SCABIES
Disusun Oleh:
NIM: 01071170082
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPA
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................... 2
I. IDENTITAS PASIEN........................................................................................................2
II. ANAMNESIS................................................................................................................... 2
III. PEMERIKSAAN FISIK...................................................................................................3
IV. RESUME....................................................................................................................... 5
V. DIAGNOSIS................................................................................................................... 6
VI. Rencana Tatalaksana....................................................................................................6
VII. Prognosis..................................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................................... 7
2.1. Definisi......................................................................................................................... 7
2.2. Epidemiologi................................................................................................................ 7
2.3. Etiologi......................................................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi................................................................................................................. 7
2.5. Faktor Resiko............................................................................................................... 8
2.6. Diagnosis..................................................................................................................... 8
2.7. Gejala Klinis................................................................................................................. 8
2.8. Tatalaksana................................................................................................................. 9
BAB III.................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
1
BAB I
Laporan Kasus
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Sdr. F
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tanggal lahir : 28 Maret 2005
d. Usia : 17 tahun
e. Tempat Tinggal : Tangerang
f. Status : Belum Menikah
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Pelajar
i. No. rekam medis : 03.34.XX
j. Tanggal masuk RS : 11 Oktober 2022
II. ANAMNESIS
2
bagian kaki nya. Pasien menyangkal adanya keluhan lain seperti demam, batuk, maupun
pilek.
3
o Suhu Tubuh : 36,3 oC
o BB/TB : 54 kg / 160 cm
o BMI (Asia) : 21.1 kg/m2 (Normal)
Thorax
Jantung
- Inspeksi : Nafas simetris dikedua lapang paru
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular sinistra
- Perkusi : Cardiomegaly (-)
- Auskultasi: Jantung – normal S1 S2
Paru
- Inspeksi : Nafas simetris dikedua lapang paru
- Palpasi : Tactile Fremitus – simetris
Chest Expansion - normal
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
4
- Auskultasi: Vesicular
Abdomen
- Inspeksi : Distensi (-)
- Auskultasi: Bising usus 5-30x/menit
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : Normal (thympani)
Ekstremitas
- Tangan : Suhu – hangat
Terdapat papul-papul eritem pada regio dorsum manus dextra et
sinistra.
Nyeri otot (-)
Edema (-)
Status Dermatologis
Lokasi : interdigiti manus
Regio : dorsum manus
Efloresensi :papul eritem disertai ekskoriasi karena sering menggaruk, kunikulus.
Bentuk : bulat
Jumlah : multiple
Penyebaran : bilateral di dorsum manus dextra et sinistra
IV. RESUME
Sdr. F berusia 17 tahun datang ke RS. Daan Mogot dengan keluhan pruritus pada sela-
sela jari tangan sejak 7 hari yang lalu dan terdapat lesi berupa papul berwarna merah, tidak
menyebar dan hanya di satu regio saja yakni dorsum manus bilateral dextra et sinistra, dan
kunikulus (ruam yang berupa saluran atau terowongan pada stratum korneum yang timbul di
sela-sela jari tangan), kunikulis berwarna putih keabuan, berbentuk garis lurus maupun
berkelok, lokasi tidak menyebar ke daerah yang lainnya. Pruritus hilang setelah pasien
mencuci tangannya dengan sabun. Hal yang memperparah pruritus yakni pada saat cuaca
5
panas dan pada saat tangan pasien berkeringat. Pasien juga mengeluhkan pruritus pada saat
malam hari datang secara intens sehingga mengganggu kualitas tidur pasien. Pasien belum
mengkonsumsi obat apapun tetapi sudah mengoleskan kayu putih pada sela-sela jari
tangannya tetapi hal ini tidak menghilangkan keluhan. Ayah pasien memiliki gejala yang
sama di bagian kakinya. Pasien mengaku bahwa sering berbagi tempat tidur yang sama
dengan ayahnya dan memakai handuk yang sama. Pada pemeriksaan Fisik terdapat papul-
papul eritem di interdigiti manus regio dorsum manus dextra et sinistra.
