Anda di halaman 1dari 52

MALNUTRISI PADA ANAK

Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam


penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, malnutrisi bisa
disebabkan apabila asupan kalori yang berlebih dari kebutuhan harian, dan
mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk bertambahnya jaringan adiposa.
Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi kurang energi protein
(kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin, mineral, dan
obesitas.

I. Malnutrisi Kurang Energi Protein (KEP)


KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau
kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat
dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.
Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein
maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang
terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau
peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).
Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus,
dan marasmik-kwashiorkor.

a. Patofisiologi
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan
biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut
malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang
pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta

1
rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah
nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan
meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat akan
menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori
demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat
kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau
terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat,
sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini
terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD – 3SD), maka terjadilah
kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini
penting peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi
pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-
kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai
dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated
malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi gangguan
pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan
hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis
enzim.

b. Gejala Klinis
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu:
1. Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti
rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,
pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit
dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit
infeksi terutama akut, diare dan anemia.
2. Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak

2
sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai
penyakit infeksi dan diare.
3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

c. Diagnosis
1. Klinik: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta
penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi
dan berbagai defisiensi vitamin)
2. Laboratorik: terutama Hb, albumin, serum ferritin
3. Anthropometrik: BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan
menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi
badan)
4. Analisis diet
Klasifikasi:
a) KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD
b) KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
c) KEP berat : >70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).

d. Diagnosis Banding
Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-
kwashiorkor perlu dibedakan dengan:
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Payah jantung kongestif
- Pellagra infantil

e. Penatalaksanaan KEP
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit:
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan
kegawatan)
1.1. Penanganan hipoglikemi
1.2. Penanganan hipotermi
1.3. Penanganan dehidrasi

3
1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
1.5. Pengobatan infeksi
1.6. Pemberian makanan
1.7. Fasilitasi tumbuh kejar
1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
1.10 Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
1) Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14
atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vit. A dengan dosis :
 umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
 umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
 umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan:
 Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
 Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
 Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2) Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana:
 kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-
permanganat) 1% selama 10 menit
 beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
 usahakan agar daerah perineum tetap kering
 umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral.
3) Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.

4
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati
sesuai pedoman pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5%: NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
Evaluasi setelah 1 jam:
 Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi  syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula
khusus (F-75/pengganti).
 Bila tidak ada perbaikan klinis  anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan

5
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
 Hb < 4 g/dl
 Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah:
 Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
 Beri furosemid 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila
pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

I.1 KWASHIORKOR
a. Definisi
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang
disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat
yang normal atau tinggi. Berbeda dengan marasmus, yaitu disebabkan oleh
intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.

b. Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein
yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas
antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori
yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino

6
yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan
protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu
dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat
menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan
infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan
sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi.

c. Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang
terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah
di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah,
Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat
kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002),
26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi
buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

7
d. Gejala Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
berat-Kwashiorkor, antara lain:
 Gagal untuk menambah berat badan
 Pertumbuhan linear terhenti.
 Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
 Diare yang tidak membaik
 Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
 Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
 Penurunan masa otot
 Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
 Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan
fungsi ginjal, dan anemia.
 Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock,
coma dan berakhir dengan kematian.

http://grandmall10files.wordpress.comhttp://www.bio.ilstu.edu/armstrong/syllabi/
http://www.asnom.org/image/510_nutrit
.2010.03.kwashiorkor.jpg cassava/cassava8.jpg ion/116_327_kwashiorkor.jpg

e. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi
dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial

8
untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat
kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang
terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen.

I.2 MARASMUS
a. Definisi
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada
Balita. Marasmus disebabkan karena kurang energi. Tanda-tanda anak yang
mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek
hitam pada kulit. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot. Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya
diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh,
tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita
konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping
membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai
peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk:
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma
protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu: Albumin, globulin, fibrinogen.

b. Data Statistik

9
Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun
2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, enam persen atau sekira 14,5
juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-
anak di bawah usia lima tahun (balita). Depkes juga telah melakukan
pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita gizi kurang ditemukan
di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi
kurang. Marasmus merupakan keadaan di mana seorang anak mengalami
defisiensi energi dan protein sekaligus. Umumnya kondisi ini dialami
masyarakat yang menderita kelaparan. Marasmus adalah permasalahan
serius yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut data WHO sekitar
49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anak di bawah usia lima
tahun di negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi dan protein
sekaligus.

c. Etiologi
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu
kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,
pielonephritis dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan

10
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek
mengisap yang kurang kuat.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
6. Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
7. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
8. Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan
kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu
manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli
susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

d. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment
(lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting

11
tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus adalah
compensated malnutrition.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan;
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

e. Manifestasi Klinik
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan
maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk
tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat
badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu
tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :

12
1. Badan kurus kering
tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit
jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada
bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah
50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,
Ht, transferin.

g. Diagnosis Keperawatan

13
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan: Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: meningkatkan masukan oral.
Intervensi:
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak
atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan
menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah
gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah.

h. Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik
bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan
prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan
gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber
energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur
6 tahun ke atas
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan
4. Pemberian imunisasi[
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan
terlalu kerap.

14
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang
endemis kurang gizi, dengan cara
penimbangan berat badan tiap bulan

i. Pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita
marasmus adalah pemberian diet tinggi
kalori dan tinggi protein serta mencegah
kekambuhan. Penderita marasmus tanpa
komplikasi dapat berobat jalan asal diberi
penyuluhan mengenai pemberian makanan
yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat
di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama
merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara
lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan
intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer
Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-
mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml
sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya. Tahap kedua yaitu
penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan
elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap
pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan
sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari,
dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-
angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan
protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi
kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak

15
150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A
diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari
pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A
diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral
yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau
dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04
50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat
diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral
atau dengan diet. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita
malnutrisi berat ialah susu. Dalam pemilihan jenis makanan perlu
diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB
kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah
susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan
makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg
diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair
kemudian makanan lunak dan makanan padat. Antibiotik perlu diberikan,
karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai
ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.
Hal-hal yang lain perlu diperhatikan:
a) Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix
Bila kadar gula darah kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose
40%/kg BB/IV.
b) Hipotermi
Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat
diberikan botol panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam.
Pemantauan penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada
minggu-minggu pertama sering belum dijumpai pertambahan berat
badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai pertambahan berat
badan. Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-
kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah

16
kembali dan penyakit infeksi telah teratasi. Penderita yang telah kembali
nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang
dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi normal kembali karena
tubuh telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orangtua
diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama mengenai
pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang sesuai dengan daya
belinya. Mengingat sulitnya merawat penderita dengan malnutrisi, maka
usaha pencegahan perlu lebih ditingkatkan.

j. Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.
Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila
penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan
perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

