Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PORTOFOLIO

FISTULA ANI

Disusun oleh :
dr. Aris Hermawanto

DOKTER INTERNSIP RS ANNISA


KABUPATEN BEKASI
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal di Wahana RS Annisa telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama : dr. Aris Hermawanto
Kasus : Bedah
Topik :
Nama Pendamping : dr. Elwin
dr. Cecep
Nama Wahana : RS Annisa
No Nama Peserta Tanda tangan

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.

9 9.

10 10.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,
Dokter Internship Dokter
Pendamping

dr. Aris Hermawanto dr. Elwin

Nama Peserta dr. Aris Hermawanto


Nama Wahana RS ANNISA
Topik Fistula Ani
Tanggal (kasus) 11/07/2018
Nama Pasien Tn M

Tanggal Presentasi Pendamping


dr. Elwin
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □Lansia □ Remaja □ Dewasa □ Anak □Bumil
□ Deskripsi Pasien mengeluh nyeri dang bengkak pada Testis serta anus
□ Tujuan Mampu mendiagnosis kasus
Bahan Bahasan □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Tn M No. Registrasi:491375
Nama Klinik Telp. Terdaftar sejak: 2018
Data utama untuk diskusi

Diagnosis : Fistula ani

Riwayat
Pengobatan

Riwayat
Kesehatan

Riwayat Keluarga

Riwayat -
Pekerjaan

Daftar Pustaka : 1. Cruch, Rob. 2008. Anal abscess / fistula. http://www.bowelan


keyholeclinic.com/article.asp?article=8
2. Dirckz John H. 2001. Kamus Ringkas Kedokteran
Stedman.Jakarta: Kedokteran EGC
Hasil
1. Penegakan diagnosa
Pembelajaran :

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


SUBJEKTIF :

Keluhan Utama : Pasien merasa demam

Keluhan tambahan : Disertai nyeri dan bengkak pada scrotum

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 10 hari SMRS ,nyeri dang bengkak pada
daerah scrotum sejak lebih dari 2 minggu yang lalu, Gondongan disangkal, mual
muntah tidak ada

RPD: TB Paru

OBJEKTIF :

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : CM

Kesadaran : CM

Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : 110 / 70


Nadi : 80X/ menit.

Pernafasan : 20x/ menit

Temperatur : 38 °C

Status Generalis :

1. Kepala–Leher
Kepala : normocephali

Mata : anemis +/+, ikterus -/-

Leher : pembesaran KGB (-)

2. Thorax-Kardiovaskular
Inspeksi : DBN

Palpasi :DBN

Perkusi : pulmo : DBN

Cor : DBN

3. Abdomen : DBN
4. Ekstremitas : DBN
5. Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada area scrotum
Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11 g/Dl 12.0 – 16.0

Hematokrit 32 % 37 - 47

Leukosit 11 103/ μL 5.00 – 10.00

Trombosit 271 103/ μL 150 - 440


Masuk Ruang Mina

Terapi dr Rony Sp.PD

IVFD RL 8 J/K

Inj Ceftriaxone 1x 2 gr iv

Inj Ranitidin 2 x 1 amp iv

Urutractin 2 x 1 PO

Pct 3 x 1 PO

Cek UL

Follow up hari pertama 12/07/18

S : Pasien masih mengeluh hal yang sama saat pertama masuk UGD

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A : Prolonged Febris dan ISK


Riwayat TB

DD : Orchitis

P : Thx lanjut

Rencana Konsul Sp. P dan USG Testis

Follow up hari 2 13/07/18

S : Pasien masih mengeluh demam batuk dan lemas serta nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

Px USG Testis :

Gambaran sembab pada Testis kiri

Cairan scrotum ringan

Inflamasi pada Testis

A : Prolonged Febris dan ISK

Riwayat TB

DD : Orchitis,
P : Atasi Nyeri dan demam

Tambahan obat 4fdc

Follow up hari ke tiga 14/07/18

S : Pasien masih mengeluh demam dan lemas serta nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A : Prolonged Febris dan ISK

