Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI : PROLAPS UTERI

DISUSUN OLEH :
TEGUH AGUS
SUTRISNO
NIM : 2014727054

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014 - 2015
A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN
Prolaps uteri adalah kantong uterus turur ke vagina yang terjadi karena
trauma pada saat melahirkan pada fasia endo pelvis akibat peregangan uterus
sakral (uterus-sakrum) dan ligamentum cardinal yang membantu menyokong
uterus.

2. PATOFISIOLOGI
Prolapsus uteri terbagi dalam berbagai tingkatan dari yang ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan
pervaginam yang susah, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan
lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala 2, pentalaksanaan dan terdapat
kelemahan-kelemahan pada ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endo
pelvik, dan reparasi otot-otot serta fasia dasar panggul. Penurunan uterus ini
akan menjadi lebih mudah jika dalam dalam keadaan tekanan intraabdominal
yang meningkat dan kronik terutama apabila hormon estregon telah berkurang
sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.
Kekendoran fasia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetik
atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum ke depan dan
menyebabkan dinding vagina menonjol ke lumen vagina yang di namakan
rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina atas
bagian belakang menjadi turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat
berisi usus atau omentum.

a. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, merupakan penyebab prolapsus genitalis, dan memperburuk
prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada
pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk
mengeluarkam plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan bila
prolapsus genitalia terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas.
Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus
genitlis. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor penyebabnya
adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.
b. Klasifikasi
Klasifikasi prolaps uterus menurut Friedman dan Little (1961) antara
lain :
1) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks uteri turun sampai introitus
vaginae, prolapsus uteri tingkat II yaitu serviks menonjol keluar dari
intoitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, yaitu seluruh uterus keluar
dari vagina, prolapsus ini juga di namakan prosidensia uteri.
2) Prolapsus uteri tingakat I, yaitu serviks masih berada di dalam vagina,
prolapsus uteri tingkat III, yaitu servik keluar dari introitus, sedang pada
prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina
3) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mencapai intoitus vagina;
prolapsus uteri tingkat II, yaitu uterus keluar dari inkoitus kurang dari
setengah bagian; prolapsus uteri tingkat III, yaitu uterus keluar dari
introitus lebih besar dari 1/2 bagian.
4) Prolapsus uteri tingkat I, yaitu serviks mendekati prosesus spinosus;
prolapsusu uteri tingkat II, yaitu serviks terdapat antara prosesu
spinosus dan introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III, yaitu serviks
keluar dari introitus.
5) Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi nomor 4, di tambah dengan
prolapsus uteri tingkat IV (prosidensia uteri).

3. PATOFLOW

Partus berulang
Partus sering
Partus penyulit
Tarikan janin pada pembukaan belum lengkap
Prasat coede
Laserasi pada dinding vagina bawah kala 2

Kelemahan ligamen - ligamen pasia endopeluk


Reparasi otot-otot fasia dasar panngul

Tekanan intra abdomen meningkat

Otot dasar panggul atrofi / melemah

Penurunan uterus

Prolaps uteri tingkat Prolaps uteri tingkat Prolaps uteri tingkat Prolaps uteri tingkat
1 2 3 4

4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai :
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia
eksterna.
b. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian
bila lebih berat juga pada malam hari.
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3) Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk
mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urinae pada sistokel
yang besar sekali.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Friedman dan Little(1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:
a. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio
kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan
kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel,dekat pada oue.

Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen


vagina 1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari
proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada
pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas
rectum.

6. THERAPI MEDIS
Therapi medis pada prolaps uteri di bagi menjadi :
a. Ventrofiksasi
Operasi ini dilakukan untuk membuat uterus ventrofikasai dengan cara
memendekkan ligamentum rotundum atau mengikatkan Ligamentum
rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.
b. Operasi Manchester
Operasi ini berupa amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum
kardinale yang telah dipotong. Dimuka serviks dilakukan pula kolporafia
anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk
memperpendik serviks yang memanjang. Tindakan ini dapat menyebabkan
infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis.
c. Histerektomi Vaginal
Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat
lanjut, pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak
vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada
ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan
dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps di
kemudain hari.
d. Kolpokleisis (operasi Neugebauer- Le Fort)
Yaitu berupa operasi sederhana dengan menjahitkan dinding vagina
depan dengan dinding belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus
terletak di atas vagina.