II. Malnutrisi Vitamin


II.1 Vitamin Larut Lemak
Vitamin adalah nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
untuk berbagai peran dalam tubuh manusia. Vitamin dibagi menjadi dua
kelompok: yang larut dalam air (B kompleks dan C) dan larut dalam lemak (A,
D, E dan K). Tidak seperti vitamin yang larut dalam air yang perlu diganti
secara teratur dalam tubuh, vitamin yang larut dalam lemak disimpan dalam
jaringan hati dan lemak, dan dibuang jauh lebih lambat dari vitamin yang larut
dalam air.
Karena vitamin yang larut dalam lemak disimpan untuk waktu yang lama,
mereka umumnya menimbulkan risiko lebih besar untuk toksisitas dari
vitamin yang larut air bila dikonsumsi berlebihan. Makan diet seimbang yang
normal tidak akan menyebabkan toksisitas pada individu yang sehat. Namun,

17
mengkonsumsi suplemen vitamin yang mengandung mega dosis vitamin A, D,
E dan K dapat menyebabkan keracunan.
Pada anak, beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan vitamin. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil dan bayi
dengan kekurangan asupan makanan yang adekuat sejumlah vitamin.
Kekurangan vitamin D sering terjadi, disebut juga rickets, karena
ketidaktersediaan vitamin D hasil fortifikasi susu.
1. Vitamin A (Retinol)
Fungsi dari vitamin A adalah memenuhi kebutuhan komponen dalam
pembentukan pigmen rhodopsin (vision purple), membentuk dan
memelihara jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan perkembangan
tulang dan gigi, membantu pertumbuhan spermatogenesis, membantu
pembentukan tiroksin, dan sebagai antioksidan. Sumber vitamin A dapat
terbentuk secara alamiah, seperti hati, ginjal, minyak ikan, susu, dan
kuning telur. Sumber lain yang terbentuk dari provitamin A (carotene),
seperti wortel, kentang, bayam, kubis, brokoli, labu, apricot, dan lainnya.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan terjadinya,
 Rabun senja
 Keratinisasi pada epitel
 Xeroftalmia
 phrynoderma (kulit kasar)
 Pengeringan pada respiratori, gastrointestin dan saluran genitourinari
 Enamel gigi rusak
 Pertumbuhan terhambat
 Gangguan pembentukan tulang
 Penurunan pembentukan tiroksin
 Penurunan resistensi terhadap infeksi.
Tanda awal pada anak dengan kelebihan vitamin A dilihat dengan
adanya iritabilitas, anoreksia, pruritus, fisura pada sudut hidung dan bibir,
dan kulit kering. Sedangkan tanda selanjutnya dengan kondisi yang
berlebih ditandai dengan adanya hepatomegali, jaundice, pertumbuhan
terlambat, mencapai berat badan rendah, penebalan korteks di sepanjang
tulang disertai nyeri dan kelemahan, bengkak keras lunak pada ekstremitas
dan tulang oksiput tengkorak.

18
Kelebihan vitamin A juga dapat menyebabkan lahir cacat jika asupan
vitamin A berlebih pada masa kehamilan. Kondisi kelebihan vitamin A
yang berakibat tidak dapat dicernanya vitamin dengan baik sehingga
sejumlah karotin ada dalam darah (karotinemia). Hal tersebut
menyebabkan warna kekuningan pada kulit (bukan pada sclera, urine, atau
feses seperti pada jaundice), tapi tidak ada gejala tersebut diatas.
Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin A, antara lain:
 Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin A, seperti susu sapi (setelah
12 bulan)
 Sebagai pengurangan konsumsi susu, anjurkan makanan kaya vitamin
A
 Pastikan asupan adekuat pada bayi prematur
 Anjurkan keluarga menggunakan suplemen yang aman untuk anak
dengan campak
 Cegah tingkat keparahan dari bronkopulmonar dysplasia pada bayi
premature (pengaruh pertumbuhan sel epitel pada saluran pernapasan)
 Penanganan pada anak dengan kelebihan vitamin A, antara lain:
 Tekankan koreksi pengunaan suplemen vitamin dan potensial bahaya
berlebih
 Evaluasi kebiasaan makan anak untuk menghitung kira-kira asupan;
jika kelebihan, hindari sumber suplemen
 Anjurkan keluarga pada karotin alamiah yang tidak berbahayan;
tindakan menghindari kelebihan buah dan sayuran yang terpigmentasi,
khususnya wortel; warna kulit kembali normal dalam 2 sampai 6
minggu.

2. Vitamin D2 (Ergocalciferol) dan Vitamin D3 (Cholecalciferol)


Vitamin D mempunyai fungsi untuk mengabsorpsi kalsium dan fosfor,
dan menurunkan eksresi fosor pada ginjal. Sumber vitamin D yaitu sinar
matahari, minyak hati ikan Cod, mackerel, salmon, tuna, dan sarden.
Sumber lain dari makanan yang diperkaya vitamin D, antara lain susu,
produk dari susu, sereal yang diperkaya vitamin D, dan beberapa
minuman untuk sarapan.
Tanda kekurangan vitamin D pada anak yaitu rickets dan rachitic
tetany (kejang), dan beberapa tanda pada bagian tubuh, antara lain:

19
- Kepala: Craniotables (perlunakan pada bagian kranial tulang, bagian
tulang frontal menjadi tinggi), perubahan bentuk (tengkorak rata dan
terdapat cekungan dibagian tengah), terlambatnya penutupan fontanel.
- Dada: Rachitic rosary (perluasan pada penghubung costochondral
rusuk), Harrison groove (cekungan horizontal pada bagian bawah
tulang rusuk), pigeon chest (bentuk tonjolan keluar pada sternum).
- Tulang belakang (spine): kyphosis, scoliosis, lordosis
- Abdomen: konstipasi, perut buncit/gendut
- Ektremitas: lengan dan kaki menekuk, kaki pengkar keluar, saber
shins, sendi panggul tidak stabil, perubahan bentuk pada pelvis,
pelebaran pada epifisis di akhir tulang panjang.
- Gigi: perlambatan kalsifikasi, khususnya gigi permanen
Kelebihan vitamin D dapat mengakibatkan osteoporosis pada tulang
panjang, peningkatan kalsium dan fosfor dalam serum, dan kalsifikasi
pada jaringan lunak, seperti ginjal, paru, kelenjar adrenal, pembuluh darah
(hipertensi), jantung, lapisan gaster, membrane timpani (tuli).
Berdasarkan kondisinya, kelebihan vitamin D dapat ditandai dengan:
- akut: vomiting, dehidrasi, demam, kram abdomen, nyeri tulang, kejang,
dan koma
- kronik: lemah, ketelambatan mental, anoreksia, gagal tumbuh,
kehausan, urinary urgency, polyuria, vomiting, diare, kram abdomen,
nyeri tulang, fraktur patologi.
Kelebihan vitamin D dapat dilakukan penanganan dengan diet rendah
kalsium selama awal terapi. Pada anak dengan kekurangan vitamin D
penanganannya adalah:
- Anjurkan konsumsi makanan kaya vitamin D, khususnya susu sapi
yang telah difortifikasi (usia > 12 bulan)
- Anjurkan penggunaan suplemen vitamin D dengan usia 2 bulan pada
semua jenis bayi
- Observasi kemungkinan overdosis dari suplemen
- Jika ditentukan, awasi penggunaan tepat orthoses (splints dan braces)

3. Vitamin E
Vitamin E dalam tubuh mempunyai fungsi dalam membantu produksi
sel darah merah dan melindungi dari hemolysis, memelihara integritas otot
dan hati, sebagai koenzim faktor dalam jaringan respiratori, meminimalisir

20
oksidasi dari asamlemak poliunsaturasi dan vitamin A dan C dalam saluran
dan jaringan intestin. Adapun sumber vitamin E adalah minyak sayur,
minyak gandum, susu, kuning telur, ikan, padi, kacang, polong-polongan,
bayam, dan brokoli.
Kekurangan vitamin E pada anak akan mengakibatkan terjadinya
anemia hemolitik dari hemolysis yang disebabkan oleh masa hidup sel
darah merah yang pendek, khususnya pada bayi prematur; nekrosis focal
pada jaringan. Sedangkan kelebihan vitamin E hanya sedikit yang
diketahui, seperti kurang toksik daripada vitamin larut lemak lain.
Penanganan untuk kekurangan vitamin E pada anak, antara lain:
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi prematur; bisa juga
membutuhkan suplemen
- Berpotensi sebagai antioksidan dalam fungsi imunitas, pencegahan
atau meminimalisir keparahan dari retinopati dan pencegahan anemia
hemolitik, bronkopulmonar displasia, dan perdarahan intrakranial.

