Anda di halaman 1dari 117

Satu Untuk UNM

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
a. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang Studi PKn ini memuat
tentang; (1) Norma Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, (2)
Hak Asasi Manusia, (3) Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat, (4) Pancasila
Sebagai Dasar Dan Ideologi Negara, (5) Konstitusi Negara RI, (6) Pelaksanaan
Demokrasi di Indonesia, (7) Otonomi Daerah, (8) Globalisasi, (9) Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional, (10) Kewarganegaraan, (11) Budaya Politik, (12) Hubungan
Internasional, (13) Pers dalam Masyarakat Demokrasi.
2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Merumuskan sikap terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1) Mengategorikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang
berlaku dalam masyarakat.
2) Membandingkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Merumuskan sikap terhadap perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia (HAM).
1) Mengategorikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM.
2) Memecahkan contoh kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM.
c. Menampilkan contoh kemerdekaan mengemukakan pendapat.
1) Menganalisis hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
2) Menggeneralisasi pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara
bebas dan bertanggung jawab.
d. Merumuskan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Menganalisis nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.
e. Merangkum berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia.
1) Membandingkan berbagai konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.
2) Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di
Indonesia.
f. Membuktikan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
1) Merumuskan hakikat demokrasi.
2) Memutuskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 26
Satu Untuk UNM

g. Menilai pelaksanaan otonomi daerah.


Merumuskan pengertian, prinsip dan asas otonomi daerah.
h. Menyimpulkan dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1) Memperjelas dampak globalisasi bagi Indonesia.
2) Merumuskan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era global.
i. Menilai sikap terhadap sistem hukum dan peradilan nasional
1) Menelaah sistem hukum dan peradilan nasional.
2) Menganalisis peranan lembaga-lembaga peradilan
j. Membuktikan persamaan kedudukan warga Negara dalam berbagai aspek kehidupan.
1) Menilai kedudukan warga Negara.
2) Menganalisis persamaan kedudukan warga Negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Menilai persamaan kedudukan warga Negara tanpa membedakan ras, agama,
gender, golongan, budaya dan suku.
k. Menganalisis budaya politik di Indonesia
1) Merumuskan makna budaya politik.
2) Menyimpulkan macam dan bentuk budaya politik.
l. Menilai hubungan internasinal dan organisasi internasional
Menganalisis sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu Negara
m. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.
Membandingkan fungsi dan peran serta perkembangan pers di Indonesia.

A. KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar 1
a. Norma dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
b. Indikator:
1) Menganalisis macam-macam peraturan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
2) Menemukan penerapan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang
tingkahlaku yang wajib dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan
bersifat mengikat. Kata “mengikat” di sini berarti bahwa setiap orang dalam

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 27
Satu Untuk UNM

lingkungan berlakunya norma itu wajib menaatinya. Kepada para pelanggar norma
itu akan dikenai sanksi tertentu. Tujuan dari diberlakukannya suatu norma pada
dasarnya adalah untuk menjamin terciptanya ketertiban masyarakat.
Norma itu pada umumnya berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat
tertentu. seperti dalam lingkungan etnis tertentu di suatu wilayah atau negara
tertentu. Namun demikian ada pula norma-norma yang bersifat universal yang
berlaku bagi seluruh umat manusia misalnya larangan menipu, mencuri, menganiaya,
membunuh, dan lain-lain. Dalam kehidupan manusia dikenal adanya beberapa
macam norma.
B. Perwujudan Norma dalam Kehidupan Bersama
Dalam perwujudannya, norma dapat berwujud agama, kesusilaan,
kesopanan dan hukum.
1. Norma Kesusilaan
Kansil (1998:84) mengatakan, bahwa norma kesusilaan ialah peraturan
hidup yang dianggap sebagai suara hati sanubari manusia (insan kamil). Peraturan-
peraturan hidup itu berkenaan dengan bisikan kalbu atau suara batin yang diakui dan
diinsafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya. Oleh
karenanya Soerojo Wignjodipuro (1983:13) menyebutnya sebagai norma yang paling
tua dan asli. Dikatakan demikian, karena norma kesusilaan adanya bersamaan
dengan kelahiran atau keberadaan manusia itu sendiri, tanpa melihat jenis kelamin
dan darimana asal kebangsaaannya.
Norma kesusilaan berkenaan dengan bisikan hati nurani, dalam arti
bagaimana suara hati itu dapat mengatakan sesuatu fakta atau konsep, sekalipun
mungkin bertentangan dengan apa yang diucapkannya.
Misalnya ketika ditanya siapa di antara kalian yang menyembunyikan pensil milik
temanmu yang hilang? Mungkin tidak ada seorangpun di antara siswa yang
mengakui perbuatannya secara langsung, namun dalam hati sanubarinya
dia akan mengatakan, bahwa sesungguhnya sayalah yang
menyembunyikan atau mengambil pensil tersebut.
2. Norma Adat/Masyarakat
Norma atau kaidah adat/kemasyarakatan adalah kaidah atau aturan hidup
yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat tertentu. Landasan kaidah ini adalah
kepatutan, kepantasan dan kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat. Oleh
karena itu kaidah ini sering disamakan dengan sopan santun, tata krama atau adat

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 28
Satu Untuk UNM

istiadat, walaupun ada juga pakar hukum yang tidak mau menyamakan pengertian
kebiasaan dengan adat dan sopan santun.
Norma adat adalah aturan tidak tertulis, yang merupakan pedoman bagi
masyarakat dan dipertahankan dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di kota
maupun di desa. Norma adat senantiasa tumbuh dari suatu kebutuhan hidup yang
nyata, cara hidup dan pandangan hidup yang keseluruhannya merupakan
kebudayaan masyarakat tempat norma adat itu berlaku.
3. Norma Agama
Norma agama merupakan sekumpulan kaidah atau peraturan hidup yang
sumbernya dari wahyu Tuhan. Oleh karena itu para penganut agama merasa yakin
bahwa apa yang diatur dalam ajaran agama merupakan kaidah yang datang dari
Tuhan. Di sini jelas yang berbicara selain hati nurani juga adalah keyakinan terhadap
ajaran agama. Berkaitan dengan hal ini di Indonesia agama yang tumbuh dan
berkembang tidak hanya satu, maka dalam pelaksanaan kehidupan beragama sehari-
hari terdapat berbagai variasi sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4. Norma Hukum
Ketiga norma yang telah dikemukakan pada hakikatnya adalah norma hidup
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang sumbernya juga dari
kehidupan masyarakat itu sendiri, maka sumber norma hukum berasal dari negara
sebagai penguasa yang mengatur ketertiban kehidupan suatu negara.
Norma hukum sebagaimana dikemukakan Kansil (1998:37) mempunyai ciri:
a. Peraturan mengenai tingkahlaku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tegas
e. Berisi perintah dan larangan
f. Perintah/larangan itu harus dipatuhi

C. Tujuan dan Kegunaan Norma


Setiap jenis norma secara kualitatif mempunyai tujuan dan fungsi yang
relatif berbeda sesuai dengan karakter atau ciri khas dari norma yang bersangkutan.
Adapun tujuan dan kegunaan dari setiap norma dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Norma Kesusilaan
Bila seseorang melanggar norma/kaidah kesusilaan, maka dia akan dicap
sebagai orang yang a-susila, dalam arti tidak mempunyai rasa kesusilaan. Tujuan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 29
Satu Untuk UNM

kaidah kesusilaan ini adalah agar setiap orang mempunyai rasa kesusilaan yang
tinggi dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat. Karena sumber norma
kesusilaan adalah hati nurani, maka norma ini mempunyai kegunaan untuk
mengendalikan ucap, sikap dan perilaku setiap individu melalui teguran hati
nuraninya.
2. Norma Adat/Kemasyarakatan
Bila seseorang melanggar norma adat/ kemasyarakatan, maka dia akan
dikenai sanksi berupa pengucilan atau pengusiran dari masyarakat adat tersebut.
Dalam arti mereka yang telah melakukan pelanggaran terhadap norma adat tidak
akan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan upacara adat di daerah atau masyarakat
yang bersangkutan. Oleh karena itu tujuan norma adat ini agar setiap anggota
masyarakat menaati segala apa yang diharuskan oleh adatnya.
Kegunaan norma adat adalah untuk mengatur kehidupan/hubungan antar
manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya, sehingga tidak timbul perselisihan di
antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya norma adat
ini, setiap anggota masyarakat akan selalu berupaya menyikapi dan mematuhi apa-
apa yang menjadi keharusan dalam hidup dan kehidupan di masyarakat di mana dia
tinggal.
3. Norma Agama
Bila seseorang melanggar norma/kaidah agama, maka dia akan mendapatkan
sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena
itu tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, dalam arti mampu melaksanakan apa yang menjadi
perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Adapun kegunaan norma
agama adalah untuk mengendalikan sikap dan perilaku setiap insan dalam hidup dan
kehidupannya melalui pelaksanaan norma agama, dimana setiap manusia akan selalu
berupaya melaksanakan apa-apa yang menjadi keharusan Tuhan dan meninggalkan
apa yang harus ditinggalkannya dalam sikap dan perilaku sehari-hari dalam
kehidupannya di masyarakat.
4. Norma Hukum
Bila seseorang melanggar norma/kaidah hukum, maka dia akan mendapat
sanksi yang tegas dari peraturan hukum. Sanksi yang diberikan sebelumnya
ditentukan lebih dahulu, misalnya dalam pasal 338 KUHP: barang siapa dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain , diancam dengan hukuman setinggi-
tingginya lima belas tahun . Jadi jelas bahwa keberadaan norma hukum ini bertujuan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 30
Satu Untuk UNM

untuk mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat melalui upaya


penciptaaan kepastian hukum., Sementara itu kegunaan norma hukum adalah untuk
melindungi kepentingan orang lain, misalnya yang berhubungan dengan :
a. Jiwa ………. Pembunuhan (pasal 335 – 350 KUHP
b. Badan ….. ….Penganiayaan (pasal 351 – 358 KUHP)
c. Kehormatan …Penghinaan (pasal 310 – 321 KUHP)
d. Kemerdekaan…Perdagangan (pasal 324 – 337 KUHP)
e. Kekayaan/Benda…..Pencurian (pasal 362 – 367 KUHP).

d. Rangkuman
1. Norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang
tingkahlaku yang wajib dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan
bersifat mengikat.
2. Dalam perwujudannya, norma dapat berwujud agama, kesusilaan, kesopanan dan
hukum.
3. Norma kesusilaan berkenaan dengan bisikan hati nurani, dalam arti bagaimana
suara hati itu dapat mengatakan sesuatu fakta atau konsep, sekalipun mungkin
bertentangan dengan apa yang diucapkannya.
4. Norma adat (sering pula disamakan dengan norma kesopanan) adalah aturan
tidak tertulis, yang merupakan pedoman bagi masyarakat dan dipertahankan
dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di kota maupun di desa.
5. Norma agama merupakan sekumpulan kaidah atau peraturan hidup yang
sumbernya dari wahyu Tuhan.
6. Norma hukum adalah seperangkat aturan menengenai tingkah laku manusia yang
berisi perintah dan larangan yang bersifat mengikat dan memaksa, memiliki sanksi
yang tegas, dan diadakan oleh suatu badan yang resmi.

e. Latihan
Sepasang kekasih yang kebetulan adalah “public figure” sedang dimabuk
asmara. Karena ia adalah “public figure”, maka segala sepak terjangnya senantiasa
menjadi sorotan masyarakat dan selalu menghangatkan acara-acara infortainment di
media-media TV. Hubungan keduanya sudah begitu jauh dan bahkan sudah seperti
layaknya suami isteri. Ia kemudian mendokumentasikan hubungannya itu yang
layaknya (hanya “boleh” dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah) dalam
sebuah media audio visual (CD).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 31
Satu Untuk UNM

Persoalan kemudian muncul ketika tayangan tersebut muncul di internet dan


dapat diungguh oleh jutaan orang tanpa mengenal batas usia, terlepas apakah
sengaja dilakukan atau tidak, ataukah dilakukan oleh orang yang berniat merusak
nama baik kedua pasangan tersebut.
Berbagai komentar kemudian muncul, baik yang bernada membela
pasangan tersebut maupun yang bernada mencaci maki atas nama hukum, moral
etika dan kesopanan. Ada juga yang mencoba mengambil jalan tengah dengan
menyarankan kepada pasangan tersebut untuk mengakui saja perbuatannya,
meminta maaf kepada masyarakat, kemudian menikah baik-baik. Yang jelas, proses
hukum sudah berjalan, dua-duanya sudah ditetapkan sebagai tersangka pelaku
kegiatan “pornografi” oleh Kepolisian, dengan perlakuan yang kelihatannya berbeda
di antara keduanya. Sang laki-laki kini mendekam dalam tahanan kepolisian,
sedangkan sang perempuan masih bebas berkeliaran dan mengadakan jumpa pers.

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian:
1. Buatlah suatu jalan keluar bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut
berdasarkan norma agama, norma kesusilaan, norma adat dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku!
2. Identifikasi berbagai macam alternative pemecahan yang muncul di masyarakat,
baik berdasarkan norma agama, norma kesusilaan, norma adat, maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku!
3. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, buatlah suatu telaah tentang
penerapan norma-norma dan peraturan perundang-undangan tersebut!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 32
Satu Untuk UNM

2. Kegiatan Belajar 2
a. Hak Asasi Manusia (HAM)
b. Indikator:
1) Menganalisis hakikat hukum dan kelembagaan HAM di Indonesia.
2) Menelaah contoh kasus pelanggaran dan penegakan HAM.
3) Memerinci upaya penegakan HAM.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Asasi manusia


1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat asasi, artinya hak-hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya.
Jadi, hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak
lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Jika memperhatikan UUD 1945 hasil amandemen IV, maka jaminan terhadap
HAM diatur dalam Pasal 27, 28 28A – 28I, 29, 30, dan 31.
2. Kewajiban Asasi Manusia
Disamping ada hak asasi ada pula kewajiban asasi yang harus kita
laksanakan terlebih dahulu sebelum menuntut hak. Dalam pelaksanaannya, hak asasi
manusia itu tidak dapat dituntut secara mutlak karena penuntutan pelaksanaan hak
asasi manusia secara mutlak, dapat melanggar hak-hak asasi orang lain. Contohnya,
jika berjalan di jalan umum, kita tidak dapat berjalan sesuai dengan kehendak kita
karena ada orang lain juga yang mempunyai hak untuk menggunakan jalan tersebut.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Pasal 1 angka (2) menegaskan bahwa ”kewajiban dasar manusia
adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan
terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia”.
Contoh kewajiban asasi seperti yang dijamin dalam UUD NKRI 1945
sebagaimana termaktub dalam Pasal 27, 28 J dan Pasal 30.

B. Kasus-kasus Pelanggaran HAM


Dalam sejarah peradaban manusia telah banyak peristiwa dan penindasan
terhadap manusia, baik yang terjadi di wilayah publik maupun pada wilayah domestik
yang di dalamnya terjadi tindakan pelanggaran HAM. Sebagai contoh; Indonesia
dijajah oleh bangsa Belanda dan Jepang, oleh karena itu muncullah bentuk-bentuk

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 33
Satu Untuk UNM

perlawanan untuk melindungi HAM dengan melakukan perlawanan terhadap para


penguasa yang menindas.
Adanya bentuk pertentangan yang terjadi antara penjajah dengan yang
dijajah, yang berkuasa dengan rakyat, mayoritas dan minoritas, kaya dan miskin
serta tuan dan budak. Berdasarkan hal tersebut maka kita dapat mengidentifikasi
kasus-kasus pelanggaran HAM diantaranya sebagai berikut :
1. Bentuk penjajahan yang terjadi pada masa lalu yang dilakukan oleh negara-negara
Imprealis (Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang).
2. Pembantaian Suku atau kaum Minoritas (pembantaian suku Kurdi dan
pembantaian warga Bosnia).
3. Pembantaian Ras (yang dilakukan oleh NAZI pada masa Hitler).
4. Kejahatan perang yang dilakukan oleh suatu rezim atau elite politik yang
berkuasa.
5. Penindasan Ras kulit hitam di Afrika.

C. Upaya-upaya Penegakan HAM


Pasal 28 UUD NKRI 1945 menjamin adanya hak berserikat, menyatakan
pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Pasal ini merupakan salah satu dasar utama
adanya kehidupan kenegaraan yang berdinamika di mana setiap orang bebas
mendirikan organisasi dan bebas pula menyatakan pendapat.
Dari penjelasan tersebut mencerminkan bangsa Indonesia menjamin
pelaksanaan HAM, dimana dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan dari semua
pihak seperti tokoh masyarakat, LSM, POLRI, TNI dan kalangan profesi hukum,
ekonomi, politik, serta political will pemerintah Indonesia.
Perjalanan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang demokratis tanpa
melupakan budaya bangsa yang sudah berakar beratus-ratus tahun lampau tetap
harus berlandaskan pada prinsip supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas,
profesionalisme serta prinsip musyawarah dan mufakat.
Adapun langkah-langkah pembentukan sistem hukum yang ditempuh bangsa
Indonesia dalam upaya penegakan HAM adalah sebagai berikut:
1. Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka, artinya DPR
dan Presiden dalam membuat UU harus terbuka menerima masukan dari
masyarakat.
2. Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan kedududkan
didepan hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 34
Satu Untuk UNM

3. Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan hukum


keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang releVan
harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan perundang-undangan
yang berkualitas.
4. Internalisasi nilai-nilai HAM; yaitu wujud nyata dari pengakuan rakyat dan
pemerintah terhadap hak-hak asasi manusia sehingga diharapkan memberikan
karakteristik tersendiri terhadap setiap produk hukum dan perundang-undangan.
Selanjutnya langkah-langkah hukum yang ditempuh pemerintah Indonesia
telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yakni :
1. UUD NKRI 1945
2. UU No. 5 Thn 1998 tentang pengesahan konvensi menentang penyiksaan dan
perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia .
3. UU No. 9 Thn 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum
4. UU No. 39 Thn 1999 tentang HAM
5. UU No. 26 Thn 2000 tentang pengadilan HAM
6. UU No. 23 Thn 2004 tentang PKDRT
7. UU No. 12 Thn 2006 tentang UU kewarganegaraan
8. UU No. 23 Thn 2002 tentang perlindungan anak

B. Lembaga Nasional Untuk Memajukan dan Melindungi Hak Asasi Manusia


1. Komisi Hak Asasi Manusia
Komisi ini bersifat mandiri yang keanggotannya terdiri dari individu yang
memiliki keragaman latar belakang. Salah satu fungsi penting dari Komisi ini adalah
menerima dan memeriksa pengaduan dari perseorangan dan kadang-kadang dari
kelompok mengenai dugaan penyalahgunaan hak asasi manusia yang dilakukan
sebagai pelanggaran hukum nasional yang ada.Selain itu komisi ini juga memiliki
fungsi untuk secara sistematik meninjau kembali kebijakan pemerintah di bidang hak
asasi manusia untuk menilai hasil-hasil penataan hak asasi manusia dan
menyarankan langkah-langkah perbaikan. Selain itu komisi juga memantau Negara
atas pelaksanaan hukum-hukumnya sendiri begitupun halnya dengan hukum hak
asasi manusia internasional bila perlu memberikan rekomendasi-rekomendasi agar
terciptanya sebuah perubahan. Indonesia memiki komisi hak asasi manusia yang
dikenal dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 35
Satu Untuk UNM

2. Komisi Ombudsman
Lembaga ini dapat terdiri dari satu orang atau sekumpulan orang yang dipilih
oleh parlemen. Obudsman memiliki fungsi melindungi individu yang merasa menjadi
korban perlakuan yang tidak adil. Secara umum fungsi utama dari ombudsman
adalah menjamin keadilan dan legalitas dalam administrasi publik. Aktivitas atau jenis
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Ombudsman adalah menerima pengaduan dan
melakukan penyelidikan terhadap kasus yang kemudian mereka tangani, selain itu
mereka juga berhak memberikan rekomendasi kepada pemerintah atau pihak bertikai
lainnya berdasarkan hasil penyelidikan dari kasus yang mereka tangani. Walaupun
secara umum fokus dari Ombdusman adalah pengaduan individual, namun tidak
menutup kemungkinan terhadap aktivitas lain yang lebih luas mengenai perlindungan
dan pemajuan hak asasi manusia.
3. Lembaga Khusus
a) Komisi Nasional Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komisi
Nasional (Komnas) Perempuan adalah lembaga independen di Indonesia yang
dibentuk sebagai mekanisme nasional untuk menghapuskan kekerasan terhadap
perempuan. Komisi nasional ini didirikan tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan
Keputusan Presiden No. 181/1998.
b) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
KPAI adalah Lembaga Independen yang kedudukannya setingkat dengan
Komisi Negara yang dibentuk berdasarkan amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74
UU No. 23 Tahun 2002. Komisi Nasional Perlindungan Anak memiliki prinsip
sebagai organisasi yang independen, dan memegang teguh prinsip
pertanggungjawaban publik serta mengedepankan peluang dan kesempatan pada
anak dan partisipasi anak serta menghargai dan memihak pada prinsip dasar anak.

d. Rangkuman
1. Hak asasi adalah hak darat yang melekat pada diri manusia sesuai keodratnya
yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia itu dan merupakan pemberian
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam pelaksanaannya harus pula memperhatikan
HAM orang lain..
2. Disamping HAM adapula Kewajiban Asasi yaitu seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia .

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 36
Satu Untuk UNM

3. Bentuk-bentuk pelanggaran HAM dapat berupa penjajahan, genosida, kejahatan


kemanusiaan, kekerasan fisik, psikis, seksual maupun penelantaran rumah tangga.
4. Adapun upaya penegakan HAM dilakukan dengan pemberian jaminan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, yang dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan prinsip transparansi, supremasi hukum, profesionalisme dan
internalisasi nilai-nilai HAM.
5. Lembaga HAM di Indonesia terdiri atas KOMNAS HAM, Komisi Ombudsman dan
Lembaga lain berupa Komnas Perempuan dan KPAI.

e. Latihan
Kasus I
Suatu peristiwa penyerangan dilakukan oleh aparat keamanan terhadap warga desa
di Bonto-Bonto. Kasus tersebut dipicu oleh ketersinggungan aparat keamanan yang
kebetulan tidak sedang bertugas dan lewat di depan seorang pemuda desa yang
sedang mabuk berat. Sang aparat keamanan kemudian menganiaya pemuda
tersebut. Masyarakat yang mendapat informasi tentang penganiayaan salah seorang
warganya, beramai-ramai mencari pelakunya dan menemukannya sedang bertugas
di sebuah pos polisi. Tanpa banyak bertanya, masyarakat kemudian memukul
petugas tersebut, dan karena emosi yang tak terkendali, kantor polisi pun ikut
dibakar. Bala bantuan dari pihak keamanan keemudian datang dan balik menyerang
warga masyarakat. Akibatnya, puluhan warga desa meninggal dan luka-luka.
Sedangkan aparat keamanan yang sedang bertugas di pos polisi tadi, juga ditemukan
sudah tidak bernyawa lagi.
Instruksi:
Analisis kasus tersebut kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Benarkah tindakan masyarakat dan aparat keamanan tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku? Jelaskan jawaban Anda!
2. Untuk menyelesaikan kasus tersebut, lembaga-lembaga apa saja yang berwenang
menyelesaikannya?
3. Menurut Anda, apakah kasus tersebut termasuk pelanggaran HAM? Jika ya,
apakah kategorinya berat atau ringan? Jelaskan!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 37
Satu Untuk UNM

Kasus II
Seorang guru sebuah Sekolah Mengengah Atas menghukum siswanya yang telah
berulang kali melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dengan cara mengikat dan
menjemurrnya di bawah terik matahari. Oleh orang tua siswa tersebut, sang guru
kemudian dilaporkan ke pihak Kepolisian. Sang guru kemudian diciduk dan ditahan
oleh polisi dengan tuduhan pelanggaran HAM anak.

Instruksi:
Analisis kasus tersebut, kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Apakah tindakan guru tersebut termasuk kategori pelanggaran HAM? Jelaskan
jawaban Anda!
2. Jika tindakan tersebut termasuk pelanggaran HAM, undang-undang HAM apa
yang telah dilanggar?
3. Menurut Anda, tindakan apa yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk
menghadapi anak semacam itu agar tidak melanggar HAM?
4. Untuk memperkuat jawaban Anda, kemukakan beberapa contoh kasus
pelanggaran HAM anak dan pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan sekolah,
kemudian uraikan proses penyelesaiaannya serta lembaga-lembaga HAM apa saja
yang terlibat di dalamnya!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 38
Satu Untuk UNM

3. Kegiatan Belajar 3
a. Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
b. Indikator:
1) Memerinci hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat.
2) Menyimpulkan dasar hukum, hakikat dan tata cara kemerdekaan mengemukakan
pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pendahuluan
Kemerdekaan berpendapat merupakan salah satu jenis kebebasan yang
dijamin oleh negara. Jaminan ini dituangkan dalam berbagai instrumen hukum, mulai
dari konstitusi sampai pada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tingkatannya. Pemberian jaminan oleh negara ini bukan saja karena secara filosofis
kemerdekaan menyampaikan pendapat sebagai salah satu hak dasar warga negara,
tetapi secara ideologis negara dibangun dan kelola atas dasar kedaulatan rakyat dan
lebih dari itu secara praktis-fungsional menjadi kebutuhan dalam pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

B. Pengertian.
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Berpendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam
kehidupan bangsa Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau
mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional.
Pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat dinyatakan dalam Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum, bahwa “kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak
setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan dan
sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Oleh karena itu warga Negara yang menyampaikan pendapatnya di muka
umum berhak untuk menyampaikan pikiran secara bebas dan memperoleh
perlindungan hukum (pasal 5 UU No.9 tahun 1998).

C. Dasar Hukum
Dasar hukum kemerdekaan mengemukakan pendapat dijamin dan diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 39
Satu Untuk UNM

1. Undang–Undang Dasar NKRI 1945 Pasal 28 “kemerdekaan berserikat dan


berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang. Ketentua. ini dipertegas lagi dalam Pasal 28 E
ayat (3), yang merupakan hasil amandemen bahwa ”setiap orang berhak atas
kebebasan beerserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”.
2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
3. Sebagai anggota PBB yang telah berkomitmen mengimplementasikan Universal
Declaration of Human Rigth, maka bisa juga disebut salah satu instrument hukum
kemerdekaan menyampaikan pendapat ini diatur dalam Pasal 19 Deklarasi
tersebut yang berbunyi; ”setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan
mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan menganut pendapat
tanpa mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan
keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apapun dan dengan tidak
memandang batas-batas”.

D. Asas dan Tujuan


Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan
berdasarkan pada asas-asas tertentu, dengan maksud agar penyampaian pendapat
dimuka umum dapat efektif dengan tidak mencederai hak dan kepentingan orang lain
yang dapat menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal. Asas-asas dimaksud
adalah:
1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban
2. Asas musyawarah dan mufakat
3. Asas kepastian hukum dan keadilan
4. Asas proporsionalitas, dan
5. Asas mufakat

E. Hak dan Kewajiban Dalam Menyampaikan Pendapat


Sebagaimana halnya peraturan perundang-undangan pada umumnya, UU.
No. 9 tahun 1998 juga mengatur tentang hak dan kewajiban dari subyek hukum yang
diaturnya, sehingga tiap warga Negara sesuai dengan ketentuan peraturan ini dalam
hal menyampaikan pendapat (di muka umum) mengemban hak sekaligus kewajiban.
Adapun hak-hak dari warga Negara adalah:
1. Mengeluarkan pikiran secara bebas, yang berarti bahwa mengeluarkan pendapat,
pandangan, kehendak atau perasaan yang bebas dari tekanan, baik secara fisik
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24
Universitas Negeri Makassar 40
Satu Untuk UNM

maupun psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan hak-hak asasi


manusia.
2. Memperoleh perlindungan hukum, termasuk di dalamnya jaminan keamanan dan
keselamatannya.
Sedangkan kewajiban warga Negara dalam kaitan dengan UU No.9 tahun
1998 ini adalah:
1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain
2. menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum seperti mengindahkan
norma agama, kesopanan, kesusilaan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum
5. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

G. Bentuk dan Tatacara Mengemukakan Pendapat di Muka Umum.


Ada berbagai bentuk/cara yang dapat digunakan oleh warga Negara dalam
menyampaikan pendapat di muka umum, baik perorangan maupu secara
berkelompok. Variasi dari bentuk dan cara ini kelihatannya berkembang seiring
dengan kreativitas warga Negara, terutama sejak bergulirnya reformasi. Secara
umum bentuk-bentuk dan cara-cara ini adalah:
1. Unjuk rasa/demonstrasi
2. pawai
3. rapat umum, dan/atau mimbar bebas
Media yang digunakan dalam menyampaikan pendapat kini sudah tersedia
baik media cetak maupun elektronik, melalui panggung-panggung kesenian, dan
sebagainya.
UU NO.9 tahun 1998 menggariskan prosedur yang ditempuh atau tata cara
yang digunakan jika akan menyampaikan pendapat di muka umum, yakni;
1. Penyampaian pendapat di muka umum wajib diberitahukan secara tertulis kepada
polri;
2. Pemberitahuan secara tertulis disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin,
atau penanggungjawab kelompok;
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud ialah pemberitahuan yang dilakukan
selambat-lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh polri
setempat.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 41
Satu Untuk UNM

d. Rangkuman
1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan salah hak dasar manusia
yang mendapatkan jaminan dan perlindungan dari Negara. Kemerdekaan tersebut
berupa kebebasan untuk mennyampaikan gagasan, idea atau buah pikiran, baik
secara lisan, tertulis ataupun dengan bentuk lain secara bertanggung jawab
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat telah diatur dengan tegas dalam UUD
1945 Pasal 28 dan Pasal 28 E ayat (3), UU No.9 Tahun 1998, serta Pasal 19 “The
Universal of Human Rights”.
3. Mengenai tata cara mengemuakan pendapat secara bebas, diatur dalam UU No.9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

e. Latihan
Merespon wacana pemerintah untuk menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL), mahasiswa
UNM melakukan unjuk rasa sebagai bentuk penolakan atas kebijakan tersebut.
Ratusan mahasiswa melakukan orasi di JL. A.P.Petta Rani disertai dengan
pembakaran ban bekas. Akibatnya, lalu lintas menjadi macet. Aparat kemudian turun
melakukan penanganan dan melakukan pembubaran secara paksa disertai tindakan
refresif lainnya. Akhirnya terjadi bentrok yang mengakibatkan seorang polisi dan
puluhan mahasiswa luka-luka, bahkan seorang mahasiswa sedang kritis. Bukan itu
saja, berbagai fasilitas perkuliahan rusak akibat tindakan polisi yang merangsek
masuk ke lokasi perkuliahan untuk mengejar dan menangkap mahasiswa.

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudia jawab pertanyaan berikut:
1) Apakah tindakan mahasiswa dan kepolisian tersebut dapat dibenarkan jika dilihat
dari hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat? Jelaskan jawaban Anda
disertai dengan dasar hukumnya!
2) Dampak positif dan dampak negative apa yang kira-kira ditimbulkan peristiwa
tersebut. Buat rinciannya!
3) Menurut Anda, apakah maraknya unjuk rasa di berbagai tempat seperti kasus
tersebut di atas terjadi karena adanya pembatasan kemerdekaan mengemukakan
pendapat atau karena kebebasan yang justru “kebablasan”?
4) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, buatlah rincian tata
cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 42
Satu Untuk UNM

4. Kegiatan Belajar 4
a. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
b. Indikator:
Menegaskan nilai Pancasila sebagai dasar Negara.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pengertian
Dasar negara adalah landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
keberadaannya wajib dimiliki oleh setiap negara dalam setiap detail kehidupannya.
Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur semua
penyelenggaraan yang terbentuk dalam sebuah negara. Negara tanpa dasar negara
berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang
jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman
hidup bernegara mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara.

B. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara


Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau
Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi Negara atau
(Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan Negara, atau dengan kata lain Pancasila merupakan
suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang-
undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dan
diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Pancasila merupakan sumber kaidah hukum Negara yang secara
konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya
yaitu rakyat, wilayah, beserta pemerintah Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber
nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 43
Satu Untuk UNM

UUD NKRI 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-
pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD NKRI 1945, yang pada
akhirnya dikongkritkan atau dijabarkan dari UUD NKRI 1945, serta hukum positif
lainnya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara tersebut dapat diakatakan
bahwa, Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila
merupakan asas kerokhanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD
NKRI 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. Meliputi suasana
kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar NKRI 1945,
mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis), mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
Negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional) memgang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok
pikiran keempat yang berbunyi sebagai berikut : “….. Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar NKRI 1945, bagi
penyelenggara Negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara
partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semagat adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelengaraan Negara, karena masyarakat dan
Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman dan dinamika masyarakat dan Negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas
kerokhanian Negara.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
tersimpul dalam Pembukaan UUD NKRI 1945 alenia IV yang berbunyi sebagai
berikut:”….. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
seluruh rakyat Indonesia”.
Pengertian kata “…..dengan berdasar kepada….” Hal ini secara yuridis
memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir Pembukaan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 44
Satu Untuk UNM

UUD NKRI 1945 tidak tercantum kata ’Pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat
”dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar Negara adalah Pancasila. Hal
ini berdasarkan interpretasi historis yang ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar
Negara Indonesia itu disebut dengan istilah Pancasila.
Sebagaimana diinginkan oleh pembentuk Negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
NKRI 1945, ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973
dan Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978, dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang ada pada
hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan dari bangsa Indonesia.
Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan
internasional, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan Negara, cita-cita
moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui sidang Istimewa tahun
1998, mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
yang tertuang dalam Tap. MPR No. IIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda
dalam proses reformasi, meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (Sila IV) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber
kepadanya.

d. Rangkuman
Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sering disebut sebagai
Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara,
ideologi Negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara, atau dengan kata lain
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 45
Satu Untuk UNM

nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum.

e. Latihan
Seorang Dosen UNM melanjutkan pendidikannya ke Singapura atas biaya Negara.
Karena sang dosen termasuk mahasiswa yang sangat brilian dan ia menguasai
banyak informasi tentang keanekaragaman kekayaan laut dan migas di perairan
Indonesia, perguruan tinggi tempat sang dosen belajar menawarinya sebuah
pekerjaan dengan gaji yang sangat menggiurkan. Bahkan sang dosen ditawari oleh
pemerintah Singapura untuk menjadi warga negaranya jika bersedia menerima
pekerjaan tersebut. Berdasarkan pertimbangan perbedaan gaji yang diterima selama
ini dengan tawaran yang di dapatkan, ia kemudian memutuskan untuk menerima
pekerjaan tersebut dan memboyong keluarganya menuju Singapura.

Intruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian jawab pertanyaan berikut:
1. Apakah tindakan dosen tersebut dapat dibenarkan jika dilihat dari sisi hak
asasinya sebagai manusia pribadi dan dari sisi wawasan kebangsaan? Jelaskan
jawaban Anda!
2. Apakah tindakan dosen tersebut dapat juga dipandang bertentangan dengan
Pancasila sebagai nilai dan norma yang mengatur penyelenggaraan Negara? Jika
bertentangan, tindakan hukum apa yang dapat diberikan kepada dosen tersebut?
Jelaskan!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 46
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 5
a. Konstitusi Negara Republik Indonesia
b. Indikator:
1) Membandingkan sistem konstitusi pada masa UUD 1945, RIS 1949 dan UUDS
1950.
2) Menganalisis beberapa penyimpangan terhadap konstitusi yang berlaku di
Indonesia pada periode 1945-1959.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pengertian Konstitusi
Menurut para ahli, antara “Konstitusi” dengan “Undang-Undang Dasar” ada
yang berpendapat sama, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda. Kata
Konstitusi secara etimologis berasal dari bahasa Latin (constitutio), ”constitution”
(Inggris), ”constituer” (Perancis), ”constitutie” (Belanda), dan ”Konstitution”
(Jerman). Dalam pengertian ketatanegaraan, istilah Konstitusi mengandung arti
undang-undang dasar, hukum dasar atau susunan badan.

B. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Sejak tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang (tahun 2010), di negara
Indonesia pernah menggunakan tiga macam UUD yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, dan UUD Sementara 1950. Dilihat dari periodesasi berlakunya ketiga UUD
tersebut, dapat diuraikan menjadi lima periode yaitu:
1. 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945,
2. 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS 1949,
3. 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUD Sementara 1950,
4. 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999 berlaku kembali UUD 1945
5. 19 Oktober 1999 – sekarang berlaku UUD 1945 (hasil perubahan).

C. Penyimpangan-penyimpangan Terhadap Konstitusi


Dalam praktik ketatanegaraan kita sejak 1945 terjadi penyimpangan
terhadap konstitusi (UUD) seperti
1. Penyimpangan terhadap UUD 1945 masa awal kemerdekaan, antara lain:
a. Keluarnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca: eks) tanggal 16 Oktober
1945 yang mengubah fungsi KNIP dari pembantu menjadi badan yang diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut serta menetapkan GBHN sebelum terbentuknya
MPR, DPR, dan DPA. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 pasal 4 aturan
peralihan yang berbunyi ”Sebelum MPR, DPR, dan DPA terbentuk, segala

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 47
Satu Untuk UNM

kekuasaan dilaksanakan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite


nasional”.
b. Keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer.
Hal ini bertentangan dengan pasal 4 ayat (1) dan pasal 17 UUD 1945.
2. Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama, antara lain:
a. Presiden telah mengeluarkan produk peraturan dalam bentuk Penetapan
Presiden, yang hal itu tidak dikenal dalam UUD 1945.
b. MPRS, dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960 telah menetapkan Pidato Presiden
tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita
(Manifesto Politik Republik Indonesia) sebagai GBHN yang bersifat tetap.
c. Pimpinan lembaga-lembaga negara diberi kedudukan sebagai menteri-menteri
negara, yang berarti menempatkannya sejajar dengan pembantu Presiden.
d. Hak budget tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya
tahun anggaran yang bersangkutan;
e. Pada tanggal 5 Maret 1960, melalui Penetapan Presiden No.3 tahun 1960,
Presiden membubarkan anggota DPR hasil pemilihan umum 1955. Kemudian
melalui Penetapan Presiden No.4 tahun 1960 tanggal 24 Juni 1960 dibentuklah
DPR Gotong Royong (DPR-GR);
f. MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup melalui
Ketetapan Nomor III/MPRS/1963.
3. Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Baru
a. MPR berketetapan tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan
terhadap UUD 1945 serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen
(Pasal 104 Ketetapan MPR No. I/MPR/1983 tentang Tata Tertib MPR). Hal ini
bertentangan dengan Pasal 3 UUD 1945 yang memberikan kewenangan kepada
MPR untuk menetapkan UUD dan GBHN, serta Pasal 37 yang memberikan
kewenangan kepada MPR untuk mengubah UUD 1945.
b. MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
mengatur tata cara perubahan UUD yang tidak sesuai dengan pasal 37 UUD
1945.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 48
Satu Untuk UNM

d. Latihan
Beberapa saat yang lalu ketika gencar-gencarnya desakan pengusutan kasus Bank
Century oleh masyarakat, dan berbagai kasus besar lainnya seperti kasus Pimpinan
KPK dan Susno Duadji, ditambah dengan gonjang-ganjing perpolitikan nasional
seperti pembentukan Sekretariat Bersama koalisi partai pendukung pemerintah,
presiden mengumpulkan para pimpinan lembaga-lembaga Negara di Cekeas-Bogor.
Maksud dari pertemuan tersebut seperti yang terungkap di media massa bertujuan
untuk melakukan sinkronisasi demi kelancaran pemerintahan sistem presidensial.
Sekilas kegiatan tersebut adalah baik. Tetapi dipandang dari sisi politik dan
ketatanegaraan, bisa saja menimbulkan tafsir yang bermacam-macam.
Kenyataannya, begitu banyak komentar yang timbul baik yang pro maupun yang
kontra.

