Tes Esbach
Tes Esbach
Merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein dalam urin (proteinuria). Tes esbach yang disebut juga
dengan metode dipstik ini merupakan pemeriksaan kuantitatif dengan nilai 0-4(+). Pemeriksaan ini sensitif
terhadap 60mg/l albumin, tetapi kurang sensitif terhadap protein
Bence Jones dan protein lain yang berat molekulnya rendah misal β2
-mikroglobulin.Pemeriksaan ini terkenal karena kemudahannya. Sampel urin yang digunakan untuk tes esbachini
adalah dari pengumpulan urin 24 jam yang ditampung.Jadi untuk mendapatkan sampel urin ini, pasien diharuskan
menampung semua urinnyaselama 24 jam mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi pada hari berikutnya. Urin
yang keluar pertama kali pada pagi hari tidak ditampung, karena merupakan hasil dari malam harinya. Jadi urin
mulai ditampung setelah berkemih pertama kali pada pagi hari sampai pasien berkemih pertama kali pada pagi
hari di hari berikutnya. Pengumpulan urin 24 jam ini membuat pasien tidak nyaman dan tidak praktis karena
pasien harus membawa kemana-mana tempat untuk menampung urinnya, serta sering kali pasien lupa untuk
menampung urinnya ketika sedangberkemih.Hasil dari tes esbach atau metode dipstik memiliki nilai 0-4 (+):
Interpretasi Hasil tes esbachSamar
10-30 mg%
+1
30 mg%
+2
100 mg%
+3
500mg%
+4
>2000 mg%Pada tes esbach false positif dapat terjadi bila urin sampel sifatnya terlalu basa atau terlalu encer.Selain
itu bila dari hasil pemeriksaan didapati positif samara harus diperiksa dengan asamsalisilsulfonat atau dengan tes
pendidihan karena mungkin positif palsu yang dihasilkan oleh urinalkali yang berbufer kuat.
PROTEINURIA
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam
keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap
fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun
dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang
serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria,
kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau
merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam
jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk
metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit
dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada
orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan
ginjal.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau
beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang
muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada
ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati
kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding
glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul
besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat
kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih
kecil (<20 kDal) secara bebas disaring tetapi di absorbsi kembali oleh tubulus
proksimal.Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan
albumin hanya sekitar 30 mg/hari sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus
atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang menghalangi sel
maupun partikel lain menembus dindingnya.Membran basalis glomerulus menangkap
protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan
memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang
sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat,
dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif akan
menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria
abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada
diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan
produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari
kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus
proksimal.Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan
dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali
disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang
mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m 2/jam pada anak-
anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran
glomerulus.Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang
cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria
patologis:
1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.Proteinuria tubular
3.Overflow proteinuria
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1).
Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma,
terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah
kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit
glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan
selularitas yang berubah. 2). Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria
glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada
permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.
Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
1. Mikroalbuminuria
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30-
300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria
merupakan marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal
LFG (laju filtrasi glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien
diabetes mellitus tipe I dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan
mikroalbuminuria sangat penting.
3. Proteinuria intermitten
Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti
penyebab proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria
kadang-kadang menghilang setelah beberapa tahun.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas
pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal
melewati kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding
glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul
besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak,
terdapat kebocoran protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang
lebih kecil (<20kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus
proksimal.Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan
albumin hanya sekitar 30 mg/hari, sisanya protein pada urin akan disekresi oleh tubulus
atau adanya sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim-enzim dan hormon-
hormon peptida.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang menghalangi sel maupun
partikel lain menembus dindingnya.Membran basalis glomerulus menangkap protein besar
(>100kDal) sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air
dan solut kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion
glikoprotein yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH
fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin.
“ISK dapat mengenai semua orang, mulai dari bayi baru lahir
sampai dengan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.”
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih. ISK adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di
ginjal, saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing
bagian luar (uretra).
ISK secara klinik timbul sebagai ISK bagian bawah dan ISK bagian atas. ISK
bagian bawah adalah ISK yang paling sering terjadi. ISK bagian atas biasanya
sering disebabkan oleh kuman yang sama dengan ISK bagian bawah, hal ini terjadi
karena ISK bagian bawah tidak diobati secara tepat sehingga kuman tersebut naik
dari kandung kemih ke ginjal, dan dapat menyebabkan infeksi yang serius dari
ginjal.