4. Vitamin K
Fungsi vitamin K dalam tubuh sebagai katalisator untuk memproduksi
protrombin dan pembekuan darah faktor II, VII, IX, dan X di hati. Sumber
vitamin K adalah daging babi, sayuran hijau, kubis, tomat, kuning telur,
dan keju. Kekurangan vitamin ini pada anak ditandai dengan adanya
perdarahan. Sedangkan kelebihan vitamin ini dapat mengakibatkan
terjadinya anemia hemolitik pada individu yang mengalami defisiensi pada
dehydrogenase glukosa 6-fosfat.
Penanganan pada anak dengan kekurangan vitamin K yaitu dengan:
- Pemberian profilaksis untuk semua bayi yang baru lahir
- Indikasi lain termasuk penyakit intestin, tidak adanya empedu, terapi
antibiotic yang diperpanjang; hal ini memungkinkan penggunaan
manajemen pembekuan darah sewaktu antikoagulan seperti warfarin
(Coumadin) dan dicumarol (bishydroxycoumarin), merupakan
antagonist vitamin K yang digunakan.

II.2 Vitamin Larut Air

21
Substansi yang terdapat di dalam tubuh manusia terdiri dari vitamin,
mineral, lemak dan beberapa substansi lainnya. Tubuh manusia membutuhkan
sedikitnya 13 jenis vitamin, yang terdiri dari vitamin larut dalam lemak dan
vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam air adalah vitamin B complex dan
vitamin C.
1. Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks terdiri dari vitamin Thiamin (B1), Riboflavin
(B2), Niacin (B3) Pantothenic Acid (B5), Pyridoxine (B6), Biotin (B7) and
Folic Acid (B9) and Cyanocobalamin (B12, Jathar, R., 2010). Masing-
masing jenis vitamin ini memiliki manfaat dan fungsi bervariasi terhadap
tubuh manusia. Ketidakseimbangan asupan vitamin bisa mengakibatkan
gangguan fungsi pada organ tubuh manusia. Berikut akan dijelaskan
beberapa manfaat dari setiap vitamin B kompleks, di antaranya:
 Perubahan bentuk karbohidrat menjadi glukosa dan energy di dalam
tubuh
 Sintesis DNA dan RNA
 Mengatur fungsi kelenjar adrenal
 Menjaga keseimbangan sekresi hormone dan regulasi enzim system
saraf
 Pemecahan lemak dan metabolisme lemak
 Berperan dalam menjaga kesehatan rambut, kuku, mata dan kulit
 Berperan dalam menjaga kesehatan system saraf pusat (SSP) dan
mencegah beberapa kondisi gangguan mental seperti depresi, fatigue,
letargi, gangguan konsentrasi, iritabilitas, stress, dan cemas.

Jenis Vitamin
Fungsi Sumber Defisiensi Kelebihan
B Compleks
Vitamin B1 Koenzim Daging sapi, Gastrointestinal: Sakit kepala,
(Tiamin) (dengan hati, kacang anoreksia, iritabilitas,
fosfor) dalam polong, sereal, konstipasi, insomnia,
metabolism biji-bijian, indigesti denyut nadi
arbohidrat, sayuran hijau, Neurologis: cepat,
dibutuhkan buah, susu, apatik, fatik, kelemahan

22
untuk system beras merah instabilitas
saraf yang emosi,
sehat polineurosis,
nyeri tekan pada
otot betis,
anestesi parsial,
kelemahan otot,
parestesia,
hiperestesia,
reflex tendon
berkurang atau
hilang, kejang,
dan koma (pada
bayi)
Kardiovaskuler :
palpitasi, gagl
jantung,
vasodilatasi
perifer, edema
Jenis Vitamin
Fungsi Sumber Defisiensi Kelebihan
B Compleks
Vitamin B1 Koenzim Susu dan Arioflavinosis Parestesia,
(Ribovlafin) (degan produk susu, Bibir: kelosis pruritus
fosofor) dalam telur, daging, (fisura pada
metabolism hati, ginjal, dan sudut bibir),
karbohidrat, jantung, sereal perles (inflamasi
protein, dan yangdiperkaya, pada sudut
lemak; sayuran hidung)
memelihara berwarna hijau, Lidah: glositis
kulit agar polong- Mata: rasa
tetap sehat, polongan terbaka, gatal,
terutama di berair, fotobia,
sekitar mulut, vaskularisasi,
hidung, dan kornea, katarak
mata Kulit: dermatitis,
seboreik,
penyembuhan
luka dan
perbaikan
jaringan lamat
Niasin (Asam Koenzim Daging unggas, Oral: stomatitis, Pelepasan
Nikotinat, (dengan ikan, kacang glotitis vadilator,
Nikotinamid) ribovlafin) tanah, kacangg Kulit: dermatitis histamine,
pada hijau, kacang bersisik pada (kemerahan,
metabolism polong, biji- area tubuh penurunan TD,
protein dan bijian murni terbuka peningkatan

23
lemak; atau diperkaya Gastrointestinal: aliran darah
diperlukan kecuali jagung anoreksia, serebral,
untuk system dan beras penurunan BB, memperberat
saraf, kulit, diare, fatik asma)
dan Neurologi : Masalah
pencernaan apati, ansietas, dermatologis
normal yang konfusi, depresi, (pruritus, ruam,
sehat; dapat demensia hyperkeratosis,
menurunkan akantosis
kolesterol nigrikans)
Penigkatan
asiditas lambung
(memperberat
penyakit ulkus
peptikum)
Hepatotoksisitas

Jenis Vitamin
Fungsi Sumber Defisiensi Kelebihan
B Compleks
Vitamin B6 Koenzimpada Daging, Dermatitis Toksisitas SSP
(Piridoksin) metabolism teruatama hati bersisik, (cara jalan tidak
protein dan dan ginjal, biji penurunan BB, stabil, kebas
lemak sereal (gandum anemia, retardasi kaki dan tagan,
Diperlukan dan jagung), pertumbuhan, kaku pada
untuk ragi, kacang iritabilitas, tangan,
pembentukan kedelai, kacang kejang, neuritis terkadang kebas
antibody, Hb tanah, tuna, perifer perioral)
Diperlukan ayam, salmon Dapat
untuk menyebabkan
pemanfaatan penyakit ulkus
tembaga dan peptikum atau
zat besi kejang
Membantu
dalam
konversi
triptofan
menjadi niasin
Asam Folat Koenzim Sayuran Anemia Jarang karena
(Folasin) untuk transfer berdaun hijau, makrositik, megadosis tidak
karbon asparagus, hati, depresi sumsum tersedia di
tunggal (purin, ginjal, kacang, tulang, glositis, pasaran bebas
tiamin, telur, sereal, malabsorpsi Dapat
hemoglobin biji-bijian intestinal menyebabkan
Diperlukan murni, kacang insomnia,
untuk polong, pisang instabilitas
pertumbuhan