Riwayat TB

DD : Orchitis,

P : Atasi demam dan kompres air hangat pada scrotum


Follow up Hari ke 4 15/07/18

S : Pasien masih mengeluh demam serta nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A : Prolonged Febris dan ISK

Riwayat TB

DD : Orchitis,

P : Atasi demam dan nyeri

Follow up hari ke 5 16/07/18

S : Pasien masih mengeluh dema serta nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C


Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A : Prolonged Febris dan ISK

Riwayat TB

DD Orchitis

P : Atasi demam dan nyeri

Follow up hari ke 6 17/07/18

S : Pasien masih mengeluh demam sudah berkurang serta nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 36C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn
Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A : Prolonged Febris dan ISK

Riwayat TB

DD Orchitis

P : Acc Konsul Bedah

Follow up hari ke 7 18/07/18

S : Pasien mengeluh nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A :Abses Perianal

Tb Paru

P : Rencana Op
Follow up hari ke 8 19/07/18

S : Pasien mengeluh nyeri pada luka pos op dan keluar cairan pada bekas Op

Pasien baru mengaku pernah urut dibagian kelamin sampai berbunyi

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C

Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

A :Abses Perianal

Tb Paru

P : USG Testis Ulang

Pasang cateter

Follow up hari ke 7 18/07/18

S : Pasien mengeluh nyeri pada scrotum

O :

KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CM 110 / 80 100x/i 20x/i 37C


Status Generalis :

Mata : Conjungtiva Anemis -/- ; Sclera Ikteric -/-

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Extremitas : Akral hangat,

Lokalis : Bengkak dan kemerahan pada scrotum

Hasil USG : Gambaran Fistula Ani

A :Fistula Ani

Tb Paru

P : Rencana Rujuk ke RS Tipe B

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Semakin berkembangnya zaman, nampaknya semakin banyak dan beragam
pula jenis dan model penyakit yang muncul di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu
penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan yang muncul adalah Anal
Fistula.
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula
ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus
(ataupun ke organ lain seperti ke vagina) (Emerson Budiarman Masli, 2012). Pada
permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula
tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar (Emerson
Budiarman Masli, 2012).
Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3
kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi
tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula(Emerson Budiarman Masli, 2012).
Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi
berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS),
diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus,
HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal(Emerson Budiarman Masli,
2012).
Pengobatan yang terus berlangsung seumur hidup pasien. Karenanya pening-
katan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah komplikasi penyakit ini menjadi
kronis(Emerson Budiarman Masli, 2012). Sebagian besar fistula ani memerlukan
operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan
fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula
post operasi akan mengalami kekambuhan) (Emerson Budiarman Masli, 2012).

BAB II
ISI

Anatomi dan Fisiologi


Rektum adalah bagian saluran pencernaan akhir dengan panjang 12-13 cm
yang berakhir di saluran anal dan membuka di eksterior di anus. Mukosa saluran anal
tersusun dari kolumna rectal yang berupa lipatan-lipatan vertical yang masing-
masing berisi arteri dan vena. Rektum juga terdapat sfingter ani interna yang terdapat
otot polos dan sfingter ani eksterna yang terdapat otot rangka. Keduanya dipersarafi
oleh saraf yang berbeda. Sfingter ani interna dipersarafi oleh saraf tidak sadar
(involunter) dan sfingter ani eksternal dipersarafi oleh saraf yang bisa dikehendaki
(volunter). Sfingter ani eksterna diatur oleh N. Pudendus yang merupakan bagian
dari saraf somatik, sehingga ani eksterna berada di bawah pengaruh kesadaran kita
(volunter). Kedua sfingter ini mengendalikan proses defekasi.
Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi akibat ujung – ujung
serabut saraf rektum terangsang ketika dinding rektum teregang oleh massa feses.
Sensasi rektum ini berperan penting pada mekanisme kontinen dan juga sensasi
pengisian rektum merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut : pada saat volume kolon sigmoid menjadi besar,
serabut saraf akan memicu kontraksi dengan mengosongkan isinya ke dalam rektum.
Studi statistika tentang fisiologi rektum ini mendeskripsikan tiga tipe dari kontraksi
rektum yaitu :
1. Simple contraction yang terjadi sebanyak 5 – 10 siklus/menit
2. Slower contractions sebanyak 3 siklus/menit dengan amplitudo diatas 100 cmH2O
3. Slow Propagated Contractions dengan frekuensi amplitudo tinggi.