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Menurut UUD NKRI tahun 1945, apakah kegiatan tersebut dapat dibenarkan atau
tidak? Jelaskan jawaban Anda dengan menunjukkan pasal-pasal UUD NKRI tahun
1945 yang berkaitan dengan peristiwa tersebut!
2. Menurut Anda, apakah kegiatan tersebut dapat dipandang berlebihan dan
melampaui batas kewenangan seorang Presiden, ataukah justru merupakan suatu
bentuk tanggung jawab untuk melakukan harmonisasi demi stabilisasi bidang
pemerintahan?
3. Perkuat argumentasi Anda dengan menunjukkan bukti-bukti penyimpangan
terhadap Konstitusi, baik di masa Orde Lama, Orde Baru, maupun era Reformasi!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 49
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 6
a. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
b. Indikator:
1) Menegaskan sejarah perkembangan dan macam-macam demokrasi di Indonesia dan
hakikat demokrasi Pancasila.
2) Menelaah pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara pada kehidupan sosial.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pengertian dan Hakekat Demokrasi


1. Pengertian
Kata demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat, dan kata “cratos”
yang berarti kedaulatan. Jadi, demokrasi berarti keadaan negara yang dalam sistem
pemerintahaannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat.
2. Hakekat Demokrasi
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam Negara demokratis, norma-norma yang dijadikan pandangan hidup adalah sebagai
berikut:
a. Pentingnya kesadaran akan pluralisme
b. Musyawarah
c. Pertimbanganmoral
d. Pemufakatan yang jujur dan sehat
e. Pemenuhan segi-segi ekonomi
f. Kerja sama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing-
masing
g. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan.
Negara demokrasi perlu ditegakkan. Beberapa hal yang menjadi unsure penegak
demokrasi adalah:
a. Negara Hukum, yang di dalamnya terdapat:
1) Adanya perlindungan HAM
2) Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga untuk menjamin
perlindungan HAM

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 50
Satu Untuk UNM

3) Pemerintahan berdasarkan peraturan


4) Adanya peradilan administrasi
b. Masyarakat Madani, dengan cirri-ciri masyarakat terbuka, bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan negara, kritis dan berpartisipasi aktif, serta egaliter
(kesetaraan).
c. Adanya partai politik dengan struktur kelembagaan politik yg anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik dalam mewujudkan kebijakannya.
d. Adanya kelompok gerakan/organisasi masyarakat, yaitu sekumpulan orang yang
berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan
warganya.
e. Adanya kelompok penekan yaitu kelompok kepentingan berupa sekelompok orang
dalam sebuah wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria profesionalitas dan
keilmuan tertentu, seperti KADIN, AIPI, ICMI, LIPI, dsb.
f. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
g. prinsip dan parameter demokrasi.

B. Prinsip dan Parameter Demokrasi


Adapun yang menjadi prinsip demokrasi adalah persamaan, kebebasan, dan
pluralisme. Menurut Robert A. Dahl prinsip demokrasi terdiri dari kontrol atas keputusan
pemerintah, pemilihan yang teliti dan jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan
menyatakan pendapatan tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi, dan
kebebasan berserikat.
Sedangkan parameter Negara demokratis terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut:
1. Masalah Pembentukan Negara;
Menentukan kualitas, watak dan pola hubungan yang akan terbangun. Pemilu
dipercaya sebagai salah satu instrumen penting.
2. Dasar Kekuasaan;
Konsep legitiminasi kekuasaan dan pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat.
3. Susunan Kekuasaan Negara;
Kekuasaan negara dijalankan secara distributif untuk menghindari penumpukan
kekuasaan dalam satu tangan/wilayah. Penyelenggaraan negara harus diatur dalam
suatu tata aturan yang membatasi dan sekaligus memberikan koridor dalam
pelaksanaannya, yaitu desentaralisasi dan kekuasaan tidak menjadi tidak terbatas.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 51
Satu Untuk UNM

C. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


1. Periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem perlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan
dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan UUDS 1950, ternyata
kurang cocok untuk Indonesia. Persatuan yang dapat digalang selama menghadapi
musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan konstuktif sesudah
kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi, sistem parlementer
memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik di Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 menetapkan berlakunya sistem
parlementer di mana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara
konstitusional (constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai
tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik, usia kabinet pada masa
ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun dengan sangat gampang
pecah. Hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional.
2. Periode 1959-1965
Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari Presiden, terbatasnya tekanan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur
sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari
jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat.
"Undang-Undang Dasar 1945 membuka kesempatan bagi seorang Presiden untuk
bertahan selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai "Presiden seumur hidup” telah
membatalkan pembatasan waktu lima tahun.
3. Periode 1965-1998
Landasan formil dari periode ini adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
serta ketetapan-ketetapan MPRS. Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945 yang telah terjadi dalam masa demokrasi
terpimpin, telah diadakan tindakan korektif. Ketetapan MPRS No. III/1963 yang
menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan
presiden kembali menjadi jabatan efektif setiap lima tahun. Ketetapan MPRS No.
XIX/1966 telah menentukan ditinjaunya kembali produk-produk legislatif dari masa
demokrasi terpimpin dan atas dasar itu Undang-undang No. 19/1964 telah diganti dengan
suatu undang-undang baru (No. 14/1970) yang menetapkan kembali azas "kebebasan
badan-badan pengadilan". Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong diberi beberapa hak

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 52
Satu Untuk UNM

kontrol, di samping itu tetap mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah.


Pimpinannya tidak lagi mempunyai status menteri.
4. Priode 1998-sekarang
Runtuhnya rezim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi kerutuhna
rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi
demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan ke
mana arah demokrasi yang akan dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi
pembalikan arah perjalanan bangsa dan negara yang akan menghantar Indonesia kembali
memasuki masa otoriter sebagaimana yang terjadi pada periode orde lama dan orde
baru.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat
faktor kunci: yakni, (1) komposisi elite politik, (2) desain institusi politik, (3) kultur politik
atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elite, dan (4) peran civil
society (masyarakat madani). Keempat faktor itu harus jalan secara sinergis dan
berkelindan sebagai modal untuk mengonsolidasikan demokrasi.

d. Rangkuman
1. Perkembangan demokrasi di Indonesia setelah merdeka telah memasuki empat fase
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2. Dalam perkembangan demokrasi tersebut, berbagai contoh penerapan nilai-nilai
Demokrasi dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
telah dipraktekkan.

e. Latihan
Pada bulan Juni 2010 yang lalu, beberapa daerah kabupaten dan kota melakukan
Pemilukada secara serentak. Tidak lama kemudian, pada detik-detik sebelum tenggat
waktu penetapan pemenang Pemilukada oleh KPUD setempat, beberapa daerah pemilihan
mengalami kerusuhan. Terjadi bentrok massa, kantor kecamatan sampai kantor KPUD
dibakar massa. Fenomena ini tidak saja terjadi satu kali dua kali, tetapi sudah
berulangkali di seluruh penjuru negeri. Akankah fenomena ini selalu menyertai semakin
luas dan bebasnya kehidupan demokrasi di Indonesia?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 53
Satu Untuk UNM

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas kemudian jawab pertanyaan berikut ini:
1. Menurut Anda, apakah fenomena tersebut di atas adalah sesuatu hal yang wajar
dalam Negara demokrasi, ataukah sesuatu yang justru mencederai kehidupan
demokrasi? Jelaskan jawaban Anda!
2. Jika Anda dihadapkan pada dua pilihan, suatu kehidupan yang otoriter tetapi aman
tenteram dan kebutuhan sandang pangan tercukupi, ataukah Anda hidup dalam alam
demokrasi dengan segala eksesnya seperti sekarang ini, manakah yang Anda pilih?
Perjelas jawaban Anda dengan mengemukakan hakikat demokrasi, dan seperti apa
sebenarnya kehidupan demokrasi yang diinginkan oleh UUD NKRI tahun 1945!
3. Adakah bentuk-bentuk praktek kehidupan demokrasi sekarang ini yang dapat
dikategorikan sesuai dengan UUD NKRI tahun 1945? Tunjukkan minimal 3 (tiga)
contohnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 54
Satu Untuk UNM

7. Kegiatan Belajar 7
a. Otonomi Daerah
b. Indikator:
1) Membandingkan prinsip dan asas otonomi daerah berdasarkan UU No.22 tahun 1999
jo UU No.32 tahun 2005.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pengertian Otonomi Daerah


Secara etimologis, istilah "otonomi" berasal dari bahasa Latin, ”autos” yang
berarti sendiri, dan ”nomos” yang berarti aturan. Berdasarkan arti secara etimologis
tersebut, otonomi diartikan sebagai mengatur atau memerintah sendiri. Jadi, otonomi
daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri.
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
otonomi daerah adalah wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan daerah otonom
(sebagai sebutan umum bagi Provinsi, Kabupaten, dan Kota) adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Asas-Asas Otonomi Daerah


Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, penyelenggaraan pemerintahan
daerah berdasarkan pada asas sebagai berikut:
1. Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi dapat dimanifestasikan dalam wujud pembentukan daerah otonom
dalam wilayah dan sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang terbagi dalam
daerah provinsi, dan dalam daerah provinsi dibentuk daerah kabupaten dan kota. Di
samping kepada daerah diserahi fungsi urusan pemerintah tertentu seperti urusan
kesehatan, pendidikan, pekerjaan umum, pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan,
perikanan, pertambangan, industri, perdagangan, koperasi, pariwisata, perhubungan,

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 55
Satu Untuk UNM

kebudayaan, pertanahan, kesejahteraan sosial, komunikasi, penanaman modal,


ketenagakerjaan, kependudukan, dan urusan pemerintah lain yang tidak ditangani oleh
pemerintah sendiri yang ditentukan dalam undang-undang.
2. Asas Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan/atau kepala instansi vertikal di wilayah
tertentu untuk mengurus urusan pemerintahan. Dekonsentrasi dimanifestasikan dalam
hal berikut:
a. Pelimpahan wewenang menangani urusan pemerintahan yang bersifat absolut dari
pemerintah kepada aparatnya untuk menangani fungsi urusan pemerintah tertentu
seperti tugas dalam ruang lingkup pertahanan, keamanan, kehakiman, kejaksaan,
kepolisian, keuangan, dan keagamaan.
b. Pelimpahan wewenang urusan pemerintahan yang bersifat tidak absolut dan menjadi
kewenangan pemerintah dapat dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah
di daerah.
c. Penetapan kawasan khusus baik yang berada dalam daerah otonom maupun di luar
daerah otonom untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan tertentu yang
bersifat khusus dan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya dalam
bentuk kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis,
pengembangan teknologi tinggi seperti pengembangan tenaga nuklir, peluncuran
senjata/ rudal, peluru kendali bertenaga atom atau nuklir, pengembangan prasarana
komunikasi, telekomunikasi, transportasi, pelabuhan dan daerah perdagangan bebas,
pangkalan militer, serta wilayah eksploitasi, konservasi bahan galian strategis,
penelitian dan pengembangan sumber daya nasional, laboratorium sosial, lembaga
pemasyarakatan spesifik dan lain-lain. Pengelolaan kawasan khusus tersebut dapat
dilakukan oleh Pemerintah atau bekerja sama antara Pemerintah dengan Pemerintah
Daerah, masyarakat, atau dapat pula dalam hal dengan negara-negara lain.
3. Asas Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
dan/atau desa dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu dalam jangka
waktu tertentu disertai pendanaan dan dalam hal tertentu disertai sarana dan prasarana
serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan. Asas tugas pembantuan pada
dasarnya merupakan keikutsertaan daerah atau desa termasuk masyarakatnya atas

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 56
Satu Untuk UNM

penugasan atau kuasa dari pemerintah atau pemerintah daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintah di bidang tertentu.

d. Rangkuman
1. Daerah Otonom adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Otonomi Daerah adalah wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Prinsip pelaksanaan otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
4. Asas pelaksanaan otonomi daerah adalah desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
perbantuan.

e. Latihan
Sekira bulan Mei 2010 yang lalu, sebuah harian yang cukup terkenal di kota Makassar
memberitakan tentang calon bupati dan calon wakil bupati di sebuah daerah kabupaten di
Sulawesi Selatan yang ternyata tidak bisa menghafal Pancasila dengan benar.
Kasus lain yang berkaitan dengan persoalan otonomi daerah adalah terjadinya mutasi
terhadap beberapa PNS Daerah yang ditengarai oleh oleh Calon Bupati Terpilih adalah
pihak-pihak yang dianggap berseberangan pada saat pencalonan tempo hari.
Yang lebih parah lagi, ratusan peraturan daerah yang telah dibuat dengan biaya yang
begitu besar, telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi karena divonis bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebuah fenomena
otonomi daerah yang memperlihatkan betapa luas dan bebasnya pelaksanaan otonomi
daerah.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 57
Satu Untuk UNM

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas, kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apakah pelaksanaan otonomi daerah seperti yang tergambar dalam beberapa kasus
tersebut di atas sudah sesuai dengan UU No.32 Tahun 2004?
2. Dilihat dari segi prinsip dan asas otonomi daerah sebagaimana yang dianut oleh UU
No.32 Tahun 2004, apakah pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana telah
digambarkan dapat dianggap sudah sejalan atau tidak?
3. Kemukakan minimal 3 (tiga) contoh pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang
dapat dijadikan sebagai contoh teladan pelaksanaan otonomi daerah yang
dikehendaki oleh Undang-Undang!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 58
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 8
a. Globalisasi
b. Indikator:
1) Menelaah globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
2) Merumuskan dampak globalisasi bagi kehidupan.
3) Menemukan hubungan internasional pada era global.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Makna Globalisasi dalam Berbagai Kehidupan


Globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar
masyarakat untuk mengikuti sistem yang sama. Menurut Michael Haralambas dan Martin
Holborn (Sri Jutmini dan Winarno, 2007: 129): “globalisasi adalah proses yang
didalamnya batas-batas Negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial”.
Dalam sejarah panjang globalisasi, ada enam tahapan yang telah ditempuh,
yaitu:
1. Tahap embrional (tahun 1500-1800),
2. Tahap pertumbuhan (tahun 1810-1870),
3. Tahap take off (tahun 1870-1920),
4. Tahap perjuangan hegemoni (tahun 1920-1960),
5. Tahap ketidakpastian (tahun 1960-1990), dan
6. Tahap kebudayaan global (setelah tahun 1990).
Adapun wujud dari arus budaya global ini adalah sebagai berikut:
1. Arus etnis ditandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis,
pengungsi, tenaga kerja, dan pendatang.
2. Arus teknologi ditandai dengan munculnya multinational corporation dan transnational
corporation yang kegiatannya dapat menembus batas-batas Negara.
3. Arus keuangan yang ditandai dengan makin tingginya mobilitas modal, investasi,
pembelian melalui internet dan penyimpanan uang di bank asing.
4. Arus media yang ditandai dengan makin kuatnya mobilitas informasi, baik melalui
media cetak maupun elektronik. Berbagai peristiwa di belahan dunia seakan-akan
berada di hadapan kita karena cepatnya informasi.
5. Arus ide yang ditandai dengan makin derasnya nilai baru yang masuk ke suatu Negara.
Dalam arus ide ini, muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari masyarakat
internasional.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 59
Satu Untuk UNM

B. Pentingnya Globalisasi bagi Bangsa Indonesia


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009
dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari
globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan
penyesuaian tata nilai dan perilaku. Oleh karena itu, salah satu prioritas pembangunan
nasional adalah pengembangan kebudayaan yang berlandaskan kepada nilai-nilai luhur
bangsa.
Dalam program pembangunan nasional lima tahunan dinyatakan adanya
program pembangunan nilai budaya. Program tersebut bertujuan untuk memperkuat jati
diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya nasional). Tujuan tersebut
dapat dicapai antara lain melalui upaya memperkokoh ketahanan budaya nasional
sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan
memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan produktif.
C. Dampak Globalisasi
Globalisasi memang memunculkan kekhawatiran yang luas bahwa kedaulatan
suatu negara akan digerogoti. Namun, globalisasi adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari pada saat ini. Bagi bangsa Indonesia, globalisasi telah memengaruhi seluruh
perikehidupan manusia Indonesia dalam bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan
sosial budaya, seperti berikut ini.
1. Bidang Ekonomi
Pengaruh globalisasi dalam bidang ekonomi antara lain menimbulkan krisis
moneter yang dialami oleh banyak negara, termasuk Indonesia sehingga harus
mengundang peran IMF untuk menentukan nasib bangsa dan negara. Keadaan yang
demikian membawa dampak bagi terbukanya pasar dalam negeri dan ekonomi nasional
terhadap ekonomi internasional.
Dampak globalisasi di bidang ekonomi dapat juga terlihat dalam hal peran
Pemerintah yang memberi regulasi dalam pengaturan ekonomi yang mekanismenya
ditentukan oleh pasar.
2. Bidang Sosial Budaya
Dampak globalisasi di bidang sosial budaya dapat terlihat seperti berikut:
a. Semakin banyak warga negara asing masuk ke Indonesia, baik itu untuk tujuan bisnis,
wisata ataupun aktivitas lainnya. Masuknya warga negara asing itu selain
mendatangkan devisa, juga membawa masuknya budaya asing ke Indonesia.
b. Semakin mudahnya nilai-nilai budaya Asing masuk ke Indonesia melalui internet,
televisi, antene parabola, dan media cetak, sehingga terjadi perubahan pola kehidupan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 60
Satu Untuk UNM

dalam masyarakat Indonesia.


c. Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal dan melahirkan gaya
hidup materialisme (mengutamakan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan
materi), sekularisme (memisahkan kehidupan duniawi dengan kehidupan akhirat),
individualisme (memerhatikan kepentingan diri sendiri), hedonisme (kenikmatan
sesaat), dan konsumerisme (lebih senang memakai daripada membuat).
d. Masuknya lembaga pendidikan asing ke Indonesia dapat memberi peluang bagi bangsa
untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, namun dapat juga menjadi ancaman
bagi lembaga pendidikan Indonesia.
3. Bidang Politik dan Keamanan
Dampak globalisasi di bidang politik dan keamanan dapat terlihat seperti berikut:
a. Semakin meningkatnya kesadaran politik masyarakat, seperti ikut serta dalam
pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, DPRD dan DPD, pemilihan umum untuk
memilih presiden dan wakil presiden, serta pemilihan langsung kepala daerah.
b. Semakin banyaknya partai-partai politik baru.
c. Semakin beraninya sekelompok masyarakat dan organisasi sosial politik dalam
menyuarakan haknya, ketidakadilan, dan aspirasi masyarakat lainnya, dengan
melakukan unjuk rasa atau demonstrasi, yang terkadang mengabaikan kepentingan
umum dan bersifat anarkis.
d. Diterapkannya sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik seperti yang
diterapkan di negara maju lainnya dengan prinsip-prinsip partisipasi, responsif,
transparansi, efektif dan efisien, akuntabilitas, dan rule of law.
e. Semakin lunturnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga menimbulkan
gejala disintegrasi di beberapa wilayah Indonesia, seperti munculnya Gerakan Papua
Merdeka, dan Gerakan Aceh Merdeka. Saat ini, Gerakan Aceh Merdeka telah memasuki
tahap perdamaian.
f. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap
dilaksanakan hak asasi manusia.
g. Menguatnya supremasi sipil dengan menempatkan tentara (TNI dan polisi (Polri)
sebatas penjaga keamanan, ketertiban dan kedaulatan negara.
h. Meningkatnya kejahatan internasional dan transnasional, seperti terorisme,
perdagangan manusia, perdagangan narkotika, penyelundupan barang-barang dari
luar negeri, dan kejahatan lintas batas lainnya.
i. Meningkatnya kerja sama militer antar negara, baik regional maupun internasional,
guna memerangi atau menumpas kejahatan-kejahatan internasional, seperti terorisme.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 61
Satu Untuk UNM

D. Hubungan Antar Bangsa


Hubungan antar bangsa telah menjadi sistem global yang terbuka. Tidak ada
satu wilayah pun yang dapat menutup diri dari arus barang, jasa, modal, tenaga kerja,
dan nilai-nilai baru yang akan masuk. Semua itu masuk melalui jaringan ekonomi,
informasi, dan transportasi yang makin dinamis. Pemerintah negara sudah tidak mampu
lagi menahan dan menutup masuknya hal-hal tersebut, misalnya masuknya berita melalui
internet.
Dalam sistem global seperti ini, akan tampil aktor-aktor baru yang pada abad
sebelumnya tidak dikenal dalam hubungan internasional. Aktor baru tersebut adalah
organisasi nasional ataupun internasional nonnegara, seperti teritorial nonnegara,
perusahaan transnasional, intergovernmental organization (IGO), dan nongovernmental
organization (NGO).
Contoh lembaga-lembaga dimaksud di atas adalah PLO (teritorial nonnegara),
Coca Cola (perusahaan transnasional), LSM (LBHI, Kontras, Green Peace, Henry Dunant
Centre, Walhi) untuk lembaga NGO. Lembaga-lembaga ini telah menjadi subyek hukum
internasional, bahkan sekarang mampu menekan negara sebagai subyek hukum
internasional yang utama. Organisasi nonnegara makin meningkatkan peranannya dan
makin penting untuk diperhatikan oleh masyarakat internasional, sejalan dengan makin
meningkatnya hubungan internasional yang semakin tak terbatas.
Salah satu peranan yang sering ddilakukan adalah kemampuan organisasi ini
untuk membentuk pendapat atau opini masyarakat internasional atas sebuah kasus yang
dihadapi oleh suatu negara. Atas kegiatan yang dilakukan lembaga-lembaga internasional
nonnegara inilah sebuah kasus mencuat menjadi perhatian seluruh publik dan masyarakat
internasional. Kemampuan ini salah satunya didukung oleh kemajuan sarana komunikasi
dan informasi. Selain itu, peran negara sebagai subyek utama hubungan internasional
semakin berkurang dan tidak mampu menahan arus global yang berjalan.

d. Rangkuman
1. Globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar
masyarakat untuk mengikuti sistem yang sama dimana dalam proses tersebut batas-
batas Negara tidak lagi menjadi penghalang.
2. Dalam rangka pembangunan nasional, globalisasi menjadi penting untuk diperhatikan
dalam rangka memperkuat jati diri bangsa.
3. Diterima atau tidak, globalisasi telah membawa dampak yang sangat luar biasa dalam
seluruh aspek kehidupan, baik yang sifatnya positif atau pun negatif. Dengan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 62
Satu Untuk UNM

demikian, dibutuhkan sikap yang arif dan bijaksana sekaligus kesiapan untuk
menghadapinya.
4. Hakikat politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tidak lagi semata-mata
dijalankan oleh negara sebagai subyek hukum internasional, tetapi kini subyek hukum
internasional telah berkembang menjadi pribadi-pribadi ataupun badan-badan hukum.

e. Latihan
Kasus I
Belum lepas dari ingatan kita tentang kasus beberapa perempuan muda yang
meninggalkan rumah dan pergi bersama teman laki-lakinya yang mereka kenal di dunia
maya. Ada yang kembali dengan selamat dan ada pula yang ditemukan sudah tidak
bernyawa lagi. Fakta ini menunjukkan betapa bebasnya orang melakukan komunikasi
tanpa batas etika dan moral di era globalisasi sekarang ini.
Dalam bidang yang lain, kemajuan IPTEK di bidang Perbankan telah memicu pula
munculnya kasus-kasus pembobolan rekening nasabah.

Instruksi:
Analisis kasus tersebut di atas dan jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Menurut Anda, apakah globalisasi itu adalah sesuatu yang harus dihindari?
2. Jika globalisasi itu adalah sebuah keniscayaan, apa makna yang dapat dipetik oleh
bangsa Indonesia?
3. Untuk memperkuat argumentasi Anda, tunjukkan beberapa dampak globalisasi baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik!

Kasus II
Sebuah misi kemanusiaan untuk jalur Gaza yang lebih dikenal dengan ”Tragedi Marmara”
baru saja mengoyak perasaan kita. Misi kemanusiaan yang bertolak dari Turki dengan
menggunakan Kapal Marmara berbendera Turki, mengangkut ratusan ton bantuan
kemanusiaan dan ratusan aktivis kemanusiaan, diserang secara membabi buta olah
pasukan Israel. Serentak negara-negara mengeluarkan kutukan. Tak terkecuali Turki yang
selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel mengeluarkan kecamatan yang sangat
keras, bahkan sampai pada pemutusan hubungan diplomatik.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 63
Satu Untuk UNM

Instruksi:
Mencermati kasus tersebut di atas:
1. Sikap dan peran apa yang seharusnya diambil oleh pemerintah Indonesia berkaitan
dengan kebijakan politik luar negeri?
2. Bagaimana pula pandangan Anda sebagai warga negara Indonesia yang baik terhadap
kelompok-kelompok misi kemanusiaan ke luar negeri yang dengan tulus ikhlas
mengorbankan harta dan jiwanya untuk sesama manusia?
3. Selain bentuk misi kemanusiaan, tunjukkan minimal 3 (tiga) bentuk hubungan
internasional baru di era globalisasi.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 64
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 9
a. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
b. Indikator:
1) Memerinci pengertian sistem hukum dan peradilan nasional berdasarkan UUD 1945.
2) Menganalisis peranan lembaga peradilan di Indonesia yang ada.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pengertian Sistem Hukum
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem hukum adalah satu kesatuan
hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan diataati oleh setiap
warganya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem hukum adalah keseluruhan komponen
sistem hukum yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun komponen sistem hukum itu
menurut L. Friedmann terdiri dari komponen:
1. Substansi Hukum, yaitu aturan hukum itu sendiri, berupa pasal-pasal peraturan
perundang-undangan dalam berbagai tingkatan hirarkhinya ataupun berupa keputusan
para hakim di lembaga peradilan dalam berbagai lingkungan dan tingkatannya
(yurisprudensi).
2. Struktur Hukum, yaitu seluruh aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa dan
hakim, termasuk di dalamnya para advokat atau pengacara dan aparat lembaga
pemasyarakatan.
3. Budaya Hukum, yaitu penerimaan masyarakat terhadap hukum yang berlaku
(hukum positif), yang ditandai dengan kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
B. Sistem Hukum dan Ciri-cirinya
Secara konvensional dikenal dua macam sistem hukum (legal sistem) atau tradisi
hukum (the law tradition), yaitu Sistem Hukum Eropa Kontinental yang yang disebut
juga Sistem Hukum Sipil (Civil Law Tradition) dan Sistem Hukum Anglo Sakson.
Sistem Hukum Eropa Kontinental berkembang di negara-negara Eropa
seperti di Perancis, Jerman, dan Belanda. Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih
mengutamakan perundang-undangan sebagai sendi utamanya. Dalam sistem hukum ini,
hukum lebih banyak dibentuk melalui peraturan perundang-undangan. Bahkan ada
kecenderungan untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi atau sekurang-kurangnya
dilakukan kompilasi hukum. Itulah sebabnya sistem hukum ini disebut juga ”codified
legal sistem” atau sistem hukum kodifikasi. Dengan ditetapkannya hukum dalam
perundang-undangan, maka kasus-kasus yang terjadi ”disesuaikan” dengan prinsip-
prinsip umum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain, melalui

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 65
Satu Untuk UNM

peraturan perundang-undangan dapat dilakukan ”sosial engineering” atau ”sosial


modification”. Hal itu berkaitan dengan salah satu fungsi hukum yaitu ”law as a tool of
sosial engineering” atau hukum sebagai sarana pembaruan. Dalam hal ini hukum
berfungsi secara direktif.
Sebaliknya, dalam Sistem Hukum Anglo Sakson, dimulai dari kasus-kasus
yang konkrit untuk kemudian ditarik asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum umum.
Dengan demikian putusan-putusan hakim (yurisprudensi) menjadi ”barometer” dalam
menilai suatu kasus yang lahir kemudian. Putusan hakim menjadi sendi utama dalam
pembentukan hukum. Oleh karena berangkat dari kasus-kasus yang konkrit, maka sistem
hukum ini disebut juga ”case law sistem”.
C. Penggolongan Hukum
Perhatikan bagan penggolongan hukum di bawah ini.

Tertilis
Wujud
Tidak Tertulis

Lokal

Ruang Nasional

Internasional

Ius Constitutum

Waktu Ius Constituendum


Hukum
Hukum Antar Waktu

Satu Golongan

Pribadi Semua Golongan


Hk. Tata Negara
Antar Golongan
Hk. Adm. Negara
Publik
Hk. Pidana

Hk. Acara
Isi

Hk. Perorangan

Hk. Keluarga
Privat/Perdata
Hk. Kekayaan

Hk. Waris
Material
Tugas dan
Fungsi Pidana Formal
Formal
Perdata Formal

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 66
Satu Untuk UNM

D. Sumber-sumber Hukum
Perkataan sumber hukum dapat diartikan bermacam-macam, tergantung dari
sudut mana melihatnya. Menurut Utrecht (Ni’matul Huda, 2005: 28): “mengenai sumber
hukum dapat dibagi dalam arti formal dan materil”.
1. Sumber Hukum Formal
Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang dapat dilihat dan
dikenal dari segi bentuknya. Karena bentuknya, hukum tersebut berlaku umum, diketahui
dan ditaati. Ia menjadi sumber/tempat kaidah dan petunjuk hidup bagi yang berwenang
dan masyarakat untuk mengukur apakah tingkah laku atau perbuatannya benar atau
salah.
Sumber hukum formal diartikan sebagai tempat atau sumber dari suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal. Atau dengan kata lain bahwa
sumber hukum formal adalah suatu bentuk pernyataan yang menyatakan berlakunya
sumber hukum materil. Jadi sumber hukum formal adalah wadahnya atau bentuk luarnya
seperti peraturan perundang-undangan (perhatikan hirarkhi peraturan perundang-
undangan menurut UU No. 10 tahun 2004), kebiasaan (konvensi), yurisprudensi, traktat
dan doktrin. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa sumber hukum formal adalah
bentuk yang oleh karenanya kita dapat menemukan hukum yang berlaku.
Suatu kaidah atau norma dapat dikatakan sebagai sumber hukum yang formal
apabila sekurang-kurangnya mempunyai dua cirri, yaitu:
a. Dirumuskan dalam suatu bentuk, sebagaimana telah dikemukakan di atas.
b. Berlaku umum, mengikat dan ditaati.

2. Sumber Hukum Materil


Menurut Utrecht (Solly Lubis, 1987: 53): “Yang dimaksud dengan sumber-
sumber hukum materil ialah keyakinan dan perasaan hukum individu dan pendapat umum
(public opinion) yang menentukan isi (materi) dari hukum, dengan kata lain: perasaan
dan keyakinan hukum anggota masyarakat serta pendapat umum yang menjadi sumber
bagi hukum, yakni ketentuan-ketentuan apakah yang akan merupakan aturan hukum…”.
Philipus M. Hadjon, dkk. (1995: 65-66) memberikan tekanan pada factor-faktor
yang telah menentukan isi yang sesungguhnya dari hukum, sebagai sumber hukum.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa factor sosiologis seperti situasi sosial-ekonomis dan
hubungan-hubungan politik, factor sejarah dan sebagainya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 67
Satu Untuk UNM

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber hukum materil berkaitan


dengan factor apa yang menentukan isi (pasal-pasal) dari suatu peraturan perundang-
undangan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa:
a. Perasaan (keyakinan) hukum individu,
b. Pendapat umum (public opinion),
c. Faktor sosiologis,
d. Faktor sejarah dan sebagainya.

E. Peradilan Nasional
Istilah Peradilan dan Pengadilan dapat ditemukan dalam UU Nomor 14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman jo UU No. 35 tahun
1999 tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1970. Istilah pengadilan menunjuk kepada
lembaga atau kantor tempat proses hukum diselesaikan, sedangkan istilah peradilan
menunjuk kepada lingkungan di mana pengadilan itu berada.
Jika yang disebut pengadilan, maka yang dimaksud antara lain adalah kantor
Pengadilan Negeri yang berkedudukan di ibu kota kabupaten, atau kantor Pengadilan
Tinggi yang berkedudukan di ibu kota provinsi, dan seterusnya. Sedangkan peradilan
adalah lingkungannya, apakah itu lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer, atau Peradilan Tata Usaha Negara, di mana di dalamnya terdapat
berbagai tingkatan baik tingkat pertama, tingkat banding, maupun kasasi. Lingkungan
tersebut dibedakan berdasarkan jenis perkara yang menjadi kewenangannya, misalnya
perkara perdata dan pidana bagi masyarakat umum menjadi kewenangan pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum.
Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam
lingkungan sebagai berikut :
1. Peradilan Umum,
2. Peradilan Agama,
3. Peradilan Militer,
4. Peradilan Tata Usaha Negara, dan
5. Oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

1. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan umum yang sehari-hari memeriksa
dan memutuskan perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana
sipil untuk semua golongan penduduk, termasuk anggota POLRI (warga negara dan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 68
Satu Untuk UNM

orang asing). Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun1986 tentang Peradilan Umum, bahwa yang
dimaksud Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya.
Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota. Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh
hakim dan dibantu oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang bertindak sebagai penuntut umum dalam
suatu perkara pidana terhadap si pelanggar hukum. Tetapi dalam perkara perdata,
Kejaksaan negeri tidak ikut campur (tangan).
2. Pengadilan Agama
Adalah pengadilan yang memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang
timbul antara orang-orang Islam, yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak (perceraian),
nafkah, waris, dan lain-lain. Dalam hal yang dianggap perlu, keputusan Pengadilan Agama
dapat dinyatakan berlaku oleh Pengadilan Negeri.
3. Pengadilan Militer
Adalah pengadilan yang mengadili hanya dalam lapangan pidana, khususnya
bagi :
a. Anggota TNI,
b. Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan dengan anggota TNI,
c. Anggota jawatan atau golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI menurut
Undang-Undang,
d. Tidak termasuk a sampai dengan c tetapi menurut keputusan Menteri Pertahanan yang
ditetapkan dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh Pengadilan
Militer.
4. Pengadilan Tata Usaha Negara
Kehadiran Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia tergolong masih sangat
baru. Hal itu bisa kita lihat dari keberadaannya yang berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1986
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1991 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah badan yang berwenang memeriksa dan
memutus semua sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa dalam tata
usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 69
Satu Untuk UNM

Keputusan tata usaha negara adalah suatu ketetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan tata usaha negara yang berisi tindakan hukum badan tata usaha negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menerbitkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum.
Masalah-masalah yang menjadi jangkauan Pengadilan Tata Usaha Negara,
antara lain sebagai berikut.
a. Bidang Sosial, yaitu gugatan atau permohonan terhadap keputusan administrasi
tentang penolakan permohonan suatu izin.
b. Bidang Ekonomi, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan perpajakan,
merk, agraria, dan sebagainya.
c. Bidang Function Publique, yaitu gugatan atau permohonan yang berhubungan dengan
status atau kedudukan seseorang. Misalnya, bidang kepegawaian, pemecatan,
pemberhentian hubungan kerja, dan sebagainya.
d. Bidang Hak Asasi Manusia, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan
pencabutan hak milik seseorang serta penangkapan dan penahanan yang tidak sesuai
dengan prosedur hukum (seperti yang diatur di dalam KUHP) mengenai praperadilan,
dan sebagainya.
Pengadilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh badan pengadilan berikut :
a. Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama di kabupaten/kota.
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat banding di provinsi.

d. Rangkuman

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 70
Satu Untuk UNM

1. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas
ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi, terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah
tersebut, berlaku hukum asing (internasional) sepenuhnya.
2. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Menurut asas ini, setiap warga negara di manapun ia berada, tetap menapat
perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan exteritorial. Artinya
hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun
berada di negara asing.
3) Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, negara
dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut
paut dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas
wilayah suatu negara.
b. Faktor-faktor Penentu Dalam Hubungan Internasional
Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasional,
baik secara bilateral maupun multilateral adalah sebagai berikut, 1) Kekuatan Nasional
(National Power), 2) Jumlah Penduduk, 3) Sumber Daya, dan 4) Letak Geografis.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka dapat difahami bagaimana suatu negara
dalam mengadakan hubungan internasional:
Pertama : Jika suatu Negara telah memiliki 4 (empat) faktor kekuatan tersebut
dengan baik, mereka relatif lebih longgar untuk tidak mengadakan
hubungan internasional.
Kedua : Namun jika suatu negara yang memiliki 4 (empat) faktor kekuatan
tersebut lemah, mereka harus mengadakan hubungan internasional.

C. Sistem dan Landasan Hubungan Internasional


1. Dasar Pertimbangan
Pada tahun-tahun pertama berdirinya negara Republik Indonesia, kita
dihadapkan pada kenyataan sejarah, yaitu munculnya dua kekuatan besar dunia. Satu
pihak, yaitu blok Barat dengan ideologi liberal yang didominasi Amerika dan Blok Timur
dengan Ideologi Komunis yang kuasai Uni Sovyet. Kenyataan demikian sangat

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 93
Satu Untuk UNM

berpengaruh terhadap usaha-usaha bangsa Indonesia dalam konsolidasi demi


kelangsungan hidup bangsa.
Pengaruh lain adalah adanya ancaman dari Belanda yang ingin kembali
menjajah Indonesia. Kondisi inilah yang kemudian menguatkan tekad bangsa Indonesia
untuk merumuskan politik luar negerinya.
Pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil adalah pendirian
untuk tidak menjadi objek dalam pertarungan politik internasional, tetapi harus tetap
menjadi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan
sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya. Perjuangan kita harus dilaksanakan di atas
dasar semboyan kita yang lama, yaitu percaya akan diri sendiri dan berjuang atas
kesanggupan kita sendiri. Dengan semboyan ini kita menjalin hubungan dengan negara-
negara lain di dunia.
Berdasarkan kondisi di atas menyebabkan pemerintah RI mengambil kebijakan
politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

Bagan 2: Politik Luar Negeri Indonesia

Artinya kita bebas menentukan sikap dan pan-


dangan kita terhadap masalah-masalah internasio-
I nal dan terlepas dari ikatan kekuatan-kekuatan
BEBAS
N raksasa dunia secara ideologis bertentangan (Timur
D dengan komunisnya dan Barat dengan liberalnya).
O POLITIK
N LUAR
E NEGERI
S Artinya kita dalam politik luar negeri senantiasa aktif
I memperjuangkan terbinanya perdamaian dunia.
A AKTIF Aktif memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan,
aktif memperjuangkan ketertiban dunia, dan aktif ikut
serta menciptakan keadilan sosial dunia.