24
sel darah
merah
Dapat
mencegah
defek tuba
neuralis

25
Jenis Vitamin
Fungsi Sumber Defisiensi Kelebihan
B Compleks
Vitamin B12 Koenzim Daging, hati, Anemia Jarang terjadi
(Kobalamin) dalam sintesis ginjal, ikan, pernisiosa (salah
protein, efek kerang, unggas, satu bentuk
tidak langsung susu, telur, defisiensi akibat
pada keju, ragi tidak adanya
pembentukan nutrisional, faktor intrinsic
sel darah sayuran laut dalam sekresi
merah lambung
(terutama Tanda umum
dalam terjadinya

pembentukan anemis yang


asam nukleat berat
dan Pewarnaan
metabolism kuning lemon
asam folat pad kulit
Diperlukan Degenerasi
untuk fungsi korda spinalis
normal Keterlambatan
jaringan saraf) pertumbuhan
otak
Biotin Koenzim Hati, ginjal, Defisiensi jarang Tidak diketahui
dalam kuning telur, terjadi karena
metabolism tomat, polong- disintesis oleh
karbohidrat, polongan, bakteri di usus
protein, dan kacang
lemak
Berhubungan
dengan fungsi
vitamin B
lainnya
Asam Koenzim Hati, ginjal, Defisiensi jarang Toksisitas
Pantotenat dalam jantung, terjadi karena minimal
metabolism salmon, telur, banyaknya (biasanya diare
karbohidrat, sayuran, sumber makanan dan retensi air)
protein, dan polong- dan sintesis
lemak polongan, biji- bakteri di usus
Sintesis asam bijian murni
amino, asam
lemak, dan
sterois

26
Penatalaksanaan ketidakseimbangan vitamin B complex:
a. Dorong makan makanan yang kaya vitamin B
b. Tekankan teknik meamsak dan penyimpanan makanan yang benar untuk
mempertahankan manfaat makanan seperti, memasak sedikit sayuran
dalam sedikit kuah, penyimpanan susu dalam wadah tidak tembus
cahaya/buram
c. Eksplorasi kebutuhan suplemen vitamin jika sedang diet atau
mengonsumsi susu kambing eksklusif untuk makanan bayi (defisiensi
asam folat) atau jika ibu yang menyusui adalah seorang vegetarian yang
ketat (Vitamin B12)
d. Tekankan penggunaan suplemen vitaminyang benar dan potensi bahaya
jika berlebihan.

Tabel komposisi vitamin B kompleks sesuai dengan kebutuhan manusia

Vitamin B Complex Dosage Chart


0-6 6-12 1-18 18 Years
Vitamin B Type Pregnant/Lactating
Months Months Years +
Vitamin B1
0.3 mg 0.5 mg 1-1.5 mg 1.5 mg + 0.5 mg
(Thiamine)
Vitamin B2
0.4 mg 0.6 mg 1-1.5 mg 1.7 mg + 0.5 mg
(Riboflavin)
Vitamin B3 15-20
6 mg 8 mg 10-15 mg + 4 mg
(Niacin) mg
Vitamin B5
(Pantothenic 2.5 mg 3 mg 4-7 mg 10 mg + 3 mg
Acid)
Vitamin B6 0.3 mg 0.6 mg 1-2 mg 2-2.5 mg + 0.6 mg
Vitamin B7 100-200
35 mcg 50 mcg 300 mcg + 50 mcg
(Biotin) mcg
Vitamin B9 (Folic 100-400
30 mcg 50 mcg 400 mcg 1 mg
Acid) mcg
Vitamin B12
0.5 mcg 1.5 mcg 2-4 mcg 4-6 mcg + 1 mcg
(Cobalamin)
Rutuja Jathar http://www.buzzle.com/articles/vitamin-b-complex-dosage.html

27
Ketidakseimbangan konsumsi vitamin B kompleks dapat
mengakibatkan berbagai macam efek samping. Konsumsi vitamin B
kompleks dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan beberapa masalah
kesehatan, di antaranya diare, keram perut, bloating, dan beberapa masalah
kesehatan terkait kesehatan saluran pencernaan, insomnia, masalah pada
mata, mulut tereasa pahit, defisiensi kalsium, hiperaktifitas, peningkatan
tingkat keparahan gangguan mental tertentu seperti depresi dan iritabilitas,
mengurangi metabolism dan absorpsi nutrisi. Beberapa efek samping
ketidakseimbangan konsumsi vitamin B kompleks diantaranya, anemia,
tekanan darah rendah, sakit kepala, jantung berdebar, edema, nyeri sendi,
gatal, kemerahan pada kulit, kehilangan nafsu makan, dan beberapa efek
samping lainnya (Jathar, R., 2010).

2. Vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) yang merupakan vitamin tidak larut dalam
lemak memiliki beberapa manfaat (Wong, 2002), diantaranya:
a. Penting untuk pembentukan kolagen
b. Meningkatkan absorpsi zat besi untuk pembentukan hemoglobin
c. Mendorong konversi asam folat menjadi asam folinik
d. Memengaruhi sintesis kolesterol dan konversi prolin menjadi
hidroksiprolin
e. Bahan antioksidan (menjaga vitamin lain agar tidak mengalami
oksidasi).
Vitamin C bersumber dari beberapa jenis makanan, seperti buah jeruk,
stroberi, tomat, kentang, kol, brokoli, kembang kol, cabai hijau, bayam,
papaya, mangga, belewah, semangka, jus buah yang diperkaya.
Kekurangan atau kelebihan vitamin C dapat berakibat pada gangguan
beberapa fungsi, meliputi gangguan pada system musculoskeletal,
gangguan pada gusi, dan beberapa masalah kesehatan. Gangguan pada
system musculoskeletal berakibat pada perdarahan otot dan sendi,
pseudoparalisis akibat nyeri, pembengkakan sendi, benjolan kostokondrial