Gambar 1 Rektum, Anal Fistula


Distensi dari rektum menstimulasi reseptor regang pada dinding rektum,
lantai pelvis dan kanalis analis. Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum
mengirim signal aferent yang menyebar melalui pleksus mienterikus yang
merangsang terjadinya gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid
dan rektum sehingga feses terdorong ke anus. Setelah gelombang peristaltik
mencapai anus, sfingter ani interna mengalami relaksasi oleh adanya sinyal yang
menghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterna pada saat tersebut
mengalami relaksasi secara volunteer dan terjadilah defekasi.
Pada permulaan defekasi, terjadi peningkatan tekanan intraabdominal oleh
kontraksi otot–otot kuadratus lumborum, muskulus rectus abdominis, muskulus
obliqus interna dan eksterna, muskulus olunteer s abdominis dan diafraghma.
Muskulus puborektalis yang mengelilingi anorectal junction kemudian akan relaksasi
sehingga sudut anorektal akan menjadi lurus. Perlu diingat bahwa area anorektal
membuat sudut 900 antara ampulla rekti dan kanalis analis sehingga akan tertutup.
Jadi pada saat lurus, sudut ini akan meningkat sekitar 1300 – 1400 sehingga kanalis
analis akan menjadi lurus dan feses akan dievakuasi. Muskulus sfingter ani eksterna
kemudian akan berkonstriksi dan memanjang ke kanalis analis. Defekasi dapat
dihambat oleh kontraksi sfingter ani eksterna yang berada di bawah pengaruh
kesadaran ( volunteer ). Bila defekasi ditahan, sfingter ani interna akan tertutup,
olunt akan mengadakan relaksasi untuk mengakomodasi feses yang terdapat di
dalamnya. Mekanisme olunteer dari proses defekasi ini nampaknya diatur oleh
susunan saraf pusat. Setelah proses evakuasi feses selesai, terjadi Closing Reflexes.
Muskulus sfingter ani interna dan muskulus puborektalis akan berkontraksi dan
sudut anorektal akan kembali ke posisi sebelumnya. Ini memungkinkan muskulus
sfingter ani interna untuk memulihkan tonus ototnya dan menutup kanalis analis.

Definisi
Anal fistula berasal dari 2 kata yaitu anal dan fistula. Fistula adalah saluran
yang tidak normal atau tidak sesuai sedangkan anal adalah anus atau saluran terakhir
pada sistem pencernaan sebelum feses keluar dari tubuh. Sehingga anal fistula adalah
abnormalnya saluran anal yang tidak sesuai pada tempat yang semestinya. Saluran
ini bias berada didekat tempat anus atau bias juga di daerah vagina.
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula
ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus
(ataupun ke organ lain seperti ke vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu
atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun
kotoran saat buang air besar.
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar
anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali
kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses
ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di
garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan
mengakibatkan proses peradangan yang meluas sampai perineum, anus atau
seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula.
Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan
pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis
ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan
infeksi lain pada daerah ano-rektal.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).

Gambar 2 Anal Fistula


Menurut Park tahun 2011, anal fistula dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu:
1. Intersphinteric fistula
Intersphinteric fistula berawal dalam ruang diantara muskulus sfingter
eksterna dan interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Transphinteric fistula berawal dalam ruang diantara muskulus sfingter
eksterna dan interna, kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara
sepanjang 1 atau 2 inchi di luar lubang anus, membentuk huruf “U” dalam tubuh,
dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe).
3. Suprasphinteric fistula
Suprashinteric fistula berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna dan
interna dan membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun diantara pubrektalis &
m.levator ani lalu muncul 1 atau 2 inchi diluar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula
Ekstrasphinteric fistula berawal dari rektum atau colon sigmoid dan
memanjang ke bawah, melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus.
Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s
disease.

Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Tetapi lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita penyakit crohn. Penyakit crohn
adalah suatu keadaan inflamasi kronis dengan etiologi yang tidak diketahui, bisa
mengenai setiap bagian saluran alimentarius dari esophagus hingga rectum. Penyakit
crohn paling sering terjadi pada ileum terminal dan usus halus. Selain itu, anal fistula
juga sering didapati pada penderita tuberculosis, diverticulitis, dan kanker atau
cedera anus maupun rectum.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula
tertentu lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Fistula yang menghubungkan
rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar X, kanker, penyakit
Crohn, dan cedera pada ibu selama proses persalinan.
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system
atau daya tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita merasakan kelelahan
seperti saat bepergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan, maka
akan berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat
kaitannya dengan pola makan
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal
(krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit
disekitar dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita biasanya
merasa meriang. Anal fistula lebih banyak diderita pria daripada wanita.

Manifestasi Klinis
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala lain
mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada
saluran fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah atau
darah. Biasanya ditandai dengan adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa
sembuh-sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus
ke saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang. Fistula juga
ditandai dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar anus dan lubang fistula. Pada
pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external
opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat
diraba indurasi fistula dan internal opening.

Patofisiologi
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal
(krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit
disekitar dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan , penderita biasanya
merasa meriang. Dengan bertambahnya kumpulan nanah maka rasa sakit sakit juga
akan bertambah , keadaan ini oleh awam sering disebut bisul.Pada tahap ini
pemberian antibiotik saja tidak akan dapat menyembuhkan abses , tetapi nanah harus
juga hilang. Jika abses ini pecah maka gejala diatas akan hilang. Abses dapat pecah
sendiri (spontan) atau harus dibuka (incisi) dalam narkose.Pembukaan dalam narkose
umumnya dapat dilakukan dalam rangka rawat jalan tetapi penderita harus puasa
makan dan minum selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan.
Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan yaitu
sembuh sama seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil yang terus
menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah. Meskipun tidak
sakit tetapi akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut anal fistula.
2.1 Web of Caution

Infeksi dari kelenjar anus


(cyptoglandular)

Abses terbentuk dalam intersficter

Inflamasi usus berkepanjangan


Bengkak dan fibrosis

Abses tidak keluar

peradangan
Kulit merah Ada benjolan meriang

Paparan dari kanker dan sinar x


Terbentuk abses perianal
Meninggalkan nanah

ANAL FISTULA Luka kering

Mengeluarkan cairan darah


Mengeluarkan cairan darah Meninggalkan lubang kecil sembuh
ANAL FISTULA

Terbentuk lubang baru Peradangan pada anus


Spingter ani mengalami kerusakan

MK: Nyeri akut


Terbentuk rembesan berupa darah atau feses
MK:Gangguan eliminasi fekal

Keluar melalui lubang baru dan tak terkontrol MK : Kerusakan Integritas kulit

MK :Resiko Infeksi MK : Gangguan konsep diri


Komplikasi
Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah operasi atau
tertunda.

a. Komplikasi terjadi secara langsung


 Perdarahan
 Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang mengeras di dalam
rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi feses dalam waktu
lama
 Hemorrhoid
Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari saluran cerna, yaitu
rektum dan anus (dubur).

b. Komplikasi terjadi secara tunda


 Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter
yangterpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti
letaktinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja
dapat merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak.
Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidakrapat menutup,
yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga meningkat seiring
menua dan pada wanita.
 Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasidari
bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab
persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.
 Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
 Penyembuhan luka yang lambat
Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali ada penyakit
lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn)

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah sumber infeksi dan fistula
teridentifikasi. Fistula akan menetap bila tidak didrainase dengan benar. Fistula dapat
kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka
atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai permukaan.
Pada pasien yang telah menjalani fistulotomi standar, dilaporkan angka
frekurensnya berkisar antara 0-18% dan angka inkontinensia antara 3-7%.
Pasienyang menjalani penggunaan seton, angka rekurensnya 0-17% dan angka
inkontinensia antara 0-17%. Sedangkan yang menjalani advancement flap, angka
frekurensnya berkisar antara 1-10% dan angka inkontinensia antara 6-8%.

