A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
a. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang Studi PKn ini memuat
tentang; (1) Norma Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, (2)
Hak Asasi Manusia, (3) Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat, (4) Pancasila
Sebagai Dasar Dan Ideologi Negara, (5) Konstitusi Negara RI, (6) Pelaksanaan
Demokrasi di Indonesia, (7) Otonomi Daerah, (8) Globalisasi, (9) Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional, (10) Kewarganegaraan, (11) Budaya Politik, (12) Hubungan
Internasional, (13) Pers dalam Masyarakat Demokrasi.
2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Merumuskan sikap terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1) Mengategorikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang
berlaku dalam masyarakat.
2) Membandingkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Merumuskan sikap terhadap perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia (HAM).
1) Mengategorikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM.
2) Memecahkan contoh kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM.
c. Menampilkan contoh kemerdekaan mengemukakan pendapat.
1) Menganalisis hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
2) Menggeneralisasi pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara
bebas dan bertanggung jawab.
d. Merumuskan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Menganalisis nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.
e. Merangkum berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia.
1) Membandingkan berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.
2) Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di
Indonesia.
f. Membuktikan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
1) Merumuskan hakikat demokrasi.
2) Memutuskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
A. KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar 1
a. Norma dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
b. Indikator:
1) Menganalisis macam-macam peraturan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
2) Menemukan penerapan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang
tingkahlaku yang wajib dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan
bersifat mengikat. Kata “mengikat” di sini berarti bahwa setiap orang dalam
lingkungan berlakunya norma itu wajib menaatinya. Kepada para pelanggar norma
itu akan dikenai sanksi tertentu. Tujuan dari diberlakukannya suatu norma pada
dasarnya adalah untuk menjamin terciptanya ketertiban masyarakat.
Norma itu pada umumnya berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat
tertentu. seperti dalam lingkungan etnis tertentu di suatu wilayah atau negara
tertentu. Namun demikian ada pula norma-norma yang bersifat universal yang
berlaku bagi seluruh umat manusia misalnya larangan menipu, mencuri, menganiaya,
membunuh, dan lain-lain. Dalam kehidupan manusia dikenal adanya beberapa
macam norma.
B. Perwujudan Norma dalam Kehidupan Bersama
Dalam perwujudannya, norma dapat berwujud agama, kesusilaan,
kesopanan dan hukum.
1. Norma Kesusilaan
Kansil (1998:84) mengatakan, bahwa norma kesusilaan ialah peraturan
hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia (insan kamil). Peraturan-
peraturan hidup itu berkenaan dengan bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan
diinsafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya. Oleh
karenanya Soerojo Wignjodipuro (1983:13) menyebutnya sebagai norma yang paling
tua dan asli. Dikatakan demikian, karena norma kesusilaan adanya bersamaan
dengan kelahiran atau keberadaan manusia itu sendiri, tanpa melihat jenis kelamin
dan darimana asal kebangsaaannya.
Norma kesusilaan berkenaan dengan bisikan hati nurani, dalam arti
bagaimana suara hati itu dapat mengatakan sesuatu fakta atau konsep, sekalipun
mungkin bertentangan dengan apa yang diucapkannya.
Misalnya ketika ditanya siapa di antara kalian yang menyembunyikan pensil milik
temanmu yang hilang? Mungkin tidak ada seorangpun di antara siswa yang
mengakui perbuatannya secara langsung, namun dalam hati sanubarinya
dia akan mengatakan, bahwa sesungguhnya sayalah yang
menyembunyikan atau mengambil pensil tersebut.
2. Norma Adat/Masyarakat
Norma atau kaidah adat/kemasyarakatan adalah kaidah atau aturan hidup
yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat tertentu. Landasan kaidah ini adalah
kepatutan, kepantasan dan kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat. Oleh
karena itu kaidah ini sering disamakan dengan sopan santun, tata krama atau adat
istiadat, walaupun ada juga pakar hukum yang tidak mau menyamakan pengertian
kebiasaan dengan adat dan sopan santun.
Norma adat adalah aturan tidak tertulis, yang merupakan pedoman bagi
masyarakat dan dipertahankan dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di kota
maupun di desa. Norma adat senantiasa tumbuh dari suatu kebutuhan hidup yang
nyata, cara hidup dan pandangan hidup yang keseluruhannya merupakan
kebudayaan masyarakat tempat norma adat itu berlaku.
3. Norma Agama
Norma agama merupakan sekumpulan kaidah atau peraturan hidup yang
sumbernya dari wahyu Tuhan. Oleh karena itu para penganut agama merasa yakin
bahwa apa yang diatur dalam ajaran agama merupakan kaidah yang datang dari
Tuhan. Di sini jelas yang berbicara selain hati nurani juga adalah keyakinan terhadap
ajaran agama. Berkaitan dengan hal ini di Indonesia agama yang tumbuh dan
berkembang tidak hanya satu, maka dalam pelaksanaan kehidupan beragama sehari-
hari terdapat berbagai variasi sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4. Norma Hukum
Ketiga norma yang telah dikemukakan pada hakikatnya adalah norma hidup
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang sumbernya juga dari
kehidupan masyarakat itu sendiri, maka sumber norma hukum berasal dari negara
sebagai penguasa yang mengatur ketertiban kehidupan suatu negara.
Norma hukum sebagaimana dikemukakan Kansil (1998:37) mempunyai ciri:
a. Peraturan mengenai tingkahlaku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tegas
e. Berisi perintah dan larangan
f. Perintah/larangan itu harus dipatuhi
kaidah kesusilaan ini adalah agar setiap orang mempunyai rasa kesusilaan yang
tinggi dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat. Karena sumber norma
kesusilaan adalah hati nurani, maka norma ini mempunyai kegunaan untuk
mengendalikan ucap, sikap dan perilaku setiap individu melalui teguran hati
nuraninya.
2. Norma Adat/Kemasyarakatan
Bila seseorang melanggar norma adat/ kemasyarakatan, maka dia akan
dikenai sanksi berupa pengucilan atau pengusiran dari masyarakat adat tersebut.
Dalam arti mereka yang telah melakukan pelanggaran terhadap norma adat tidak
akan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan upacara adat di daerah atau masyarakat
yang bersangkutan. Oleh karena itu tujuan norma adat ini agar setiap anggota
masyarakat menaati segala apa yang diharuskan oleh adatnya.
Kegunaan norma adat adalah untuk mengatur kehidupan/hubungan antar
manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya, sehingga tidak timbul perselisihan di
antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya norma adat
ini, setiap anggota masyarakat akan selalu berupaya menyikapi dan mematuhi apa-
apa yang menjadi keharusan dalam hidup dan kehidupan di masyarakat di mana dia
tinggal.
3. Norma Agama
Bila seseorang melanggar norma/kaidah agama, maka dia akan mendapatkan
sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena
itu tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, dalam arti mampu melaksanakan apa yang menjadi
perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Adapun kegunaan norma
agama adalah untuk mengendalikan sikap dan perilaku setiap insan dalam hidup dan
kehidupannya melalui pelaksanaan norma agama, dimana setiap manusia akan selalu
berupaya melaksanakan apa-apa yang menjadi keharusan Tuhan dan meninggalkan
apa yang harus ditinggalkannya dalam sikap dan perilaku sehari-hari dalam
kehidupannya di masyarakat.
4. Norma Hukum
Bila seseorang melanggar norma/kaidah hukum, maka dia akan mendapat
sanksi yang tegas dari peraturan hukum. Sanksi yang diberikan sebelumnya
ditentukan lebih dahulu, misalnya dalam pasal 338 KUHP: barang siapa dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain , diancam dengan hukuman setinggi-
tingginya lima belas tahun . Jadi jelas bahwa keberadaan norma hukum ini bertujuan
d. Rangkuman
1. Norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang
tingkahlaku yang wajib dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan
bersifat mengikat.
2. Dalam perwujudannya, norma dapat berwujud agama, kesusilaan, kesopanan dan
hukum.
3. Norma kesusilaan berkenaan dengan bisikan hati nurani, dalam arti bagaimana
suara hati itu dapat mengatakan sesuatu fakta atau konsep, sekalipun mungkin
bertentangan dengan apa yang diucapkannya.
4. Norma adat (sering pula disamakan dengan norma kesopanan) adalah aturan
tidak tertulis, yang merupakan pedoman bagi masyarakat dan dipertahankan
dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di kota maupun di desa.
5. Norma agama merupakan sekumpulan kaidah atau peraturan hidup yang
sumbernya dari wahyu Tuhan.
6. Norma hukum adalah seperangkat aturan menengenai tingkah laku manusia yang
berisi perintah dan larangan yang bersifat mengikat dan memaksa, memiliki sanksi
yang tegas, dan diadakan oleh suatu badan yang resmi.
e. Latihan
Sepasang kekasih yang kebetulan adalah “public figure” sedang dimabuk
asmara. Karena ia adalah “public figure”, maka segala sepak terjangnya senantiasa
menjadi sorotan masyarakat dan selalu menghangatkan acara-acara infortainment di
media-media TV. Hubungan keduanya sudah begitu jauh dan bahkan sudah seperti
layaknya suami isteri. Ia kemudian mendokumentasikan hubungannya itu yang
layaknya (hanya “boleh” dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah) dalam
sebuah media audio visual (CD).
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian:
1. Buatlah suatu jalan keluar bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut
berdasarkan norma agama, norma kesusilaan, norma adat dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku!
2. Identifikasi berbagai macam alternative pemecahan yang muncul di masyarakat,
baik berdasarkan norma agama, norma kesusilaan, norma adat, maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku!
3. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, buatlah suatu telaah tentang
penerapan norma-norma dan peraturan perundang-undangan tersebut!
2. Kegiatan Belajar 2
a. Hak Asasi Manusia (HAM)
b. Indikator:
1) Menganalisis hakikat hukum dan kelembagaan HAM di Indonesia.