2. Landasan Hukum Politik Luar Negeri RI


Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, didasarkan pada
landasan hukum sebagai berikut :
a. Landasan idiil adalah Pancasila
b. Landasan konstitusional adalah UUD
c. Landasan operasional adalah sebagai berikut:
1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998
Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme;

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 94
Satu Untuk UNM

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina


mengenai Hubungan Diplomatik dan Hubungan Konsuler beserta Protokol
Opsionalnya mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan;
3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;
5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;
6) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
8) Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan RI di
Luar Negeri;
9) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009;.
10) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
11) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon 1 Kementerian Negara Republik Indonesia;
12) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP);
13) Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.05/A/OT/IV/2004/02 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor
SK.03/A/OT/XII/2002/02 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri
dan Perwakilan RI di Luar Negeri;
14) Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

d. Rangkuman
1. Saat ini tidak ada lagi Negara yang dapat mengucilkan diri dari pergaulan internasional.
Mengucilkan diri berarti menutup akses dan sumber-sumber kehidupan masyarakat
untuk mengembangkan diri.
2. Hubungan kerjasama antar negara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi
kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 95
Satu Untuk UNM

internasional, di samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang


merupakan dambaan setiap manusia dan negara di dunia.
3. Untuk melakukan hubungan internasional, diperlukan sarana-sarana berupa pedoman-
pedoman internasional yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang mengadakan
hubungan baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Pedoman tersebut berupa asas-asas
hubungan internasional dan beberapa faktor penentu seperti kekuatan Nasional
(National Power), jumlah penduduk, sumber daya, dan letak geografis.
4. Dalam rangka menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera, negara
kita harus tetap melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan
berlandaskan pada 16 peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Latihan
Secara sosiologis, Malaysia adalah Negara serumpun dengan Indonesia. Keterikatan social
budaya dan politik begitu kuat antara Indonesia dan Malaysia sudah terjalin dengan kuat.
Akan tetapi, beberapa kasus antara Indonesia dan Malaysia seakan membuat kita harus
berfikir keras. Kasus pelecehan seksual dan penganiayaan TKI di Malaysia misalnya,
sampai kepada kasus pulau Ambalat yang nyaris saja membuka front perang terbuka.
Instruksi:
Cermati kasus tersebut di atas, dan jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya ketidakharmonisan hubungan dengan
Negara lain, ataupun untuk menghindari agar suatu Negara tidak didikte oleh Negara
lain, mungkinkah suatu Negara dapat hidup mengucilkan diri? Sertakan jawaban Anda
dengan sebuah contoh konkrit.
2. Mengapa Negara Indonesia tetap merasa perlu untuk mempertahankan hubungan
dengan Negara Malaysia? Jelaskan alasan Anda jika dipandang dari ekonomi, social,
politik, dan budaya!
3. Untuk mempererat kembali hubungan dengan Malaysia, sarana-sarana hubungan apa
yang dapat dimanfaatkan?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 96
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 13
a. Pers dalam Masyarakat Demokrasi
b. Indikator:
Mengkaji fungsi, tugas, kewajiban, peran dan tanggung jawab serta perkembangan pers
di Indonesia dalam era demokrasi.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Pendahuluan
Salah satu ciri menonjol negara demokrasi adalah adanya kebebasan untuk
berekspresi. Kebebasan berekspresi dapat terwujud dalam berbagai bentuk, seperti;
berkesenian, menyampaikan protes atau menyebarkan gagasan melalui media cetak
sebagai bagian dari bentuk ekspresi. Di antara media ekspresi dan penyebarluasan
gagasan yang banyak dikenal masyarakat adalah melalui pers.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, dunia pers tidaklah asing. Jauh
sebelum Indonesia merdeka, awal kemunculan pers merupakan alat perjuangan bagi
seluruh komponen masyarakat Indonesia dalam menyampaikan aspirasinya guna
mencapai Proklamasi Kemerdekaan. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945, peranan pers
sangat besar sebagai alat perjuangan dalam rangka menyebarluaskan informasi atau
berita-berita ke seluruh pelosok daerah Indonesia bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Dalam perkembangannya di Indonesia, dunia pers pernah mengalami pasang surut baik
di era liberal, orde lama, orde baru maupun era reformasi. Pada kehidupan masyarakat
demokratis, salah satu peranan penting pers adalah sebagai penggerak prakarsa
masyarakat, memperkenalkan usaha-usahanya sendiri, dan menemukan potensi-
potensinya yang kreatif dalam usaha memperbaiki peri kehidupannya.

B. Pengertian, Fungsi Dan Peran Serta Perkembangan Pers dalam Masyarakat


Demokratis
1. Pengertian Pers
Apa sesungguhnya makna pers itu? Untuk memahami makna tentang pers,
berikut ini akan diberikan beberapa pengertian:
a. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “pers” berarti a) alat cetak untuk
mencetak buku atau surat kabar; 2) alat untuk menjepit, memadatkan; 3) surat
kabar dan majalah yang berisi berita : berita seperti yang ditulis oleh ..... ; 4) orang
yang bekerja di bidang persuratkabaran.
b. Ensiklopedi Indonesia, istilah Pers merupakan nama seluruh penerbitan berkala :
koran, majalah, dan kantor berita.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 97
Satu Untuk UNM

c. Ensiklopedi Pers Indonesia, istilah Pers merupakan sebutan bagi


penerbit/perusahaan/kalangan yang berkaitan dengan media masa atau wartawan.
Sebutan ini bermula dari cara bekerjanya media cetak yang awalnya menekankan
huruf-huruf di atas kertas yang akan dicetak. Dengan demikian segala barang yang
dikerjakan dengan mesin cetak disebut pers.
d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, bahwa yang dimaksud
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Fungsi dan Peranan Pers
a. Fungsi Pers
Pers sesungguhnya lebih dikenal sebagai Lembaga Kemasyarakatan (sosial
institution). Sebagai lembaga sosial, pers memengaruhi pola pikir dan kehidupan
masyarakat, tetapi sebaliknya masyarakat juga berpengaruh terhadap pers. Pers dapat
memengaruhi masyarakat karena ia sebagai komunikator massa. Pers berusaha
menyampaikan informasi dengan sesuatu yang baru, karena masyarakat sebagai
konsumen pers, sangat selektif dalam memilih informasi.
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pengumpulan
dan penyebaran informasi mempunyai misi sebagai berikut :
1) Ikut mencerdaskan masyarakat,
2) Menegakkan keadilan,
3) Memberantas kebatilan.
Dalam tulisan Kusman Hidayat yang berjudul “Dasar-dasar Jurnalistik/Pers“
menyatakan bahwa Pers mempunyai 4 (empat) fungsi sebagai berikut :
1) Fungsi Pendidik, yaitu melalui karya-karya tercetaknya dengan segala isi, baik
langsung ataupun tidak langsung dengan sifat keterbukaannya, membantu
masyarakat meningkatkan budayanya. Segala peristiwa yang dimuat pers,
masyarakat bisa menilai sendiri hal ihwal sebagai teladan bagi kehidupannya.
Melalui rubrik-rubrik khusus, seperti ruang kebudayaan atau ruang ilmu
pengetahuan, dapat menambah pengetahuan masyarakat.
2) Fungsi Penghubung, dengan ciri universalitasnya, pers merupakan sarana lalu-
lintas hubungan antar manusia. Melalui pers akan tumbuh saling pengertian atau
dapat digunakan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk menumbuhkan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 98
Satu Untuk UNM

kontak antar manusia agar tercipta saling pengertian dan saling tukar pandangan
bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia.
3) Fungsi Pembentuk Pendapat Umum; melalui rubrik-rubrik dan kolom-kolom
tertentu seperti tajuk rencana, pikiran pembaca, pojok, dan lain-lain, merupakan
suatu ruang untuk memberikan pandangan atau pikiran kepada khalayak pembaca.
4) Fungsi Kontrol, dengan fungsi ini pers berusaha melakukan bimbingan dan
pengawasan kepada masyarakat tentang tingkah laku yang benar atau tingkah laku
yang tidak dikehendaki oleh khalayak.
b. Peranan Pers
Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, disebutkan
bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan.
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan
benar.
4) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
2. Perkembangan Pers di Indonesia
a. Pers Jaman Penjajahan Belanda
Pemerintah penjajah Belanda sejak menguasai Indonesia, mengetahui dengan
benar pengaruh surat kabar terhadap masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu dipandang
perlu membuat undang-undang khusus untuk membendung pengaruh pers Indonesia,
karena merupakan momok yang harus diperangi.
b. Pers di Masa Pergerakan
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada pada detik-detik
terakhir penjajahan Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda.
Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa
Indonesia melawan penjajahan.
Setelah munculnya pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat
perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang
Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam parlemen orang Indonesia yang
terjajah. Pers menyuarakan kepedihan, penderitaan dan merupakan refleksi dari isi

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 99
Satu Untuk UNM

hati bangsa terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan
memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Karena sifat dan isi pers pergerakan anti penjajahan, pers mendapat tekanan
dari pemerintah Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu
adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan menutup
usaha penerbitan pers pergerakan. Pada masa pergerakan itu berdirilah Kantor
Berita Nasional Antara pada tanggal 13 Desember 1937.
c. Pers di Masa Penjajahan Jepang
Pers di masa pendudukan Jepang semata-mata menjadi alat pemerintah
Jepang dan bersifat pro Jepang. Beberapa harian yang muncul pada masa itu, antara
lain:
1) Asia Raya di Jakarta
2) Sinar Baru di Semarang
3) Suara Asia di Surabaya
4) Tjahaya di Bandung
Pers nasional masa pendudukan Jepang memang mengalami penderitaan dan
pengekangan kebebasan yang lebih daripada jaman Belanda. Namun, ada beberapa
keuntungan yang didapat oleh para wartawan atau insan pers di Indonesia yang
bekerja pada penerbitan Jepang, antara lain sebagai berikut:
1) Pengalaman yang diperoleh para karyawan pers Indonesia bertambah. Fasilitas dan
alat-alat yang digunakan jauh lebih banyak daripada masa pers jaman Belanda.
Para karyawan pers mendapat pengalaman banyak dalam menggunakan berbagai
fasilitas tersebut.
2) Penggunaan Bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin sering dan luas. Penjajah
Jepang berusaha menghapuskan bahasa Belanda dengan kebijakan menggunakan
bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Kondisi ini sangat membantu
perkembangan bahasa Indonesia yang nantinya juga menjadi bahasa nasional.
3) Adanya pengajaran untuk rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikan
oleh sumber-sumber resmi Jepang. Selain itu, kekejaman dan penderitaan yang
dialami pada masa pendudukan Jepang memudahkan para pemimpin bangsa
memberikan semangat untuk melawan penjajahan.
d. Pers di Masa Revolusi Fisik
Pada saat ini, pers terbagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan Sekutu dan
Belanda yang selanjutnya dinamakan Pers Nica (Belanda).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 100
Satu Untuk UNM

2) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia yang disebut Pers
Republik.
Kedua golongan ini sangat berlawanan. Pers Republik disuarakan oleh kaum
Republik, yang berisi semangat mempertahankan kemerdekaan dan menentang usaha
pendudukan Sekutu. Pers ini benar-benar menjadi alat perjuangan masa itu.
Sebaliknya, Pers Nica berusaha memengaruhi rakyat Indonesia agar menerima kembali
Belanda untuk berkuasa di Indonesia.
e. Pers di Era Demokrasi Liberal (1949-1959)
Di era demokrasi liberal, landasan kemerdekaan pers adalah Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS 1949) dan Undang-Undang Dasar Sementara (1950).
Dalam Konstitusi RIS yang isinya banyak mengambil dari Piagam Pernyataan Hak
Asasi Manusia sedunia Universal Declaration of Human Rights, -- pada pasal 19
menyebutkan “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat”. Isi pasal ini kemduain dicantumkan kembali dalam Undang-Undang Dasar
Sementara (1950).
Awal pembatasan terhadap kebebasan pers adalah efek samping dari keluhan
para wartawan terhadap pers Belanda dan Cina. Pemerintah mulai mencari cara
membatasi penerbitan itu, karena negara tidak akan membiarkan ideologi “asing”
merongrong Undang-undang Dasar. Pada akhirnya pemerintah melakukan
pembredelan pers, dengan tindakan-tindakannya yang tidak terbatas pada pers asing
saja.
f. Pers di Zaman Orde Lama atau Pers Terpimpin (1956-1966)
Lebih kurang 10 hari setelah Dekrit Presiden R.I. yang menyatakan kembali ke
UUD 1945, tindakan tekanan terhadap pers terus berlangsung, yaitu pembredelan
terhadap Kantor berita PIA dan Surat Kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia, dan
Sin Po yang dilakukan oleh Penguasa Perang Jakarta.
Upaya untuk membatasi kebebasan pers itu tercermin dari pidato Menteri
Muda Penerangan Maladi, ketika menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan R.I ke-
14, antara lain ia menyatakan; “...Hak kebebasan individu disesuaikan dengan hak
kolektif seluruh bangsa dalam melaksanakan kedaulatan rakyat. Hak berfikir,
menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin
Undang-Undang Dasar 1945 harus ada batasnya: keamanan negara, kepentingan
bangsa, moral dan kepribadian Indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa”.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 101
Satu Untuk UNM

g. Pers di Era Demokrasi Pancasila dan Orde Baru


Di awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah menyatakan akan membuang
jauh-jauh praktek demokrasi terpimpin dan menggantinya dengan Demokrasi
Pancasila. Pernyataan tersebut tentu saja membuat para tokoh politik, kaum
intelektual, tokoh umum, tokoh pers terkemuka dan lain-lain menyambutmya dengan
antusias sehingga lahirlah istilah Pers Pancasila.
Pemerintahan Orde Baru sangat menekankan pentingnya pemahaman tentang
Pers Pancasila. Menurut rumusan Sidang Pleno XXV Dewan Pers, (Desember 1984)
bahwa “Pers Pancasila adalah pers Indonesia dalam arti pers yang orientasi, sikap dan
tingkah lakunya berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hakekat Pers
Pancasila adalah pers yang sehat, yakni pers yang bebas dan bertanggung jawab
dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan obyektif,
penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstrukrif”
Masa “bulan madu” antara pers dan pemerintah ketika itu dipermanis dengan
keluarnya Undang-undang Pokok Pers (UUPP) Nomor 11 Tahun 1966, yang dijamin
tidak ada sensor dan pembredelan, serta penegasan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak untuk menerbitkan pers yang bersifat kolektif, dan tidak diperlukan
surat izin terbit. Kemesraan tersebut ternyata hanya berlangsung kurang lebih delapan
tahun, karena sejak terjadinya “Peristiwa Malari” (peristiwa limabelas Januari 1974),
kebebasan pers mengalami set-back (kembali seperti jaman Orde Lama).
Terjadinya Peristiwa Malari tahun 1974, berakibat beberapa surat kabar
dilarang terbit. Tujuh surat kabar terkemuka di Jakarta (termasuk Kompas )
diberangus untuk beberapa waktu dan baru diijinkan terbit kembali, setelah para
pemimpin redaksinya menandatangani surat pernyataan maaf. Penguasa lebih
menggiatkan larangan-larangan melalui telepon supaya pers tidak menyiarkan suatu
berita, ataupun para wartawan lebih diperingatkan untuk mentaati kode etik jurnalistik
sebagai “selfcensorship”.(saya memperhitungkan ). Demikian juga pengawasan
terhadap kegiatan pers dan wartawan diperketat. (menjelang ) Sidang MPR-1978.
h. Kebebasan Pers di Era Reformasi
Sejak masa reformasi tahun 1998, pers nasional kembali menikmati
kebebasan pers. Hal demikian sejalan dengan alam reformasi, keterbukaan dan
demokrasi yang diperjuangkan rakyat Indonesia. Pemerintahan pada masa reformasi
sangat mempermudah izin penerbitan pers. Akibatnya, pada awal reformasi banyak
sekali penerbitan pers atau koran-koran, majalah atau tabloid baru bermunculan. Bisa
dikatakan pada awal reformasi kemunculan pers ibarat jamur di musim hujan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 102
Satu Untuk UNM

Kalangan pers mulai bernafas lega ketika di era reformasi pemerintah


mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Kendati belum sepenuhnya
memenuhi keinginan kalangan pers, kelahiran undang-undang pers tersebut disambut
gembira, karena tercatat beberapa kemajuan penting dibanding dengan undang-
undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-
Pokok Pers (UUPP).
Pada masa reformasi ini dengan keluarnya Undang-Undang tentang pers,
yaitu Undang- Undang No. 40 Tahun 1999 tentang pers, maka pers nasional
melaksanakan peranan sebagai berikut :
1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan
benar
4) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

C. Pers dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia


1. Landasan Hukum Pers Indonesia
a. Pasal 28 UUD 1945
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
b. Pasal 28 F UUD 1945
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
c. Tap MPR No. III/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Lebih rincinya lagi terdapat pada Piagam Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal 20 dan
21 yang berbunyi sebagai berikut:
(20) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 103
Satu Untuk UNM

(21) “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,


mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia”.
d. Undang-Undang No. 39 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak Asasi
Manusia
(1) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”.
(2) “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
sarana yang tersedia”.
e. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 dalam Pasal 2 dan Pasal 4 ayat 1 tentang pers
Pasal 2 berbunyi, “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat
yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum”.
Pasal 4 Ayat 1 berbunyi, “Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara”.