28
(skorbutik rosary). Sedangkan gangguan pada gusi mengakibatkan gusi
lunak, rapuh, bengkak, mudah berdarah, warna hitam atau merah kebiruan,
gigi goyang dan tanggal. Beberapa gangguan kesehatan lainnya berupa
iritasi, anoreksi, gelisah, nyeri, menolak bergerak, posisi seperti katak
ketika telentang (pose Skorbutik), munculnya tanda anemia, proses
penyembuhan luka lambat, dan menyebabkan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
Penatalaksanaan terhadap gangguan keseimbangan vitamin C terdiri
dalam beberapa cara. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
penetalaksanaan anak dengan gangguan keseimbangan vitamin C:
a. Kaji sumber vitamin pada diet bayi, terutama jika sumber diet utama
berasal dari susu sapi
b. Tekankan tentang pentingnya menerapkan teknik memasak dan teknik
penyimpanan makanan yang benar
c. Cuci sayuran dengan benar, jangan pernah merendam sayuran di
dalam air
d. Masak sayuran dalam pot bertutup dengan air minimal dan waktu
yang singkat, hindari penggunaan alat masak dari bahan tembaga atau
besi
e. Jangan menambah soda kue pada air matang
f. Konsumsi sayuran atau buah segar sesegera mungkin, simpan dalam
lemari es
g. Simpan jus dalam wadah yang tidak tembus cahaya dan kedap udara
h. Bungkus buah yang telah terpotong atau segera makan setelah
terpajan udara
i. Merawat anak yang menderita skorbut adalah dengan memosisikan
anak pada posisi yang nyaman dan dan keadaan istirahat. Tangani
dengan sangat lembut dan minimal. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan, cegah infeksi, berikan perawatan oral yang baik, berikan
diet lunak cair dan tekankan pemulihan yang tepat ketika vitamin
diberikan

29
j. Tekankan penggunaan supermen vitamin yang benar dan potensi efek
samping jika diberikan dalam dosis berlebih.
k. Identifikasi kelompok yang bearisiko untuk diberi suplemen vitamin
C, penderita talasemia, kelompok yang mendapat terapi antikoagulan
dan antibiotic aminoglikosida.

III.Malnutrisi Mineral
Mineral merupakan nutrien penting dan 4% tubuh manusia terdiri dari mineral.
Mineral digolongkan menjadi dua jenis, yaitu makromineral dan mikromineral.
Makromineral dibutuhkan lebih dari 100 mg perhari, antara lain kalsium (Ca), fosfor
(P), natrium (Na), dan kalium (K), magnesium (Mg), sulfur (S), dan klorida (Cl).
Mikromineral atau elemen renik ialah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg
perhari, yaitu besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se). Masalah terbesar
pada mineral adalah terjadinya defisiensi, teutama zat besi, kalsium, fosfor,
magnesium, dan zink. Kadar zink yang rendah dapat menyebabkan gagal tumbuh
aibat nutrisi.
Regulasi keseimbangan mineral di dalam tubuh merupakan proses yang
kompleks. Diet ekstrim asupan mineral dapat menyebabkan sejumlah interaksi
mineral-mineral yang dapat mengakibatkan defisiensi atau kelebihan mineral yang
tidak diharapkan. Defisiensi juga dapat terjadi jika zat-zat dalam diet berinteraksi
dengan mineral. Misalnya, zat besi, seng, dan kalsium dapat membentuk kompleks
yang tidak larut dengan fitrat dan/atau oksalat (zat yang banyak terdaat dalam
protein tanaman), yang mengganggu biovailabilitas mineral.
Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium &
klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.
Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan
natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Di antara
ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi
yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).
Berikut ini merupakan table defisiensi dan kelebihan makromineral dan
mikromineral:

30
31
Mineral Disturbances

Fungsi Fisiologis Sumber makanan Akibat dari defisiensi atau Pertimbangan keperawatan
kelebihan
Kalsium  Produk susu Defisiensi:  Anjurkan makan makanan kaya kalsium
Fungsi:  Kuning telur Riketsia, Tetanus, gangguan  Waspadai bahwa oksalat dalam sayuran berdaun
 perkembangan dan  Ikan sarden dan pertumbuhan khususnya tulang dan (bayam), kandungan fosfor tinggi mempengaruhi
pemeliharaan tulang salmon gigi absorbs kalsium
dan gigi (kombinasi  Sayuran hijau  Hindari penggunaan susu sapi pada bayi baru lahir.
dengan fosfor) kecuali bayam Karena rasion fosfor dan kalsium membantu sekresi
 Kontraksi otot  Kedelai kalsium
khususnya jantung  Kacang-kacangan Kelebihan: Perhatikan penggunaan suplemen kalsium dengan
 Pembekuan darah, Mengantuk, letargi berat, gangguan baik dan benar terutama yang menyebabkann
absorbs vitamin B12, absorbs mineral lain (besi, seng, interaksi dan antar megadosis kalsium sehingga
aktivasi enzim, mangan), deficit mangan dalam menyebabkan defisiensi
konduksi saraf jaringan (gagal ginjal)
 Intergritas substansi
semen intraseluler dan
berbagai membran
Yodium  Seafood Defisiensi: Konsumsi garam beryodium terutama untuk yang
Fungsi:  Garam Goiter (pembesaran tiroid) tinggal jauh dari laut
 Produksi hormone beryodium
tiroid  Roti dan susu
 Reproduksi normal  Medikasi: Kelebihan: Jika penyimpanan yodium di rumah perhatikan cara
amiodarone, Thiroitoxicosis, hipertiroid penyimpanan.
povidine –
iodine, dan
prenatal vitamins

32
Fungsi Fisiologis Sumber makanan Akibat dari defisiensi atau Pertimbangan keperawatan
kelebihan
Klorida  Garam, daging, Defisiensi: Defisiensi dan kelebihan merupakan hal yang tidak
Fungsi: telur Gangguan keseimbangan asam umum, kebanyakan makanan memiliki klorida yang
 Keseimbangan asam  Produk susu basa (hipokloremic alkalosis, adekuat
basa  Makanan siap dehydration) Muntah yang berlebihan memerlukan penggantian
 Aktivasi enzim pada saji Kombinasi dengan kehilangan klorida
saliva  Makanan sodium
 Komponen asam diawetkan Kelebihan:
hidroklorida dalam Gangguan asam basa
lambung
Tembaga  Daging Defisiensi: Perhatikan penggunaan dengan baik dan benar
Fungsi:  Kacang-kacangan Anemia suplemenn vitamin, karena defisiensi biasanya dari
 Produksi Hb  Tiram Leukopenia, neutropenia tidak adekuatnya sumber makanan karena kelebihan
 Komponen esensial  Minyak jagung mineral lain seperti zink dan zat besi
dari beberapa system Kelebihan: Waspada memasak makanan di tembaga tanpa lapis
enzim Muntah dan diare yang dapat menimbulkan tembaga kronis dan toksik
Anemia hemolitik

33
Fungsi Fisiologis Sumber makanan Akibat dari defisiensi atau Pertimbangan keperawatan
kelebihan
Florin  Air berflorida Defiensi: Jika air didaerah tempat tinggal mengandung sedikit
Fungsi:  makanan atau Rentan mengalami kerusakan gigi florin anjurkan minum air terfluoridasi, air kemasan, ASI
 Pembentukan gigi tahan minuman disiapkan
karies dengan air
 Perkembangan tulang fluoride, Kelebihan: pada daerah dengan Florin yang berlebih pada airnya,
kuat  ikan Fluorisis (perubahan warna pada email pertimbangkan penggunaan air dalam botol atau air yang
 teh gigi) sudah dimasak hingga kadar florin aman
Deformitas berat pada tulang
Zat Besi  Hati Defisiensi: Berikan makanan yang kaya zat besi
Fungsi:  Daging sapi Anemia Cegah konsumsi susu berlebihan terutama lebih dari 1
 Pembentukan Hb dan  Daging ayam liter perhari (susu merupakan sumber zat besi yang buruk)
Myoglobin  Kacang
 Bagian esensial dari  Kerang-kerangan Kelebihan:
banyak enzim dan  Biji-bijian murni Hemokromatosis
protein hemosiderosis
Magnesium  Semua padi-padian Defisiensi: Defisiensi dan kelebihan merupakan hal yang tidak biasa,
Fungsi:  Kacang-kacangan Tremor, spasme, Denyut jantung tidak kecuali pada status penyakit seperti muntah atau diare
 Pembentukan tulang dan  Kedelai teratur, kelemahan otot, keram yang berkepanjangan atau disfungsi ginjal, diaman
gigi ekstrimitas bawah, konvulsi, delirium penggantian mungkin diperlukan