2) Menelaah contoh kasus pelanggaran dan penegakan HAM.
3) Memerinci upaya penegakan HAM.
c. Uraian Materi dan Contoh:
2. Komisi Ombudsman
Lembaga ini dapat terdiri dari satu orang atau sekumpulan orang yang dipilih
oleh parlemen. Obudsman memiliki fungsi melindungi individu yang merasa menjadi
korban perlakuan yang tidak adil. Secara umum fungsi utama dari ombudsman
adalah menjamin keadilan dan legalitas dalam administrasi publik. Aktivitas atau jenis
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Ombudsman adalah menerima pengaduan dan
melakukan penyelidikan terhadap kasus yang kemudian mereka tangani, selain itu
mereka juga berhak memberikan rekomendasi kepada pemerintah atau pihak bertikai
lainnya berdasarkan hasil penyelidikan dari kasus yang mereka tangani. Walaupun
secara umum fokus dari Ombdusman adalah pengaduan individual, namun tidak
menutup kemungkinan terhadap aktivitas lain yang lebih luas mengenai perlindungan
dan pemajuan hak asasi manusia.
3. Lembaga Khusus
a) Komisi Nasional Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komisi
Nasional (Komnas) Perempuan adalah lembaga independen di Indonesia yang
dibentuk sebagai mekanisme nasional untuk menghapuskan kekerasan terhadap
perempuan. Komisi nasional ini didirikan tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan
Keputusan Presiden No. 181/1998.
b) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
KPAI adalah Lembaga Independen yang kedudukannya setingkat dengan
Komisi Negara yang dibentuk berdasarkan amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74
UU No. 23 Tahun 2002. Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki prinsip
sebagai organisasi yang independen, dan memegang teguh prinsip
pertanggungjawaban publik serta mengedepankan peluang dan kesempatan pada
anak dan partisipasi anak serta menghargai dan memihak pada prinsip dasar anak.
d. Rangkuman
1. Hak asasi adalah hak darat yang melekat pada diri manusia sesuai keodratnya
yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia itu dan merupakan pemberian
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam pelaksanaannya harus pula memperhatikan
HAM orang lain..
2. Disamping HAM adapula Kewajiban Asasi yaitu seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia .
e. Latihan
Kasus I
Suatu peristiwa penyerangan dilakukan oleh aparat keamanan terhadap warga desa
di Bonto-Bonto. Kasus tersebut dipicu oleh ketersinggungan aparat keamanan yang
kebetulan tidak sedang bertugas dan lewat di depan seorang pemuda desa yang
sedang mabuk berat. Sang aparat keamanan kemudian menganiaya pemuda
tersebut. Masyarakat yang mendapat informasi tentang penganiayaan salah seorang
warganya, beramai-ramai mencari pelakunya dan menemukannya sedang bertugas
di sebuah pos polisi. Tanpa banyak bertanya, masyarakat kemudian memukul
petugas tersebut, dan karena emosi yang tak terkendali, kantor polisi pun ikut
dibakar. Bala bantuan dari pihak keamanan keemudian datang dan balik menyerang
warga masyarakat. Akibatnya, puluhan warga desa meninggal dan luka-luka.
Sedangkan aparat keamanan yang sedang bertugas di pos polisi tadi, juga ditemukan
sudah tidak bernyawa lagi.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Benarkah tindakan masyarakat dan aparat keamanan tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku? Jelaskan jawaban Anda!
2. Untuk menyelesaikan kasus tersebut, lembaga-lembaga apa saja yang berwenang
menyelesaikannya?
3. Menurut Anda, apakah kasus tersebut termasuk pelanggaran HAM? Jika ya,
apakah kategorinya berat atau ringan? Jelaskan!
Kasus II
Seorang guru sebuah Sekolah Mengengah Atas menghukum siswanya yang telah
berulang kali melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dengan cara mengikat dan
menjemurrnya di bawah terik matahari. Oleh orang tua siswa tersebut, sang guru
kemudian dilaporkan ke pihak Kepolisian. Sang guru kemudian diciduk dan ditahan
oleh polisi dengan tuduhan pelanggaran HAM anak.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut, kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Apakah tindakan guru tersebut termasuk kategori pelanggaran HAM? Jelaskan
jawaban Anda!
2. Jika tindakan tersebut termasuk pelanggaran HAM, undang-undang HAM apa
yang telah dilanggar?
3. Menurut Anda, tindakan apa yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk
menghadapi anak semacam itu agar tidak melanggar HAM?
4. Untuk memperkuat jawaban Anda, kemukakan beberapa contoh kasus
pelanggaran HAM anak dan pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan sekolah,
kemudian uraikan proses penyelesaiaannya serta lembaga-lembaga HAM apa saja
yang terlibat di dalamnya!
3. Kegiatan Belajar 3
a. Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
b. Indikator:
1) Memerinci hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
2) Menyimpulkan dasar hukum, hakikat dan tata cara kemerdekaan mengemukakan
pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Kemerdekaan berpendapat merupakan salah satu jenis kebebasan yang
dijamin oleh negara. Jaminan ini dituangkan dalam berbagai instrumen hukum, mulai
dari konstitusi sampai pada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tingkatannya. Pemberian jaminan oleh negara ini bukan saja karena secara filosofis
kemerdekaan menyampaikan pendapat sebagai salah satu hak dasar warga negara,
tetapi secara ideologis negara dibangun dan kelola atas dasar kedaulatan rakyat dan
lebih dari itu secara praktis-fungsional menjadi kebutuhan dalam pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
B. Pengertian.
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Berpendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam
kehidupan bangsa Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau
mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional.
Pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat dinyatakan dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, bahwa “kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak
setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan dan
sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Oleh karena itu warga Negara yang menyampaikan pendapatnya di muka
umum berhak untuk menyampaikan pikiran secara bebas dan memperoleh
perlindungan hukum (pasal 5 UU No.9 tahun 1998).
C. Dasar Hukum
Dasar hukum kemerdekaan mengemukakan pendapat dijamin dan diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
d. Rangkuman
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan salah hak dasar manusia
yang mendapatkan jaminan dan perlindungan dari Negara. Kemerdekaan tersebut
berupa kebebasan untuk mennyampaikan gagasan, idea atau buah pikiran, baik
secara lisan, tertulis ataupun dengan bentuk lain secara bertanggung jawab
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat telah diatur dengan tegas dalam UUD
1945 Pasal 28 dan Pasal 28 E ayat (3), UU No.9 Tahun 1998, serta Pasal 19 “The
Universal of Human Rights”.
3. Mengenai tata cara mengemuakan pendapat secara bebas, diatur dalam UU No.9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
e. Latihan
Merespon wacana pemerintah untuk menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL), mahasiswa
UNM melakukan unjuk rasa sebagai bentuk penolakan atas kebijakan tersebut.
Ratusan mahasiswa melakukan orasi di JL. A.P.Petta Rani disertai dengan
pembakaran ban bekas. Akibatnya, lalu lintas menjadi macet. Aparat kemudian turun
melakukan penanganan dan melakukan pembubaran secara paksa disertai tindakan
refresif lainnya. Akhirnya terjadi bentrok yang mengakibatkan seorang polisi dan
puluhan mahasiswa luka-luka, bahkan seorang mahasiswa sedang kritis. Bukan itu
saja, berbagai fasilitas perkuliahan rusak akibat tindakan polisi yang merangsek
masuk ke lokasi perkuliahan untuk mengejar dan menangkap mahasiswa.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudia jawab pertanyaan berikut:
1) Apakah tindakan mahasiswa dan kepolisian tersebut dapat dibenarkan jika dilihat
dari hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat? Jelaskan jawaban Anda
disertai dengan dasar hukumnya!
2) Dampak positif dan dampak negative apa yang kira-kira ditimbulkan peristiwa
tersebut. Buat rinciannya!
3) Menurut Anda, apakah maraknya unjuk rasa di berbagai tempat seperti kasus
tersebut di atas terjadi karena adanya pembatasan kemerdekaan mengemukakan
pendapat atau karena kebebasan yang justru “kebablasan”?
4) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, buatlah rincian tata
cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab!
4. Kegiatan Belajar 4
a. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
b. Indikator:
Menegaskan nilai Pancasila sebagai dasar Negara.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pengertian
Dasar negara adalah landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
keberadaannya wajib dimiliki oleh setiap negara dalam setiap detail kehidupannya.
Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur semua
penyelenggaraan yang terbentuk dalam sebuah negara. Negara tanpa dasar negara
berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang
jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman
hidup bernegara mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara.
UUD NKRI 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-
pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD NKRI 1945, yang pada
akhirnya dikongkritkan atau dijabarkan dari UUD NKRI 1945, serta hukum positif
lainnya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara tersebut dapat diakatakan
bahwa, Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila
merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD
NKRI 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. Meliputi suasana
kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar NKRI 1945,
mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis), mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
Negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional) memgang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok
pikiran keempat yang berbunyi sebagai berikut : “….. Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar NKRI 1945, bagi
penyelenggara Negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara
partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semagat adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelengaraan Negara, karena masyarakat dan
Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman dan dinamika masyarakat dan Negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas
kerokhanian Negara.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
tersimpul dalam Pembukaan UUD NKRI 1945 alenia IV yang berbunyi sebagai
berikut:”….. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
seluruh rakyat Indonesia”.
Pengertian kata “…..dengan berdasar kepada….” Hal ini secara yuridis
memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan
UUD NKRI 1945 tidak tercantum kata ’Pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat
”dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar Negara adalah Pancasila. Hal
ini berdasarkan interpretasi historis yang ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar
Negara Indonesia itu disebut dengan istilah Pancasila.
Sebagaimana diinginkan oleh pembentuk Negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
NKRI 1945, ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973
dan Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978, dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang ada pada
hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan dari bangsa Indonesia.
Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan
internasional, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan Negara, cita-cita
moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui sidang Istimewa tahun
1998, mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
yang tertuang dalam Tap. MPR No. IIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda
dalam proses reformasi, meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (Sila IV) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber
kepadanya.
d. Rangkuman
Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sering disebut sebagai
Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara,
ideologi Negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara, atau dengan kata lain
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber
nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum.
e. Latihan
Seorang Dosen UNM melanjutkan pendidikannya ke Singapura atas biaya Negara.
Karena sang dosen termasuk mahasiswa yang sangat brilian dan ia menguasai
banyak informasi tentang keanekaragaman kekayaan laut dan migas di perairan
Indonesia, perguruan tinggi tempat sang dosen belajar menawarinya sebuah
pekerjaan dengan gaji yang sangat menggiurkan. Bahkan sang dosen ditawari oleh
pemerintah Singapura untuk menjadi warga negaranya jika bersedia menerima
pekerjaan tersebut. Berdasarkan pertimbangan perbedaan gaji yang diterima selama
ini dengan tawaran yang di dapatkan, ia kemudian memutuskan untuk menerima
pekerjaan tersebut dan memboyong keluarganya menuju Singapura.
Intruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Apakah tindakan dosen tersebut dapat dibenarkan jika dilihat dari sisi hak
asasinya sebagai manusia pribadi dan dari sisi wawasan kebangsaan? Jelaskan
jawaban Anda!
2. Apakah tindakan dosen tersebut dapat juga dipandang bertentangan dengan
Pancasila sebagai nilai dan norma yang mengatur penyelenggaraan Negara? Jika
bertentangan, tindakan hukum apa yang dapat diberikan kepada dosen tersebut?
Jelaskan!
Kegiatan Belajar 5
a. Konstitusi Negara Republik Indonesia
b. Indikator:
1) Membandingkan sistem konstitusi pada masa UUD 1945, RIS 1949 dan UUDS
1950.
2) Menganalisis beberapa penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di
Indonesia pada periode 1945-1959.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pengertian Konstitusi
Menurut para ahli, antara “Konstitusi” dengan “Undang-Undang Dasar” ada
yang berpendapat sama, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda. Kata
Konstitusi secara etimologis berasal dari bahasa Latin (constitutio), ”constitution”
(Inggris), ”constituer” (Perancis), ”constitutie” (Belanda), dan ”Konstitution”
(Jerman). Dalam pengertian ketatanegaraan, istilah Konstitusi mengandung arti
undang-undang dasar, hukum dasar atau susunan badan.
d. Latihan
Beberapa saat yang lalu ketika gencar-gencarnya desakan pengusutan kasus Bank
Century oleh masyarakat, dan berbagai kasus besar lainnya seperti kasus Pimpinan
KPK dan Susno Duadji, ditambah dengan gonjang-ganjing perpolitikan nasional
seperti pembentukan Sekretariat Bersama koalisi partai pendukung pemerintah,
presiden mengumpulkan para pimpinan lembaga-lembaga Negara di Cekeas-Bogor.
Maksud dari pertemuan tersebut seperti yang terungkap di media massa bertujuan
untuk melakukan sinkronisasi demi kelancaran pemerintahan sistem presidensial.
Sekilas kegiatan tersebut adalah baik. Tetapi dipandang dari sisi politik dan
ketatanegaraan, bisa saja menimbulkan tafsir yang bermacam-macam.
Kenyataannya, begitu banyak komentar yang timbul baik yang pro maupun yang
kontra.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Menurut UUD NKRI tahun 1945, apakah kegiatan tersebut dapat dibenarkan atau
tidak? Jelaskan jawaban Anda dengan menunjukkan pasal-pasal UUD NKRI tahun
1945 yang berkaitan dengan peristiwa tersebut!
2. Menurut Anda, apakah kegiatan tersebut dapat dipandang berlebihan dan
melampaui batas kewenangan seorang Presiden, ataukah justru merupakan suatu
bentuk tanggung jawab untuk melakukan harmonisasi demi stabilisasi bidang
pemerintahan?
3. Perkuat argumentasi Anda dengan menunjukkan bukti-bukti penyimpangan
terhadap Konstitusi, baik di masa Orde Lama, Orde Baru, maupun era Reformasi!
Kegiatan Belajar 6
a. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
b. Indikator:
1) Menegaskan sejarah perkembangan dan macam-macam demokrasi di Indonesia dan
hakikat demokrasi Pancasila.
2) Menelaah pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara pada kehidupan sosial.
c. Uraian Materi dan Contoh:
d. Rangkuman
1. Perkembangan demokrasi di Indonesia setelah merdeka telah memasuki empat fase
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2. Dalam perkembangan demokrasi tersebut, berbagai contoh penerapan nilai-nilai
Demokrasi dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
telah dipraktekkan.
e. Latihan
Pada bulan Juni 2010 yang lalu, beberapa daerah kabupaten dan kota melakukan
Pemilukada secara serentak. Tidak lama kemudian, pada detik-detik sebelum tenggat
waktu penetapan pemenang Pemilukada oleh KPUD setempat, beberapa daerah pemilihan
mengalami kerusuhan. Terjadi bentrok massa, kantor kecamatan sampai kantor KPUD
dibakar massa. Fenomena ini tidak saja terjadi satu kali dua kali, tetapi sudah
berulangkali di seluruh penjuru negeri. Akankah fenomena ini selalu menyertai semakin
luas dan bebasnya kehidupan demokrasi di Indonesia?
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudian jawab pertanyaan berikut ini:
1. Menurut Anda, apakah fenomena tersebut di atas adalah sesuatu hal yang wajar
dalam Negara demokrasi, ataukah sesuatu yang justru mencederai kehidupan
demokrasi? Jelaskan jawaban Anda!
2. Jika Anda dihadapkan pada dua pilihan, suatu kehidupan yang otoriter tetapi aman
tenteram dan kebutuhan sandang pangan tercukupi, ataukah Anda hidup dalam alam
demokrasi dengan segala eksesnya seperti sekarang ini, manakah yang Anda pilih?
Perjelas jawaban Anda dengan mengemukakan hakikat demokrasi, dan seperti apa
sebenarnya kehidupan demokrasi yang diinginkan oleh UUD NKRI tahun 1945!
3. Adakah bentuk-bentuk praktek kehidupan demokrasi sekarang ini yang dapat
dikategorikan sesuai dengan UUD NKRI tahun 1945? Tunjukkan minimal 3 (tiga)
contohnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara!
7. Kegiatan Belajar 7
a. Otonomi Daerah
b. Indikator:
1) Membandingkan prinsip dan asas otonomi daerah berdasarkan UU No.22 tahun 1999
jo UU No.32 tahun 2005.
c. Uraian Materi dan Contoh:
penugasan atau kuasa dari pemerintah atau pemerintah daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintah di bidang tertentu.
d. Rangkuman
1. Daerah Otonom adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Otonomi Daerah adalah wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Prinsip pelaksanaan otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
4. Asas pelaksanaan otonomi daerah adalah desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
perbantuan.
e. Latihan
Sekira bulan Mei 2010 yang lalu, sebuah harian yang cukup terkenal di kota Makassar
memberitakan tentang calon bupati dan calon wakil bupati di sebuah daerah kabupaten di
Sulawesi Selatan yang ternyata tidak bisa menghafal Pancasila dengan benar.
Kasus lain yang berkaitan dengan persoalan otonomi daerah adalah terjadinya mutasi
terhadap beberapa PNS Daerah yang ditengarai oleh oleh Calon Bupati Terpilih adalah
pihak-pihak yang dianggap berseberangan pada saat pencalonan tempo hari.
Yang lebih parah lagi, ratusan peraturan daerah yang telah dibuat dengan biaya yang
begitu besar, telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi karena divonis bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebuah fenomena
otonomi daerah yang memperlihatkan betapa luas dan bebasnya pelaksanaan otonomi
daerah.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apakah pelaksanaan otonomi daerah seperti yang tergambar dalam beberapa kasus
tersebut di atas sudah sesuai dengan UU No.32 Tahun 2004?
2. Dilihat dari segi prinsip dan asas otonomi daerah sebagaimana yang dianut oleh UU
No.32 Tahun 2004, apakah pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana telah
digambarkan dapat dianggap sudah sejalan atau tidak?
3. Kemukakan minimal 3 (tiga) contoh pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang
dapat dijadikan sebagai contoh teladan pelaksanaan otonomi daerah yang
dikehendaki oleh Undang-Undang!
Kegiatan Belajar 8
a. Globalisasi
b. Indikator:
1) Menelaah globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
2) Merumuskan dampak globalisasi bagi kehidupan.
3) Menemukan hubungan internasional pada era global.
c. Uraian Materi dan Contoh:
d. Rangkuman
1. Globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar
masyarakat untuk mengikuti sistem yang sama dimana dalam proses tersebut batas-
batas Negara tidak lagi menjadi penghalang.
2. Dalam rangka pembangunan nasional, globalisasi menjadi penting untuk diperhatikan
dalam rangka memperkuat jati diri bangsa.
3. Diterima atau tidak, globalisasi telah membawa dampak yang sangat luar biasa dalam
seluruh aspek kehidupan, baik yang sifatnya positif atau pun negatif. Dengan
demikian, dibutuhkan sikap yang arif dan bijaksana sekaligus kesiapan untuk
menghadapinya.
4. Hakikat politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tidak lagi semata-mata
dijalankan oleh negara sebagai subyek hukum internasional, tetapi kini subyek hukum
internasional telah berkembang menjadi pribadi-pribadi ataupun badan-badan hukum.
e. Latihan
Kasus I
Belum lepas dari ingatan kita tentang kasus beberapa perempuan muda yang
meninggalkan rumah dan pergi bersama teman laki-lakinya yang mereka kenal di dunia
maya. Ada yang kembali dengan selamat dan ada pula yang ditemukan sudah tidak
bernyawa lagi. Fakta ini menunjukkan betapa bebasnya orang melakukan komunikasi
tanpa batas etika dan moral di era globalisasi sekarang ini.