V. DIAGNOSIS
Pada pasien ini diberikan tata laksana Scabimite dan edukasi kepada pasien.
VII. Prognosis
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Skabies atau yang biasa dikenal dengan kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi kutu Sarcoptes scabiei varietas hominis yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Penyakit ini lebih sering terjadi di negara berkembang, terutama negara dengan iklim tropis
dan subtropis seperti Afrika, Amerika Selatan, dan Indonesia. 1 Skabies merupakan salah satu
penyakit kulit yang paling sering terjadi di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia. Skabies
dapat dialami oleh semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial. 2,3 Skabies
sering terabaikan karna tidak mengancam jiwa, sehingga penatalaksanaan nya tergolong
rendah. Namun, penyakit ini bisa menjadi kronis dan parah hingga menyebabkan komplikasi
yang berbahaya.4
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi S.scabiei varietas
hominis. Parasit tersebut termasuk kelas arachnida, subkelas acarina, ordo astigmata, dan
famili sarcoptidae. Selain varietas hominis, S.scabiei memiliki varietas binatang namun
varietas itu hanya menimbulkan dermatitis sementara, tidak menular, dan tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya di manusia.1
2.4. Patofisiologi
Papul merupakan lesi yang sering dijumpai pada penderita skabies karena Sarcoptes
scabiei memproduksi banyak produk saliva saat membentuk terowongan dan merupakan
sumber molekul yang dapat memodulasi sekresi anti-inflammatory cytokine pada kulit
manusia. Hal ini dapat menyebabkan sensitisisasi limfosit T yang akan merangsang reaksi
hipersensitivitas tipe 4. Reaksi ini akan mengakibatkan proliferasi fibroblas dan kolagen
7
amengakibatkan penebalan lapisan kulit dan terbentuk papul.10 Selain papul, lesi lain yang
ditemukan adalah vesikel yang merupakan perkembangan papul. Garukan pada lesi dapat
menyebabkan lesi makula eritema, ekskoriasi, serta infeksi sekunder yang ditandai dengan
pustul. Pustul yang muncul pada infeksi sekunder merupakan progresivitas papul menjadi
vesikel, kemudian terifeksi bakteri sehingga menghasilkan pus. Bakteri yang paling sering
menginfeksi adalah Staphylococcus aureus.
Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies adalah kemiskinan, kepadatan
penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih, dan perilaku kebersihan
yang buruk. Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat
memudahkan penularan skabies. Kepadatan penghuni rumah dan pemakaian handuk bersama
maupun tempat tidur yang sama bersama penderita skabies merupakan faktor risiko paling
dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya.1
2.6. Diagnosis
Gatal merupakan gejala klinis utama pada skabies. Rasa gatal pada masa awal
infestasi tungau biasanya terjadi pada malam hari (pruritus nokturna), cuaca panas, atau
ketika berkeringat. Gatal terasa di sekitar lesi, namun pada skabies kronik gatal dapat
dirasakan hingga ke seluruh tubuh. Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret
8
dan sekret tungau yang dikeluarkan pada waktu membuat terowongan. Masa inkubasi dari
infestasi tungau hingga muncul gejala gatal sekitar 14 hari.8
2.8. Tatalaksana
9
BAB III
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini, dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Oktober 2022, pasien
laki-laki F berumur 17 tahun datang dengan keluhan rasa gatal pada sela-sela jari tangan
sejak 7 hari yang lalu. Pada sela-sela jari tangan pasien didapatkan papula dan kanalikuli
(ruam berupa saluran pada stratum korneum yang timbul di permukaan kulit) berwarna merah
yang termasuk kedalam manifestasi klinis daripada skabies. Adanya kanalikuli atau
terowongan pada kulit yang terinfeksi ini merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam
stratum korneum untuk meletakkan telur, larva dan nimfa didalam. Oleh karena itu, parasit
sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
tipis. Dan hal ini lah yang menjadikan scabiesis sebagai diagnosa kerja. Karena, ciri tersebut
merupakan ciri khas dari scabies. Apabila dari pemeriksaan lab ditemukan bahwa adanya
tungau S. scabiei, hal ini dapat memperkuat diagnosis kerja.