34
 Produksi protein  Daging Kelebihan:
 Konduksi syaraf ke otot  Salad Gangguan system persyarafan karena
 Aktifasi enzim yang  The dan coklat ketidakseimbangan magnesium dan
diperlukan untuk kalsium
metabolism karbohidrat
dan protein

Fungsi Fisiologis Sumber makanan Akibat dari defisiensi atau Pertimbangan keperawatan
kelebihan
Fosfor  Produks susu Defisiensi: Rekomendasikan asupan suplemen,
Fungsi:  Telur Kelemahan, anoreksia, malaise, nyeri Untuk mempertahankan kalsium dan fosfor rasio pada
 Pertumbuhan tulang dan  Daging tulang neonates, jangan berikan susu formula
gigi  Ayam Kelebihan:
 Terlibat dalam banyak  Minuman bersoda Gangguan system syaraf karena
reaksi kimia di tubuh ketidkaseimbangan kalsium dan
 Keseimbangann asam magnesium
basa
Potassium/ Kalium  Pisang, Jeruk, buah Defisiensi: Defisiensi dan kelebihan tidak terjadi meskipun mual dan
Fungsi: yang dikeringkan Disaritmia jantung, kelemahan otot, muntah berkepanjangan atau menggunakan diuretic tapi
 Keseimbangan asam basa  Dagin, ikan letargi, gagal ginjal dan gagal nafas, dapat menyebabkan hipokalemia, dianjurkan penggantian
 Konduksi saraf  Kentang serta jantung suplemen sumber makanan yang kaya kalium
 Kontraksi otot khususnya  The, coklat, kopi Kelebihan:
jantung Aritmia jantung, gagal nafas, konvus
 Pelepasan energy mental, kebas pada ekstrimitas

35
Selenium  Seafood Defisiensi: Defisiensi dan kelebihan jarang terjadi, meskipun
Fungsi:  Kuning telur Keshan disease (kardimyopati pada defisiensi selenium dapat terjadi pada pasien alimentary
 Antioksidan terutama  Padi-padian anak) parenteral total yang berkepanjangan pada keadaan ini
protektif vitamin E  Ayam, dan daging diperlukan suplementasi
 Melindungi dari  Tomat, bawang Kelebihan:
toksisitas logam berat putih, kubis Iritasi mata hidung dan tenggorokan,
 Berhubungan dengan  Jamur peningkatan kejadian karies gigi,
metabolism lemak  susu degenerasi ginjal dan hati

36
Fungsi Fisiologis Sumber makanan Akibat dari defisiensi atau Pertimbangan keperawatan
kelebihan
Sodium/ Natrium  Garam meja Defisiensi: Defisiensi jarang meskipun mengalami mual muntah, atau
Fungsi  Seafood Dehidrasi, hipotensi, konvulsi, dan diuretic, tapi tetap memerlukan penggantian
 Keseimbangan asam  Daging kram otot
basa  Unggas Kelebihan: Batasi konsumsi natrium (garam) yang berlebihan, dan
 Permeability membrane:  Beberapa makanan Edema, hipertensi, hemoragi makanan yang tinggi natrium
absorbs glukosa siap saji intrakranial
 Kontraksi sel
Zink  Seafood Defisiensi: Konsumsi makanan kaya zink terutama protein.
Fungsi: (khususnya tiram) Kehilangan nafsu makan, skin lesion, Perhatikan saat konsumsi serat, oksalat, tanning (di the
 Komponen dari 100  Daging alopecia, diare, gagal tumbuh, dan kopi) , zat besi, dan kalsium mempengaruhi
enzim  Unggas pemunturan kematangan seksual penyerapan seng
 Sintesis asam nukleat dan  Telur
protein di system  legumen Perhatikan kelompok berisiko defisiensi seperti:
imunitas dan koagulasi Kelebihan: vegetarian dan Hispanic, dimana diet yang mereka
Muntah dan diare lakukan minim asupan zink
 Mengeluarkan vitamin A
Malaise dan pusing
dari hati
Anemia, perdarahan lambung
 Mempercepat
penyembuhan luka
dengan Vitamin C

37
IV. Obesitas
a. Definisi
Menurut WHO (2002) obesitas adalah kondisi abnormal atas akumulasi
lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa. Obesitas merupakan peningkatan
berat badan yang mengakibatkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan
terhadap standar massa tubuh. (Hockenberry, 2009). Obesitas merupakan
penyebab nomor kelima risiko kematian di dunia.

b. Epidemiologi
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun
dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedangkan
obesitas pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79%
akan menjadi obesitas dewasa. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada
penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%)
dan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), saat ini jumlah
penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai
angka 18 %. Di samping itu, prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-
14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama
dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Ball, 2003).

c. Tanda dan Gejala


 Pipi yang tembam
 Wajah membulat
 Dagu berlipat
 Leher yang pendek
 Perut buncit

d. Faktor-faktor Penyebab Obesitas


Anak-anak yang biasanya mengkonsumsi kalori yang berlebihan dan sedikit
kalori yang digunakan untuk aktivitas, maka akan menambahkan berat badan.

38
Jika hal tersebut terjadi, maka anak-anak akan mengalami obesitas seiring
dengan berjalannya waktu. Apabila mengkonsumsi sekitar lebih dari 100 kalori
(sama dengan 8 ons minuman soft drink) dari yang dibutuhkan maka akan
berdampak pada penambahan berat badan sekitar 20 kg setiap tahunnya.
Berbagai macam faktor berkontribusi dalam hal ketidakseimbangan antara
pemasukan kalori dan kebutuhan kalori yang diperlukan. Beberapa faktor-faktor
penyebab obesitas antara lain:
a) Faktor genetik
Faktor genetik merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit
dihindari. Apabila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini
dapat diturunkan pada anaknya. Parental fatness merupakan faktor genetik
yang berperanan besar. apabila kedua orang tua obesitas maka 80% anaknya
menjadi obesitas. Selain itu, jika salah satu orang tua obesitas maka kejadian
obesitas menjadi 40% dan apabila kedua orang tua tidak obesitas maka
prevalensinya menjadi 14%.
b) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok
invidivu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh fisiologik, psikologi, sosial dan budaya. Kebiasaan
makanan sebagai tingkah laku manusia atau kelompoka manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi sikap, kepercayaan dalam
pemilihan makanan. Pada penelitian tentang hubungan pola makana dan
aktivitas fisik pada anak dengan obesitas pada anak usia 6-7 tahun pada
tahun 2003 menyebutkan bahwa frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap
hari memiliki risiko terjadinya obesitas 2,1x dibandingkan dengan makan
kurang atau sama dengan tiga kali sehari.
c) Kebiasaan Sarapan
Penelitian membuktikan bahwa ketika mengkonsumsi sarapan, seorang
anak akan memiliki tingkah laku dan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan ketika tidak mengkonsumsi sarapan. Pollitt, dkk dalam
penelitiannya menemukan anak usia 9-11 tahun dengan gizi baik yang