Dalam bidang yang lain, kemajuan IPTEK di bidang Perbankan telah memicu pula
munculnya kasus-kasus pembobolan rekening nasabah.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas dan jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Menurut Anda, apakah globalisasi itu adalah sesuatu yang harus dihindari?
2. Jika globalisasi itu adalah sebuah keniscayaan, apa makna yang dapat dipetik oleh
bangsa Indonesia?
3. Untuk memperkuat argumentasi Anda, tunjukkan beberapa dampak globalisasi baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik!
Kasus II
Sebuah misi kemanusiaan untuk jalur Gaza yang lebih dikenal dengan ”Tragedi Marmara”
baru saja mengoyak perasaan kita. Misi kemanusiaan yang bertolak dari Turki dengan
menggunakan Kapal Marmara berbendera Turki, mengangkut ratusan ton bantuan
kemanusiaan dan ratusan aktivis kemanusiaan, diserang secara membabi buta olah
pasukan Israel. Serentak negara-negara mengeluarkan kutukan. Tak terkecuali Turki yang
selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel mengeluarkan kecamatan yang sangat
keras, bahkan sampai pada pemutusan hubungan diplomatik.
Instruksi:
Mencermati kasus tersebut di atas:
1. Sikap dan peran apa yang seharusnya diambil oleh pemerintah Indonesia berkaitan
dengan kebijakan politik luar negeri?
2. Bagaimana pula pandangan Anda sebagai warga negara Indonesia yang baik terhadap
kelompok-kelompok misi kemanusiaan ke luar negeri yang dengan tulus ikhlas
mengorbankan harta dan jiwanya untuk sesama manusia?
3. Selain bentuk misi kemanusiaan, tunjukkan minimal 3 (tiga) bentuk hubungan
internasional baru di era globalisasi.
Kegiatan Belajar 9
a. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
b. Indikator:
1) Memerinci pengertian sistem hukum dan peradilan nasional berdasarkan UUD 1945.
2) Menganalisis peranan lembaga peradilan di Indonesia yang ada.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pengertian Sistem Hukum
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem hukum adalah satu kesatuan
hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan diataati oleh setiap
warganya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem hukum adalah keseluruhan komponen
sistem hukum yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun komponen sistem hukum itu
menurut L. Friedmann terdiri dari komponen:
1. Substansi Hukum, yaitu aturan hukum itu sendiri, berupa pasal-pasal peraturan
perundang-undangan dalam berbagai tingkatan hirarkhinya ataupun berupa keputusan
para hakim di lembaga peradilan dalam berbagai lingkungan dan tingkatannya
(yurisprudensi).
2. Struktur Hukum, yaitu seluruh aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa dan
hakim, termasuk di dalamnya para advokat atau pengacara dan aparat lembaga
pemasyarakatan.
3. Budaya Hukum, yaitu penerimaan masyarakat terhadap hukum yang berlaku
(hukum positif), yang ditandai dengan kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
B. Sistem Hukum dan Ciri-cirinya
Secara konvensional dikenal dua macam sistem hukum (legal sistem) atau tradisi
hukum (the law tradition), yaitu Sistem Hukum Eropa Kontinental yang yang disebut
juga Sistem Hukum Sipil (Civil Law Tradition) dan Sistem Hukum Anglo Sakson.
Sistem Hukum Eropa Kontinental berkembang di negara-negara Eropa
seperti di Perancis, Jerman, dan Belanda. Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih
mengutamakan perundang-undangan sebagai sendi utamanya. Dalam sistem hukum ini,
hukum lebih banyak dibentuk melalui peraturan perundang-undangan. Bahkan ada
kecenderungan untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi atau sekurang-kurangnya
dilakukan kompilasi hukum. Itulah sebabnya sistem hukum ini disebut juga ”codified
legal sistem” atau sistem hukum kodifikasi. Dengan ditetapkannya hukum dalam
perundang-undangan, maka kasus-kasus yang terjadi ”disesuaikan” dengan prinsip-
prinsip umum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain, melalui
Tertilis
Wujud
Tidak Tertulis
Lokal
Ruang Nasional
Internasional
Ius Constitutum
Satu Golongan
Hk. Acara
Isi
Hk. Perorangan
Hk. Keluarga
Privat/Perdata
Hk. Kekayaan
Hk. Waris
Material
Tugas dan
Fungsi Pidana Formal
Formal
Perdata Formal
D. Sumber-sumber Hukum
Perkataan sumber hukum dapat diartikan bermacam-macam, tergantung dari
sudut mana melihatnya. Menurut Utrecht (Ni’matul Huda, 2005: 28): “mengenai sumber
hukum dapat dibagi dalam arti formal dan materil”.
1. Sumber Hukum Formal
Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang dapat dilihat dan
dikenal dari segi bentuknya. Karena bentuknya, hukum tersebut berlaku umum, diketahui
dan ditaati. Ia menjadi sumber/tempat kaidah dan petunjuk hidup bagi yang berwenang
dan masyarakat untuk mengukur apakah tingkah laku atau perbuatannya benar atau
salah.
Sumber hukum formal diartikan sebagai tempat atau sumber dari suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal. Atau dengan kata lain bahwa
sumber hukum formal adalah suatu bentuk pernyataan yang menyatakan berlakunya
sumber hukum materil. Jadi sumber hukum formal adalah wadahnya atau bentuk luarnya
seperti peraturan perundang-undangan (perhatikan hirarkhi peraturan perundang-
undangan menurut UU No. 10 tahun 2004), kebiasaan (konvensi), yurisprudensi, traktat
dan doktrin. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa sumber hukum formal adalah
bentuk yang oleh karenanya kita dapat menemukan hukum yang berlaku.
Suatu kaidah atau norma dapat dikatakan sebagai sumber hukum yang formal
apabila sekurang-kurangnya mempunyai dua cirri, yaitu:
a. Dirumuskan dalam suatu bentuk, sebagaimana telah dikemukakan di atas.
b. Berlaku umum, mengikat dan ditaati.
E. Peradilan Nasional
Istilah Peradilan dan Pengadilan dapat ditemukan dalam UU Nomor 14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman jo UU No. 35 tahun
1999 tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1970. Istilah pengadilan menunjuk kepada
lembaga atau kantor tempat proses hukum diselesaikan, sedangkan istilah peradilan
menunjuk kepada lingkungan di mana pengadilan itu berada.
Jika yang disebut pengadilan, maka yang dimaksud antara lain adalah kantor
Pengadilan Negeri yang berkedudukan di ibu kota kabupaten, atau kantor Pengadilan
Tinggi yang berkedudukan di ibu kota provinsi, dan seterusnya. Sedangkan peradilan
adalah lingkungannya, apakah itu lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer, atau Peradilan Tata Usaha Negara, di mana di dalamnya terdapat
berbagai tingkatan baik tingkat pertama, tingkat banding, maupun kasasi. Lingkungan
tersebut dibedakan berdasarkan jenis perkara yang menjadi kewenangannya, misalnya
perkara perdata dan pidana bagi masyarakat umum menjadi kewenangan pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum.
Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam
lingkungan sebagai berikut :
1. Peradilan Umum,
2. Peradilan Agama,
3. Peradilan Militer,
4. Peradilan Tata Usaha Negara, dan
5. Oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan umum yang sehari-hari memeriksa
dan memutuskan perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana
sipil untuk semua golongan penduduk, termasuk anggota POLRI (warga negara dan
orang asing). Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun1986 tentang Peradilan Umum, bahwa yang
dimaksud Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya.
Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota. Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh
hakim dan dibantu oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang bertindak sebagai penuntut umum dalam
suatu perkara pidana terhadap si pelanggar hukum. Tetapi dalam perkara perdata,
Kejaksaan negeri tidak ikut campur (tangan).
2. Pengadilan Agama
Adalah pengadilan yang memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang
timbul antara orang-orang Islam, yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak (perceraian),
nafkah, waris, dan lain-lain. Dalam hal yang dianggap perlu, keputusan Pengadilan Agama
dapat dinyatakan berlaku oleh Pengadilan Negeri.
3. Pengadilan Militer
Adalah pengadilan yang mengadili hanya dalam lapangan pidana, khususnya
bagi :
a. Anggota TNI,
b. Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan dengan anggota TNI,
c. Anggota jawatan atau golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI menurut
Undang-Undang,
d. Tidak termasuk a sampai dengan c tetapi menurut keputusan Menteri Pertahanan yang
ditetapkan dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh Pengadilan
Militer.
4. Pengadilan Tata Usaha Negara
Kehadiran Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia tergolong masih sangat
baru. Hal itu bisa kita lihat dari keberadaannya yang berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1986
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1991 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah badan yang berwenang memeriksa dan
memutus semua sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa dalam tata
usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara.
Keputusan tata usaha negara adalah suatu ketetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan tata usaha negara yang berisi tindakan hukum badan tata usaha negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menerbitkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum.
Masalah-masalah yang menjadi jangkauan Pengadilan Tata Usaha Negara,
antara lain sebagai berikut.
a. Bidang Sosial, yaitu gugatan atau permohonan terhadap keputusan administrasi
tentang penolakan permohonan suatu izin.
b. Bidang Ekonomi, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan perpajakan,
merk, agraria, dan sebagainya.
c. Bidang Function Publique, yaitu gugatan atau permohonan yang berhubungan dengan
status atau kedudukan seseorang. Misalnya, bidang kepegawaian, pemecatan,
pemberhentian hubungan kerja, dan sebagainya.
d. Bidang Hak Asasi Manusia, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan
pencabutan hak milik seseorang serta penangkapan dan penahanan yang tidak sesuai
dengan prosedur hukum (seperti yang diatur di dalam KUHP) mengenai praperadilan,
dan sebagainya.
Pengadilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh badan pengadilan berikut :
a. Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama di kabupaten/kota.