Urin (air seni) merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Maka dalam
urin terdapat kuman tetapi dalam jumlah yang masih normal. Mengosongkan
kandung kemih adalah cara alami yang dilakukan tubuh agar jumlah kolonisasi
kuman dapat ditekan, sekaligus mencegah kuman naik ke saluran kemih bagian
atas (ginjal). Di samping itu, tubuh menjaga agar urin yang dikeluarkan memiliki
tingkat osmolalitas tinggi, konsentrasi urea tinggi, dan pH asam. Kondisi tersebut
menyebabkan urin mempunyai 'efek antibakteri'. Adanya gangguan terhadap
mekanisme alami itulah yang memudahkan terjadinya ISK. Contohnya adalah
pasien diabetes melitus, dimana terjadi konsentrasi glukosa urin yang meningkat
menjadi media yang sangat baik bagi kolonisasi kuman.
ISK dapat mengenai semua orang, mulai dari bayi baru lahir sampai dengan orang
dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. ISK lebih sering ditemukan pada bayi
atau anak kecil dibandingkan dengan dewasa. Pada bayi sampai umur tiga bulan,
ISK lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, tetapi selanjutnya lebih sering
pada perempuan daripada laki-laki.
Wanita lebih sering terkena ISK karena saluran kencing wanita lebih pendek
dibanding pria. Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung kemih
karena saluran kencing lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah dubur.
Pada wanita dengan seksualitas aktif, terdapat faktor lainnya untuk berkembang
menjadi ISK, seperti penggunakan kontrasepsi diafragma (kondom wanita) dan
metode seksual yang dilakukan.
Pada wanita hamil, dapat lebih sering terkena ISK karena adanya perubahan
hormonal dan perubahan dari posisi saluran kencing selama kehamilan.
Semasa hidup seseorang, risiko ISK meningkat 1-2%. Statistik menunjukkan
prevalensi ISK pada wanita muda yang semula hanya 1-2% akan meningkat
menjadi 2,8-8,6% di usia 50-70 tahun. Pada pria, prevalensi ISK di atas usia 80
tahun juga tinggi, mencapai 20%.
Semakin tua seseorang, status imunnya akan semakin menurun. Maka, semakin
mudah pula orang tersebut mengalami infeksi. Kaum geriatrik (lansia) dengan
gangguan mood dan penurunan faal kognitif cenderung sulit merawat diri.
Kebersihan tubuh terutama daerah genital kurang terjaga. Akibatnya, kuman
mudah berkoloni di daerah tersebut sehingga terjadilah infeksi.
ISK dibagi menjadi 2 tipe yaitu tidak berkomplikasi (uncomplicated) dan
berkomplikasi (complicated).
Prinsipnya, semua ISK yang ditemukan pada pria tergolong ISK berkomplikasi,
karena struktur anatomi saluran kemih pria menyulitkan terjadinya ISK.
Sebaliknya, definisi ISK berkomplikasi pada perempuan lebih 'lunak' yaitu bila
ditemukan adanya kelainan struktur pada sistem saluran kemih, batu, retensi urin,
abses, atau terjadi karena penyebaran melalui aliran darah.
ISK pada usia lanjut sebagian besar adalah ISK berkomplikasi. Pada usia diatas 65
tahun, ISK merupakan sebab dari 30% kasus bakteremia, dibandingkan dengan
16% pada usia dibawah 65 tahun.
Gejala ISK
Kadang tanpa gejala, dan didiagnosis setelah terjadi komplikasi gagal ginjal. Pada
bayi baru lahir, gejalanya tidak khas, sehingga sering tidak terpikirkan, misalnya
suhu tidak stabil (demam atau suhu lebih rendah dari normal), tampak sakit,
mudah terangsang atau irritable, tidak mau minum, muntah, mencret, perut
kembung, air kemih berwarna kemerahan atau tampak kuning.
Pada bayi lebih dari satu bulan, dapat berupa demam, air kemih berwarna
kemerahan, mudah terangsang, tampak sakit, nafsu makan berkurang, muntah,
diare, perut kembung atau tampak kuning. Pada anak usia prasekolah atau
sekolah, gejala ISK dapat berupa demam dengan atau tanpa menggigil, sakit di
daerah pinggang, sakit waktu bermih, buang air kemih sedikit-sedikit tetapi sering,
rasa ingin berkemih, air kemih keruh atau berwarna kemerahan.
REFERENSI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, hal 369-376, 2004
Segeralah ke dokter bila anda mengalami gejala berupa rasa nyeri saat berkemih
karena bisa jadi hal tersebut merupakan gejala penyakit yang serius.
PENGERTIAN
Infeksi Saluran Kemih adalah adanya infeksi oleh mikro-organisme dalam saluran
kemih. Mikro-organisme sebagai penyebab ISK kebanyakan bakteri aerob. Selain itu
ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di
bagi jutaan orang tiap tahun. ISK merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling
banyak menyerang manusia di muka bumi. Tidak pandang bulu, dapat menimpa semua
umur. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki
laki yang menderita ISK.
