Anda di halaman 1dari 13

I PENDAHULUAN

Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang
dibentuk dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus
dan disertai sejumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh. Urine dapat digunakan
untuk menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau
analisis urine sering disebut dengan istilah urinalisis. Urinalisis dilakukan dengan
tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan kimia urine dan
pemeriksaan mikroskopis urine.1,2

Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta untuk


mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme
tubuh. Urinalisis merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium
klinik dan biasanya berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine. Sedimen
urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal
dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan
yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau jaringan seperti sel epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit) dan unsur
anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti urat amorf dan kristal).2

Silinder (cast) adalah satu-satunya elemen yang ditemukan dalam sedimen


urine yang unik, merupakan masa protein berbentuk silindris yang terbentuk di
tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder menggambarkan
keadaan tubulus ginjal. Silinder hialin atau silinder granuler yang halus dapat
dijumpai dengan sedimen urine normal orang yang sehat. Peningkatan jumlah
silinder pada penyakit ginjal dapat dijumpai dalam sedimen urine. Aktivitas fisik
yang berat dapat meningkatkan jumlah silinder dalam urine normal, kehadirannya
tidak menunjukkan keadaan patologis. Silinder ini berhubungan dengan
peningkatan albuminuria akibat perubahan permeabilitas glomerulus.3

Sedimen urine bisa dijumpai beberapa silinder hialin atau silinder granuler
per lapang pandang kecil (LPK). Jumlahnya akan kembali normal (tanpa
proteinuria atau silinder) dalam 24-48 jam. Peningkatan jumlah silinder juga
berhubungan dengan beberapa terapi diuretic. Pemeriksaan sedimen urine
merupakan bagian paling standar dan penting dalam pemeriksaan penyaring,
memberikan data mengenai saluran kencing mulai dari ginjal sampai ujung uretra.
Tujuan dari pemeriksaan sedimen urine adalah untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi bahan yang tidak larut dalam urine. Pemeriksaan sedimen urine
meliputi identifikasi dan kuantisasi dari elemen dalam urine.3

Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat


dengan prinsip kerja yang berbeda-beda. Pemeriksaan sedimen urine dapat
diperiksa dengan metode manual (konvensional) dan otomatis. Prinsip
pemeriksaan sedimen urine konvensional yaitu menggunakan mikroskop dengan
cara mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus, endapan kemudian
diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup. Unsur sedimen
dilaporkan secara semikuantitatif dalam rerata 10 lapangan pandang besar (LPB)
atau lapangan pandang kecil (LPK).2 Kelebihan pemeriksaan mikroskopis secara
manual adalah jumlah sedimen yang dilaporkan sesuai dengan jumlah dan tidak
tergantung pada ukuran sedimen yang diperiksa sehingga menghindari adanya
nilai tinggi atau rendah palsu. Kelemahan pada pemeriksaan sedimen urine secara
manual adalah membutuhkan waktu lama dan perlu ketelitian dari pemeriksa.3

Evaluasi sedimen urine ini memberikan informasi yang adekuat yang


dibutuhkan oleh para klinisi terutama dalam mendiagnosa dan mengevaluasi
perkembangan penyakit ginjal.Pemeriksaan sedimen urine saat ini dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu secara konvensional, konvensional modifikasi salah satunya
dengan metode Shih-Yung, dan metode otomatisasi menggunakan urine
Flowcytometry. Metode Flowcytometry merupakan metode terbaru dimana
pengerjaan sedimen urine dilakukan oleh alat Sysmex UF series yaitu Sysmex UF
1000i dan Sysmex 500i. Metode ini lebih akurat dibanding metode konvensional,.
Metode flowcytomety dengan alat Sysmex UF series ini juga memiliki
keunggulan dalam kecepatan. Kapasitas hasil untuk Sysmex UF1000i dapat
mencapai 100sample/jam dan 60sample/jam untuk Sysmex UF 500i. Kelemahan
dari metode Flowcytometry ini adalah mahalnya harga alat Sysmex UF series
yang menyebabkan hanya beberapa rumah sakit besar dan beberapa laboratorium
klinik ternama yang memiliki alat ini. Metode Shih-Yung merupakan metode
konvensional modifikasi yang menggunakan kamar hitung dan tabung sentrifuse
terstandarisasi. Harga satu set peralatan ShihYung ini jauh lebih murah dibanding
dengan alat Flowcytometry. Metode Shih-yung banyak dilakukan di berbagai
rumah sakit dan laboratorium klinik. Keunggulan lain metode ini adalah volume
urine, volume sedimen urine, dan lama waktu pemusingan yang telah di
standarisasi, sehingga hasil lebih akurat dari metode konvensional biasa.4,5