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat banding di provinsi.
d. Rangkuman
1. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas
ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi, terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah
tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya.
2. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Menurut asas ini, setiap warga negara di manapun ia berada, tetap menapat
perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan exteritorial. Artinya
hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun
berada di negara asing.
3) Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, negara
dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut
paut dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas
wilayah suatu negara.
b. Faktor-faktor Penentu Dalam Hubungan Internasional
Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasional,
baik secara bilateral maupun multilateral adalah sebagai berikut, 1) Kekuatan Nasional
(National Power), 2) Jumlah Penduduk, 3) Sumber Daya, dan 4) Letak Geografis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka dapat difahami bagaimana suatu negara
dalam mengadakan hubungan internasional:
Pertama : Jika suatu Negara telah memiliki 4 (empat) faktor kekuatan tersebut
dengan baik, mereka relatif lebih longgar untuk tidak mengadakan
hubungan internasional.
Kedua : Namun jika suatu negara yang memiliki 4 (empat) faktor kekuatan
tersebut lemah, mereka harus mengadakan hubungan internasional.
d. Rangkuman
1. Saat ini tidak ada lagi Negara yang dapat mengucilkan diri dari pergaulan internasional.
Mengucilkan diri berarti menutup akses dan sumber-sumber kehidupan masyarakat
untuk mengembangkan diri.
2. Hubungan kerjasama antar negara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi
kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan
e. Latihan
Secara sosiologis, Malaysia adalah Negara serumpun dengan Indonesia. Keterikatan social
budaya dan politik begitu kuat antara Indonesia dan Malaysia sudah terjalin dengan kuat.
Akan tetapi, beberapa kasus antara Indonesia dan Malaysia seakan membuat kita harus
berfikir keras. Kasus pelecehan seksual dan penganiayaan TKI di Malaysia misalnya,
sampai kepada kasus pulau Ambalat yang nyaris saja membuka front perang terbuka.
Instruksi:
Cermati kasus tersebut di atas, dan jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya ketidakharmonisan hubungan dengan
Negara lain, ataupun untuk menghindari agar suatu Negara tidak didikte oleh Negara
lain, mungkinkah suatu Negara dapat hidup mengucilkan diri? Sertakan jawaban Anda
dengan sebuah contoh konkrit.
2. Mengapa Negara Indonesia tetap merasa perlu untuk mempertahankan hubungan
dengan Negara Malaysia? Jelaskan alasan Anda jika dipandang dari ekonomi, social,
politik, dan budaya!
3. Untuk mempererat kembali hubungan dengan Malaysia, sarana-sarana hubungan apa
yang dapat dimanfaatkan?
Kegiatan Belajar 13
a. Pers dalam Masyarakat Demokrasi
b. Indikator:
Mengkaji fungsi, tugas, kewajiban, peran dan tanggung jawab serta perkembangan pers
di Indonesia dalam era demokrasi.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Salah satu ciri menonjol negara demokrasi adalah adanya kebebasan untuk
berekspresi. Kebebasan berekspresi dapat terwujud dalam berbagai bentuk, seperti;
berkesenian, menyampaikan protes atau menyebarkan gagasan melalui media cetak
sebagai bagian dari bentuk ekspresi. Di antara media ekspresi dan penyebarluasan
gagasan yang banyak dikenal masyarakat adalah melalui pers.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, dunia pers tidaklah asing. Jauh
sebelum Indonesia merdeka, awal kemunculan pers merupakan alat perjuangan bagi
seluruh komponen masyarakat Indonesia dalam menyampaikan aspirasinya guna
mencapai Proklamasi Kemerdekaan. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945, peranan pers
sangat besar sebagai alat perjuangan dalam rangka menyebarluaskan informasi atau
berita-berita ke seluruh pelosok daerah Indonesia bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Dalam perkembangannya di Indonesia, dunia pers pernah mengalami pasang surut baik
di era liberal, orde lama, orde baru maupun era reformasi. Pada kehidupan masyarakat
demokratis, salah satu peranan penting pers adalah sebagai penggerak prakarsa
masyarakat, memperkenalkan usaha-usahanya sendiri, dan menemukan potensi-
potensinya yang kreatif dalam usaha memperbaiki peri kehidupannya.
kontak antar manusia agar tercipta saling pengertian dan saling tukar pandangan
bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia.
3) Fungsi Pembentuk Pendapat Umum; melalui rubrik-rubrik dan kolom-kolom
tertentu seperti tajuk rencana, pikiran pembaca, pojok, dan lain-lain, merupakan
suatu ruang untuk memberikan pandangan atau pikiran kepada khalayak pembaca.
4) Fungsi Kontrol, dengan fungsi ini pers berusaha melakukan bimbingan dan
pengawasan kepada masyarakat tentang tingkah laku yang benar atau tingkah laku
yang tidak dikehendaki oleh khalayak.
b. Peranan Pers
Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, disebutkan
bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan.
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan
benar.
4) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
2. Perkembangan Pers di Indonesia
a. Pers Jaman Penjajahan Belanda
Pemerintah penjajah Belanda sejak menguasai Indonesia, mengetahui dengan
benar pengaruh surat kabar terhadap masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu dipandang
perlu membuat undang-undang khusus untuk membendung pengaruh pers Indonesia,
karena merupakan momok yang harus diperangi.
b. Pers di Masa Pergerakan
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada pada detik-detik
terakhir penjajahan Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda.
Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa
Indonesia melawan penjajahan.
Setelah munculnya pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat
perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang
Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam parlemen orang Indonesia yang
terjajah. Pers menyuarakan kepedihan, penderitaan dan merupakan refleksi dari isi
hati bangsa terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan
memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Karena sifat dan isi pers pergerakan anti penjajahan, pers mendapat tekanan
dari pemerintah Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu
adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan menutup
usaha penerbitan pers pergerakan. Pada masa pergerakan itu berdirilah Kantor
Berita Nasional Antara pada tanggal 13 Desember 1937.
c. Pers di Masa Penjajahan Jepang
Pers di masa pendudukan Jepang semata-mata menjadi alat pemerintah
Jepang dan bersifat pro Jepang. Beberapa harian yang muncul pada masa itu, antara
lain:
1) Asia Raya di Jakarta
2) Sinar Baru di Semarang
3) Suara Asia di Surabaya
4) Tjahaya di Bandung
Pers nasional masa pendudukan Jepang memang mengalami penderitaan dan
pengekangan kebebasan yang lebih daripada jaman Belanda. Namun, ada beberapa
keuntungan yang didapat oleh para wartawan atau insan pers di Indonesia yang
bekerja pada penerbitan Jepang, antara lain sebagai berikut:
1) Pengalaman yang diperoleh para karyawan pers Indonesia bertambah. Fasilitas dan
alat-alat yang digunakan jauh lebih banyak daripada masa pers jaman Belanda.
Para karyawan pers mendapat pengalaman banyak dalam menggunakan berbagai
fasilitas tersebut.
2) Penggunaan Bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin sering dan luas. Penjajah
Jepang berusaha menghapuskan bahasa Belanda dengan kebijakan menggunakan
bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Kondisi ini sangat membantu
perkembangan bahasa Indonesia yang nantinya juga menjadi bahasa nasional.
3) Adanya pengajaran untuk rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikan
oleh sumber-sumber resmi Jepang. Selain itu, kekejaman dan penderitaan yang
dialami pada masa pendudukan Jepang memudahkan para pemimpin bangsa
memberikan semangat untuk melawan penjajahan.
d. Pers di Masa Revolusi Fisik
Pada saat ini, pers terbagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan Sekutu dan
Belanda yang selanjutnya dinamakan Pers Nica (Belanda).
2) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia yang disebut Pers
Republik.
Kedua golongan ini sangat berlawanan. Pers Republik disuarakan oleh kaum
Republik, yang berisi semangat mempertahankan kemerdekaan dan menentang usaha
pendudukan Sekutu. Pers ini benar-benar menjadi alat perjuangan masa itu.
Sebaliknya, Pers Nica berusaha memengaruhi rakyat Indonesia agar menerima kembali
Belanda untuk berkuasa di Indonesia.
e. Pers di Era Demokrasi Liberal (1949-1959)
Di era demokrasi liberal, landasan kemerdekaan pers adalah Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS 1949) dan Undang-Undang Dasar Sementara (1950).
Dalam Konstitusi RIS yang isinya banyak mengambil dari Piagam Pernyataan Hak
Asasi Manusia sedunia Universal Declaration of Human Rights, -- pada pasal 19
menyebutkan “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat”. Isi pasal ini kemduain dicantumkan kembali dalam Undang-Undang Dasar
Sementara (1950).
Awal pembatasan terhadap kebebasan pers adalah efek samping dari keluhan
para wartawan terhadap pers Belanda dan Cina. Pemerintah mulai mencari cara
membatasi penerbitan itu, karena negara tidak akan membiarkan ideologi “asing”
merongrong Undang-undang Dasar. Pada akhirnya pemerintah melakukan
pembredelan pers, dengan tindakan-tindakannya yang tidak terbatas pada pers asing
saja.
f. Pers di Zaman Orde Lama atau Pers Terpimpin (1956-1966)
Lebih kurang 10 hari setelah Dekrit Presiden R.I. yang menyatakan kembali ke
UUD 1945, tindakan tekanan terhadap pers terus berlangsung, yaitu pembredelan
terhadap Kantor berita PIA dan Surat Kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia, dan
Sin Po yang dilakukan oleh Penguasa Perang Jakarta.
Upaya untuk membatasi kebebasan pers itu tercermin dari pidato Menteri
Muda Penerangan Maladi, ketika menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan R.I ke-
14, antara lain ia menyatakan; “...Hak kebebasan individu disesuaikan dengan hak
kolektif seluruh bangsa dalam melaksanakan kedaulatan rakyat. Hak berfikir,
menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin
Undang-Undang Dasar 1945 harus ada batasnya: keamanan negara, kepentingan
bangsa, moral dan kepribadian Indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa”.