ANATOMI
Sistem saluran kencing atau sistem urin terdiri dari ginjal, ureter, kandung kencing
dan urethra. Diantara keempat organ tersebut, ginjalah yang paling memegang
peranan. Ginjal berfungsi menyaring sampah dari saluran darah, mengatur
keseimbangan cairan, dan memproduksi beberapa hormon. Ureter berfungsi
mengalirkan cairan hasil penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan
sementara dan bila kandung kemih sudah penuh maka akan dikeluarkan ke dunia luar
melalui saluran urethra.
PENYEBAB
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi
bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau
ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu Mikro-
organisme terbanyak sebagai penyebab ISK adalah Escherichia coli sebanyak 50-90%,
lalu berturut-turut disusul Klebsiella atau Enterobacter, Proteus, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,Enterococci, Candida
albicans dan Staphylococcus aureus. ( L. Barth Ruller )
Adapun jenis virus yang dapat menyebabkan ISK adalah Adenovirus (diduga sebagai
penyebab infeksi kandung kemih)
Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana.
Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika
kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana
maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika
infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan
menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis.
PERJALANAN PENYAKIT
Bagaimana mikro-organisme masuk ke saluran kencing hingga menimbulkan infeksi.
Mikro-organisme masuk ke saluran kencing melalui beberapa cara, yakni:
Selain beberapa cara penyebaran di atas, ISK mudah terjadi karena kondisi-
kondisi di bawah ini:
Bendungan aliran urine
Kembalinya urine dari kandung kemih ke saluran kencing bagian atas ( refluks
vesiko-ureter)
Adanya sisa urine dalam kandung kemih
Gangguan metabolisme
Peralatan medis, misalnya kateter
Wanita hamil, karena bendungan dan ph urine yang tinggi.
Faktor resiko
Beberapa orang memang mempunyai resiko menderita ISK lebih besar dari yang
lainnya. Ketidaknormalan fungsi saluran kemih menjadi biang keladinya. Batu saluran
kemih, pembesaran prostat akan menghambat pengeluaran urine sehingga
mempermudah perkembang biakan kuman.
Orang dengan diabetes juga rentan menderita ISK akibat dari penurunan daya tahan
tubuh.
Perempuan lebih rentan menderita ISK bila dibandingkan dengan laki laki mungkin
dikarenakan saluran urethra yang lebih pendek dan ujung anus yang letaknya dekat
dengan ujung urethra
GEJALA
Tidak semua penderita merasakan gejala ISK tapi umumnya ada satu gejala yang
mereka rasakan walau tidak terlalu menganggu. Biasanya, keluhan yang sering
dijumpai antara lain:
ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa panas saat
kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak nyaman di atas tulang kemaluan
(suprapubik)
ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di pinggang,
mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit kepala.
ISK tidak akan menyebabkan demam selama masih menginfeksi urethra dan kandung
kemih, demam muncul bila ginjal sudah kena. Gejala lain saat ginjal terinfeksi adalah
adanya rasa sakit pada punggung, mual, atau muntah.
PEMERIKSAAN
Bagi yang mampu (banyak uang cak), bisa jadi pemeriksaan lengkap tidak menjadi
masalah berarti. (hiks, tetap masalah kalo terlampau mahal ya) Masalah besar jika ISK
menimpa pasien tak mampu, mahal sih, alih-alih mau periksa nan lengkap dengan
biaya aduhai, untuk makan saja sudah teramat berat.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin). Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau
lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine.
Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin). Merupakan petunjuk adanya ISK jika
ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin.
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal
dan penyakit ginjal lainnya.
Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan bakteri.
Mikroskopis. Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika
ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
Biakan bakteri. Ditujukan untuk memastikan diagnosa ISK.
Pemeriksaan kimia (tes kimiawi)
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes
reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Tingkat
kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika dan
koreksi terhadap kelainan organ.
Tujuan pengobatan:
Tatacara pengobatan:
Pencegahan ISK, Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah ISK antara
lain :
ANJURAN
Bagi penderita ISK berulang (kambuhan), hendaknya memeriksakan diri secara
berkala, setidaknya 1-2 bulan sekali untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap
antibiotika dan evaluasi fungsi ginjal.
Tindakan awal
Jika yakin infeksi saluran kencing (kemih) berdasarkan wawancara dan pemeriksaan
fisik, maka tindakan awal adalah menanggulangi penderitaan pasien dengan injeksi
analgetik (pereda nyeri) dan antispasmodik (mengurangi ketegangan otot polos,
misalnya: saluran kencing, saluran cerna)
Nah, barulah setelah rasa nyeri berkurang dapat dilanjutkan pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, rontgen atau USG, jika diperlukan.
