Anda di halaman 1dari 28

Case Report Session

ENSEFALITIS VIRAL

Oleh :
Meriza Rifani
1310311156

Preseptor:
dr. Syarif Indra, Sp.S
dr. Hendra Permana, Sp. S, M. Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR.M.DJAMIL PADANG
2017
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan dan Definisi

Infeksi virus yang diakibatkan oleh virus jarang ditemukan, dan sebagian

besar bersifat "self limited". Meskipun demikian, infeksi viral SSP cukup

potensial menyebabkan kematian dan defisit neurologis.1 Infeksi virus SSP

umumnya merupakan komplikasi dari infeksi umum dalam tubuh yang dapat

menyebabkan terjadinya ensefalitis. Ensefalitis adalah sindroma disfungsi

neurologis yang disebabkan oleh peradangan pada parenkim otak yang dapat

menimbulkan demam, kejang, penurunan kesadaran, atau tanda-tanda neurologis

fokal lainnya. Penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

neuron.2,3

1.2 Epidemiologi

Insiden kasus ensefalitis yang dilaporkan beragam, tergantung dari lokasi,

studi populasi, perbedaan definisi dan metode penelitian. Insiden di Negara Barat

0,7-13,8 per 100.000 pada semua usia. Meskipun ensefalitis viral mengenai semua

kelompok umur, kejadian keseluruhan secara signifikan lebih tinggi pada anak-

anak yaitu sekitar 10,5-13,8 per 100.000 dan hanya 0,7-12,6 per 100.000 yang

mengenai populasi dewasa.4,5

Herpes simplex virus (HSV) ensefalitis merupakan yang paling sering

didiagnosis di negara industri dengan kejadian tahunan 1: 250.000-500.000,

terjadi paling banyak pada usia muda dan orang tua. HSV ensefalitis didominasi

HSV tipe 1 dan hanya 10% disebabkan oleh HSV tipe 2. HSV tipe 2 biasanya

1
terjadi pada individu yang sistem imunnya tertekan (immunocompromised) atau

pada neonatus, yang menyebabkan infeksi dapat disebarluaskan. Varicella zoster

virus (VZV) juga merupakan penyebab ensefalitis viral yang sering ditemukan,

terutama pada individu immunocompromised. Enterovirus yang paling sering

menyebabkan meningitis aseptik tetapi juga dapat menjadi penyebab penting dari

ensefalitis. Diantara penyebab lainnya, ensefalitis dihubungkan dengan antibodi

terhadap kompleks channel kalium atau antibodi N-methyl-D-aspartat (NMDA)

reseptor.4

Berdasarkan laporan dari The Center for Disease Control and Prevention

di Amerika Serikat terdapat 20.000 kasus ensefalitis setiap tahunnya, 5-20% dari

jumlah tersebut meninggal dunia dan 20% lainnya memiliki gejala sisa seperti

gangguan kesadaran, amnesia, perubahan kepribadian, hemiparesis, serta kejang

berulang. Penyebab utama ensefalitis di Asia adalah virus japanese, kelompok

dari West Nile Virus, dimana setiap tahunnya dapat menyebabkan 10.000

kematian.1

1.3 Etiologi dan Klasifikasi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis,

misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang

terpenting dan tersering ialah virus (tabel 1). 4

Tabel 1. Penyebab ensefalitis viral akut (dimodifikasi dari Solomon dan Whitley)6
Penyebab ensefalitis virus sporadis (tidak terbatas secara geografis)
 Virus herpes
- HSV tipe 1 & 2, varicella zoster virus, Epstein-Barr virus,Sitomegalovirus,
human herpes virus tipe 6 & 7
 Enteroviruses
- Coxsackie viruses, echoviruses, enteroviruses 70 & 71, parechovirus,
poliovirus

2
 Paramyxoviruses
- Measles virus, mumps virus,
 Lain-lain (penyebab yang jarang)
- Influenza viruses, adenovirus, parvovirus, lymphocytic choreomeningitis
virus, rubella virus
Penyebab ensefalitis terbatas geografis (umunya penularan mellaui arthropoda)*
 Amerika
- West Nile, La Cross, St Louis, Rocio, Powassan encephalitis, Venezuelan,
eastern & western equine encephalitis, Colorado tick fever virus, dengue,
rabies
 Eropa/Timur Tengah
- Tick-borne encephalitis, West Nile, Tosana, rabies, (dengue virus, louping
ill virus)
 Afrika
- West Nile, (Rift Valley fever virus, Crimean-Congo haemorrhagic fever,
dengue, chikungunya), rabies
 Asia
- Japanese encephalitis, West Nile, dengue, Murray Valley encephalitis,
rabies, (chikungunya virus, Nipah)
 Australia
- Murray Valley encephalitis, Japanese encephalitis (kunjin, dengue)
Penyebab yang jarang terjadi atau yang diduga sebagai penyebab arboviral
ditunjukkan dalam tanda kurung.
* Semua virus ditularkan melalui arthropoda, kecuali rabies dan Nipah

Ensefalitis virus dibagi dalam 3 kelompok yaitu: 7

1) Ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh infeksi virus kelompok Herpes

simpleks, Virus Influenza, ECHO, Coxsackie dan Arbovirus.