Dari organisasi inilah adanya komponen sistem pers nasional, yang di dalamnya
terdapat Dewan Pers sebagai lembaga tertinggi dalam sistem pembinaan pers di
Indonesia dan memegang peranan utama dalam membangun institusi bagi pertumbuhan
dan perkembangan pers.
Dewan pers yang independent, dibentuk dalam upaya mengembangkan
kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional (UU No. 40/1999 ps. 15:
1). Dan Dewan pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan pers;
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah;
f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan di bidang pers
dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
g. Mendata perusahaan pers (ps. 15: 2).
Anggota Dewan Pers terdiri dari:
a. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
c. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang dipilih
oleh organisasi perusahaan pers;
d. Ketua dan wakil ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota;
e. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 3 pasal 15
ditetapkan dengan keputusan presiden;
f. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
4. Sistem Pers Indonesia
Ciri khas sistem pers adalah sebagai berikut :
a. integrasi (integaration )
b. keteraturan (regularity )
c. keutuhan (wholeness )
d. organisasi (organization )
e. koherensi (coherence )
f. keterhubungan (connectedness ) dan
g. ketergantungan (interdependence ) dari bagian-bagiannya.
Inti permasalahan dalam sistem kebebasan pers adalah sistem kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat (freedom of expression ) di negara-negara barat atau sistem
kemerdekaan untuk “mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan”, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945.
Faham dasar sistem pers Indonesia tercermin dalam konsideran Undang-undang
Pers, yang menegaskan bahwa “Pers Indonesia (nasional) sebagai wahana komunikasi
massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,
hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers
yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta
bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun”.
Dengan demikian, sistem pers Indonesia tidak lain adalah sistem pers yang
berlaku di Indonesia. Kata “Indonesia” adalah pemberi, sifat, warna, dan kekhasan pada
sistem pers tersebut. Dalam kenyataan, dapat dijumpai perbedaan-perbedaan essensial
sistem pers Indonesia dari periode yang satu ke periode yang lain, misalnya Sistem Pers
Demokrasi Liberal, Sistem Pers Demokrasi Terpimpin, Sistem Pers Demokrasi Pancasila,
dan Sistem Pers di era reformasi, sedangkan falsafah negaranya tidak berubah.
5. Sistem Pers dan Karakteristiknya di Negara-negara Berkembang
Sistem politik dan sistem pemerintahan di negar-negara berkembang pada
umumnya masih mengikuti atau meneruskan sistem pemerintahan/sistem politik negara
bekas penjajahnya dengan beberapa penyesuaian, termasuk pula pada sistem persnya.
Pers di negara-negara berkembang hingga kini, kebanyakan berada dalam proses transisi
dan transformasi dari nilai-nilai lama (kolonial) ke nilai-nilai baru (nasional).
Dengan demikian berarti mereka berada dalam proses mencari bentuk yang
paling tepat, atau sedang berusaha keras untuk menemukan indentitas dirinya. Ciri-ciri
khusus sistem pers pada negara-negara berkembang umumnya adalah sebagai berikut :
a. Sistem persnya cenderung mengikuti sistem pers negara bekas penjajahnya.
b. Pers di negara berkembang sampai saat ini berada dalam bentuk transisi. Ia masih
berusaha mencari bentuk yang tepat atau mencari identitas. Karena masih dalam taraf
transisi, maka pers negara berkembang biasanya kurang stabil.
c. Negara berkembang umumnya sedang membangun. Hal ini menyebabkan pers
dituntut untuk bisa berperan sebagai “agent of sosial change” di mana pers bersma-
sama pemerintah mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan.
d. Secara umum kebebasan pers di negara berkembang diakui keberadaannya, tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat pembatasan-pembatasan. Hal ini disebabkan oleh
karena pers dituntut untuk ikut menjamin atau mengusahakan stabilitas politik dan
ikut serta dalam pembangunan ekonomi. Pada umumnya, sistem persnya menganut
sistem tanggung jawab sosial (sosial responsibility).
e. Pada umumnya, pers di negara berkembang mengalami masalah yang sama di bidang
komunikasi, yaitu; ketimpangan informasi, monopoli, dan pemusatan yang berlebihan
dari sumber dan jalur komunikasi. Hal ini mengakibatkan adanya dominasi negara
maju atas negara berkembang di bidang informasi dan komunikasi.
f. sistem dan pola hubungan antara pers dan pemerintah mempunyai tendensi
perpaduan antara sistem-sistem yang ada (libertarian, authoritarian, sosial
responsibility, dan lain-lain.).
g. Rumuskan kembali pemahaman anda tentang perkembangan kehidupan pers di
Indonesia semenjak pra kemerdekaan hingga sekarang ini !
h. Berikan penjelasan bagaimana peranan pers Indonesia pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang !
i. Berikan penjelasan kembali tentang peranan pers di masa revolusi yang dikatakan
sebagai “penjaga kepentingan publik” !
j. Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) indikator yang mendasar antara peranan pers
pada masa orde lama dan orde baru !
k. Identifikasikan kembali dalam bentuk apa sajakah perubahan pers di Indonesia paska
rezim orde baru atau era reformasi dewasa !
d. Rangkuman
1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Pers antara lain berfungsi sebagai pendidik, penghubung, pembentuk pendapat
masyarakat dan sebagai lembaga control.
3. Pers mempunyai peran sebagai jembatan informasi dari bawah ke atas atau sebaliknya
dari atas ke bawah.
4. Pers telah mengalami dinamika perkembangan yang bermacam-macam sejak saman
penjajahan sampai dengan era reformasi.
5. Pers di negara-negara berkembang hingga kini, kebanyakan berada dalam proses
transisi dan transformasi dari nilai-nilai lama (kolonial) ke nilai-nilai baru (nasional),
sehingga mereka berada dalam proses mencari bentuk yang paling tepat, atau sedang
berusaha keras untuk menemukan indentitas dirinya.
e. Latihan
Baru-baru ini (Juni 2010), majalah Tempo memberitakan tentang rekening gendut
beberapa perwira polisi. Pada sampulnya, sang perwira diasosiasikan dengan seekor
celeng (selanjutnya istilah “celeng” dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan menabung).
Hanya beberapa saat setelah edisi tersebut terbit, majalah Tempo menghilang dari
pasaran. Khabarnya, semuanya telah diborong oleh seseorang. Untuk apa? Ada yang
mensinyalir agar berita yang dimuat dalam majalah tersebut tidak tersebar dan diketahui
oleh masyarakat luas. Selang beberapa saat kemudian, seorang aktivis ICW yang vocal
menyuarakan kasus rekening gendut tersebut, harus dirawat di rumah sakit akibat
dikeroyok oleh sekelompok orang tak dikenal. Kuat dugaan, apa yang dialami sang aktivis
tersebut, erat kaitannya dengan apa yang disuarakannya dan diberitakan oleh majalah
Tempok. Kini, pak polisi sedang sibuk mengusut kasus tersebut, entah kapan
terungkapnya.
Instruksi:
Cermati kasus tersebut di atas, dan jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Menurut Anda, apakah perkembangan pers di Indonesia dapat dipandang telah
berkembang ke arah yang lebih demokratis, ataukah masih seperti perkembangannya
pada masa orde baru? Buatlah suatu rumusan singkat mengenai kondisi
perkembangan pers di Indonesia berdasarkan berbagai fakta-fakta yang telah
terungkap!
2. Jika pers sudah dapat melakukan fungsi pengusutan, apakah hal itu tidak berarti telah
melampaui tugas kepolisian? Apakah sebenarnya tugas dan peran pers dalam
masyarakat demokratis?
C. PENUTUP
1. Daftar Istilah
usage : cara
folkways: Kebiasaan
mores : Tata kelakuan
custom: Adat-istiadat
equality before the law: hak kesamaan dalam hukum
fair trial: peradilan yang jujur
the right to development: hak akan pembangunan
Genosida: adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnis, kelompok agama
crime a gaints humanity: Kejahatan Kemanusiaan
Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka
Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan kedudukan di depan
hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.
Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan hukum
keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang
releVan harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan
perundang-undangan yang berkualitas.
Philosofische Gronslag: Falsafah Negara
Staatsidee: ideologi Negara atau
Geistlichenhintergrund: suasana kebatinan
Constitution: Konstitusi
droit constitunelle: hukum dasar
Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit: artinya konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
Die verselbstandigte rechtverfassung: mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi
yang hidup dalam masyarakat untuk dijadikan kaidah hukum.
Die geschriebene verfassung: adalah menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundang-undangan yang paling tinggi derajatnya yang
berlaku dalam suatu negara.
“instrument of government: bahwa undang-undang dibuat, sebagai pegangan untuk
memerintah
the rule of the constitution: suatu ketentuan yang mengatur
the statement of idea: cita-cita politik
beloosfsbelijdenis: pengakuan kepercayaan
demos: rakyat
cratos: kedaulatan
culturally bounded: dibatasi oleh budaya
rechtstaat: berdasarkan hukum
machtstaat: tidak berdasarkan kekuasaan belaka
constitutional head: kepala negara konstitusional
rubber stamp president: Presiden yang membubuhi capnya belaka
civil society: masyarakat madani
constitutional reform: reformasi sistem
institutional reform and empowerment: reformasi kelembagaan
polical culture: budaya politik
powerless: rakyat biasa merasa tidak punya kekuasaan
collective memory: ingatan kolektif
tate and society: negara dan masyarakat
Daftar Pustaka
Anonim. Tahun 2002. Kapita Selekta Pendidikan Pancasila. Dirjen Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendididikan Nasional, Jakarta.
Agus Dwiyono dkk., 2007. Kewarganegaraan. Yudisthira, Jakarta.
Ahmad Zubaidi, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta.
AS. Hikam, 1999. Demokrasi dan Civil Society, cet.ke-2 jurnal Pemikiran Islam PARAMADINA,
Volume I, NO.2, LP3ES, Jakarta.