2. Norma-Norma Pers Nasional


Dalam melaksanakan fungsinya sehari-hari, partisipasi pers dalam pembangunan
melibatkan lembaga-lembaga masyarakat lainnya yang lingkup hubungannya, dapat
dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:
a. Hubungan antara pers dan pemerintah
b. Hubungan antara pers dan masyarakat cq. golongan-golongan dalam masyarakat.
Hubungan antara pers dan pemerintah terjalin dalam bentuk yang dijiwai oleh
semangat persekawanan (partnership) dalam mengusahakan terwujudnya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Organisasi Pers
Organisasi Pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers
(ps. 1: 5). Organisasi-organisasi tersebut mempunyai latar belakang sejarah, alur
perjuangan dan penentuan tata krama professional berupa kode etik masing-masing. PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia) yang lahir di Surakarta, dalam kongresnya yang
berlangsung tanggal 8-9 Februari 1946 dan SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar) yang lahir
di serambi Kepatihan Yogyakarta pada hari Sabtu tanggal 8 Juni 1946, merupakan
komponen penting dalam pembinaan pers Indonesia. Ketika itu di Indonesia sedang
berkobar revolusi fisik melawan kolonialisme Belanda yang mencoba menjajah kembali
negeri kita.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 104
Satu Untuk UNM

Dari organisasi inilah adanya komponen sistem pers nasional, yang di dalamnya
terdapat Dewan Pers sebagai lembaga tertinggi dalam sistem pembinaan pers di
Indonesia dan memegang peranan utama dalam membangun institusi bagi pertumbuhan
dan perkembangan pers.
Dewan pers yang independent, dibentuk dalam upaya mengembangkan
kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional (UU No. 40/1999 ps. 15:
1). Dan Dewan pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan pers;
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah;
f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan di bidang pers
dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
g. Mendata perusahaan pers (ps. 15: 2).
Anggota Dewan Pers terdiri dari:
a. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
c. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang dipilih
oleh organisasi perusahaan pers;
d. Ketua dan wakil ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota;
e. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 3 pasal 15
ditetapkan dengan keputusan presiden;
f. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
4. Sistem Pers Indonesia
Ciri khas sistem pers adalah sebagai berikut :
a. integrasi (integaration )
b. keteraturan (regularity )
c. keutuhan (wholeness )
d. organisasi (organization )
e. koherensi (coherence )
f. keterhubungan (connectedness ) dan
g. ketergantungan (interdependence ) dari bagian-bagiannya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 105
Satu Untuk UNM

Inti permasalahan dalam sistem kebebasan pers adalah sistem kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat (freedom of expression ) di negara-negara barat atau sistem
kemerdekaan untuk “mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan”, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945.
Faham dasar sistem pers Indonesia tercermin dalam konsideran Undang-undang
Pers, yang menegaskan bahwa “Pers Indonesia (nasional) sebagai wahana komunikasi
massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,
hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers
yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta
bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun”.
Dengan demikian, sistem pers Indonesia tidak lain adalah sistem pers yang
berlaku di Indonesia. Kata “Indonesia” adalah pemberi, sifat, warna, dan kekhasan pada
sistem pers tersebut. Dalam kenyataan, dapat dijumpai perbedaan-perbedaan essensial
sistem pers Indonesia dari periode yang satu ke periode yang lain, misalnya Sistem Pers
Demokrasi Liberal, Sistem Pers Demokrasi Terpimpin, Sistem Pers Demokrasi Pancasila,
dan Sistem Pers di era reformasi, sedangkan falsafah negaranya tidak berubah.
5. Sistem Pers dan Karakteristiknya di Negara-negara Berkembang
Sistem politik dan sistem pemerintahan di negar-negara berkembang pada
umumnya masih mengikuti atau meneruskan sistem pemerintahan/sistem politik negara
bekas penjajahnya dengan beberapa penyesuaian, termasuk pula pada sistem persnya.
Pers di negara-negara berkembang hingga kini, kebanyakan berada dalam proses transisi
dan transformasi dari nilai-nilai lama (kolonial) ke nilai-nilai baru (nasional).
Dengan demikian berarti mereka berada dalam proses mencari bentuk yang
paling tepat, atau sedang berusaha keras untuk menemukan indentitas dirinya. Ciri-ciri
khusus sistem pers pada negara-negara berkembang umumnya adalah sebagai berikut :
a. Sistem persnya cenderung mengikuti sistem pers negara bekas penjajahnya.
b. Pers di negara berkembang sampai saat ini berada dalam bentuk transisi. Ia masih
berusaha mencari bentuk yang tepat atau mencari identitas. Karena masih dalam taraf
transisi, maka pers negara berkembang biasanya kurang stabil.
c. Negara berkembang umumnya sedang membangun. Hal ini menyebabkan pers
dituntut untuk bisa berperan sebagai “agent of sosial change” di mana pers bersma-
sama pemerintah mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan.
d. Secara umum kebebasan pers di negara berkembang diakui keberadaannya, tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat pembatasan-pembatasan. Hal ini disebabkan oleh
karena pers dituntut untuk ikut menjamin atau mengusahakan stabilitas politik dan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 106
Satu Untuk UNM

ikut serta dalam pembangunan ekonomi. Pada umumnya, sistem persnya menganut
sistem tanggung jawab sosial (sosial responsibility).
e. Pada umumnya, pers di negara berkembang mengalami masalah yang sama di bidang
komunikasi, yaitu; ketimpangan informasi, monopoli, dan pemusatan yang berlebihan
dari sumber dan jalur komunikasi. Hal ini mengakibatkan adanya dominasi negara
maju atas negara berkembang di bidang informasi dan komunikasi.
f. sistem dan pola hubungan antara pers dan pemerintah mempunyai tendensi
perpaduan antara sistem-sistem yang ada (libertarian, authoritarian, sosial
responsibility, dan lain-lain.).
g. Rumuskan kembali pemahaman anda tentang perkembangan kehidupan pers di
Indonesia semenjak pra kemerdekaan hingga sekarang ini !
h. Berikan penjelasan bagaimana peranan pers Indonesia pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang !
i. Berikan penjelasan kembali tentang peranan pers di masa revolusi yang dikatakan
sebagai “penjaga kepentingan publik” !
j. Berikan sekurang-kurangnya 2 (dua) indikator yang mendasar antara peranan pers
pada masa orde lama dan orde baru !
k. Identifikasikan kembali dalam bentuk apa sajakah perubahan pers di Indonesia paska
rezim orde baru atau era reformasi dewasa !

d. Rangkuman
1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Pers antara lain berfungsi sebagai pendidik, penghubung, pembentuk pendapat
masyarakat dan sebagai lembaga control.
3. Pers mempunyai peran sebagai jembatan informasi dari bawah ke atas atau sebaliknya
dari atas ke bawah.
4. Pers telah mengalami dinamika perkembangan yang bermacam-macam sejak saman
penjajahan sampai dengan era reformasi.
5. Pers di negara-negara berkembang hingga kini, kebanyakan berada dalam proses
transisi dan transformasi dari nilai-nilai lama (kolonial) ke nilai-nilai baru (nasional),

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 107
Satu Untuk UNM

sehingga mereka berada dalam proses mencari bentuk yang paling tepat, atau sedang
berusaha keras untuk menemukan indentitas dirinya.

e. Latihan
Baru-baru ini (Juni 2010), majalah Tempo memberitakan tentang rekening gendut
beberapa perwira polisi. Pada sampulnya, sang perwira diasosiasikan dengan seekor
celeng (selanjutnya istilah “celeng” dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan menabung).
Hanya beberapa saat setelah edisi tersebut terbit, majalah Tempo menghilang dari
pasaran. Khabarnya, semuanya telah diborong oleh seseorang. Untuk apa? Ada yang
mensinyalir agar berita yang dimuat dalam majalah tersebut tidak tersebar dan diketahui
oleh masyarakat luas. Selang beberapa saat kemudian, seorang aktivis ICW yang vocal
menyuarakan kasus rekening gendut tersebut, harus dirawat di rumah sakit akibat
dikeroyok oleh sekelompok orang tak dikenal. Kuat dugaan, apa yang dialami sang aktivis
tersebut, erat kaitannya dengan apa yang disuarakannya dan diberitakan oleh majalah
Tempok. Kini, pak polisi sedang sibuk mengusut kasus tersebut, entah kapan
terungkapnya.

Instruksi:
Cermati kasus tersebut di atas, dan jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Menurut Anda, apakah perkembangan pers di Indonesia dapat dipandang telah
berkembang ke arah yang lebih demokratis, ataukah masih seperti perkembangannya
pada masa orde baru? Buatlah suatu rumusan singkat mengenai kondisi
perkembangan pers di Indonesia berdasarkan berbagai fakta-fakta yang telah
terungkap!
2. Jika pers sudah dapat melakukan fungsi pengusutan, apakah hal itu tidak berarti telah
melampaui tugas kepolisian? Apakah sebenarnya tugas dan peran pers dalam
masyarakat demokratis?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 108
Satu Untuk UNM

C. PENUTUP
1. Daftar Istilah
usage : cara
folkways: Kebiasaan
mores : Tata kelakuan
custom: Adat-istiadat
equality before the law: hak kesamaan dalam hukum
fair trial: peradilan yang jujur
the right to development: hak akan pembangunan
Genosida: adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnis, kelompok agama
crime a gaints humanity: Kejahatan Kemanusiaan
Prinsip transparansi; yaitu pembahasan naskah RUU harus terbuka
Prinsip supremasi hukum; yaitu kepastian hukum, persamaan kedudukan di depan
hukum dan keadilan hukum berdasarkan proporsionalitas.
Prinsip profesionalisme; yaitu dalam penyusunan dan pembentukan hukum
keikutsertaan dan perananan pakar-pakar hukum dan non hukum yang
releVan harus diutamakan sehingga diharapkan dapat melahirkan
perundang-undangan yang berkualitas.
Philosofische Gronslag: Falsafah Negara
Staatsidee: ideologi Negara atau
Geistlichenhintergrund: suasana kebatinan
Constitution: Konstitusi
droit constitunelle: hukum dasar
Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit: artinya konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
Die verselbstandigte rechtverfassung: mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi
yang hidup dalam masyarakat untuk dijadikan kaidah hukum.
Die geschriebene verfassung: adalah menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundang-undangan yang paling tinggi derajatnya yang
berlaku dalam suatu negara.
“instrument of government: bahwa undang-undang dibuat, sebagai pegangan untuk
memerintah
the rule of the constitution: suatu ketentuan yang mengatur
the statement of idea: cita-cita politik
beloosfsbelijdenis: pengakuan kepercayaan
demos: rakyat
cratos: kedaulatan
culturally bounded: dibatasi oleh budaya
rechtstaat: berdasarkan hukum
machtstaat: tidak berdasarkan kekuasaan belaka
constitutional head: kepala negara konstitusional
rubber stamp president: Presiden yang membubuhi capnya belaka
civil society: masyarakat madani
constitutional reform: reformasi sistem
institutional reform and empowerment: reformasi kelembagaan
polical culture: budaya politik
powerless: rakyat biasa merasa tidak punya kekuasaan
collective memory: ingatan kolektif
tate and society: negara dan masyarakat

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 109
Satu Untuk UNM

civic education: pendidikan kewargaan


newly emerging democracies: negara-negara demokrasi baru
democratic citizenship: kewargaan demokratis
preparatory phase: tahap persiapan
decision phase: penentuan
consolidation phase: tahap konsolidasi
status quo: mempertahankan keadaan yang ada sekarang
autos: sendiri
nomos: aturan
globalisasi : adalah proses yang didalamnya batas-batas Negara luluh dan tidak
penting lagi dalam kehidupan social”.
perusahaan multinasional dan transnasional : kegiatan usaha berbadan hukum yang
share holdernya terdiri dari beberapa negara, dan/atau melintasi batas
negara
sekularisme : suatu paham yang memisahkan kehidupan duniawi dengan kehidupan
akhirat
hedonisme: suatu aliran filsafat yang menekankan bahwa nilai utama dalam
kehidupan ini adalah kenikmatan
Mobilitas masyarakat ; keadaan bergerak dari masyarakat sebagai akibat dari
interaksi komponen-komponen dalam masyarakat
sistem hukum : adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara
tertentu yang dipatuhi dan diataati oleh setiap warganya. Dapat pula
dikatakan bahwa sistem hukum adalah keseluruhan komponen sistem
hukum yang saling berkaitan satu sama lain
kodifikasi : penyusunan undang-undang sejenis ke dalam suatu kitab secara
sistimatis logis
unifikasi : penyeragaman atau penyatuan. Dalam konteks hukum adalah
pemberlakuan hukum yang sama untuk semua subyek hukum
social engineering : suatu upaya tau kebijakan penataan masyarakat ke arah tertentu
pengadilan: menunjuk kepada lembaga atau kantor tempat proses hukum
diselesaikan, peradilan :menunjuk kepada lingkungan di mana pengadilan itu
berada atau dapat juga diartikan sebagai proses dalam upaya mewujudkan
keadilan
Kewarganegaraan: menunjukkan keanggotaan seseorang dalam satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik
Apatride, : menunjuk pada seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan
Bipatride: adalah adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap).
Budaya politik: adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap
kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
sosialisasi politik: adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem politik
masyarakatnya
Bebas aktif: negara Indonesia tidak terikat pada suatu blok tertentu, tetapi ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kemerdekaan pers: adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan
prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum”.
Individualisme: Paham yang menempatkan kepentingan individu di atas segalanya,
termasuk Negara diadakan untuk melindungi kepentingan individu.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 110
Satu Untuk UNM

Genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan


atau memusnakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama dengan berbagai cara.
Rule of Law: penegakan hukum
Cultural Shock: kegoncangan budaya
Cultural lag: ketimpangan budaya
Multikultural: artinya kebudayaan majemuk
Kompetitif: Persaingan.
Cyber crime: kejahatan dunia maya
Rubber Stamp presiden; presiden yang membubuhi cap belaka
Collective memory: ingatan kolektiof
State and society: Negara dan masyarakat
Civics Education: Pendidikan Kewargaan
Democratif Citizenship: Kewargaan demokratis
Rezim: pemerintahan
Consolidation: konsolidasi

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 111
Satu Untuk UNM

Daftar Pustaka

Anonim. Tahun 2002. Kapita Selekta Pendidikan Pancasila. Dirjen Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendididikan Nasional, Jakarta.
Agus Dwiyono dkk., 2007. Kewarganegaraan. Yudisthira, Jakarta.
Ahmad Zubaidi, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta.
AS. Hikam, 1999. Demokrasi dan Civil Society, cet.ke-2 jurnal Pemikiran Islam PARAMADINA,
Volume I, NO.2, LP3ES, Jakarta.
--------------, 1999. Politik Kewarganegaraan, Landasan Redemokratisasi di Indonesia.
Erlangga. Jakarta.
Azyumardi Azra, 1999. Menuju Masyarakat Madani, cet. ke-1, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Cholisin, 2002. Militer Dan Geakan Pro Demokrasi,Tiara Wacana, Yogyakarta.
Franz-Magnis Suseno ,1997. Mencari Sosok Demokrasi, Sebuah Telaah Filosofis, cet.ke-2.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
George Clack dan Kathleen Hug, 1998. Hak Asasi Manusia. Sebuah pengantar. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
George Sorensen, 2003. Demokrasi dan Demokratisasi. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Gunawan Ismu dkk., 2001. Hak Asasi Wanita. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Isjwara, 1992. Pengantar Ilmu Politik, Erlangga, Jakarta.
Kuncoro Purbo Pranoto, 1982. HAM dan Pancasila. Pradnya Pramita, Jakarta.
Mahfud MD, 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gamma Media, Yogyakarta.
Miriam Budiarjo, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik , Garamedia, Jakarta.
Mulyana W. Kusuma, 1981. Hukum dan HAM Suatu Pemahaman Kritis, Alumni, Bandung.
M. Solly Lubis, 1987. Asas-asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung.
Ni’matul Huda, 2005. Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nugroho Notosusanto, 1985. Angkatan Besenjata Dalam Percaturan Poltik Indonesia, LP3ES,
Jakarta.
Philipus M. Hadjon, dkk., 1995. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to
the Indonesian Administrative Law), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Projodikoro, 1981. Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik, Eresco, Bandung.
Ramlan Subakti, 1992. Memahami Ilmu Politik Jakarta, Garamedia Widiasarana, Jakarta.
Rizal dan J. Kristiadi,1999. Hubungan Sipil-Militer dan Transisi Demokrasi di Indonesia:
Persepsi Sipil dan Militer, cet. I. CSIS, Jakarta.
Ruslan Abdul Gani. 1986. Indonesia Menata Masa Depan, Pustaka Merdeka. Jakarta.
Sri Jutmini dan Winarno, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan 3, PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, Solo.
T. Mulya Lubis,1987. Ham dan Pembangunan, YLBHI, Jakarta.
UUD 1945 Hasil Amandemen.
UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia.
UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi manusia
UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 112
Satu Untuk UNM

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn yang telah disusun dan siap
diaplikasikan guru, merupakan anatomi lengkap pembelajaran PKn, dimana di dalamnya
antara lain berisi strategi dan model, media dan asesmen materi pembelajaran PKn yang
akan disajikan guru dalam kelas dengan kurun waktu tertentu.
1. Deskripsi
Dalam rangka mendapatkan hasil pembelajaran PKn yang sesuai sasaran
trimatra PKn, yaitu Gatra cognetive, Gatra Affective dan Gatra Psychomotoric, sangat
diharapkan para guru pembina mata pelajaran PKn memahami, mencermati secara
baik model pembelajaran yang akan diterapkan, memilih dan menggunakan media
yang tepat dan sesuai serta memilih prosedur pola evaluasi dan penetapan hasil
belajar PKn sesuai tujuan pembelajaran PKn yang telah ditetapkan.
Modul Kompetensi Pedagogik PKn ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar
yang berisi materi tentang perancangan pembelajaran PKn yang sesuai dengan
panduan silabus PKn, perekonstruksian pelaksanaan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan tujuan PKn di sekolah, dan pemilihan prosedur dan pola
evaluasi pembelajaran PKn yang sesuai dengan karakteristik PKn untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Alokasi waktu yang disediakan untuk modul
ini sebanyak 22 jam diklat.
2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Standar Kompetensi:
Memahami karakteristik peserta didik dan mampu merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran yang mendidik.
b. Kompetensi Dasar:
1) Merancang pembelajaran PKn sesuai dengan panduan silabus KTSP.
2) Merekonstruksi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dan tujuan PKn di sekolah.
3) Memilih prosedur dan pola evaluasi pembelajaran PKn yang sesuai dengan
karakteristik PKn untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 113
Satu Untuk UNM

B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 14
a. Rancangan Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Merumuskan dengan tepat setiap komponen dalam rancangan pembelajaran PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:
A. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 dan nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Sedangkan standar
lainnya ditetapkan melalui Permendiknas nomor 13, 16, 19, 20, 24 dan 41 Tahun
2007 tentang tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan, penilaian,sarana
prasarana, dan proses.
SNP merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah tidak lagi menetapkan
kurikulum seperti kurikulum 1984, 1994 dan sebagainya. Pemerintah hanya
menetapkan SNP yang menjadi acuan sekolah dalam mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan karakteristik, kebutuhan potensi
peserta didik, masyarakat dan lingkungannya.
Pengembangan KTSP berdasarkan SNP memerlukan langkah dan strategi
yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan
terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD); analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta
didik, masyarakat, dan lingkungan; serta analisis peluang dan tantangan dalam
memajukan pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan
kompleksitas yang semakin tinggi.
Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari pengembangan KTSP dilakukan
melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
merupakan penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD menjadi indikator, kegiatan
pembelajaran, materi pembelajaran dan penilaian. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam SI
dan telah dijabarkan dalam silabus.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 114
Satu Untuk UNM

B. Pengembangan Indikator Pembelajaran


Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan indikator merupakan
langkah strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dan pencapaian
kompetensi peserta didik. Dengan demikian diperlukan pemahaman yang mendalam
serta keterampilan dalam pengembangan indikator yang dapat dijadikan sebagai
bekal bagi guru dan sekolah dalam mengembangkan SK dan KD tiap mata pelajaran.
1. Pengertian
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
a. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
KD;
b. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
c. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
a. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
b. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikoator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata
kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
2. Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan
pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut :
a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
3. Mekanisme Pengembangan Indikator
a. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 115
Satu Untuk UNM

Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat


kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat
mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga
bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata
kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun
penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi
yang diinginkan.
b. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan
Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata
pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam
penilaian.
c. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik,
lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta
didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya,
termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis
potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui
pengembangan indikator.
d. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 116
Satu Untuk UNM

4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat


kompetensi dan materi pembelajaran.
5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang
dapat digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam
lampiran 1.
6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
4. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah.
Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan
mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes
harus sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan
dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian
memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen
penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya
atau produk, termasuk penilaian diri.
5. Manfaat Indikator Penilaian
Indikator Penilaian bermanfaat bagi :
a. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes
tertulis seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes.
b. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur
kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya.
c. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan
pembelajaran dan penilaian di kelas.
d. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi
siswa lebih maksimal.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 117
Satu Untuk UNM

C. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Pada kenyataannya, perumusan tujuan pembelajaran sering dianggap
sesuatu yang gampang sekaligus membingungkan. Ada yang menganggap penting
untuk dituliskan, dan ada pula yang menganggap tidak perlu. Kalau memang harus
dituliskan, rumusan tujuan pembelajaran tersebut cukup menyalin ulang kalimat-
kalimat yang ada pada indikator pembelajaran.
Pada dasarnya tujuan pembelajaran sangat berbeda dengan indikator
pembelajaran. Indikator pembelajaran cukup mengandung dua komponen, yaitu
komponen perilaku (behavior) dan komponen materi atau isi (content).
Contoh indikator: menyebutkan (B) macam-macam norma (C), menguraikan (B)
unsur-unsur hukum (C), dan sebagainya.
Dibandingkan dengan indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran paling
sedikit memuat tiga komponen yaitu sasaran (audience), tingkah laku (behavior),
materi atau isi (content). Untuk lebih lengkapnya, sering ditambah dengan
komponen derajat (degree) yaitu tingkat atau standar pencapaian belajar yang
dipakai sebagai indikator atau petunjuk bahwa tujuan tersebut telah tercapai. Atau
dengan lain perkataan bahwa suatu tujuan pembelajaran idealnya memenuhi unsur
ABCD (Audience, Behavior, Content dan Degree). Berbeda dengan indikator yang
hanya memuat unsur BC (Behavior dan Content) saja.
Contoh: Indikator: menyebutkan (B) tata urutan peraturan perundang-undangan (C).
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat (A) menyebutkan (B) tata urutan peraturan
perundang-undangan (C) secara hirarkhis (D).