2) Ensefalitis primer yang belum diketahui penyebabnya dan

3) Ensefalitis para infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi

penyakit virus yang sudah dikenal, seperti Rubela, Varisela, Herpes zooster,

Parotitis epidemika, Mononukleosis infeksiosa.

Penyebab ensefalitis biasanya bersifat infektif tetapi bisa juga yang non

infektif. Diagnosis ensefalitis infektif harus didasarkan pada bukti klinis pasien

dengan riwayat demam tiba-tiba, sakit kepala yang dapat menyebabkan perubahan

3
status mental dengan timbulnya gejala neurologis fokal dan kejang fokal.

Diagnosis ensefalitis non infektif seperti pada Acute disseminated

encephalomyelitis (ADEM), suatu penyakit demielinasi inflamasi idiopatik pada

susunan saraf pusat (SSP) diperantarai oleh sistem imun dan sering muncul

setelah infeksi (post infection) atau vaksinasi, dapat dibedakan dengan ensefalitis

infektif (tabel 2) yaitu dari seringnya dijumpai pada anak-anak. Rerata usia saat

onset adalah 5-8 tahun.8

1.4 Patofisilogi

Virus masuk ke dalam tubuh manusia tergantung dari jenis virusnya.

Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbili, varisela masuk ke dalam tubuh

manusia melalui saluran pernapapsan. Virus polio dan enterovirus melalui mulut,

virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa kelamin. Virus virus yang lain

masuk ke tubuh manusia melalui inokulasi seperti gigitan binatan (rabies) atau

nyamul. Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus

rubela atau sitomegalovirus.2

Virus memperbanyak diri secara lokal di dalam tubuh manusia, kemudian

terjadi viremia yang menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di pleksus

koroideus. Cara lain adalah melalui saraf perifer (gerakan sentripetal) atau secara

retrograde axoplasmic spread misalnya oleh virus-virus herpes simpleks, rabies

dan herpes zoster.2

Pertumbuhan virus mulai di jaringan ekstraneural seperti di usus atau

kelenjar getah bening (poliomielitis), saluran pernapasan bagian atas atau mukosa

gastrointestinal (arbovirus) dan jaringan lemak (coxsackie, polimielitis, rabies,

4
variola). Virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler di

dalam SSP. Infeksi virus dalam otak menyebabkan meningitis aseptik dan

ensefalitis (kecuali rabies). Pada ensefalitis terdapat kerusakan neuron dan glia,

peradangan otak dan medula spinalis serta edema otak. Peradangan pada

pembuluh darah kecil, trombosis dan proliferasi astrosit dan mikroglia juga dapat

terjadi. Neuron-neuron yang rusak dimakan oleh makrofag atau mikroglia, disebut

sebagai neuronofagia yaitu sesuatu yang khas bagi ensefalitis primer.2

Virus menyebar di dalam medula spinalis melalui endoneurium dalam

ruang interstitial pada saraf-saraf seperti yang terjadi pada rabies dan herpes

simplex.2

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala ensefalitis viral beragam, bergantung pada masing-masing

kasus, epidemi, jenis virus, dll. Pada umumnya terdapat 4 jenis atau bentuk

manifestasi klinis.

a. Bentuk asimtomatik: gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau

demam tanpa diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung

sepintas. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal

b. Bentuk abortif: nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan.

Umumnya terdapat infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal.

c. Bentuk fulminan: berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang

berakhir dengan kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala

difus yang hebat, apatis, kaku kuduk, disorientasi,sangat gelisah dan dalam

waktu singkat masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam

2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.

5
d. Bentuk khas ensefalitis:

Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran napas bagian

atas atau gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda Kernig

positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul

tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai koma,

kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan

kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.

Diagnosis

Anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik/neurologik yang sistematik.

Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan darah rutin dan khusus (yang

dianggap perlu), pemeriksaan cairan serebrospinal, tes serologik, biakan darah,

urin, feses, foto dada, bila perlu CT Scan atau MRI. Cairan Serebrospinal

umumnya jernih dengan jumlah sel 20-500/ml, kadang-kadang bisa mencapai

2.000 atau lebih. Kadar protein meningkat 80-100 mg%, sementara kadar

glukosan dan klorida normal.3

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

a. Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)

 Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau meningkat

 Fase dini dapat dijumpai peningkatan set PMN diikuti pleositosis limfositik,

umumnya kurang dari 1000/ul

 Glukosa dan Klorida normal

 Protein normal atau sedikit meninggi (80-200 mg/dl)

b. Pemeriksaan darah

6
 Leukosit: Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan

 Amilase serum sering meningkat pada parotitis

 Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis

infeksiosa

 Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan

HIV

Pemeriksaan Radiologi

 MRI (magnetic resonance imaging)

MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang paling dianjurkan pada kasus

ensefalitis. Bila dibandingkan dengan CT-scan, MRI lebih sensitif dan mampu

untuk menampilkan detil yang lebih bila terdapat adanya kelainan-kelainan.

Pada kasus ensefalitis herpes simpleks, MRI menunjukan adanya perubahan

patologis, yang biasanya bilateral pada lobus temporalis medial dan frontal

inferior.

 Computed Tomography

Pada kasus ensefalitis herpes simpleks, CT-scan kepala biasanya menunjukan

adanya perubahan pada lobus temporalis atau frontalis, tapi kurang sensitif

dibandingkan MRI. Kira-kira sepertiga pasien ensefalitis herpes simpleks

mempunyai gambaran CT-scan kepala yang normal.

 Elektroensefalografi (EEG)

Pada ensefalitis herpes simpleks, EEG menunjukan adanya kelainan fokal

seperti spike dan gelombang lambat atau (slow wave) atau gambaran

gelombang tajam (sharp wave) sepanjang daerah lobus temporalis. EEG cukup

sensitif untuk mendeteksi pola gambaran abnormal ensefalitis herpes simpleks,

7
tapi kurang dalam hal spesifisitas. Sensitifitas EEG kira kira 84 % tetapi

spesifisitasnya hanya 32.5%. Gambaran elektroensefalografi (EEG) sering

menunjukkan aktifitas listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran

yang menurun.

4.4 Diagnosis Banding

 Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa

 Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur

 Abses otak

 Lues serebral

 Intoksikasi timah hitam

 Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)

5.4 Penatalaksanaan

 Perawatan Umum

 Anti udema serebri : Deksamethason dan Manitol 20%

 Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai

3 kali dengan interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin

100-200 mg/ 12 jam/ hari dilarutkan dalam NaCI dengan kecepatan

maksimal 50 mg/menit.

 Terapi kausal : Untuk HSV : Acyclovir

6.4 PENYULIT / KOMPLIKASI

 Defisit neurologis sebagai gejala sisa

 Hidrosefalus

 Gangguan mental epilepsi

 SIADH

8
7.4 LAMA PERAWATAN

 Satu bulan bila tidak ada sequale neurologist

 Minimal 1 (satu) minggu

8.4 PROGNOSIS

Beratnya sekuele tergantung pada virus penyebab

9
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. ARP

No RM : 97.13.39

Nama Ibu Kandung : Ny. N

Tanggal Lahir/Umur : 29 November 1995/21 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Belum bekerja

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Minang

Alamat : Pampangan

Tanggal Masuk RS : 24 Februari 2017 Pukul 02.57

ANAMNESIS

Alloanamnesis: Ibu

Keluhan utama: Kejang berulang

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Kejang berulang sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, diawali dengan

kaku selama 30 detik dan diikuti kelonjotan ± 1 menit. Saat kejang pasien

tidak sadar, mulut berbuih, lidah tergigit, mengompol. Kejang berulang 4 kali

dengan jarak antar kejang 30 menit-1 jam.

- Demam 3 hari, tidak tinggi, disertai nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Dahulu:

10
- Riwayat kejang tidak ada

- Infeksi telinga, gigi, sinus tidak ada

- Trauma kepala tidak ada

- Trauma di bagian tubuh lain tidak ada

- Penurunan berat badan tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi:

