Anda di halaman 1dari 10

I.

ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT

Dari Al-Barra` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari
tujuh perkara: Beliau memerintahkan kami agar mengikuti iringan jenazah,
mengunjungi orang sakit, menjawab undangan, menolong orang yang dizhalimi,
berbuat baik bagi orang yang bersumpah, menjawab salam, menjawab orang yang bersin,
dan beliau melarang kami memakai bejana yang terbuat dari perak, cincin emas, kain
sutra, kain yang bercampur dengan sutra, al-qissi dan al-istibraq.”
HR Al-Bukhari. (1239), Muslim (2066) dan Ahmad (18034), At Tirmidzi (2809),
An-Nasaa'I (1939), dan perkara yang ke tujuh yang terlarang adalah : "al-
mayaasir (judi)" Al-Bukhari tidak menyebutkannya di dalam hadits ini namun
Muslim yang menyebutkan lafazh tersebut.

Adab adab Menjenguk Orang Sakit


1. Keutamaan Menjenguk Orang Sakit.
Banyak Atsar menyebutkan keutamaannya di sini kami menyebutkan
diantaranya : hadits Tsauban radhiaallahu ‘anhu bekas budak rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayatkan yang mana dia berkata : rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : "barang siapa yang menjenguk orang
sakit maka dia senantiasa berada di taman kurma di surga sampai di kembali (ke
rumah)".
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia bersabda :
saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : " Barang siapa
yang mengunjungi orang sakit niscaya dia berada dalam naungan rahmat
sampai apabila dia duduk tinggal padanya" dan di dalam lafazh yang lain : "
Barang siapa yang mengunjungi orang sakit niscaya dia mendapatkan rahmat
maka apabila dia duduk di sampingnya dia tetap berada di dalam rahmat, dan
apabila dia keluar dari orang yang sakit dia teus diliputi rahmat sampai dia
kembali ke rumahya". Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata :
rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : "sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman di hari kiamat : wahai anak cucu Adam saya sakit dan kalian
tidak menjengukku, anak cucu Adam berkata : wahai rabb bagaimana kami
menjenguk engkau sedangkan engkaulah rabb semesta alam? Allah berfirman :
tidakkah kamu tahu bahwa hambaku fulan sakit dan kamu tidak
menjenguknya? Tidakkah kamu tahu kalau saja kamu mengunjunginya niscaya
kamu akan mendapatiku berada di sisinya….al-hadits". Dan dari Ali radhiallahu
‘anhu dia berkata : saya mendengar rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda : "barang siapa yang mendatangi saudaranya yang muslim
dalam rangka menjenguknya, niscaya dia berjalan di kebun surga sampai dia
duduk, dan apabila dia duduk niscaya rahmat Allah akan meliputinya, dan
apabila dia pergi menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan
mendoakannya sampai dia mendapati sore hari dan apabila di waktu sore tujuh
puluh malaikat akan mendoakannya sampai dia mendapati pagi".

Dan setelah menyebutkan hadits-hadtis yang shahih dalam menjelaskan


keutamaan mengunjungi orang yang sakit, dan pahala bagi orang yang
mengunjungi dapatkan dari kunjungainnya, maka tidak sepantasnya
meremehkan hal tersebut, bahkan harus untuk bersegera kepadanya, dan selalu
berada di atas amalan tersebut, sehingga rahmat dzat yang Maha penyayang dan
Maha pengasih dapat diraih, dan di dalam mengunjungi orang sakit ada
beberapa manfaat lainnya selain yang disebutkan tadi diantaranya :
membersihkan hatinya (orang yang sakit), memeriksan kebutuhan-
kebutuhannya, mengambil nasehat dari musibah yang menimpanya
sebagaimana Ibnul Jauzi katakan.