Metode flowcytometry adalah hasil pengembangan metode pemeriksaan


sedimen urine metode automated urine analyzer. Pemeriksaan endapan urine
menggunakan flowcytometry dilakukan dengan urine sediment analyzer untuk
menganalisis eritrosit, leukosit, sel epitel, silinder (cast) dan bakteri. Prinsip
pemeriksaan dengan flowcytometry adalah mengalirkan urine pada suatu celah
yang dapat melewatkan setiap partikel yang ada didalam urine satu per satu. Urine
diberi pewarna dengan pewarna fluorescents sebelum diperiksa. Analyzer
terhubung dengan komputer untuk mengolah citra endapan urine, menyimpan
hasil analisis atau mencetaknya dengan external printer. Cara ini memiliki
kelebihan yaitu tidak memerlukan keahlian pembacaan sedimen urine, selain itu
menghemat waktu dan tenaga dibanding dengan cara konvensional karena mampu
mengeluarkan hasil dengan jumlah pemeriksaan yang banyak dalam waktu cepat.2

Kelemahan metode otomatis flowcytometry adalah pengunaannya masih


terbatas karena tidak semua laboratorium mempunyai alat otomatis, membutuhkan
alat dan reagen yang harganya mahal sehingga cara manual merupakan tes pilihan
pada laboratorium yang belum tersedia alat automatik, hasil pembacaan
berdasarkan ukuran sedimen yang tidak sesuai dari ketentuan alat menyebabkan
nilai yang dihasilkan rendah atau tinggi palsu.6 Menurut jurnal dengan judul
“Comparing Neubauer Hemacytometer, S-Y Conventional, S-Y Located, and
Automated Flow Cytometer F–100 Methods for Urinalysis”, hasil secara
keseluruhan, masing-masing pasangan metode berkorelasi baik. Meskipun
demikian, hasil pemeriksaan sampel perlu dikonfirmasi jika ada hasil diluar
kemampuan alat yang ditandai dengan tanda flag. Tanda flag ini adalah sebagai
peringatan untuk tes ulang atau konfirmasi dengan tes lain, dan metode
konvensional dengan mikroskop tetap menjadi tes konfirmasi pada pemeriksaan
sedimen urine.4,5

Pada tutorial ini akan membahas tentang urinalisis dengan menggunakan


alat flowcytometry. Pemeriksaan endapan urine menggunakan flowcytometry
dilakukan dengan urine sediment analyzer untuk menganalisis eritrosit, leukosit,
sel epitel, silinder (cast) dan bakteri. Prinsip pemeriksaan dengan flowcytometry
adalah mengalirkan urine pada suatu celah yang dapat melewatkan setiap partikel
yang ada didalam urine satu per satu.

II TUJUAN
Tujuan tutorial ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan
alat urinalisis flowcytometry dan interpretasinya.

III METODE

A. PRA ANALITIK
1. Persiapan Pasien
Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel
Sampel harus terhindar dari kontaminasi dan urin di tampung dalam wadah
urin. Spesimen urine diambil dengan standar pengambilan urin :
a. Tempat penampungan harus bersih
b. Urine segar
c. Sebaiknya urine pagi hari
d. Urine pancaran pertengahan dianjurkan pada wanita
e. 25-50 mL, minimal 12 mL

3. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Tabung urin
2. Rak sampel
3. Alat flow cytometry (Sysmex UF-1000i)
b. Bahan :
1. Sampel urin
2. Strip urin
3. Reagen sheath
4. Diluent