Pasien seorang pekerja serabutan, aktivitas fisik sedang

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Buruk

Kesadaran : Sopor (GCS:E3M5V2) = 10

Kooperatif : Tidak Kooperatif

Nadi/Irama : 91x/menit/halus

Pernapasan : 28x/menit

Tekanan darah : 110/70

Suhu : 37,5˚C

Keadaan gizi :Sedang

Turgor kulit : Baik

Kulit dan kuku : tidak ditemukan kelainan

Rambut : tidak mudah rontok dan tidak mudah dicabut

Kelenjar getah bening

Leher : tidak ditemukan pembesaran

11
Aksila : tidak ditemukan pembesaran

Inguinal : tidak ditemukan pembesaran

Thorak

- Paru

Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

- Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : perut tidak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Korpus Vertebrae

Inspeksi :

Palpasi :

Status Neurologis

A. Tanda Rangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : (-)

12
Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

Tanda Kernig : (-)

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial

Pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, Refleks cahaya +/+, Refleks Kornea +/+

C. Pemeriksaan Nervus Kranialis

N.I Olfaktorius

Penciuman Kanan Kiri


 Subjektif + +

 Objektif + +

N. II Optikus

Penglihatan Kanan Kiri


 Tajam Penglihatan + +

 Lapangan pandangan Normal Normal

 Melihat warna + +

 Funduskopi Normal Normal

N. III Okulomotorius

Kanan Kiri
Bola mata Ortho ortho
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bulbus Segala arah Segala arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada

13
Ekso/endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
 Bentuk Bulat Bulat

 Reflek cahaya + +

 Reflek akomodasi

 Reflek konvergensi

N. IV Troklearis

Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus ortho ortho
Diplopia - -

N. V Trigeminus

Kanan Kiri
Motorik
 Membuka mulut + +

 Menggerakkan + +
rahang

 Menggigit + +

 Mengunyah + +

Sensorik
 Divisi opthalmika

 Reflek kornea + +

14
 Sensibilitas + +

 Divisi Maksila

 Reflek masseter + +

 Sensibilitas + +

 Divisi Mandibula

 Sensibilitas + +

N. VI Abdusens

Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -

N. VII Fasialis

Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 depan + +

N.VIII Vestibularis

Kanan Kiri

15
Suara berisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Memanjang
 Memendek
Nistagmus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pengaruh posisi kepala - -

N. IX Glossopharingeus

Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Refleks muntah/Gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. X Vagus

Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan + +
Artikulasi + +
Suara + +
Nadi Regular, kuat angkat Regular, kuat angkat

N. XI Asesorius

Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu ke kanan + +

16
Mengangkat bahu ke kiri + +

N.XII Hipoglossus

Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada

D. Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan

Keseimbangan:

Romberg test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Romberg test dipertajam Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Stepping gait Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tandem gait Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koordinasi:

Jari-jari Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung-jari Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pronasi-supinasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Test tumit lutut Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rebound phenomen Tidak dilakukan Tidak dilakukan

E. Pemeriksaan Fungsi Motorik

A. Badan Respirasi + +
Duduk + +

17
B. Berdiri dan Gerakan - -
berjalan spontan
Tremor - -
Atetosis - -
Mioklonik + +
Khorea - -
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

F. Pemeriksaan sensibilitas

Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas getar +
Stereognosis +
Pengenalan rabaan +

G. Sistem Reflex

1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Kornea + + Biseps ++ ++
Berbamkis Triseps ++ ++
Laring APR ++ ++
Maseter + + KPR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak Tidak

18
dilakukan dilakukan
 Atas + + Cremaster Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
 Tengah + + Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
 Bawah + +

2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman - - - Babinski - -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

Fungsi Otonom

• Miksi :+

• Defekasi :+

• Sekresi keringat :+

Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Demensi


 Reaksi bicara +  Reflek glabela -

 Reaksi intelek +  Reflek Snout -

 Reaksi emosi +  Reflek menghisap -

 Reflek memegang -

19
 Reflek palmomental -

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah

#Rutin

- Hb : 12,3 g/dL

- Leukosit : 8.300/mm3

- Trombosit : 14.000/mm3

- Hematokrit : 37%

#Kimia Klinik

- GDS : 111

- Ureum/kreatinin : 20/1,3

- Natrium/kalium : 137/3,0

Rontgen Thorax

20
Hasil:

- Cor tidak membesar

- Hilus normal

- Corakan bronkovaskuler normal

- Tampak perbercakan di perihiler bilateral

- Skeletal dan soft tisue dalam batas normal

Kesimpulan: Bronkopneumonia

Lumbal Punksi:

- Aliran lancar

- Warna jernih

- None (-)

- Pandi (+)

21
DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Ensefalitis viral

Diagnosis Topik : Ensefalon

Diagnosis Etiologi : Infeksi viral

Diagnosis Sekunder : Bronkopneumonia

Stress Ulcer

PENATALAKSANAAN

Umum:

- Elevasi kepala 30˚

- O2 3 liter/menit

- IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf

- NGT

- Folley catheter

Khusus:

- Fenitoin 3x100 mg (IV)

- Asam folat 2x5 mg (PO)

- Lansoprazol 2x30 mg (IV)

- Ceftriakson 2x2gram (IV)

- Paracetamol 3x750mg (PO)

- Fluimucil 2x200mg ((IV)

RENCANA PEMERIKSAAN

MRI

Serologi darah

EEG

22
KOMPLIKASI: Kejang

PROGNOSIS: dubia ad malam

FOLLOW UP:

- 3 Maret 2017

S/ Sadar (+)
Kejang (+)
Demam (-)
Sesak (-)
Susah tidur (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Sedang CMC 110/70 80x/mnt 20x/mnt 37˚C
Status Internus : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Status Neurologis: GCS E4M6V5 = 15
TRM (-) ↑ TIK (-)
Pupil isokor Ø 3mm/3mm, Rc +/+, Rk +/+
Motorik 555 555
555 555
RF ++ ++
++ ++
RP - -
- -
A/ Ensefalitis Viral
P/ - Umum
IVFD Asering 12 jam/kolf
Diet ML 1800 kkal
Folley Catheter
- Khusus
Fenitoin 3x100 mg (PO)
Asam folat 2x5 mg (PO)
Dexametason 4x5 mg (IV)
Ranitidin 2x50 mg (IV)
Ceftriakson 2x2 gram (IV)
Paracetamol 2x750 mg (PO)
Fluimucil 2x50 mg (IV)
Haloperidol 3x1,5 mg (PO)
Acyclovir 5x800 mg (PO)

23
- 6 Juni 2017

S/ Sadar (+)
Kejang (+)
Demam (-)
Sesak (-)
Susah tidur (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Sedang CMC 110/70 80x/mnt 20x/mnt 37˚C
Status Internus : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Status Neurologis: GCS E4M6V5 = 15
TRM (-) ↑ TIK (-)
Pupil isokor Ø 3mm/3mm, Rc +/+, Rk +/+
Motorik 555 555
555 555
RF ++ ++
++ ++
RP - -
- -
A/ Ensefalitis Viral
P/ - Umum
IVFD Asering 12 jam/kolf
Diet ML 1800 kkal
Folley Catheter
- Khusus
Fenitoin 3x100 mg (PO)
Asam folat 2x5 mg (PO)
Dexametason 4x5 mg (IV)
Ranitidin 2x50 mg (IV)
Ceftriakson 2x2 gram (IV)
Paracetamol 2x750 mg (PO)
Fluimucil 2x50 mg (IV)
Haloperidol 3x1,5 mg (PO)
Acyclovir 5x800 mg (PO)

EDUKASI : Segera bawa ke rumah sakit terdekat bila terjadi kejang dan

penurunan kesadaran

24
BAB III

DISKUSI

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad B, Amir D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). Bagian

Neurologi: FK UNAND, Padang. 2008.179-92.

2. Kneen R, Michael BD, Menson E, Mehta B, Easton A et al. Management of

suspected viral encephalitis inchildren-Association of British Neurologists and

British Paediatric Allergy, Immunology and Infection Group National

Guidelines. Journal of Infection. 2012; 64: 449-77.

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Harsono (ed). Buku Ajar

Neurologi Klinis. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. 2005. Hal 175-9.

4. Solomon T, Michael BD, Smith PE, Sanderson F, Davies NWS et al.

Management of suspected viral encephalitis in adults-Association of British

Neurologists and British Infection Association National Guidelines. Journal of

Infection. 2012; 64: 347-73.

5. Kramer AH. Viral Encephalitis in the ICU. Crit Care Clin. 2013; 29: 621–49.

6. Solomon T, Hart IJ, Beeching NJ. Viral encephalitis: a clinician’s guide.

Practical Neurology. 2007; 7:288-305.

7. Mardjono, M. dan Priguna Sidharta.. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,

Jakarta. 2009. Hal 313-6.

8. Spalice A, Parisi P, Papetti L, et al. Clinical and Pharmacological Aspects of

Inflammatory Demyelinating Disease in Childhood: An Update. Current

Neuropharmacology 2010;8:135-48.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6 ed.

Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2005. Vol 2. Hal 1154.

26
Chaudhuri Aa, Kennedy PGE. Diagnosis and treatment of viral encephalitis.

Postgrad Med J. 2002;78: 575–83.

Kennedy PGE. Viral Encephalitis: Causes, Differential Diagnosis, and

Management. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2004; 75: i10–i15.

27

Anda mungkin juga menyukai