2. Mengunjungi Anak Kecil yang Sakit.


Anak kecil apabila sakit maka mereka juga dikunjungi, sebagaimana
orang-orang dewasa. Yang demikian itu dikarenakan adanya makna yang
menyebabkan orang dewasa dikunjungi seperti adanya doa bagi yang sakit,
meringankan sakitnya, meruqyahnya dengan ruqyah syar'iyyah, dan akan
mendapatkan pahala mengunjungi orang sakit bagi orang yang berkunjung.
Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma dia berkata : " Sesungguhnya
salah seorang anak perempuan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengutus seseorang kepada beliau –dan ketika itu perawi sedang bersama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Sa'ad dan Ubai- yang mana kami mengira bahwa
anak perempuan saya akan menjumpai ajalnya maka mari kita menyaksikannya
bersama, maka nabi mengutus utusan kepadanya dengan ucapan salam dan
berkata : "sesungguhnya milik Allah apa yang dia ambil dan apa yang dia
berikan dan setiap sesuatu telah ditetapkan ajalnya di sisiNya, maka hendaknya
kamu mengharap pahala dan bersabar".
Namun anak perempuan beliau kembali mengutus utusan dengan
mengucapkan sumpah atas beliau, maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallambangkit dan kami pun bangkit bersama beliau, ketika beliau berada di
tempat kejadian anak kecil itu diangkat ke pangkuan nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam keadaan nafasnya tersengal-senggal, kedua mata nabi
berlinangkan air mata, maka Sa'ad berkata padanya : apa ini wahai rasulullah?
Beliau berkata : ini adalah rahmat yang Allah berikan di hati-hati yang Allah
kehendaki dari para hambanya, dan Allah tidak akan menyayangi dari para
hambanya kecuali mereka yang penyayang".

3. Kunjungan Wanita kepada Laki-laki Yang Sakit :


Mengunjungi laki-laki yang sakit boleh bagi wanita walaupun mereka
bukan mahram mereka, akan tetapi hal itu disyaratkan apabila aman dari fitnah,
adanya sitar (hijab), tidak adanya khalwat (berdua-duaan), maka apabila syarat-
syarat ini ada maka mengunjungi laki-laki yang sakit yang bukan mahram boleh
bagi wanita dan demikian pula sebaliknya, dari Aisyah radhiallahu ‘anha dari
ayahnya, dia berkata : " Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah, Abu Bakar dan Bilal radhiallahu ‘anhuma menderita demam, Aisyah
berkata : Maka saya pun masuk kepada mereka berdua dan saya berkata : Wahai
ayahku bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal bagaimana keadaanmu? …..al-
hadits". Dalam riwayat Ahmad : Urwah berkata : “ Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tiba di Al-Madinah para sahabat beliau mengeluh sakit demikian
pula Abu Bakar, ‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal mengeluh sakit,
maka Aisyah meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk
mengunjungi mereka, dan Nabi mengizinkannya, dan Aisyah berkata kepada
Abu Bakar : bagaimana keadaanmu? ….al-hadits".
Dan dari Ibnu Syihab dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif bahwasanya
dia mengabarkan kepadanya : " Bahwa ada seorang wanita yang miskin sedang
sakit maka dia mengabarkan kepada Rasulullan Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang sakitnya wanita tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyakan tentang keadaan
mereka….al-hadits”
Ibnu Abdil Bar berkata : “ Pada hadits ini menunjukkan pembolehan
kunjungan wanita kepada laki-laki walaupun laki-laki tersebut bukan
mahramnya, dan masalah ini –menurut saya (penulis) agar wanita itu Mutajallah,
dan apabila bukan Mutajallah maka tidak boleh, kecuali dia bertanya kepadanya
dan tidak melihat kepadanya.

4. Mengunjungi Orang Sakit Yang Sedang Pingsan :


Sebagian manusia menjauhkan diri untuk mengunjungi orang sakit yang
tidak sadar akan kehadiran orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti orang
yang dalam kondisi pingsan yang muncul berulang-ulang, atau mereka yang
dalam kehilangan kesadaran dalam jangka waktu lama, dengan alasan orang
yang sakit ini tidak menyadari keberadaannya dan tidak merasakannya maka
kalau begitu tidak perlu untuk menjenguknya, ini adalah pemahaman yang
salah dan argumen yang tidak ada dalilnya, dan dalil yang shahih justru
menyelisihinya.
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata : " Saya pernah
sakit maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan Abu Bakar mendatangiku
untuk menjengukku dengan berjalan kaki, maka mereka mendapatiku dalam
keadaan pingsan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu` dan
memercikkan wudhu'nya kepadaku, aku pun sadar dan mendapati Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dekatku, maka saya berkata : “ Wahai
Rasulullah, apa yang seharusnya saya perbuat terhadap hartaku, bagaimana
saya memutuskan warisan hartaku? Namun beliau tidak menjawabku dengan
satu kata pun sampai ayat tentang warisan turun".
Ibnu Hajar berkata : “ Sekedar mengetahui keadaan orang yang sakit
dengan menjenguknya tidak menjadikan pensyariatan menjenguknya terhenti.
Karena di balik hal itu dapat membalut kekhawatiran keluarganya, dan
mengharapkan berkah doa dari orang yang menjenguknya, meletakkan
tangannya di atas orang yang sakit, mengusap badannya, meniupkan bacaan
kepadanya ketika memohonkan perlindungan dan yang selainnya.