7. THERAPI PELAKSAAN KEPERAWATAN


Pengobatan dengan cara ini tidak seberapa memuaskan tapi cukup
membantu. Biasanya pengobatan ini di lakukan pada prolapsus ringan tanpa
keluhan, ayau penderita masih ingin mendapatkan anak lagi, atau penderita
menolak untuk di operasi, atau kondisinya tidak mengizinkan untuk operasi
a. Latihan-latihan otot dasar panggul
Latihan ini berguna pada prolapsus ringan, terutama yang terjadi pada
pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan
otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini
di lakukan selama beberapa bulan yaitu dengan cara penderita disuruh
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah
selesai berhajat; atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang
mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini
menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel.
b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik
Kontraksi otot-otot- dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat
listrik yaitu dengan elektrode dipasang dalam presarium yang di masukkan
ke dalam vagina.
c. Pengobatan dengan presarium
Pengobatan dengan presarium yakni menahan uterus di tempatnya
selama di pakai oleh karena itu jika pesairum diangkat maka akan timbul
prolapsus uteri. Pengobatan ini hanya bersifat paliatif. Prinsip pemakaian
pesarium ialah bahwa alat akan mengadakan tekanan pada dinding vagina
bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat
turun dan melewati vagina bagian bawah. Jika pesarium terlalu kecil atau
dasar panggul terlalu lemah maka pesarium akan jatuh dan prolapsus uteri
akan timbul lagi. Pesarium yang paling baik adalah yang terbentuk cincin
dan terbuat dari plastik.

Indikasi penggunaan pesarium adalah :


1) Kehamilan.
2) Penderita belum siap untuk dilakukan operasi.
3) Sebagai terapi test, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan.
4) Sebagai terapi konservatif.
5) Untuk menghilangkan simptom yang ada, sambil menunggu waktu
operasi dapat dilakukan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PROLAPS UTERI

SKENARIO
Ny F, 50 tahun, datang dengan keluhan seluruh peranakan turun sejak 8 tahun
SMRS. Sejak 12 tahun sebelum masuk RS (SMRS), pasien merasa peranakan
turun setelah melahirkan anak ke empat. Awalnya hanya turun sedikit, bisa masuk
sendiri bila pasien berbaring, Peranakan dirasakan turun bila pasien batuk atau BAB,
nyeri perut (-), perdarahan (-).Nyeri perut (+), nyeri punggung bawah (+), perdarahan
(+), nyeri pada peranakan yang turun (-), BAK sering (+), BAK nyeri (-), demam (-),
flek-flek dari kemaluan (+). Pasien adalah ibu rumah tangga, sering mengangkat
berat, memompa air dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Riwayat hipertensi
(-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), batuk lama (-), alergi (+), asma (+).
Multiparitas per vaginam (+), menopause (+) sejak 10 tahun lalu. Riwayat KB (+)
spiral.
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, kesan gizi
lebih, IMT 27.34, tanda vital dan status generalis tidak ada kelainan. Pada status
ginekologik inspeksi tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus vagina,
bentuk bulat, warna merah muda, discharge (-), erosif (+), pada palpasi teraba massa
ukuran 2cmx2cmx3cm, konsistensi kenyal, inspekulo tidak dilakukan, vaginal touche
massa dapat dimasukkan, kesan uteri atrofi, nyeri goyang (-), massa adneksa (-),
nyeri pada adneksa (-).
Pada POPQ didapatkan prolaps uteri derajat IV, sistokel derajat IV, rektokel
derajat III. Pemeriksaan laboratorium DPL dan kimia darah dalam batas normal,
urinalisis terdapat leukosit penuh, bakteri (+), nitrit (+), protein +2, esterase leukosit
(+).