39
melewatkan sarapan menunjukkan sebuah penurunan respon yang akurat
dalam memecahkan masalah, namun meningkat dalam kekuratan berpikir
jangka pendek. Anak perempuan lebih menyukai sarapan di rumah (46%)
dibandingkan anak laki-laki, dan sekitar 20% dari anak usia 10 tahun
melewatkan sarapannya setiap hari.
Penelitian di Amerika Serika menyebutkan remaja yang melewatkan
sarapan setiap harisnya mempunyai kecenderungan berisiko untuk
mengalami kegemukan lebih tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa makan pagi secara rutin dapat mengendalikan nafsu makan lebih baik
sepanjang hari. Hal inilah yang mencegah dari makan berlebihan saat makan
siang atau makan malam.
d) Konsumsi makanan cepat saji
Konsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung energi dari
lemak, karbohidrat, dan gula akan mempengaruhi kualitas diet dan
meningkatkan risiko obesitas. Meningkatnya konsumsi makanan cepat saji
diyakini merupakan satu masalah karena masalah obesitas meningkat pada
masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji
dan tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapakan makanan di rumah.
Perusahaan makanan cepat saji mengiklankan begitu banyak iklan
disela-sela acara anak. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap anak yagn
kemudian mendorong para orang tua untuk membeli produk tersebut.
Padahal makanan tersebut sangat beresiko untuk terjadinya obesitas pada
anak karena banyak mengandung lemak dan kolestrol. Anak-anak yang
memakan makanan cepat saji lebih tiga kali/minggu cenderung menjadi
sedikit tidak suka pada makanan yang lebih sehat seperti buah, sayur, susu
dan makanan lain ketika mereka diminta untuk memilih.
e) Konsumsi minuman ringan
Minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang
tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi
minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak
sangat menggemari minuman ini.

40
f) Kebiasaan Jajan
Makanan jajan yang umumnya disukai anak-anak adalah berupa kue-
kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dan gula. Oleh karena itu,
makanan jajanan tersebut hanya memberikan sumbangan energi saja,
sedangkan tambahan zat pembangunan dan pengatur sangat sedikit.
Sesudah jajan, seringkali anak terlalu kenyang sehingga selera
makannya berkurang dan tidak dapat menghabiskan makanannya. Jika anak
sudah dibiasakan jajan, maka anak akan menangis dan tidak mau makan
apabila keinginannya tidak dipenuhi. Orang tua harus mengontrol dan
memperhatikan makananan jajanan anak.
g) Kebiasaan makan cemilan saat menonton TV, bermain video games, dan
komputer
TV dapat berdampak pada fisik anak. Semakin lama anak menonton TV
makin besar angka kejadian obesitas pada anak. Anak yang menonton TV
lebih dari satu jam akan meningkatkan resiko obesitas sebesar 2%. Oleh
karena itu, anak cenderung mengunyah cemilan yang gurih atau manis
dengan konsumsi yang besar tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup.
Komputer dan video games turu andil dalam kejadian obesitas pada
anak. Keduanya menjadi berbahaya karena termasuk dalam aktivitas
sedentary Ketika bermain video games, anak-anak biasanya memilih untuk
makan cemilan tanpa berpikir panjang dan tidak melakukan interaksi
dengan anak-anak lain di luar rumah atau melakukan aktivitas yang
menguras energi. Beberapa dokter menyatakan bahwa TV sedikit lebih
berbahaya daripada video games, karena komputer dan video games
mendorong anak-anak untuk melakukan aktivitas yang banyak
menggunakan koordinasi tangan-mata dan gerak motorik lainnya. Gerakan
ini menghasilkan lebih banyak pembuangan eneri daripada duduk berdiam
diri di depan TV.
h) Susu dan olahannya
Meskipun selama ini susu disebut-sebut sebagai makanan yang baik
untuk anak-anak, namun tidak berarti susu merupakan makanan yang

41
sempurna. Susu tidak dapat tahan lama dan cepat basi. Susu sedikit
mengandung zat besi dan beberapa vitamin, namun kaya akan lemak dan
kolesterol. Susu dapat menyebabkan obesitas apabila dikonsumsi secara
berlebihan baik dalam produk susu maupun produk makanan yang
merupakan olahan susu.
i) Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab obesitas. Anak-
anak dan remaja obesi sedikit bergerak atau beraktivitas daripada anak
dengan berat badan normal. Kegiatan fisik sangat diperlukan oleh anak-anak
dan anak belajar menikmati beraktivitas fisik. Oleh karena itu, peran orang
tua sangat besar dalam mencagah obesitas pada anak untuk mengajarkan
anak-anak berolahraga setiap harinya. Sebaliknya, orang tua yang hanya
menghasibikan waktunya di rumah biasanya menyarankan anak-anaknya
untuk tetap di rumah, sehingga mereka memiliki waktu lebih banyak untuk
menonton TV dan melakukan aktivitas lain yang kurang gerak.
j) Pendapatan Keluarga
Keluarga yang pendapatannya cukup tinggi ternyata makannya kurang
memenhi syarat. Anak-anak dalam keluarga ini sering mengantuk di sekolah
dan enggan bermain. Setelah diteliti ternyata orang tua mereka lebih
mementingkan rumah yang megah dengan perabotan mewah. Bahkan lebih
parah lagi, perhatian mereka terhadap makanan kaleng dan makanan hasil
olahan pabrik semakin kuat.
k) Konsumsi sayur dan buah-buahan
Sayur dan buah dapat mencegah kejadian obesitas karena dapat
mengurangi rasa lapar namun tidak menimbulkan kelebihan lemak,
kolestrol. Sayur dan buah umumnya juga mengandung serat kasar yang
dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi. Banyak
anak yang kurang menyukai sayuran dalam menu makanan dengan alasan
karen rasanya kurang enak. Pola makan keluarga tertentu yang tidak
mengutamakan sayuran dan buah dalam menu makanan utama menambah
parah kurangya asupran sayuran pada anak.

42
e. Dampak pada Obesitas
Obesitas merupakan keprihatinan karena implikasinya bagi kesehatan
individu karena meningkatkan risiko berbagai penyakit dan kondisi kesehatan,
meliputi: (Bruck, 2005)
a) Penyakit Kardiovaskular
Faktor risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-
kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-
kolesterol. Risiko penyakit kardiovaskuler di usia dewasa pada anak
obesitas sebesar 1,7 - 2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5)
dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40%
diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-
kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.15 Anak
obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.
b) Obstruksi saluran napas
Sering dijumpai pada penderita obesitas (1/100 obesitas anak),
gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol (seringkali diduga
akibat NIDDM atau diuresis osmotik). Penyebabnya adalah penebalan
jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat oleh adanya hipertrofi
adenotonsilar. Obstruksi saluran napas intermiten di malam hari
menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai
kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokan harinya dan
hipoventilasi.
c) Pseudotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial
Pseuotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial ringan pada
obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang
mengakibatkan penumpukan kadar karbon dioksida. Gejalanya meliputi
sakit kepala, papil edema, kelumpuhan, saraf cranial VI (rektus lateralis),
diplopia, kehilangan lapangan padang perifer dan iritabilitas.