Kendati ISK disyaratkan adanya bakteri dalam urine dalam jumlah bermakna, tidak
menutup kemungkinan tanpa bakteri dalam urine. Hal ini dapat terjadi pada keadaan
sebagai berikut:
Tempat infeksi tidak dilalui urine sehingga bakteri tidak ditemukan dalam urine
Adanya bendungan pada saluran yang terinfeksi
Pemberian antibiotika, sehingga bakteri dalam urine tersamarkan.
Kondisi lain yang patut diperhatikan dan beberapa istilah yang juga digunakan dalam
klinik antara lain:
Asymptomatik Significant Bacteriuria, yakni ISK dengan bakteri dalam urine bermakna
tanpa disertai gejala.
Bacterial cystitis, yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu kencing dan
sering kencing.
Abacterial cystitis (urethra syndrome), yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari:
sakit waktu kencing dan sering kencing tanpa disertai bakteri dalam kandung kemih.
Nefritis
D EF I N I S I
Nefritis adalah peradangan ginjal.
G EJALA
Tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria (protein di
dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya
reaksi kekebalan.
Obat Terkait
ACTACEF VIAL 1 G
ARCAMOX CAPSULE 250 MG
BACTESYN TABLET
CELOCID TABLET
CLABAT CAPLET 500
CLAVAMOX TABLET 500
CORSATET CAPSULE 250 MG
CORVOX TABLET 500 MG
CRAVIT TABLET 250 MG
CRAVOX TABLET 250 MG
DIFLOXIN TABLET 500 MG
ERBALOX TABLET 500 MG
ETHIDOL AMPUL 1 G
EXION VIAL 1 G
IMPRESIAL
MACROFURAN CAPSULE
NEGRAM TABLET 500 MG
PROLEVOX 250 MG
QIZOL VIAL 1 G
RESKUIN TABLET 500 MG
SOCLOR CAPSUL 500 MG
TEMASUD TABLET
TIZOS 1 G
URINTER
VOLEQUIN TABLET 250 MG
ZINNAT TABLET 250 MG
Dokter Terkait
DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM GINJAL
DR ANAK SUBSPESIALIS GINJAL /NEFROLOGI
Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Jika yang terjadi hanya
glomerulonefritis saja, maka disebut sebagai glomerulonefritis primer. Jika penyakit
lain seperti Lupus atau Diabetes adalah penyebabnya, maka disebut glomerulonefritis
sekunder. Jika parah atau berkepanjangan, radang akibat glomerulonefritis dapat
merusak ginjal.
Gejala
Tanda dan gejala glomerulonefritis tergantung pada bentuk dan penyebabnya.
Tanda dan gejalanya termasuk:
1. Urine berwarna pink atau berwarna seperti cola akibat sel darah merah masuk dalam
urin (hematuria).
2. Urine berbusa karena kelebihan protein (proteinuria).
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
4. Pembengkakan di wajah, tangan, kaki dan perut.
5. Kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal.
Penyebab
Berbagai penyakit dapat menyebabkan glomerulonefritis, mulai dari infeksi hingga
penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh Terkadang penyebabnya tidak diketahui.
Infeksi
Glomerulonefritis Post-streptokokus. Glomerulonefritis dapat muncul satu atau
dua minggu setelah sembuh dari infeksi tenggorokan atau infeksi kulit. Kelebihan
produksi antibodi yang dirangsang oleh infeksi akhirnya menetap di glomerulus dan
menyebabkan peradangan.
Bakteri endokarditis. Bakteri ini bisa menyebar melalui aliran darah dan menetap
di dalam hati, menyebabkan infeksi pada katup jantung. Orang yang berisiko besar
terserang penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki cacat jantung. Bakteri
endokarditis berkaitan dengan penyakit glomerulus, tetapi hubungan yang jelas antara
keduanya masih belum ditemukan.
Infeksi virus. Virus yang dapat memicu glomerulonefritis adalah infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan virus penyebab hepatitis B dan hepatitis C.
2. Sindrom Goodpasture
Adalah gangguan imunologi pada paru-paru yang jarang dijumpai. Sindrom
Goodpasture menyebabkan perdarahan pada paru-paru dan glomerulonefritis.
3. Nefropati IgA
Ditandai dengan masuknya darah dalam urine secara berulang-ulang. Penyakit
glomerulus primer ini disebabkan oleh penumpukan imunoglobulin A (IgA) dalam
glomerulus. Nefropati IgA dapat muncul selama bertahun-tahun tanpa menampakkan
gejala. Kelainan ini tampaknya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita.