1. PENGKAJIAN
INFORMASI DATA PASIEN
1.Nama Pasien : Ny. Surti
2.Nama Suami : Tn. Bandi
3.Usia : 42 thn
4.Alamat : Jl. Petojo 3 Rt02 Rw 01 Jakarta Barat
5.Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6.Agama : Islam
7.Pendidikan : SMA
8.No. Rekam medis : 01012748
9.Masuk RS : 30-02-2014 Pk. 11:06

1. Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 01 Maret 2014 WIB dan
data sekunder

2. Keluhan utama :
Seluruh peranakan turun sejak 8 tahun SMRS

3. Riwayat penyakit sekarang :


Sejak 8 tahun sebelum masuk RS, pasien merasa peranakan turun setelah
melahirkan anak ke tiga. Awalnya turun sedikit, bisa masuk sendiri bila pasien
tiduran, namun lama kelamaan peranakan turun semuanya. Peranakan dirasakan
turun bila pasien batuk atau BAB. Sejak 8 tahun SMRS peranakan turun
seluruhnya, tidak dapat masuk sendiri, namun pasien masih bisa memasukkan
peranakan seluruhnya. Peranakan turun bila pasien sedang batuk, BAB,
beraktivitas, berjalan atau berdiri dan dapat dimasukkan seluruhnya bila pasien
tiduran. Terdapat keluhan nyeri perut, nyeri punggung bawah dan perdarahan,
namun tidak ada keluhan nyeri pada peranakan yang turun.
Pasien kemudian berobat ke Puskesmas, diberi obat (pasien tidak ingat
namanya), keluhan nyeri dan perdarahan hilang namun keluhan peranakan turun
masih ada. Pada pasien terdapat keluhan BAK sering, nyeri hilang timbul
karakteristik seperti di remas-remas, skala nyaer 4-5. Namun tidak ada keluhan
BAK nyeri. Tidak ada keluhan demam sebelumnya. Hingga saat ini pasien sering
mengeluh keluar flek-flek dari kemaluan. Pasien berobat ke RS atas anjuran dari
anaknya.

4. Riwayat penyakit dahulu :


Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama disangkal
Alergi (+) sea food, debu, obat golongan penisilin
Asma (-)
5. Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal
Riwayat Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan.

6. Riwayat sosial :
Pasien seorang ibu rumah tangga, sehari- hari sering melakukan aktivitas berat,
seperti menggendong cucu dan mengangkat ember. Pasien tidak merokok, tidak
minum alkohol, tidak ada riwayat berbaganti-ganti pasangan.

7. Riwayat menstruasi :
Menstruasi pertama saat usia 15 tahun, siklus teratur tiap bulan, lamanya lupa,
tidak nyeri. Pasien sudah menopause sejak 4 tahun yang lalu.

8. Riwayat menikah :
Pasien menikah 1x

9. Riwayat kehamilan: P3 A0
Anak pertama : wanita, 24 tahun, lahir spontan di rumah sakit, berat
saat lahir 2300 gram
Anak kedua : Laki-laki, 22 tahun, lahir spontan di rumah sakit, berat saat
lahir 2800 gram
Anak ketiga : Laki-laki, 20 tahun, lahir spontan di bidan, berat saat lahir
3000 gram

10. Riwatyat KB :
KB (+) spiral 20 tahun yang lalu, selama 4 tahun.

11. Pemeriksaan fisik :


Dilakukan tanggal 01 Maret 2014 di ruang perawatan kebidanan Lt 7 RSCM
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : Baik
Status gizi : BB 64 kg TB 165 cm
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36.0 °C
Pernafasan : 22 x/menit
a. Status Generalis :
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen : Kembung, hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal,
massa (-), nyeri tekan (-)
Ektremitas : akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2”

b. Status Ginekologi :
Inspeksi : Tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus
vagina, bentuk bulat, warna merah, discharge (-).
Palpasi : Teraba massa ukuran 3cmx2cmx2cm, konsistensi kenyal,
nyeri tekan (+).
Vaginal touche : Massa dapat dimasukkan, kesan uteri atrofi, nyeri (+).
Sondase uterus : tertahan
Kesan : prolapsus uteri derajat III, sistokel derajat III, rektokel
derajat III.