D. Pengorganisasian Materi Pembelajaran


1. Pengantar
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru
diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses
pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen
dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk
mengembangkan materi pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dan acuan
pembelajaran.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 118
Satu Untuk UNM

2. Pengertian Materi Pembelajaran


Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada
keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan,
prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan
Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
3. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
a. Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-
nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama
bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh dalam mata
pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
pembentukan Pemerintahan Indonesia.
b. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi
dan sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran Biologi: Hutan hujan tropis di
Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian
keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, dsb.
c. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh, dalam mata
pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2
Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.
d. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam mata
pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan strategi
penggunaan Web Browser dan Search Engine, dsb.
e. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb.
Contoh, dalam mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan, komponen ekosistem,
lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan berkelanjutan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 119
Satu Untuk UNM

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi


Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran
adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan
pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika
kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau
prinsip ataupun jenis materi yang lain. Misalnya : kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik adalah ”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum
penawaran serta asumsi yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka
pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang
hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan Menggambar kurva
permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi (materi prosedur).
b. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar (Matematika Kelas X semester 1)
yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi
yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan merasionalkan pecahan bentuk akar.
c. Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam
pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
5. Penentuan Cakupan dan Urutan Materi Pembelajaran
a. Penentuan cakupan materi pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran
harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor, karena ketika sudah
diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi
tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 120
Satu Untuk UNM

b. Urutan Materi Pembelajaran


Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses
pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi
pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan
menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya, materi norma,
pengertian hukum, penggolongan hukum, konstitusi dan seterusnya. Peserta didik
akan mengalami kesulitan mempelajari penggolongan hukum ataupun konstitusi
jika materi norma dan pengertian hukum belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan
prosedural dan hierarkis.
6. Penentuan Sumber Belajar
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung materi
pembelajaran tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
a. buku
b. laporan hasil penelitian
c. jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
d. majalah ilmiah
e. kajian pakar bidang studi
f. karya profesional
g. buku kurikulum
h. terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
i. situs-situs Internet
j. multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
k. lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
l. narasumber

E. Metode, Strategi dan Model Pembelajaran


1. Pengantar
Metode ada yang mengartikan benar-benar sebagai metode, ada pula yang
mengartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Dalam model ini, metode

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 121
Satu Untuk UNM

adalah bagian suatu model pembelajaran. Karena itu pada bagian metode dalam
sebuah RPP, dicantumkan model pembelajaran dan metode yang diintegrasikan
dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik.
Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan. Jadi, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
d. Berbagai Model Pembelajaran
Telah dikemukakan bahwa “model pembelajaran” adalah kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi
para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajarannya.
Beberapa model yang ditawarkan oleh para ahli, misalnya model desain
sistem instruksional dari Banathy yang mengandung enam unsur yaitu: 1) perumusan
tujuan, 2) mengembangkan tes, 3) menganalisis kegiatan belajar mengajar, 4)
menyusun pola sistem, 5) melasksanakan test output, dan 6) merubah untuk
memperbaiki.
Model disain pembelajaran dari vermon S. Gerlach, Donal F. Ely yang
mengandung sepuluh unsur, yaitu: 1) pengkhususan tujuan pengajaran, 2)
menyeleksi isi pelajaran, 3) mengakses kemampuan dasar murid, 4) strategi yang
akan dilaksanakan, 5) mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok, 6)
alokasi waktu, 7) alokasi unit tempat-tempat belajar, 8) menyeleksi sumber-sumber
belajar yang tepat, 9) mengevaluasi penampilan guru dan siswa dan , 1) suatu
analisis bahan umpan balik oleh guru dan murid.
a. Model Pembelajaran CTL
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka
panjang. Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 122
Satu Untuk UNM

mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan


penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
b. Model Pembelajaran Keterampilan Pemecahan Masalah Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat individu merupakan ”aktor sosial”. Salah
satu kemampuan yang dituntut untuk menjadi seorang aktor sosial yang baik adalah
mengambil putusan secara nalar atau well informed and reasoned decision making
(Banks dalam Direktorat ketenagaan Ditjen Dikti, 2007:121).
Kemampuan tersebut akan tercermin melalui proses pembelajaran yang
memungkinkan individu terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan pemecahan masalah
sosial baik secara individu maupun kelompok.
c. Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif
Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan model yang dikembangkan
dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan
mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara
lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif, serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik
penting dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu
model yang memungkinkan peserta didik menegembangkan kreativitas untuk
menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep
yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran
2) Peserta didik didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang
sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti
observasi, diskusi, atau percobaan
3) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanggungjawab
menyelesaikan tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan
eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi.
4) Untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras berdedikasi tinggi, antusias,
serta percaya diri.
d. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooverative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, peserta didik secara individual mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap peserta didik mempunyai
kesempatan yang sama untuk sukses. Kegiatan belajar berpusat pada peserta didik

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 123
Satu Untuk UNM

dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling
mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif
peserta didik termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat
tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran
kooperatif memungkinkan semua peserta didik dapat menguasai materi pada tingkat
penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

F. Strategi dan Metode Pembelajaran


1. Pengertian
Dalam menggunakan model pembelajaran sudah barang tentu guru yang
tidak mengenal strategi dan metode pembelajaran jangan diharap bisa melaksanakan
proses belajar mengajar dengan sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar, berikut ini disajikan strategi dan metode mengajar
yang mungkin dapat dilaksanakan oleh guru.
Strategi pembelajaran adalah pola umum kegiatan pembelajaran (transaksi
pengajaran) yang seyogyanya terjadi di kelas pada saat pembelajaran. Juga adalah
garis besar rancangan kegiatan guru – siswa dalam melakukan pencapaian tujuan
instruksional.
Metode mengajar atau metodik berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Metodologi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan
sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Jadi, strategi lebih luas dari metode, artinya dalam strategi belajar mengajar
menggunakan berbagai metode.
2. Penggolongan Strategi Pembelajaran
Gagne dan Briggs, mengelompokkan strategi pembelajaran atas dua jenis,
yaitu: strategi pembelajaran ekspositorik dan strategi pembelajaran heuristic atau
hipotetik. Apabila dikaji berbagai literatur, masih banyak jenis strategi yang dapat
diketahui, sepertinya strategi deduktif yang hampir sama dengan expository, induktif
yang hampir sama dengan inquiry/discopery, strategi belajar tuntas atau maju
berkelanjutan (mastery learning), dan berdasarkan domein tujuan, seperti strategi
domein kognitif, strategi domein affektif, dan strategi domein psikomotor. Namun
yang dijelaskan berikut ini hanalah strategi ekspositorik dan heuristic.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 124
Satu Untuk UNM

a. Strategi Pembelajaran Ekspositorik


Strategi pembelajaran ekspository disebut juga dengan mengajar secara
konvensional, mengajar secara verbal adalah pengajaran yang menyampaikan pesan
dalam keadaan telah siap. Strategi ini, berpandangan bahwa tingkah laku kelas
pengajaran dan distribusi pengetahuan itu dikontrol dan ditentukan oleh guru. Maka
hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah penyampaian ilmu pengetahuan
kepada peserta didik yang dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang
diberikan dari guru. Peserta didik mendengar dan mencatat apa yang disampaikan
oleh guru, sekali-sekali bertanya pada guru. Jadi, guru berperan lebih aktif, lebih
banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya yang berperan lebih pasif hanya
menerima bahan ajaran yang disampaikan kepadanya. Dalam interaksi hanya terjadi
“komunikasi satu arah atau komunikasi aksi. Supaya tingkat CBSA menjadi tinggi
diperlukan alat bantu/media pembelajaran dan variasi dengan memberi contoh soal,
metode tanya jawab dan sebagainya.
b. Strategi Pembelajaran Heuristik
Strategi pembelajaran heuristik atau hipotetik, adalah pengajaran yang
mengharuskan pengolahan oleh peserta didik sendiri. Dalam strategi pengajaran
heuristik meliputi dua substrategi yaitu Discovery (penemuan) dan inquiry
(penyelidikan).
Penemuan, yaitu para peserta didik diharuskan menemukan prinsip atau
hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya yang merupakan akibat dari
pengalaman belajarnya yang telah “diatur” secara cermat dan seksama oleh guru.
Penyelidikan, yaitu peserta didik sebagai subjek di samping sebagai objek
pengajaran (belajar). Mereka dilepas bebas untuk menemukan sesuatu melalui
proses “asimilasi” yaitu “memasukkan” hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif
peserta didik yang telah ada dan proses “akomodasi” yakni mengadakan perubahan-
perubahan atau “penyesuaian” dalam struktur kognitif yang lama hingga cocok/tepat
dan sesuai dengan penomena baru yang diamati.
3. Berbagai Metode Pembelajaran
Metode mengajar, sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap metode
mempunyai keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Seperti
halnya dengan tidak ada obat yang mujarab di dunia ini hanyalah mujarab karena
cocok penyakitnya. Juga tidak ada satu pun metode yang dianggap ampuh untuk
segala situasi. Suatu metode dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun
tidak ampuh untuk situasi lain.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 125
Satu Untuk UNM

Seringkali terjadi pengajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai


metode secara bervariasi. Dapat pula suatu metode dilaksanakan secara berdiri
sendiri. Ini tergantun kepada pertimbangan didasarkan situasi belajar mengajar yang
relevan. Agar dapat menerapkan suatu metode yang relevan dengan situasi tertentu
perlu dipahami keadaan metode tersebut.
Dari sekian banyak metode mengajar, dalam penggunaannya dapat
dikategorikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu:
a. pendekatan kelompok/klasikal
b. pendekatan bermain, dan
c. pendekatan individu
4. Kriteria Pemilihan Metode Mengajar PKn
Paradigma lama mengajar sebagai usaha mentransfer atau menyampaikan
(relay) sesuatu pengetahuan guru kepada peserta didik sebanyak mungkin, sudah
saatnya perlu ditingkatkan lebih dari itu. Dengan usaha membina, membantu,
memotivasi, mendorong dan memberikan fasilitas kepada peserta didik dalam
mencapai keberhasilannya secara mantap dan wajar. Untuk itu, keharusan
penggunaan asas multi metode dalam kegiatan pembelajaran. Dalam upaya
menentukan jenis ragam metode kearah multi metode mengajar yang akan
digunakan dalam rangka pembelajaran PKn perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. tujuan berbagai jenis dan fungsinya
b. Subjek didik yang berbagai tingkat kematangannya/jenjangnya
c. Situasi dalam berbagai keadaan/kondisinya
d. Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya
e. Pribadi guru/calon guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda

G. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media Pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di
kelas. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis
untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarkan peserta didik sehingga
pada akhirnya tercipta suatu lulusan yang berkualitas.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 126
Satu Untuk UNM

akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat
media yang lebih rinci, yaitu:
a. menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan
b. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. proses pembelajaran lebih intensif
d. efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. meningkatkan kualitas hasil belajar anak didik
f. media memungkinkan proses belajar dapat didlakukan di mana saja dan kapan
saja
g. media dapat menumbuhkan sikap positif anak didik terhadap materi dan prfoses
belajar
h. mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif
3. Jenis Media Pembelajaran
Kemajuan teknologi masuk di dunia pendidikan (persekolahan) dan di dalam
ruangan lingkup kelas sangat mengembangkan media pembelajaran. Aderson (Etin
Solihatin, 2007: 26) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan seperti tabel
di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Media Menurut Anderson
No. Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Buku Pelajaran, modul, brosur, leaflet,
2 Cetak
gambar
Kaset audio yang dilengkapi bahan
3 Audio cetak
tertulis
Overhead Transparancy (OHP), film
4 Proyeksi visual diam
bingkai (slide)
5 Proyeksi audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
6 Visual gerak Film bisu
7 Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/ved, televisi
8 Obyek fisik Benda nyata, model, specimen
9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
CAI (pembelajaran berbantuan
10 Komputer computer),
CBI (pembelajaran berbasis computer)

Klasifikasi media yang dikemukakan oleh Anderson dalam tabel 1 pada


dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu: media cetak, media
elektronik, dan media objek nyata atau realita.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 127
Satu Untuk UNM

4. Kriteria Kualitas Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di
sekolah. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis
untuk mengefektifkan pembelajaran. Karena itu, kualitas media pembelajaran
diperlukan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, dengan criteria kualitas
sebagai berikut:
a. dapat menciptakan pengalaman yang bermakna
b. menfasilitasi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan ahli lainnya
c. memperkaya pengalaman belajar siswa
d. mampu mengubah suasana belajar menjadi aktif mencari informasi melalui
berbagai sumber.
5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran PKn
Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media
pembelajaran, adalah:
a. Tujuan pembelajaran
b. Prinsip-prinsip pembelajaran PKn
c. Manfaat dan ketepatgunaan
d. Sasaran didik
e. Karakteristik media yang bersangkutan
f. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media
g. Keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya
h. Kesesuaian dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada
i. Biaya
j. Ketersediaannya
k. Mutu teknis
6. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran
Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 32) mengemukakan prinsip umum yang
perlu diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu:
a. Setiap jenis media memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu jenis media
yang cocok untuk segala macam proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan
belajar. Ibaratnya, tidak ada satu jenis obat yang manjur untuk semua jenis
penyakit
b. Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu. Namun
harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam
suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak akan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 128
Satu Untuk UNM

meperjelas pelajaran. Oleh karena itu, gunakan media seperlunya, jangan


berlebihan.
c. Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Lebih baik
menggunakan media sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa daripada
media canggih, namun justru membuat siswa terheran-heran pasif.
d. Swebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam
penyusunan rencana pelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan
disajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik
penggunaannya.
e. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau
sekadar pengisi waktu kosong. Jika siswa sadsr bahwa media yang digunakan
hanya untuk mengisi waktu kosong maka kesan ini akan selalu muncul setiap kali
guru menggunakan media.
f. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan media.
Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses kegiatan belajar mengajar tidak
efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal
ini terutama perlu diperhatikan ketika akan menggunakan media eletronik.

H. Asesmen
1. Pengertian dan Prosedur Asesmen
a. Pengertian Asesmen
Asesmen adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang prestasi atau kinerja seseorang yang hasilnya akan digunakan untuk
evaluasi. Asesmen dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi kinerja atau
prestasi seseorang. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data
pengukuran dan non pengukuran. Informasi disajikan dalam bentuk profil peserta
didik untuk menetapkan apakah peserta didik dinyatakan sudah atau belum
menguasai kompetensi yang ditargetkan.
b. Karakteristik Asesmen Berbasis Kompetensi
1) Berfokus pada hasil, sehingga anak didik yang mengalami kesulitan
2) Dilaksanakan untuk setiap individu dan untuk menentukan dia sudah
menguasai atau belum menguasai kompetensi yang diajarkan
3) Mengacu kepada standar/kriteria dan tidak untuk membandingkan
keberhasilan seseorang dengan orang lainnya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 129
Satu Untuk UNM

4) Memberikan kesempatan mahasiswa dapat mengevaluasi diri sendiri


sehingga hasil akan lebih bermakna, baik bagi pendidik, peserta didik,
maupun administrator.
5) Bersifat autentik, terbuka, holistik, dan integratif. Autentik, terfokus kepada
kompetensi yang didemonstrasikan. Terbuka, memberi peluang anak didik
merespons secara kreatif. Holistik, mencakup semua kemampuan dan
kompetensi; sehingga pendekatan integratif yaitu dari beberapa menjadi
satu kesatuan
6) Kelulusan menurut ketercapaian standar yang ditentukan untuk semua
kompetensi utama, dinyatakan kompeten atau tidak (lulus atau tidak lulus).
Tidak kompeten atau tidak lulus apabila tingkat penguasaannya kurang dari
70 %
2. Metode dan Bentuk Instrumen Asesmen
a. Tes (Gradasi benar – salah)
1) Tes formal adalah tes yang dilakukan dalam waktu khusus, terpisah/di luar
waktu untuk kegiatan pembelajaran, yaitu:
a) tes tulis dengan bentuk instrumennya diklasifikasikan dalam tiga jenis
soal, yaitu:
(1) soal dengan memberi jawaban, meliputi
 Item tes isian atau melengkapi
 Item tes jawaban singkat atau pendek
 Item tes uraian (tes uraian terbatas dan bebas)
(2) Soal dengan memilih jawaban, meliputi:
 Item tes pilihan ganda
 Item tes dua pilihan (benar salah, ya - tidak)
 Item tes menjodohkan
 Item tes sebab akibat
(3) Soal gabungan memilih dan memberi jawaban, sepertinya:
 Item tes pilihan ganda beralasan
 Item tes dua pilihan beralasan
 Dll.
b) tes lisan, dengan bentuk instrumennya
 Daftar pertanyaan
c) tes kinerja, dengan bentuk instrumennya
 Item tes paper and pencil

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 130
Satu Untuk UNM

 Item tes identifikasi


 Item tes simulasi
 Item tes uji petik kerja
2) Tes non-formal adalah tes yang dilakukan menyatu dengan kegiatan
pembelajaran atau dilaksanakan tidak khusus dalam suasana tes, yaitu:
a) Observasi, dengan bentuk instrumennya
 Lembar observasi
b) Penugasan, dengan bentuk instrumennya
 Tugas proyek
 Tugas portofolio
 Tugs rumah
 Dll.
b. Non-tes (positif-negatif, setuju-tidak setuju, suka-tidak suka)
1) Observasi, dengan bentuk instrumen lembar observasi
2) Wawancara, dengan bentuk instrumen pedoman wawancara
3) Inveentori, dengan beentuk instrumen skala inventori
4) Self report, dengan bentuk kuesioner, ceklis, catatan harian (angket, daftar
cek, daftar catatan harian)
d. Latihan
Pak Tinulu adalah guru PKn yang baru terangkat di SMP Lamacca
Disamakan. Dalam RPP yang telah dibuat, Pak Tinulu hendak menyampaikan
Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat,
peraturan yang berlaku dalam masyarakat”.
Sebelum merumuskan tujuan pembelajaran, Pak Tinulu terlebih dahulu
merumuskan indicator pembelajaran, yaitu; 1) menjelaskan pengertian norma,
kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat, 2)
menyebutkan contoh-contoh norma, adat istiadat dan peraturan dalam masyarakat.
Agar RPP Pak Tinulu menjadi lengkap, maka ia merumuskan tujuan
pembelajaran dengan menulis kembali seluruh kalimat-kalimat yang dalam dalam
indicator yang telah dibuat sebelumnya, dengan terlebih dahulu menuliskan kalimat
“Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat: …).
Selanjutnya, Pak Tinulu mencantumkan materi pembelajaran dengan
menuliskan pokok-pokok bahasan; pengertian hukum dan norma, penerapan norma
dalam kehidupan bermasyarakat, defenisi dan unsur-unsur hukum. Sedangkan model
pembelajaran yang direncanakan sebagaimana telah ditulis dalam RPP tersebut

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 131
Satu Untuk UNM

adalah “Snow Ball” dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab. Adapun media
pembelajaran yang disiapkan adalah LCD. Dan teknik penilaian yang direncanakan
adalah non tes.
Perlu diketahui bahwa kapasitas listrik di SMP Lamacca Disamakan hanya
450 watt sehingga lampunya sering padam.
Setelah dilakukan penilaian pada akhir semester, ternyata 80% siswa gagal
memenuhi Kompetensi Dasar.