B. ANALITIK

1. Prinsip Kerja
Pemeriksaan sedimen urine secara kuantitatif saat ini dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu secara konvensional, konvensional modifikasi salah satunya
dengan metode Shih-Yung, dan metode otomatisasi menggunakan urine
Flowcytometry. Metode Flowcytometry merupakan metode dimana pengerjaan
sedimen urine dilakukan oleh alat Sysmex UF series. Metode flowcytomety
dengan alat Sysmex UF series ini memiliki keunggulan dalam
kecepatan.Kapasitas hasil untuk Sysmex UF-500i dapat mencapai 60sampel/jam
dan 100sample/jam untuk Sysmex UF 1000i. Kelemahan dari metode
Flowcytometry ini adalah mahalnya harga alat Sysmex UF series, hanya beberapa
rumah sakit besar dan beberapa laboratorium klinik ternama yang memiliki alat
ini.4,5
Sysmex UF-1000i adalah salah satu instrumen otomatis untuk pemeriksaan
partikel yang terdapat pada urin. Analisis dilakukan tanpa proses sentrifugasi
dengan perhitungan hasil pemeriksaan sedimen urin yang dapat diintegrasikan
pada komputer sehingga diperoleh hasil yang lebih cepat dan tepat. Teknologi
fluoresensi flowcytometri adalah metode yang dipakai untuk menganalisis
sedimen urin pada Symex UF-1000i, dengan prinsip kerja alat akan mengalirkan
partikel yang diwarnai satu persatu untuk ditembak dengan sinar laser. Sinyal-
sinyal yang dipancarkan oleh partikel dibedakan berdasarkan ukuran,
kompleksitas isi selnya dan kandungan RNA/DNA pada inti sel.5
Pemeriksaan mikroskopik sedimen urine dapat menunjukkan kelainan
traktus urinarius dan kelainan sistemik. Pemeriksaan secara manual memerlukan
tenaga yang terlatih dan waktu lebih lama. Hal ini dapat diatasi dengan flow
cytometry sedimen urine sebagai pemeriksaan penyaring. Metode pengukuran sel
besrta komposisinya melalui media cair yang bergerak, dengan paparan sinar laser
menimbulkan corak sinar yang khas untuk dianalisa oleh foto detektor dan
fluoresen detektor. Sinar pancar (scatter light) merefleksikan ukuran dan kondisi
permukaan sel. Sinar fluoresen merefleksikan kuantitas permukaan sel,
intrasitoplasma, dan nukleus. Prinsip kerja tersebut akan diilustrasikan seperti
Gambar 1- Gambar 3.4,5

Gambar 1 Sinar Pancar (Scatter Light)

Gambar 2 Ilustrasi Flow Cytometry (FCM)


Gambar 3 Lateral Fluorescent Light System

Komponen yang terdapat pada flo cytometry, adalah sebagai berikut:4,5


1. Tabung Flow Cell
Tabung flow cell adalah tempat partikel dipapari sinar laser. Prinsipnya
menggunakan tekanan udara untuk mengalirkan partikel. Sheath fluid membuat
laminar flow dan mengarahkan partikel ke bagian tengah, yang disebut sebagai
hidronamik focusing.

Gambar 4. Tabung Flow Cell


2. Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER)
Komponen ini bersifat stabil, kolimasi yang tinggi, intensitas sinar yang kuat,
pancaran sinar yang mudah diukur.

Gambar 5 Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER)

3. Lensa Kolimeter
Lensa ini membuat sinar menjadi paralel dengan panjang gelombang tertetu.

4. Lensa Kondensor
Lensa ini untuk memfokuskan sinar. Berada di tiga bagian, yaitu : satu di
bagian sinar datang, dan dua di bagian sinar lepas.

5. Cermin Dikroik
Cermin ini memantulkan dan menstransmisikan sinar dengan panjang
gelombang yang berbeda ke arah foto dan fluoresen detektor.

Gambar 6 Cermin Dikroik

6. Filter spektral
Komponen ini berfungsi untuk menyaring spektrum sinar tertentu.
7. Foto Dioda
Merupakan foto detektor untuk mengkonversikan sinar menjadi tegangan atau
aliran listrik.

Gambar 7 Foto Dioda

8. Photomultiplier
Merupakan detektor yang memultiplikasi sinar fluoresen yang sangat lemah
dan merubah energi photon menjai tegangan/aliran listrik.

Gambar 8 Photomultiplier

2. Cara Kerja4,5
a. Sampel urine minimal sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam tabung sampel
atau tabung sentrifus, dicampur rata tanpa sentrifus, dicampur rata tanpa
disentrifuse.
b.

Gambar 9 Pemeriksaan Flow Cytometry

c. Analisis konduktivitas sampel dengan pengencerannya.


d. Sampel masuk mengalir bersama sheath fluid ke flow cell dan dipapari sinar
laser
e. Detektor menyerap sinar pancar dan fluoresen, mengkonversikan menjadi
arus/tegangan listrik.
f. Mikrokomputer mengkalkulasi hasil analisis.
g. Hasil ditampilkan berupa skatergram dua dimensi histogram satu dimensi.
Gambar 10 Unit Konversi