12. Pemeriksaan penunjang :


Laboratorium (29 Maret 2014)
a. Hematologi rutin
Hb 12.0 13 – 16 g/dl
Ht 35.0 40 – 48 %
MCV 76.2 82 – 93 fl
MCH 24.3 27 – 31 pg
MCHC 31.2 32 – 36 g/dl
Leukosit 12 5 – 10/ µl
Trombosit 291.000 150 – 400 / µl
b. Hemostasis
BT 2 < 02:00 Menit
CT 13 < 12:00 Menit
c. Kimia darah
SGOT 14
SGPT 13
Albumin 3.3
Natrium 130
Kalium 4.5
Klorida 113
Ureum 22
Creatinin 0.6
Glukosa Puasa 99
Glukosa 2 jam PP 100
HbsAg -

2. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS: Gangguan rasa Tekanan intra


a. Pasien mengatakan Nyeri nyaman: nyeri Abodomen
perut (+), nyeri punggung meningkat
bawah (+), nyeri hilang
timbul

DO
P : nyeri muncul saat
peranakan turun, R : disekitar
kemaluan, Q : nyeri seperti di
remas-remas, S : skala nyeri 4-
5, T : nyeri hilang timbul
Td : 120/80, N: 80X/menit
RR: 20X/menit, Suhu : 36,8

2 DS: Resiko tinggi infeksi Massa uterus yang


a. Pasien mengatakan keluar
peranakannya turun
seluruhnya
b. Pasien mengatakan keluar
darah saat peranakannya
turun
DO: pemeriksaan lab
Leukosit : 12000
Bakteri urine : +
Suhu : 37,8

3 DS: Resiko tinggi Gesekan portio


a. Pasien mengatakan keluar perdarahan uterus dengan celana
flek-flek dari kemaluan
DO:
a. Pemeriksaan Lab:
Hb : 13,0 g/dl

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. tekanan intraabdominal meningkat
b. Resiko infeksi b.d. adanya luka akibat gesekan massa uterus yang keluar dengan
celana.
c. Perdarahan b.d. gesekan porio uteri oleh celana.

4. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji krakteristik nyeri
nyeri b.d Tekanan intra keperawatan selama 2x24 P,Q,R,S,T
Abodomen meningkat jam masalah keperawatan 2. Beri tindakan
ganguan rasa nyaman nyeri keperawatan berupa
teratasi dengan kriteria hasil : posisi yang nyaman
 Pasien mengatakan Nyeri berupa semi fowler
perut (-) 3. Ajarkan dan anjurkan
 nyeri punggung bawah tehnik relaksasi berupa
(-) nafas dalam dan distraksi
 nyeri hilang 4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat analgetik dan
rencana tindakan operasi

2. Resiko tinggi infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda


masa uterus yang keluar keperawatan selama 3x24 infeksi berupa
jam masalah keperawatan rubor,color,dolor, tumor
resiko tinggi infeksi tidak 2. Tehnik aseptik dalam
terjadi teratasi dengan setiap tindakan
kriteria hasil : keperawatan kepada
 Nilai leukosit dalam pasien
batas normal 5-10 3. Ajarkan dan anjurkan
 Tidak ada tanda-tanda pasien untuk personal
infeksi yaitu hygine daerah genetalia
panas,kemerahan, 4. Kolaborasi pemberian
bengkak, antibiotik dan tindakan
operatif

3. Resiko tinggi perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi faktor-faktor


b.d gesekan portio uterus keperawatan selama 2x24 yang menyebabkan
jam masalah keperawatan perdarahan
resiko perdarahan tidak 2. Anjurkan kepada pasien
terjadi dengan kriteria hasil : untuk memakai pakain
 Flek-flek pada kemaluan yang longgar
tidak ada 3. Kolaborasi pemberian
 Hb tidak mengalami obat anti perdarahan dan
penurunan dari 12,2 g/dl rencana tindakan medis

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Genikologi edisi 9. Jakarta : EGC
Wiknyosastro, Hanifa, dkk.1997. Ilmu Kebidanan Edisi ke 3. Jakarta Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiro Diharjo
SOAL-SOAL REPRODUKSI
TEGUH AGUS SUTRISNO
NIM: 20147277054

1. KB alamiah sebaiknya tidak di gunakan pada kecuali


a. Siklus haid tidak teraut
b. Pasangan tidak kooperatif
c. Punya kendala psikologis menyentuh daerah genetalia
d. Ibu menyusui yang belum dapat menstruasi
e. Salah satu pasangan mempunyai IMS
2. Jenis KB suntik terdapat 2 macam yaitu, jenis KB suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan.
Berikut ini adalah kerugian dari KB suntik
a. Gangguan Haid
b. Berat badan bertambah
c. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
d. Terlambatnya kesuburan setelah penggunaan jangka panjang
e. A,B,C,D benar semua