43
d) Kurangnya berinteraksi sosial dengan teman sebaya
Anak yang mengalami obesitas jarang bermain dengan teman
sebayanya, cenderung menyendiri, tidak diikutsertakan dalam permainan
serta canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Hal tersebut
disebabikan oleh faktor internal yaitu depresi, kurang percaya diri, persepsi
diri yang negatif maupun rendah diri karena selalu menjadi bahan ejekan
teman-temannya. Faktor eksternal juga berpengaruh besar karena sejak dini
lingkungan menilai orang gemuk sebagai orang yang malas, bodoh dan
lamban.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI) yang
merupakan indeks sederhana dari berat badan-tinggi badan untuk-yang biasa
digunakan dalam klasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi
orang dewasa dan individu - berat badan seseorang dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). BMI menyediakan mengukur
tingkat populasi paling berguna overweight dan obesitas seperti yang sama untuk
kedua jenis kelamin dan untuk semua usia dewasa tetapi hanya panduan kasar
karena tidak sesuai dengan tingkat yang sama berat badan pada individu yang
berbeda. WHO mendefinisikan seorang dewasa yang memiliki BMI antara 25
dan 29.9 sebagai kelebihan berat badan sedangkan seorang dewasa yang
memiliki BMI 30 atau lebih tinggi dianggap obesitas. Apabila BMI di bawah
18,5 dianggap berat badan kurang, dan antara 18,5-24,9 berat badan yang sehat.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa ada
tingkatan level anak-anak untuk menghitung BMI berdasarkan grafiknya, yaitu:
1. Pada persentil 85 dan selebihnya, anak-anak dinyatakan risiko overweight
2. Pada persentil 95 atau lebih, anak-anak dinyatakan overweight.
Akan tetapi, menurut American Obesity Association menyatakan bahwa
anak-anak yang berada pada persentil 95 atau lebih dikatakan obesitas karena
BMI bernilai 30 yang menerangkan bahwa obesitas pada orang dewasa. Untuk
menghitung BMI anak-anak, lakukan langkah-langkah berikut ini:

44
1. Kalikan 705 dari berat badan anak
2. Lalu dibagi tinggi badan anak dalam inchi
3. Kemudian bagi lagi tinggi badan anak dalam inchi.
Untuk mengetahui BMI anak-anak, dapat mengisi berat badan dan tinggi
badannya pada website Department of Health and Human Services, Obesity
Education Initiative.

Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan tiga metode


pengukuran antropometri, sebagai berikut:
 Berat badan dibandingkan dengan tinggi badan (BB | TB). Obesitas pada
anak didefinisikan sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil
90% atau 120% lebih banyak dibandingkan berat badan ideal. Sedangkan
berat badan 140% lebih besar dibandingkan berat badan ideal didefinisikan
sebagai superobesitas.

45
 WHO pada tahun 1997, NIH (The National Institutes of Health) pada tahun
1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in
Adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index
(BMI) atau Indeks Massa Tubh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas
pada anak dan remaja di atas 2 tahun. IMT merupakan penunjuk kelebihan
berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan kg dibandingkan
dengan tinggi badan m2). Interpretasi IMT berdasarkan umur dan jenis
kelamin anak, karena anak laki-laki dan perempuan mempunyai lemak tubuh
yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas
serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Nilai batas IMT (cut off
point) untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja ialah persentil ke-
95.
 Pengukuran langsung lemak sub-kutan dengan mengukur tebal lemak lipatan
kulit (TLK). Ada empat macam pengukuran TLK yang ideal, yaitu TLK
bisep, TLK trisep, TLK subskapula, dan TLK suprailiaka.

Indeks antropomteri yang umum digunakan dalam menilai status gizi anak
ialah IMT (indeks massa tubuh). Untuk anak-anak, IMT dibedakan menurut
umur dan jenis kelamin atau disebut BMI for age atau di Indonesia menjadi IMT
| U. Hal tersebut disebabkan karena IMT berubah secara substansial pada anak-
anak sesuai pertambahan umur, IMT | U merupakan alat ukur yang dapat
digunakan untuk anak-anak usia 2-20 tahun. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan batas persentil dalam menentukan status gizi anak usia 2-20 tahun
dengan IMT | U.

Tabel Ambang Batas (Cutt of Points) IMT | U

Kategori IMT | U
Obesitas ≥ 95 persentile
Overweight 85-<95 persentile
Normal 5-85 persentile
Underweight <5 persentile

46
g. Penatalaksanaan Obesitas
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan
obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan
keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah
mengurangi asupan energi sertameningkatkan keluaran energi, dengan cara
pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah atau modifikasi pola
hidup.
a. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu
usia 2 - 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya
penyakit penyerta atau komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi
dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan
berat badan, sedangkan pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia
dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk
menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg
atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.
b. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai
dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat
obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa
penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT >
97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan
kalori sangat rendah (very low calorie diet). Dalam pengaturan diet ini perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu:
 Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan
normal
 Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30%
dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta
kolesterol < 300 mg per hari

47
 Diet tinggi serat dianjurkan pada anak usia > 3 tahun dengan
penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram
per hari.
c. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju
metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktivitas fisik
untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot
seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari.

Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jam


Jalan kaki 3 km/jam 150
Jalan kaki 6 km/jam 300
Joging 8 km/jam 480
Lari 12 km/jam 600
Tenis tunggal 360
Tenis ganda 240
Golf 180
Berenang 350
Bersepeda 660
d. Mengubah pola perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai
komponen intervensi dengan cara, yaitu:
 Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan
aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya
 Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat
menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu
keinginan untuk makan
 Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan
yang dikonsumsi dan mengurangi makanan cemilan
 Memberikan penghargaan dan hukuman

48
 Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang
pada mumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
e. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai
petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi
dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang
mendukung program diet.

ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI ANAK


I. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No Register,
agama, tanggal masuk Rs , dll
b. Keluhan utama
Tidak ada nafsu makan dan muntah
c. Riwayat penyakit sekarang
Malnutrisi biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai muntah dan
tubuh terdapat kelainan kulit
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada riwayat penyakit infeksi , anemia, dan diare sebelumnya
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk

II. Pemeriksaan fisik


a. Inspeksi
 Mata : agak menonjol
 Wajah : membulat dan sembab
 Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
 Abdomen : perut terlihat buncit
 Kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, edema
b. Palpasi
Pembesaran hati ± 1 inchi
c. Auskultasi
Peristaltic usus abnormal

49
III. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit
serum, biakan darah.
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine
c. Uji faal hati
d. EKG
e. foto X paru

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada
disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi
menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah
gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001)


Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor
kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi

50
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status


metabolik. (Doengoes, 2000).
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : Kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Positioning

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh


Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur
kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan
kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001)
Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa,
kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :

51
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen


sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito, 2001)
Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein


(malnutrisi). (Carpenio, 2001)
Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode
pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

52

Anda mungkin juga menyukai