5. Menjenguk Orang Musyrik Yang Sakit :


Sebagian ulama berpendapat makruh menjenguk orang kafir dikarenakan
di dalam perkara menjenguk mereka terkandung adanya pemuliaan. Sebagian
ulama lainnya membolehkan menjenguk mereka apabila diharapkan masuk
islam, dan pendapat ini lebih sesuai dengan perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu telah meriwayatkan : " Bahwa
seorang budak milik orang Yahudi yang pernah membantu Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam sakit maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya
dalam rangka menjenguknya, beliau berkata : Masuklah kamu ke dalam islam,
maka orang itu pun masuk islam".
Dan dari Sa'id bin Al-Musyyib dari ayahnya beliau berkata : ketika
kematian menghadiri Abu Thalib Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallammendatanginya dan berkata : "katakanlah laa ilaaha illallaah satu kalimat
yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah".

6. Waktu Menjenguk Orang Yang Sakit :


Tidak didapati adanya nash-nash dari al-ma'shum Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang menjelaskan waktu-waktu tertentu untuk menjenguk orang yang
sakit dan menziarahinya, maka selama demikian perkaranya dibolehkan
menziarahi orang yang sakit pada waktu apapun di malam atau siang hari
selama tidak adanya hal yang memberatkan mereka. Karena diantara makna
yang terkandung dalam menjenguk orang yang sakit adalah untuk meringankan
derita orang yang sakit dan untuk menyenangkan hatinya bukan untuk
memberatkannya Waktu ziarahi itu bervariasi tergantung perbedaan zaman dan
tempat, terkadang berziarah di malam hari merupakan waktu yang
dipersilahkan akan tetapi terkadang dimakruhkan di waktu yang lain.
Al-Marwadzi berkata : “ Saya bersama Abu Abdullah pernah menjenguk
orang sakit di malam hari dan waktu itu di bulan Ramadhan, kemudian beliau
berkata kepada saya : di bulan Ramadhan orang sakit itu di jenguk di malam
hari “.
Dan demikian pula di waktu zhuhur karena kebiasaan yang berlaku
manusia sedang tidur siang dan mereka tinggal untuk beristirahat. Al-Atsram
berkata : dikatakan kepada Abu Abdillah : seseorang sedang sakit dan ketika itu
matahari sedang naik di waktu musim panas, maka beliau berkata : ini bukan
waktu menjenguk.
Maka zaman perlu diperhatikan di dalam menjenguk orang sakit, maka
waktu menjenguk yang telah dikenali oleh penduduk negeri ini dan yang telah
menjadi kebiasaan mereka untuk menjenguk dan berziarah terkadang bukan
waktu yang biasa dilakukan oleh sebagian penduduk negeri lainnya.
6. Meringankan Orang Yang Sakit ketika Dikunjungi :
Sepatutnya bagi orang yang menjenguk agar jangan berlama-lama duduk
dan tinggal di sisi orang yang sakit, karena orang yang sakit tersibukkan dengan
rasa lapar dan sakitnya. Dan ketika orang yang menjenguk berdiam lama di sisi
orang yang sakit akan memberatkan bagi orang yang sakit bahkan terkadang
menambah sakitnya, oleh karena itu diantara perkara yang baik ketika
menjenguk orang sakit adalah dengan meringankannya.
Dari Ibnu Thawus dari ayahnya dia berkata : “ Menjenguk orang sakit
yang paling baik adalah yang paling ringan … “
Al-Auza'iy berkata : “ Saya pernah bepergian menuju Bashrah ingin
menjumpai Muhammad bin Sirin, namun saya mendapatinya dalam keadaan
sakit di perutnya, maka kami pun masuk kepadanya untuk menjenguknya
dalam keadaan berdiri …
Asy-Sya'bi berkata : “ Kunjungan orang-orang desa yang pandir lebih
memberatkan bagi orang yang sakit daripada sakit yang dideritanya, mereka
mendatanginya bukan pada waktunya dan berlama-lama duduk di sisinya.
Akan tetapi sepatutnya untuk diketahui bahwa apabila orang yang sakit
menyukai orang yang menjenguk tinggal lebih lama di sisinya dan terus
menerus menziarahinya, maka lebih utama bagi orang yang menjenguk untuk
memenuhi keinginan orang yang sakit dikarenakan di dalam amalan tersebut
terkandung sesuatu yang dapat memasukkan kebahagiaan bagi orang yang
sakit, dan menyenangkan hatinya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjenguk Sa'ad bin Mu'adz ketika terkena musibah di hari peperangan
Khandak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendirikan
kemah bagi Sa'ad di dalam masjid agar dia dapat menjenguknya dari dekat.
Maka sahabat mana yang tidak menyenangi keberadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallamdi sisinya dan berulang-ulang menziarahinya.
II. PENGERTIAN ULUL AZMI
Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki

kedudukan tinggi dan istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam

menyebarkan agama Allah SWT.