Instruksi:
Lakukan analisis terhadap RPP yang dibuat Pak Tinulu. Di mana letak kekeliruan Pak
Tinulu dalam mempersiapkan pembelajarannya? Jika sudah ditemukan, buatlah
perbaikan-perbaikan atas kekeliruan tersebut! Buat pula minimal 2 (dua) RPP lain
dengan memperhatikan kompetensi dasar dan indicator yang ada pada modul
Kompetensi Profesional!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 132
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 15
a. Rekonstruksi Pelaksanaan Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Mendiagnosis pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai prosedur dan rancangan
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:

A. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran


1. Membuka Pembelajaran (Set Induction)
Yang dimaksud dengan set induction ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam setting pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi peserta didik,
agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Usaha
menciptakan pra kondisi yang baik akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan
belajar peserta didik. Usaha yang bisa dilakukan guru berupa penghubungan pengalaman
siswa dengan tujuan pembelajaran; penarikan perhatian siswa sehingga secara sadar
atau tidak sadar siswa suka dan siap memasuki persoalan pokok (materi pembelajaran).
Tujuan pokok siasat membuka pembelajaran antara lain adalah :
a. Untuk menyiapkan mental siswa agar terlibat dan siap memasuki / menerima materi
pembelajaran.
b. Untuk menimbulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa (materi
pembelajaran) yang akan dilakukan.
Set induction biasanya dilakukan pada permulaan pembelajaran atau pada
pengenalan konsep dan prinsip baru atau pada saat akan membuka materi pembelajaran
dikelas

2. Menutup Pembelajaran
Yang dimaksud menutup pembelajaran (closure) ialah usaha atau kegiatan guru
untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran dikelas. Bentuk – bentuk kegiatan menutup
pembelajaran, antara lain :
a. Merangkum atau membuat garis – garis besar dari persoalan (materi pembelajaran)
yang baru saja dipelajari, sehingga para siswa memperoleh gambaran yang jelas
tentang makna serta esensi dari pokok persoalan yang telah dipelajari.
b. Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal – hal yang pokok dalam
pembelajaran (materi yang telah disampaikan), agar informasi yang telah diterimanya

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 133
Satu Untuk UNM

dapat membangkitkan minat serta kemampuannya pada masa-masa mendatang


dalam kelanjutan pembelajaran dan penghidupannya.
c. Mengorganisasikan semua kegiatan maupun pembicaraan (materi yang telah
dipelajari) pada pertemuan tersebut, sehingga merupakan suatu kebulatan yang
berarti dalam memahami esensi bahan yang baru saja dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa dalam membuka pembelajaran
guru melakukan kegiatan berupa apersepsi, motivasi seperlunya dan menciptakan
prakondisi dan suasana yang berkaitan dengan fasilitas dan sarana pembelajaran.
Sedangkan dalam menutup pembelajaran guru melakukan kegiatan berupa refleksi,
kesimpulan materi (rangkuman), tes dan penugasan untuk pengayaan, pendalaman
remedial dan akselerasi.
2) Contoh Keterampilan Membuka & Menutup Pembelajaran di Kelas
Keterampilan membuka :
Untuk Kelas : PPL 1
Tujuan Profesional : Terampil membuka dan menutup pembelajaran
Tujuan Instruksional : Dapat memberi definisi tentang “Mengajar”
Keterampilan Membuka :
Guru (G) : Selamat pagi anak – anak, Pagi ini kita akan melanjutkan kegiatan kita
minggu yang lalu mengenai “pengertian belajar”. Siapa yang masih ingat
apa yang disebut belajar?
Amin (M1) : Saya, pak : Belajar adalah membaca,
Badu (M2) : Bukan, Pak! Belajar adalah memasukkan ilmu.
Guru (G) : Benarkah kamu suwito pendapat dari Amin dan Badu itu?
Suwito (M3) : Salah, Pak! “Belajar adalah mengorganisasikan materi”.
Guru (G) : Tepat sekali, tetapi masih ada yang mungkin lebih tepat dari pendapat
Suwito itu.
Aceng (M4) : Saya, Pak! Belajar adalah “Perbuatan yang menyebabkan perubahan
tingkah laku”.
Guru (G) : Hampir sempurna. Dapatkah kamu melengkapinya sedikit siti?
Siti (M5) : (Diam)
Unyil (M6) : Bagaimana kalau ditambah dengan : “yang berbeda sebelum belajar
dan sesudah belajar”.
Guru (G) : Ya, itu lebih lengkap, sekarang siapa yang masih ingat pengertian
mengajar.
Usro (M7) : Mengajar adalah memberikan ilmu pengetahuan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 134
Satu Untuk UNM

Guru (G) : Benarkah pendapat usro?


Siswa (M) : Kita belum belajar itu Pak.
(Isi) :................................................
Guru (G) : Baiklah, sekarang marilah kita bicarakan besama – sama.
Siswa (M) : (Mencari jawaban, berpikir sambil menoleh kekiri kekanan).
Guru (G) : (Menjelaskan, diselingi pertanyaan – pertanyaan disertai contoh –
contoh).
Siswa (M) : (Mendengarkan dan mencoba sedapat mungkin menjawab
pertanyaan – pertanyaan guru).

Keterampilan Menutup :
Guru (G) : Marilah sekarang kita rangkum apa yang telah kita pelajari
mengenai pengertian mengajar. Coba apa pengertian mengajar secara
lengkap?
Suwitno (M3) : Perbuatan yang menyebabkan siswa aktif.
Guru (G) : Baik, apa lagi yang menyebabkan siswa aktif.
Aceng (M4) : Biasanya siswa mau belajar.
Guru (G) : Bagus, coba beri beberapa contoh, kamu unyil??
Unyil (M6) : (memberi contoh)
Guru (G) : Baik, jadi kamu tahu sekarang bahwa didalam mengajar seorang
guru harus membuat siswa mau belajar. Nak, untuk lebih
memantapkan pengertian kamu, coba kerjakan tugas – tugas ini
sebagai pekerjaan rumah.

d. Latihan
Pak Baco Lolo adalah guru PKn di sebuah SMP Negeri di Makassar. Pada saat Pak
Baco Lolo hendak mengajar dengan Kompetensi Dasar “Menjelaskan Hakikat Demokrasi”,
ia langsung menuliskan pokok bahasan di papan tulis tentang demokrasi dan
perkembangannya di Indonesia. Selanjutnya Pak Baco Lolo menjelaskan materi tersebut
secara runtut. Lima menit sebelum waktunya habis, Pak Baco Lolo meminta siswa untuk
menaikkan selembar kertas dan mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 135
Satu Untuk UNM

Instruksi:
Lakukan analisis terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan Pak Baco Lolo!
Tunjukkan kelemahan/kekurangannya jika dilihat dari segi cara membuka dan menutup
pembelajaran yang baik, pemilihan model, metode dan prosedur pembelajarannya,
pemilihan dan penggunaan media pembelajarannya, serta langkah-langkah umpan balik
dan penugasan yang telah dilakukan! Setelah itu, buat rincian cara-cara perbaikannya
secara terstruktur dengan memperhatikan karasteristik mata pelajaran PKn!
Rekonstruksikan kembali suatu kegiatan pembelajaran PKn yang benar untuk indicator
yang lain!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 136
Satu Untuk UNM

Kegiatan Belajar 16
a. Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran PKn
b. Indikator:
Menilai prosedur pengembangan alat evaluasi dengan benar untuk mengungkap
potensi peserta didik dalam belajar PKn.
c. Uraian Materi dan Contoh:

Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran PKn


Dalam rangka pembaruan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya sistem
pendidikan tenaga kependidikan maka persoalan bagaimana mengetahui kemajuan
hasil belajar peserta didik, merupakan masalah yang cukup menuntut perhatian. PKn
yang bertujuan menanamkan nilai-nilai moral, di samping nilai-nilai ilmiah dan
kesadaran Nasional, masalahnya menjadi lebih ruwet dan kompleks. Masalah evaluasi
pembelajaran PKn menjadi sangat penting dan terus menerus perlu dikembangkan
untuk mendapatkan sistem evaluasi pembelajaran PKn yang benar-benar mampu
memonitor dan menilai perkembangan hasil belajar PKn.
1. Prinsip – prinsip Penilaian PKn
Pada dasarnya prinsip penilaian hasil belajar PKn, secara teoretis tidak jauh
berbeda dengan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar pada umumnya, hanya saja
PPKn mempunyai karakter khusus dengan tekanan sasaran pada pembinaan moral
dan etika. Persoalan bagaimana merancang, bagaimana melakukan, cara dan alat
ukur apa yang pantas digunakan dalam penilaian PKn adalah hal – hal pokok yang
harus dipertimbangkan guru dalam evaluasi pembelajaran PKn. Oleh karena itu dalam
penilaian hasil belajar PKn harus dilakukan dengan hati-hati serta dengan tingkat
ketelitian yang cukup tinggi.
Dalam masalah penilaian hasil belajar PKn, kiranya perlu memperhatikan
beberapa prinsip dasar berikut;
a. Sasaran harus jelas.
Perumusan sasaran yang akan diukur dalam evaluasi pembelajaran PKn sangat
memudahkan pekerjaan dan lebih menjamin keberhasilan hasil pengukuran. Guru
harus benar – benar memahami sasaran yang jelas yang harus dievaluasi.
b. Objektivitas
Prinsip dalam penilaian PKn harus ada kejujuran (fair). Perasaan subjektif harus
dihindari sedapat mungkin sehingga objektifitas dalam penilaian hasil belajar PKn
benar – benar merupakan suatu keharusan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 137
Satu Untuk UNM

c. Keterbukaan
Bahwa evaluator (Guru / Dosen) sering tidak cukup terbuka dalam masalah
penilaian terutama tentang bobot nilai yang akan diberikan untuk setiap soal, tidak
mengembalikan pekerjaan atau tugas peserta didik yang dinilai, bahkan mungkin
tidak memberitahukan nilai yang mereka peroleh. Apa yang disampaikan hanya
berupa informasi tentang Lulus atau Tidak Lulus.
d. Refresentatif
Prinsip ini menuntut bahwa data atau aspek yang akan dinilai harus benar – benar
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam hal ini evaluator harus hati –
hati, jangan terkecoh oleh gejala yang bersifat kamuflase atau jangan terjerat oleh
haloeffect, karena semua itu akan memberikan hasil penilaian yang tidak benar.
e. Kesaksamaan
Evaluasi pembelajaran PKn yang salah satunya menitikberatkan pada aspek
afektif, namun tidak berarti melupakan aspek – aspek lainnya. Guru dalam hal ini
harus memahami kesaksamaan yaitu :
1) Saksama dalam merumuskan sasaran yang akan dinilai, sehingga menjadi
jelas.
2) Saksama dalam memilih metoda dan teknik serta instrumen yang digunakan,
agar benar – benar menghasilkan informasi yang mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya.
3) Saksama dalam mengolah data informasi yang diperoleh, sehingga memperoleh
hasil penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan.
4) Saksama dalam membuat kriteria patokan yang akan dipakai untuk
membandingkan atau mengukur sasaran yang dimaksudkan.
5) Saksama dalam menafsirkan hasil pengukuran

2. Tujuan Penilian PKn


Pada dasarnya tujuan penilian PKn adalah :
a. Untuk mengetahui keberhasilan dan masalah peserta didik dalam mencapai
kompetensi yang sudah ditetapkan.
b. Untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan dalam penyelenggaraan
program dan proses pembelajaran untuk tercapainya penguasaan kompetensi.
c. Untuk mendapatkan input guna perbaikan program pembelajaran PKn yang
lebih bermutu.
d. Untuk menilai ketepatgunaan strategi pembelajaran PKn (bahan review).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 138
Satu Untuk UNM

e. Untuk mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik (bahan terapi)


f. Untuk mengetahui dan menentukan berhasil tidaknya peserta didik (sertifikat /
Ijazah)
g. Untuk memotivasi dan memahami tingkat keberhasilan PKn

3. Pendekatan Penilaian
Pendekatan yang biasanya digunakan dalam penilaian hasil pembelajaran /
pendidikan pada umumnya ialah :
a. Penilaian acuan patokan (PAP) atau Criterion Refenced Evaluation (CRE)
b. Penilaian acuan norma (PAN) atau Norma Refenced Evaluation (NRE)
Untuk menyegarkan ingatan kita, barangkali ada baiknya pada kesempatan
ini dikemukakan pokok – pokok pengertian dari kedua pendekatan itu.
PAP, memuntut adanya semacam kriterium atau semacam patokan untuk
dipakai sebagai alat pembanding terhadap hasil pengukuran. PAP adalah penilaian
yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar yang diukur dengan patokan
yang telah dibuat sebelumnya. Pendekatan PAP sering juga disebut objektif
Referenced ebaluation (ORE) atau Competency referenced evaluation (ORE), dapat
menunjukkan kwalitas lulusan yang sama. Maksudnya kapanpun dan di manapun
patokan digunakan maka kualifikasi lulusannya akan sama saja, dalam arti bahwa
mereka telah mencapai atau melampaui patokan atau batasan lulus yang telah
ditentukan. Inilah salah satu keunggulan daripada pendektan PAP.
PAN, sering juga disebut penilaian berpatokan relatif, pada dasarnya tidak
mempunyai kriterium yang menunjukkan kualitas lulusan. Alat pembanding untuk
memberikan arti atas skor yang dicapai, ditentukan berdasarkan prestasi rata – rata
dari kelas yang dinilai. Patokan pembanding PAN berubah – ubah untuk setiap saat
penilaian atau setiap kelas yang dinilai.
4. Metode dan Teknik Penilaian PKn
Metode dan teknik penilaian PKn yang dapat digunakan adalah :
a. Observasi
Observasi adalah metode untuk mendapatkan data informasi yang akan
diukur atau dinilai dalam materi pembelajaran PKn. Observasi dapat berupa
langsung, tidak langsung, berstruktur, tidak berstruktur, berpartisipasi, tidak
berpartisipasi, Quasi berpartisipasi, dan Observasi Experimental.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 139
Satu Untuk UNM

b. Inquiry
Metode ini bermaksud untuk menggali keterangan – keterangan yang
diperlukan untuk dinilai, dengan memberikan berbagai pertanyaan baik lisan
maupun tertulis.
Yang tergolong dalam inquiry ini adalah teknik – teknik ; inventori, quisioner,
dan wawancara.
c. Testing
Metode ini paling populer digunakan. Metode tes ini akan dibahas lebih
lanjut. Tes dapat berupa Essay Test dan Objective Test.
Objective test dapat berupa True False Test, Multiple Choice Test,
Matching Test dan Completion Test.
d. Skala (Non tes)
Evaluasi hasil pembelajaran PKn berupa non tes dapat dilakukan guru
melalui ; Daftar Cek (Check List), Skala nilai (Rating Scala), Pencacatan Peristiwa
(Anecdotal Record), Karangan atau semboyan, Sosiometri.

d. Latihan
Seorang guru PKn baru saja mengajarkan materi tentang sila-sila Pancasila.
Ia kemudian ingin mengetahui tingkat keberhasilan siswa pada indicator
“Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bernegara”. Tetapi ia
kebingungan bagaimana menyusun perangkat penilaiannya. Akhirnya ia memutuskan
untuk membuat soal essay dengan soal “Jelaskan mengapa kita harus menunjukkan
sikap positif terhadap Pancasila?”, lengkap dengan skoringnya. Setelah hasil tes
dianalisis, ternyata seluruh siswa menjawab dengan benar.
Persoalan kemudian muncul setelah kepada siswa tersebut dilatih untuk
mengerjakan soal yang sudah baku dari Dinas Pendidikan setempat pada indicator
yang sama. Ternyata hasilnya menunjukkan semua siswa gagal.

Instruksi:
1. Lakukan analisis terhadap perangkat penilaian yang telah dibuat oleh guru
tersebut! Setelah itu, tunjukkan di mana letak persoalannya!
2. Buatlah beberapa perangkat penilaian berdasarkan indicator yang terdapat dalam
modul pendalaman kompetensi professional!
3. Buat pula rancangan cara melakukan scoring terhadap tes hasil belajar tersebut!

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 140
Satu Untuk UNM

4. Buat pula rancangan analisis soal berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan reliabilitasnya!
5. Buatlah contoh kesimpulan atas hasil penilaian dari soal yang telah dibuat dengan
jelas dan logis!
6. Berdasarkan kesimpulan yang Anda buat, tuliskan rencana perbaikan perangkat
penilaaiannya!

C. PENUTUP
1. Daftar Istilah
Asesmen: penilaian
Gatra Kognitif: domain, kawasan pengetahuan
Gatra Afektif: domain, kawasan sikap
Gatra Psikomotor: domain, kawasan keterampilan
Audience: Sasaran belajar (siswa/mahasiswa)
Behavior: perilaku, tingkah laku yang harus dimiliki/dikuasai
Content: Isi, materi
Degree: tingkatan, situasi dan kondisi perilaku yang dikehendaki
Intructional Materials: Materi pembelajaran
Relevansi: kesesuaian
Konsisstensi: Keajegan
Adequacy: kecukupan
Prerequisite: prasyarat
Hirarkhis: berurutan secara bertingkat
Masteri learning: belajar tuntas
Contextual teaching and learning: model pemb. berdasarkan masalah social
Keywords: kata kunci
Homo sapiens: mahluk social
Curiosity: rasa ingin tahu

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 141
Satu Untuk UNM

DAFTAR PUSTAKA

Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for


developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002). Jakarta: Balai Pustaka
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian;
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education
and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit
Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass:
Allyn-Bacon.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Fokus Media.
Diepdikbud RI. 1983. Evaluasi Hasil Belajar PMP, Modul Akta – VB, Buku II. Jakarta : Dirjen
Dikti
Consuelo G. Cs. Alih bahasa Alimuddin Tuwu. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta :
UI Press
Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Dendasurono Prawiroatmodjo, Dkk. 1987. Pembinaan Kompetensi Mengajar. Jakarta : IKIP
Jakarta
H. Sangkala Ibsik & M. Rifdan. 2006. Pancasila dan Kewarganegaraan. Makassar : UNM

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24


Universitas Negeri Makassar 142

Anda mungkin juga menyukai