2.2 Penatalaksanaan Opistic


a. Toilet Training
Toilet training bertujuan untuk melatih penderita fistula anus untuk
buang air besar maupun berkemih biasanya diterapkan pada anak-anak.
b. Bowel Management
Bowel management bertujuan untuk memonitor tanda dan gejala
konstipasi serta impaksi feses pada penderita fistula anus. Selain itu bowel
management juga bertujuan untuk memonitor intake cairan dan nutrisi serta
konsistensi warna, frekuensi dan volume feses.
c. Menjaga kebersihan kantung kolostomi
Untuk menjaga kebersihan kantung kolostomi enema/irigasi kolon
perlu dilakukan satu kali sehari untuk menjaga kebersihan kolon dan
mengurangi resiko infeksi.
d. Diet makanan
Pengaturan diet yang baik pada penderita fistula anus bertujuan untuk
menghindari konstipasi. Diet makanan dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
berserat dan minum air putih yang cukup.
e. Pentalaksanaan pasca operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari.
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca
operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan
penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.

2.3 Penatalksanaan Medis


Pengobatan pada penderita anal fistula akan terus berlangsung seumur hidup
pasien. Karenanya peningkatan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah
komplikasi penyakit ini menjadi kronis. Berikut ini merupakan penatalaksanaan
medis pada penderita anal fistula.
a. Terapi Konservatif dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis
antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
b. Terapi pembedahan:
 Fistulotomi
Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka,
sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan
fistulotomi.
 Fistulektomi
Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan
fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
 Seton
Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton
ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan
terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
 Advancement Flap
Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu
besar.
 Fibrin Glue
Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran
fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan
fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman,
namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Hidranitis supurativa
Merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang membentuk fistula
multiple subkutan. Predileksi di perineum, perianal, ketiak dan tidak meluas ke
struktur yang lebih dalam.
b. Sinus pilonidalis
Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari rambut dorsal tulang
koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi akut sampai
abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.
c. Fistel proktitis
Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc, amubiasis, infeksi
jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau trauma.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita anal fistula meliputi:
 Fistulografi
Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior,
lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
 Ultrasound endoanal / endorektal
Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk
membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa
ekstensi suprasfingter.
 MRI
MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
 CT- Scan
CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau
irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi.
Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
 Barium Enema
Untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
 Anal Manometri
Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu
seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula
kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel.
Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di
sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina).
Ada beberapa pemeriksaan, termasuk pemeriksaan penunjang untuk
menentukan jenis penyakit ini, dan bagaimana nantinya penatalaksanaan
untuk penyakit ini. Sebelum pemeriksaan ada beberapa tanda umum yang
menjadi manifestasi klinis dari anal fistula. Kemudian dari pemeriksaan fisik
juga akan nampak, yaitu pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi
fistula dan internal opening.
Terdapat beberapa penatalaksanaan untuk anal fistula ini.
Penatalaksanaan medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik
serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
Kemudian terapi pembedahan yang masalah keperawatannya dapat muncul
samapi dengan setelah atau paska operatif.
DAFTAR PUSTAKA

3. Cruch, Rob. 2008. Anal abscess / fistula. http://www.bowelan


keyholeclinic.com/article.asp?article=8
4. Dirckz John H. 2001. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman.Jakarta:
Kedokteran EGC
5. Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2000.
Rencana Asuhan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
6. Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Klinis 5th edition. Jakarta: EGC
7. Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius
8. Masli, Emerson Budiarman. 2008. Seputar Fistula Ani. http://www.medistra.
com/index.php?option=com_content&view=article&id=176

9. Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes: Radiologi. Jakarta: Erlangga


10. Sinanu, L Franklin. Fistula in Ano.
http://www.scribd.com/doc/45183857/Fistula-in-Ano

11. Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
12. UniversityOf Connecticut Health Center. 2012. Fistula In Ano.
http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_fistula_in_an
o.htm.

Anda mungkin juga menyukai