4. Vaskulitis
Adalah gangguan yang ditandai oleh kerusakan pembuluh darah karena
peradangan, pembuluh darah arteri maupun vena. Jenis-jenis vaskulitis yang
menyebabkan Glomerulonefritis antara lain:
Polyarteritis
Granulomatosis Wegener
Vaskulitis yang menyerang pembuluh darah kecil dan menengah pada paru-paru,
saluran udara bagian, atas dan ginjal.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi
dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella
typhi dll
2. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis
epidemika dl
3. Parasit : malaria dan toksoplasma 1,8
2.3.2.1. Streptokokus
Sterptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk
pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan golongan bakteri
yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokkus pada manusia disebabkan
oleh Streptococcus hemolisis β kumpulan A. Kumpulan ini diberi spesies nama S.
pyogenes 9,10
S. pyogenes β-hemolitik golongan A mengeluarkan dua hemolisin, yaitu:
a. Sterptolisin O
adalah suatu protein (BM 60.000) yang aktif menghemolisis dalam keadaan tereduksi
(mempunyai gugus-SH) tetapi cepat menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Sterptolisin O
bertanggung jawab untuk beberapa hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan
dipotong cukup dalam dan dimasukkan dalam biakan pada lempeng agar darah.
Sterptolisisn O bergabung dengan antisterptolisin O, suatu antibody yang timbul pada
manusia setelah infeksi oleh setiap sterptokokus yang menghasilkan sterptolisin O.
antibody ini menghambat hemolisis oleh sterptolisin O. fenomena ini merupakan dasar
tes kuantitatif untuk antibody. Titer serum antisterptolisin O (ASO) yang melebihi 160-
200 unit dianggap abnormal dan menunjukkan adanya infeksi sterptokokus yang baru
saja terjadi atau adanya kadar antibodi yang tetap tinggi setelah serangan infeksi pada
orang yang hipersensitifitas.9
1. Sterptolisin S
Adalah zat penyebab timbulnya zone hemolitik disekitar koloni sterptokokus yang
tumbuh pada permukaan lempeng agar darah. Sterptolisin S bukan antigen, tetapi zat
ini dapat dihambat oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum
manusia dan hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan
sterptokokus.9
2.3.4. Prevalensi
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan
umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling
sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki
dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko
yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan
dengan prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang
yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak
sehat.3,7,8,11
2.3.5. Gejala Klinis
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi tidak
jarang anak datang dengan gejala berat.. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau
seperti kopi Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau di
seluruh tubuh. Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal
jantung. Edema yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG/GFR) yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin
berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga
berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah
terutama edem periorbita, meskipun edema paling nyata dibagian anggotaGFR
biasanya menurun (meskipun aliran plasma ginja biasanya normal) akibatnya, ekskresi
air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema dan azotemia.
Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan natrium. Dipagi hari
sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita, meskipun edema paling
nyata dibagian anggota bawah tubuh ketika menjelang siang. Derajat edema biasanya
tergantung pada berat peradangan gelmurulus, apakah disertai dnegan payah jantung
kongestif, dan seberapa cepat dilakukan pembatasan garam.1,2,7,8
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8
minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi
penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4
minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan
penyakitnya.
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya
infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini
dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena
terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi
lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali.
Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3
dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan
eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
3. Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan
rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu
tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau
muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita
tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan
bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka
jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian
sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada
hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula
diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi
diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan
dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan
lagi karena memberi efek toksis.
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis,
bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila
prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka
pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya menolong juga.
1. diurektikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit
tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus (Repetto
dkk, 1972).
2. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen. 1,4,11
2.3.11. Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut
dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau
anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka
dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik
yang menurun.1,3,4,7
Glomerulonefritis kronis :
• Atasi gejala klinis dan gangguan elektrolit. Anak boleh melakukan kehidupan sehari –
hari sebagaimana biasa dalam batas kemampuannya. Lakukan pengawasan hipertensi
dengan obat antihipertensi, koreksi anemia, obat infeksi dengan antibiotic. Dialysis
berulang merupakan cara efektif untuk memperpanjang umur.
2.6 PROGNOSIS
Diperkirakan 95% pasien akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut,
dan 2% menjadi glomerulonefrtis kronis.
2.7 PENGOBATAN
Antibiotika :
Penisilin 2x600.000 unit, 50.000 unit/kg/BB (7-10 hari) dan dilanjutkan per-oral 2x
200.000 IU selama fase konvalesen
Gangguan koagulasi :
Pasien berat (RPGN) heparin 28.000 unit/hari.