C. PASCA ANALITIK

1. Interpretasi Hasil

Alat automated urin analyzer mengotomatisasi analisis sedimen urine


menggunakan karakterisasi partikel dan identifikasi didasarkan pada deteksi
forward scatter, fluoresensi dan adaptive cluster analysis. Automated urin
analyzer menggunakan laser berbasis flowcytometry bersama dengan deteksi
impedansi, forward light scatter dan fluoresensi untuk mengidentifikasi
karakteristik partikel sedimen urine yang diwarnai. Urine yang tidak
disentrifugasi disedot ke dalam alat dan diukur konduktivitasnya. Sampel
diwarnai dengan pewarna fluoresens dan dilewatkan melalui flow cell, dimana
ia secara hidrodinamis difokuskan dan dipresentasikan sinar laser dengan
panjang gelombang 635 nm yang menghasilkan fluoresensi dan hamburan
cahaya. Partikel diidentifikasi dengan mengukur perubahan impedansi, serta
tinggi dan lebar dari sinyal fluoresensi dan hamburan cahaya yang disajikan
dalam kuantisasi numerik (sel per mikroliter) dan sel per lapangan daya tinggi
(HPF) atau rendah (LPF) dengan menggunakan faktor konversi standar dalam
perangkat lunak instrument.6

Partikel utama yang dianalisis adalah eritrosit, leukosit, silinder (hialin),


sel epitel (skuamosa) dan bakteri. Dalam analisis akan muncul “flag” jika
instrumen mendeteksi adanya silinder patologis, eritrosit dismorfik, sel-sel
bulat kecil, kristal, ragi, lendir atau sperma. Identifikasi secara spesifik elemen-
elemen dalam “flag” membutuhkan pengamatan mikroskopik sedimen urine.
Dengan kata lain, untuk mengkonfirmasi adanya silinder patologis (granuler,
leukosit, eritrosit, epitel, lilin, lemak), eritrosit dismorfik, mengkategorikan
partikel yang teridentifikasi sebagai sel-sel bulat kecil (seperti sel-sel epitel
transisional, sel epitel ginjal, atau partikel kecil yang lain), dan
mengidentifiksai kristal (misalnya, kalsium oksalat, asam urat, sistin), maka
diperlukan pemeriksaan mikroskopik manual. Untuk mengkonfirmasi adanya
elemen yang patologis, maka diperlukan pemeriksaan mikroskopik manual.
Penentuan tingkat tinjauan mikroskopis menggunakan pesan tinjauan (flags)
dari alat urine analyzer Urine Flowcytometry-100, diantaranya kemunculan
flag sebagai:6

(1) “high total count” ketika jumlah total partikel 250,000/µL atau lebih;

(2) konduktivitas sampel terlalu tinggi atau terlalu rendah;

(3) adanya masalah dengan diskriminasi morfologi eritrosit;

(4) “myoglobin or lysed RBC (Red Blood Cell)?”, ketika hemoglobin atau
myoglobin terdeteksi oleh strip secara tidak proporsional lebih dari eritrosit
yang ditemukan pada UF100;

(5) “hematuria?”, ketika jumlah RBCs per mikroliter secara tidak proporsional
jauh lebih besar daripada nilai hemoglobin;

(6) “pathologic cylinder?”, ketika silinder patologis lebih dari 1/µL;


(7) ”casts?”, jika silinder hialin lebih dari 3/µL;

(8) “old sample?”, jika jumlah bakteri per mikroliter secara proporsional lebih
banyak dari jumlah WBCs (White Blood Cells) per mikroliter;

(9) “sterile pyuria?”, ketika jumlah WBCs(White Blood Cells)per mikroliter


secara proporsional lebih banyak dari jumlah bakteri per mikroliter; dan

(10) “proteinuria?”, ketika protein terdeteksi oleh

DAFTAR PUSTAKA

1. Mengko R. 2013. Instrumen Laboratorium Klinik. ITB, Bandung.


2. RI, Peraturan Menteri Kesehatan. 2013. Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik, Nomor 43, Jakarta.
3. Nugraha, J. 2012. Buku Ajar Urinalisis Petunjuk Praktis. Surabaya :
Global Persada Press.
4. Van der Zwet, et. al. 2010 Evaluation of the Sysmex UF-1000i Urine
Flowcytometer in the Diagnostic Work-up of Suspected Urinary Tract
Infection in a Dutch General Hospital. Clin Chem Lab Med ;48(12).
5. Shi-Yung. 2014. Standaridized Urine Sediment Microscopic Sediment.
Standardized NCCLS GP.16A vol 15 No 15.
6. Wirawan R. 2009. Nilai Rujukan Parameter Sedimen Urin Dengan Metode
Flowcytometry Sysmex UF-1000i. Hal 1-4strip lebih dari 120 mg/dL.

Anda mungkin juga menyukai