--------------, 1999. Politik Kewarganegaraan, Landasan Redemokratisasi di Indonesia.
Erlangga. Jakarta.
Azyumardi Azra, 1999. Menuju Masyarakat Madani, cet. ke-1, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Cholisin, 2002. Militer Dan Geakan Pro Demokrasi,Tiara Wacana, Yogyakarta.
Franz-Magnis Suseno ,1997. Mencari Sosok Demokrasi, Sebuah Telaah Filosofis, cet.ke-2.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
George Clack dan Kathleen Hug, 1998. Hak Asasi Manusia. Sebuah pengantar. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
George Sorensen, 2003. Demokrasi dan Demokratisasi. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Gunawan Ismu dkk., 2001. Hak Asasi Wanita. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Isjwara, 1992. Pengantar Ilmu Politik, Erlangga, Jakarta.
Kuncoro Purbo Pranoto, 1982. HAM dan Pancasila. Pradnya Pramita, Jakarta.
Mahfud MD, 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gamma Media, Yogyakarta.
Miriam Budiarjo, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik , Garamedia, Jakarta.
Mulyana W. Kusuma, 1981. Hukum dan HAM Suatu Pemahaman Kritis, Alumni, Bandung.
M. Solly Lubis, 1987. Asas-asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung.
Ni’matul Huda, 2005. Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nugroho Notosusanto, 1985. Angkatan Besenjata Dalam Percaturan Poltik Indonesia, LP3ES,
Jakarta.
Philipus M. Hadjon, dkk., 1995. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to
the Indonesian Administrative Law), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Projodikoro, 1981. Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik, Eresco, Bandung.
Ramlan Subakti, 1992. Memahami Ilmu Politik Jakarta, Garamedia Widiasarana, Jakarta.
Rizal dan J. Kristiadi,1999. Hubungan Sipil-Militer dan Transisi Demokrasi di Indonesia:
Persepsi Sipil dan Militer, cet. I. CSIS, Jakarta.
Ruslan Abdul Gani. 1986. Indonesia Menata Masa Depan, Pustaka Merdeka. Jakarta.
Sri Jutmini dan Winarno, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan 3, PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, Solo.
T. Mulya Lubis,1987. Ham dan Pembangunan, YLBHI, Jakarta.
UUD 1945 Hasil Amandemen.
UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia.
UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi manusia
UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn yang telah disusun dan siap
diaplikasikan guru, merupakan anatomi lengkap pembelajaran PKn, dimana di dalamnya
antara lain berisi strategi dan model, media dan asesmen materi pembelajaran PKn yang
akan disajikan guru dalam kelas dengan kurun waktu tertentu.
1. Deskripsi
Dalam rangka mendapatkan hasil pembelajaran PKn yang sesuai sasaran
trimatra PKn, yaitu Gatra cognetive, Gatra Affective dan Gatra Psychomotoric, sangat
diharapkan para guru pembina mata pelajaran PKn memahami, mencermati secara
baik model pembelajaran yang akan diterapkan, memilih dan menggunakan media
yang tepat dan sesuai serta memilih prosedur pola evaluasi dan penetapan hasil
belajar PKn sesuai tujuan pembelajaran PKn yang telah ditetapkan.
Modul Kompetensi Pedagogik PKn ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar
yang berisi materi tentang perancangan pembelajaran PKn yang sesuai dengan
panduan silabus PKn, perekonstruksian pelaksanaan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan tujuan PKn di sekolah, dan pemilihan prosedur dan pola
evaluasi pembelajaran PKn yang sesuai dengan karakteristik PKn untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Alokasi waktu yang disediakan untuk modul
ini sebanyak 22 jam diklat.
2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Standar Kompetensi:
Memahami karakteristik peserta didik dan mampu merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran yang mendidik.
b. Kompetensi Dasar:
1) Merancang pembelajaran PKn sesuai dengan panduan silabus KTSP.
2) Merekonstruksi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dan tujuan PKn di sekolah.
3) Memilih prosedur dan pola evaluasi pembelajaran PKn yang sesuai dengan
karakteristik PKn untuk mengembangkan potensi peserta didik.
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 14
a. Rancangan Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Merumuskan dengan tepat setiap komponen dalam rancangan pembelajaran PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 dan nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Sedangkan standar
lainnya ditetapkan melalui Permendiknas nomor 13, 16, 19, 20, 24 dan 41 Tahun
2007 tentang tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan, penilaian,sarana
prasarana, dan proses.
SNP merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah tidak lagi menetapkan
kurikulum seperti kurikulum 1984, 1994 dan sebagainya. Pemerintah hanya
menetapkan SNP yang menjadi acuan sekolah dalam mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan karakteristik, kebutuhan potensi
peserta didik, masyarakat dan lingkungannya.
Pengembangan KTSP berdasarkan SNP memerlukan langkah dan strategi
yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan
terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD); analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta
didik, masyarakat, dan lingkungan; serta analisis peluang dan tantangan dalam
memajukan pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan
kompleksitas yang semakin tinggi.
Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari pengembangan KTSP dilakukan
melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
merupakan penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD menjadi indikator, kegiatan
pembelajaran, materi pembelajaran dan penilaian. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam SI
dan telah dijabarkan dalam silabus.
adalah bagian suatu model pembelajaran. Karena itu pada bagian metode dalam
sebuah RPP, dicantumkan model pembelajaran dan metode yang diintegrasikan
dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik.
Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan. Jadi, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
d. Berbagai Model Pembelajaran
Telah dikemukakan bahwa “model pembelajaran” adalah kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi
para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajarannya.
Beberapa model yang ditawarkan oleh para ahli, misalnya model desain
sistem instruksional dari Banathy yang mengandung enam unsur yaitu: 1) perumusan
tujuan, 2) mengembangkan tes, 3) menganalisis kegiatan belajar mengajar, 4)
menyusun pola sistem, 5) melasksanakan test output, dan 6) merubah untuk
memperbaiki.
Model disain pembelajaran dari vermon S. Gerlach, Donal F. Ely yang
mengandung sepuluh unsur, yaitu: 1) pengkhususan tujuan pengajaran, 2)
menyeleksi isi pelajaran, 3) mengakses kemampuan dasar murid, 4) strategi yang
akan dilaksanakan, 5) mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok, 6)
alokasi waktu, 7) alokasi unit tempat-tempat belajar, 8) menyeleksi sumber-sumber
belajar yang tepat, 9) mengevaluasi penampilan guru dan siswa dan , 1) suatu
analisis bahan umpan balik oleh guru dan murid.
a. Model Pembelajaran CTL
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka
panjang. Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling
mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif
peserta didik termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat
tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran
kooperatif memungkinkan semua peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat
penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
G. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media Pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di
kelas. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis
untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarkan peserta didik sehingga
pada akhirnya tercipta suatu lulusan yang berkualitas.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat
media yang lebih rinci, yaitu:
a. menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan
b. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. proses pembelajaran lebih intensif
d. efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. meningkatkan kualitas hasil belajar anak didik
f. media memungkinkan proses belajar dapat didlakukan di mana saja dan kapan
saja
g. media dapat menumbuhkan sikap positif anak didik terhadap materi dan prfoses
belajar
h. mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif
3. Jenis Media Pembelajaran
Kemajuan teknologi masuk di dunia pendidikan (persekolahan) dan di dalam
ruangan lingkup kelas sangat mengembangkan media pembelajaran. Aderson (Etin
Solihatin, 2007: 26) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan seperti tabel
di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Media Menurut Anderson
No. Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Buku Pelajaran, modul, brosur, leaflet,
2 Cetak
gambar
Kaset audio yang dilengkapi bahan
3 Audio cetak
tertulis
Overhead Transparancy (OHP), film
4 Proyeksi visual diam
bingkai (slide)
5 Proyeksi audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
6 Visual gerak Film bisu
7 Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/ved, televisi
8 Obyek fisik Benda nyata, model, specimen
9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
CAI (pembelajaran berbantuan
10 Komputer computer),
CBI (pembelajaran berbasis computer)
H. Asesmen
1. Pengertian dan Prosedur Asesmen
a. Pengertian Asesmen
Asesmen adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang prestasi atau kinerja seseorang yang hasilnya akan digunakan untuk
evaluasi. Asesmen dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja atau
prestasi seseorang. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data
pengukuran dan non pengukuran. Informasi disajikan dalam bentuk profil peserta
didik untuk menetapkan apakah peserta didik dinyatakan sudah atau belum
menguasai kompetensi yang ditargetkan.
b. Karakteristik Asesmen Berbasis Kompetensi
1) Berfokus pada hasil, sehingga anak didik yang mengalami kesulitan
2) Dilaksanakan untuk setiap individu dan untuk menentukan dia sudah
menguasai atau belum menguasai kompetensi yang diajarkan
3) Mengacu kepada standar/kriteria dan tidak untuk membandingkan
keberhasilan seseorang dengan orang lainnya.
adalah “Snow Ball” dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab. Adapun media
pembelajaran yang disiapkan adalah LCD. Dan teknik penilaian yang direncanakan
adalah non tes.
Perlu diketahui bahwa kapasitas listrik di SMP Lamacca Disamakan hanya
450 watt sehingga lampunya sering padam.
Setelah dilakukan penilaian pada akhir semester, ternyata 80% siswa gagal
memenuhi Kompetensi Dasar.
Instruksi:
Lakukan analisis terhadap RPP yang dibuat Pak Tinulu. Di mana letak kekeliruan Pak
Tinulu dalam mempersiapkan pembelajarannya? Jika sudah ditemukan, buatlah
perbaikan-perbaikan atas kekeliruan tersebut! Buat pula minimal 2 (dua) RPP lain
dengan memperhatikan kompetensi dasar dan indicator yang ada pada modul
Kompetensi Profesional!