Pasien mengaku bahwa ayah pasien memiliki gejala yang sama pada kakinya dan
pasien mengaku sering memakai handuk yang sama dengan ayah pasien dan tidur ditempat
tidur yang sama. Hal ini masuk ke dalam salah satu dari empat tanda kardinal skabies yakni
dimana infeksinya menyerang manusia secara kelompok yang memiliki gejala serupa
misalnya dalam satu keluarga, khususnya pasien berbagi handuk yang sama dan juga ranjang
yang sama dengan ayah pasien. Dan juga hal ini dapat menyingkirkan diagnosa banding,
dermatitis atopik, dikarenakan dermatitis atopik atau eczema tidak dapat menular.
Pasien menyangkal adanya batuk, demam, pilek, maupun riwayat alergi terhadap
obat-obatan ataupun zat alergen lainnya. Sehingga hal ini dapat menyingkirkan diagnosis
banding, dermatitis atopik. Penyebab dermatitis atopik yakni dikarenakan oleh alergi, stress,
dan cuaca dingin ataupun keadaan kulit penderita yang kering. Dalam kasus ini diagnosis
banding dapat disingkirkan dikarenakan penderita menyangkal adanya riwayat alergi.
Pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis Skabies yaitu
dengan mengambil spesimen kulit daripada pasien dan memeriksa nya di laboratorium
dengan mikroskop cahaya di bawah daya rendah. Apabila dalam spesimen tidak menunjukan
adanya tungau ataupun telur nya, dapat dilakukan biopsy.
10
Pada pasien ini diberikan tatalaksana obat topikal cream Scabimite, yang
mengandung Permethrin. Obat ini digunakan dengan cara mengoleskan cream ke tempat
yang terinfeksi. Setelah 8-24 jam, obat dibilas dengan cara dicuci menggunakan sabun.
Pengobatan dapat diulangi setelah 1 minggu. Pada pasien ini juga diberikan edukasi sebagai
cara pencegahan terbaik agar skabies tidak menular lebih luas ke anggota keluarga yang
lainnya ataupun orang sekitar. Cara pencegahan skabies adalah dengan mandi teratur minimal
dua kali sehari menggunakan air mengalir dan sabun serta membersihkan area genital dan
mengeringkannya dengan handuk bersih. Penderita tidak boleh memakai handuk atau pakaian
secara bergantian. Hindarkan kontak yang lama dan erat dengan penderita skabies misalnya
tidur bersama di atas satu kasur. Seluruh anggota keluarga atau masyarakat yang terinfestasi
perlu diobati secara bersamaan untuk memutuskan rantai penularan skabies. Semua pakaian,
sprei, dan handuk harus dicuci dengan air panas minimal 2 kali seminggu untuk mematikan
tungau. Selanjutnya pakaian dijemur di bawah terik sinar matahari minimal 30 menit lalu
disetrika. Populasi yang tinggal bersama perlu diberikan edukasi mengenai tanda dan gejala
skabies, pencegahan penularan, dan mendorong peserta untuk memberikan laporan apabila
mengalami keluhan skabies setelah bepergian ke suatu tempat. Dalam menjaga kebersihan
tubuh hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kulit, kebersihan kuku tangan, dan
kebersihan kaki. Kebersihan kulit dapat dijaga dengan mandi teratur dua kali sehari
menggunakan sabun mandi yang lembut dan tidak membuat kulit kering. Kebersihan kuku
tangan dijaga dengan mencuci tangan memakai sabun dan memotong kuku agar patogen
tidak bersarang di kuku. Kebersihan kaki perlu diperhatikan karena kaki sering tertutup
sepatu dan menjadi media lembab yang baik bagi parasit.
11
DAFTAR PUSTAKA
12