B. DALIL AL-QUR’AN
Firman Allah S.W.T:

artinya:”Jika demikian akibat orang-orang kafir yang menentangmu wahai

Muhammad) maka bersabarlah engkau sebagaimana sabarnya Rasul-rasul "Ulul Azmi"

(yang mempunyai keazaman dan ketabahan hati) dari kalangan Rasul-rasul (yang

terdahulu daripadamu); dan janganlah engkau meminta disegerakan azab untuk mereka

(yang menentangmu itu). Sesungguhnya keadaan mereka semasa melihat azab yang

dijanjikan kepada mereka, merasai seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia)

melainkan sekadar satu saat sahaja dari siang hari. (Penerangan yang demikian)

cukuplah menjadi pengajaran (bagi orang-orang yang mahu insaf). Maka (ingatlah)

tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik (derhaka)." (Surah Al-Ahqaaf : Ayat 35)

Firman ALLAH S.W.T:

Artinya:"Allah telah menerangkan kepada kamu di antara perkara-perkara

agama yang Ia tetapkan hukumnya apa yang telah diperintahkanNya kepada Nabi Nuh

a.s. dan yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad s.a.w.)

dan juga yang telah Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.

serta Nabi Isa a.s., iaitu: Tegakkanlah pendirian agama dan janganlah kamu berpecah

belah atau berselisihan pada dasarnya. Berat bagi orang-orang musyrik (untuk

menerima agama tauhid) yang engkau seru mereka kepadanya. Allah memilih serta

melorongkan sesiapa yang dikehendakiNya untuk menerima agama tauhid itu dan

memberi hidayat petunjuk kepada agamaNya itu sesiapa yang rujuk kembali kepadaNya

(dengan taat)." (Surah Asy-Syuraa: Ayat 13)

C. KRITERIA RASUL ULUL AZMI


Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, Antara lain

adalah:

1. Memiliki kesabaran yang tinggi dalam berdakwah


2. Senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada

kaumnya
3. Senantiasa berdo’a agar Allah memberi hidayah kepada kaumnya
4. Memiliki mukjizat luar biasa dibandingkan para nabi yang laiu

D. GOLONGAN RASUL ULUL AZMI


Dari 25 Rasul Allah yang wajib kita ketahui, Hanya lima rasul yang mendapatkan

gelar Ulul Azmi. Gelar ini adalah gelar tertinggi dan istimewa ditingkat para nabi dan

rasul. Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Ahqaf ayat 35 dan

Surah Asy-Syura ayat 13.

Para Rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah:

1. Nabi Nuh As.


2. Nabi Ibrahim As.
3. Nabi Musa As.
4. Nabi Isa As.
5. Nabi Muhammad SAW.

C. MUKJIZAT RASUL ULUL AZMI

Mukjizat adalah suatu kejadian yang luar biasa yang dialami oleh para nabi dan

rasul atas izin Allah SWT dan tidak bisa ditiru oleh siapapun.

1. Nabi Nuh a.s


Salah satu mukjizat beliau dapat membuat sebuah kapal besar yang dapat

ditumpangi oleh semua orang yang beriman dari kaumnya beserta hewan hewan yang

hidup di zaman itu.


2. Nabi Ibrahim a.s

Salah satunya sewaktu beliau dibakar oleh raja Namrud beliau tidak merasakan panas

api dan di selamatkan oleh Allah dari segala bahaya yang mengancam.
3. Nabi Musa a.s
Beliau dapat mengalahkan ahli-ahli ilmu sihir pengikut fir'aun, tongkat beliau dapat

berubah menjadi ular yang juga dapat membelah lautan,telapak tangan dapat

mengeluarkan cahaya dan lain sebagainya.


4. Nabi Isa a.s
Beliau dapat berbicara semasa masih bayi, dapat menyembuhkan penyakit orang buta

sehingga dapat melihat,dapat membuat burung dari tanah dan meniupnya sehingga hidup

seperti burung bernyawa, dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin ALLAH

SWT walaupun hanya sebentar kemudian mati lagi dan lain sebagainya.
5. Nabi Muhammad

Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar yang di brikan Allah kepada nabi

Muhammad SAW, karena tidak seorangpun yang sanggup menandingi ataupun

menyaingi gaya bahasa dan susunan kata-kata Al-Qur'an , juga tidak ada yang sanggup

merubah dan menukar kata-kata yang ada dalam Al-Qur'an.

Anda mungkin juga menyukai