Kegiatan Belajar 15
a. Rekonstruksi Pelaksanaan Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Mendiagnosis pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai prosedur dan rancangan
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:
2. Menutup Pembelajaran
Yang dimaksud menutup pembelajaran (closure) ialah usaha atau kegiatan guru
untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran dikelas. Bentuk – bentuk kegiatan menutup
pembelajaran, antara lain :
a. Merangkum atau membuat garis – garis besar dari persoalan (materi pembelajaran)
yang baru saja dipelajari, sehingga para siswa memperoleh gambaran yang jelas
tentang makna serta esensi dari pokok persoalan yang telah dipelajari.
b. Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal – hal yang pokok dalam
pembelajaran (materi yang telah disampaikan), agar informasi yang telah diterimanya
Keterampilan Menutup :
Guru (G) : Marilah sekarang kita rangkum apa yang telah kita pelajari
mengenai pengertian mengajar. Coba apa pengertian mengajar secara
lengkap?
Suwitno (M3) : Perbuatan yang menyebabkan siswa aktif.
Guru (G) : Baik, apa lagi yang menyebabkan siswa aktif.
Aceng (M4) : Biasanya siswa mau belajar.
Guru (G) : Bagus, coba beri beberapa contoh, kamu unyil??
Unyil (M6) : (memberi contoh)
Guru (G) : Baik, jadi kamu tahu sekarang bahwa didalam mengajar seorang
guru harus membuat siswa mau belajar. Nak, untuk lebih
memantapkan pengertian kamu, coba kerjakan tugas – tugas ini
sebagai pekerjaan rumah.
d. Latihan
Pak Baco Lolo adalah guru PKn di sebuah SMP Negeri di Makassar. Pada saat Pak
Baco Lolo hendak mengajar dengan Kompetensi Dasar “Menjelaskan Hakikat Demokrasi”,
ia langsung menuliskan pokok bahasan di papan tulis tentang demokrasi dan
perkembangannya di Indonesia. Selanjutnya Pak Baco Lolo menjelaskan materi tersebut
secara runtut. Lima menit sebelum waktunya habis, Pak Baco Lolo meminta siswa untuk
menaikkan selembar kertas dan mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis.
Instruksi:
Lakukan analisis terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan Pak Baco Lolo!
Tunjukkan kelemahan/kekurangannya jika dilihat dari segi cara membuka dan menutup
pembelajaran yang baik, pemilihan model, metode dan prosedur pembelajarannya,
pemilihan dan penggunaan media pembelajarannya, serta langkah-langkah umpan balik
dan penugasan yang telah dilakukan! Setelah itu, buat rincian cara-cara perbaikannya
secara terstruktur dengan memperhatikan karasteristik mata pelajaran PKn!
Rekonstruksikan kembali suatu kegiatan pembelajaran PKn yang benar untuk indicator
yang lain!
Kegiatan Belajar 16
a. Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Menilai prosedur pengembangan alat evaluasi dengan benar untuk mengungkap
potensi peserta didik dalam belajar PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:
c. Keterbukaan
Bahwa evaluator (Guru / Dosen) sering tidak cukup terbuka dalam masalah
penilaian terutama tentang bobot nilai yang akan diberikan untuk setiap soal, tidak
mengembalikan pekerjaan atau tugas peserta didik yang dinilai, bahkan mungkin
tidak memberitahukan nilai yang mereka peroleh. Apa yang disampaikan hanya
berupa informasi tentang Lulus atau Tidak Lulus.
d. Refresentatif
Prinsip ini menuntut bahwa data atau aspek yang akan dinilai harus benar – benar
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam hal ini evaluator harus hati –
hati, jangan terkecoh oleh gejala yang bersifat kamuflase atau jangan terjerat oleh
haloeffect, karena semua itu akan memberikan hasil penilaian yang tidak benar.
e. Kesaksamaan
Evaluasi pembelajaran PKn yang salah satunya menitikberatkan pada aspek
afektif, namun tidak berarti melupakan aspek – aspek lainnya. Guru dalam hal ini
harus memahami kesaksamaan yaitu :
1) Saksama dalam merumuskan sasaran yang akan dinilai, sehingga menjadi
jelas.
2) Saksama dalam memilih metoda dan teknik serta instrumen yang digunakan,
agar benar – benar menghasilkan informasi yang mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya.
3) Saksama dalam mengolah data informasi yang diperoleh, sehingga memperoleh
hasil penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan.
4) Saksama dalam membuat kriteria patokan yang akan dipakai untuk
membandingkan atau mengukur sasaran yang dimaksudkan.
5) Saksama dalam menafsirkan hasil pengukuran
3. Pendekatan Penilaian
Pendekatan yang biasanya digunakan dalam penilaian hasil pembelajaran /
pendidikan pada umumnya ialah :
a. Penilaian acuan patokan (PAP) atau Criterion Refenced Evaluation (CRE)
b. Penilaian acuan norma (PAN) atau Norma Refenced Evaluation (NRE)
Untuk menyegarkan ingatan kita, barangkali ada baiknya pada kesempatan
ini dikemukakan pokok – pokok pengertian dari kedua pendekatan itu.
PAP, memuntut adanya semacam kriterium atau semacam patokan untuk
dipakai sebagai alat pembanding terhadap hasil pengukuran. PAP adalah penilaian
yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar yang diukur dengan patokan
yang telah dibuat sebelumnya. Pendekatan PAP sering juga disebut objektif
Referenced ebaluation (ORE) atau Competency referenced evaluation (ORE), dapat
menunjukkan kwalitas lulusan yang sama. Maksudnya kapanpun dan di manapun
patokan digunakan maka kualifikasi lulusannya akan sama saja, dalam arti bahwa
mereka telah mencapai atau melampaui patokan atau batasan lulus yang telah
ditentukan. Inilah salah satu keunggulan daripada pendektan PAP.
PAN, sering juga disebut penilaian berpatokan relatif, pada dasarnya tidak
mempunyai kriterium yang menunjukkan kualitas lulusan. Alat pembanding untuk
memberikan arti atas skor yang dicapai, ditentukan berdasarkan prestasi rata – rata
dari kelas yang dinilai. Patokan pembanding PAN berubah – ubah untuk setiap saat
penilaian atau setiap kelas yang dinilai.
4. Metode dan Teknik Penilaian PKn
Metode dan teknik penilaian PKn yang dapat digunakan adalah :
a. Observasi
Observasi adalah metode untuk mendapatkan data informasi yang akan
diukur atau dinilai dalam materi pembelajaran PKn. Observasi dapat berupa
langsung, tidak langsung, berstruktur, tidak berstruktur, berpartisipasi, tidak
berpartisipasi, Quasi berpartisipasi, dan Observasi Experimental.
b. Inquiry
Metode ini bermaksud untuk menggali keterangan – keterangan yang
diperlukan untuk dinilai, dengan memberikan berbagai pertanyaan baik lisan
maupun tertulis.
Yang tergolong dalam inquiry ini adalah teknik – teknik ; inventori, quisioner,
dan wawancara.
c. Testing
Metode ini paling populer digunakan. Metode tes ini akan dibahas lebih
lanjut. Tes dapat berupa Essay Test dan Objective Test.
Objective test dapat berupa True False Test, Multiple Choice Test,
Matching Test dan Completion Test.
d. Skala (Non tes)
Evaluasi hasil pembelajaran PKn berupa non tes dapat dilakukan guru
melalui ; Daftar Cek (Check List), Skala nilai (Rating Scala), Pencacatan Peristiwa
(Anecdotal Record), Karangan atau semboyan, Sosiometri.
d. Latihan
Seorang guru PKn baru saja mengajarkan materi tentang sila-sila Pancasila.
Ia kemudian ingin mengetahui tingkat keberhasilan siswa pada indicator
“Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bernegara”. Tetapi ia
kebingungan bagaimana menyusun perangkat penilaiannya. Akhirnya ia memutuskan
untuk membuat soal essay dengan soal “Jelaskan mengapa kita harus menunjukkan
sikap positif terhadap Pancasila?”, lengkap dengan skoringnya. Setelah hasil tes
dianalisis, ternyata seluruh siswa menjawab dengan benar.
Persoalan kemudian muncul setelah kepada siswa tersebut dilatih untuk
mengerjakan soal yang sudah baku dari Dinas Pendidikan setempat pada indicator
yang sama. Ternyata hasilnya menunjukkan semua siswa gagal.
Instruksi:
1. Lakukan analisis terhadap perangkat penilaian yang telah dibuat oleh guru
tersebut! Setelah itu, tunjukkan di mana letak persoalannya!
2. Buatlah beberapa perangkat penilaian berdasarkan indicator yang terdapat dalam
modul pendalaman kompetensi professional!
3. Buat pula rancangan cara melakukan scoring terhadap tes hasil belajar tersebut!
4. Buat pula rancangan analisis soal berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan reliabilitasnya!
5. Buatlah contoh kesimpulan atas hasil penilaian dari soal yang telah dibuat dengan
jelas dan logis!
6. Berdasarkan kesimpulan yang Anda buat, tuliskan rencana perbaikan perangkat
penilaaiannya!
C. PENUTUP
1. Daftar Istilah
Asesmen: penilaian
Gatra Kognitif: domain, kawasan pengetahuan
Gatra Afektif: domain, kawasan sikap
Gatra Psikomotor: domain, kawasan keterampilan
Audience: Sasaran belajar (siswa/mahasiswa)
Behavior: perilaku, tingkah laku yang harus dimiliki/dikuasai
Content: Isi, materi
Degree: tingkatan, situasi dan kondisi perilaku yang dikehendaki
Intructional Materials: Materi pembelajaran
Relevansi: kesesuaian
Konsisstensi: Keajegan
Adequacy: kecukupan
Prerequisite: prasyarat
Hirarkhis: berurutan secara bertingkat
Masteri learning: belajar tuntas
Contextual teaching and learning: model pemb. berdasarkan masalah social
Keywords: kata kunci
Homo sapiens: mahluk social
Curiosity: rasa ingin tahu
DAFTAR PUSTAKA