, P.D., Ranathunga, A., 2010 Management of
Breech Presentation. SLCOG National Guidelines. Diunduh dari:
http://www.gfmer.ch/SRH-Course-2010/nationalguidelines/pdf/Management-Breech-
Presentation-LCOG.pdf [Diakses 16 September 2016]
12. Steg, Gabriel, et al. 2012. “ESC Guidelines for the management of acute myocardial
infarction in patients presenting with ST-segment elevation.” European Heart Journal.
Oxford: Oxford University Press.
13. Wiknjosastro H., 2007. Ilmu Bedah kebidanan Edisi Pertama Cetakan Ketujuh. Jakarta
: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

17
14. Rozilla, S. Khan, Tahira Naru, Faryal Nizami. 2007. Umbilical Cord Prolapse – A
Review of Diagnosis to Delivery Interval on Perinatal and Maternal Outcome. J Pak
Med Assoc 57(10): 487-490.
15. Tan, W. C., L. K. tan, H. K. Tan, A. S. A. Tan. 2003. Audit of Crash Emergency
Caesarean Sections Due to Cord Prolapse in Terms of Response Time and Perinatal
Outcome. Ann Acad Med Singapore. 32:638-41.
16. Leong, Annie, jay Rao, Gillian opie, Peter Dobson. 2004. Fetal Survival After
Conservative Management of Cord Prolapse for three Weeks. BJOG: an International
Journal of Obstetrics and Gynecology. 111: 1476-1477.
17. Nizard, Jacky. Antonella Cromi, Harry Moelendijk, Birgit Arabin. 2005. Neonatal
Outcome Following Prolonged Umbilical Cord Prolapse in Preterm Premature
Rupture of Membranes. 2005. BJOG: an International Journal of Obstetrics and
Gynecology. 112: 833-836.

18

Anda mungkin juga menyukai