3. Seorang ibu berusia 28 tahun mempunyai siklus menstruasi 28 hari tanggal terakhir
haid adalah tanggal 5 Maret 2014. Tanggal berapakah masa subur ibu tersebut jika di
hitung dengan sistem kalender ?
a. 16
b. 17
c. 18
d. 19
e. 20

4. Berikut ini adalah salah satu keuntungan KB AKDR


a. Efektifitas tinggi
b. Tidak mempengaruhi hubungan sex
c. Tidak ada efek hormonal
d. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
e. A,B,C,D benar semua

5. Seorang ibu datang ke bidan dengan keluhan perdarahan sudah lebih dari 6 hari. Ibu
mengatakan KB jenis AKDR. Penanganan untuk keluhan tersebut adalah
a. Pantau adanya infeksi pelvis
b. Periksa adanya IMS
c. Periksa apakah hamil
d. Periksa adanya radang panggul
e. Lepas AKDR

6. Berikut ini adalah tanda-tanda jenis gangguan siklus menstruasi yang berupa
perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang normal yaitu kurang dari 2 sampai 7
hari mempunyai penyakit menahun kurang gizi. Jenis gangguan siklus menstruasi
tersebut adalah
a. Hipermenorea
b. Hipomenorea
c. Polimenorea
d. Oligomenorea
e. Amenorea

7. Berikut ini adalah penyebab endometriosis


a. Akibat infeksi gonorhea
b. Akibat infeksi abortus
c. Akibat infeksi puerpural
d. Alat yang tidak steril pada saat partus
e. A,B,C.D benar semua
8. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa salpingitis salah
satunya dengan
a. Periksa darah lengkap
b. Kultur lab dari laparaskopi
c. USG
d. Inspeksi dengan inspekulo
e. Endoskopi

9. Ny.K usia 35 tahun belum mempunyai anak berobat ke poli kebidanan dengan
keluhan nyeri abdomen, perdarahan sudah lebih dari 10 hari. 3 bulan yang lalu
pernah USG dan hasilnya terdapat mioma dengan ukuran diameter 3cm.
Penatalaksanaan yang tepat terhadap Ny K adalah
a. Observasi
b. Miomektomi
c. Histerektomi
d. Medical Treatment
e. Laparatomi

10. Ny. A usia 42 tahun datang ke poli kebidanan dengan keluhan hilang nafsu makan,
berat badan turun, mengalami perdarahan pervaginam sudah lebih dari 10 hari, sering
keputihan, sakit bila berhubungan seksual, sering muncul rasa sakit pada panggul
tungkai punggung serta kaki. Ny. A mengalami
a. Mioma uteri
b. Endometriosis
c. Kista ovarium
d. Ca cerviks
e. Salphingitis

11. Indikasi pemeriksaan test antenatal dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai
resiko di bawah ini kecuali,
a. Penurunan pergerakan janin
b. Kehamilan aterm tanpa kompikasi dan penyulit
c. Infeksi atau imunodefisiensi
d. Kelainan pada cairan amnion
e. Hamil cukup bulan 41 bulan

12. Di bawah ini yang merupakan tehnik pemantauan kesejahteraan gerakan janin
kecuali
a. Observasi Gerak Janin
b. Auskultasi: Laenec, Doppler
c. NST
d. USG
e. Elektrokardiografi

13. Berikut ini merupakan hasil interpretasi EFM pada janin Ny. A yaitu pada saat
kontraksi frekuensi denyut jantung tetap normal atau meningkat dalam batas normal.
EFM tersebut menggambarkan bahwa janin dalam keadaan
a. Normal
b. Hipoksia
c. Janin takikardi
d. Janin bradikardi
e. Sleeping baby

14. Deselerasi lambat pada EFM di tandai dengan adanya


a. Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke
basal
b. Adanya deselerasi lambat yang berulang
c. Meningkatnya resiko asidosis arteri umbilikalis dengan nilai Apgar <7 pada
menit ke 5 dan meningkatkan resiko serebral palsy.
d. Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera
e. A,B,C,D benar semua

15. Penurunan suplai oksigen pada janin terjadi apabila


a. Ibu mengalami anemia atau perdarahan
b. Gangguan aliran darah pada ibu yang mengalami hipertensi
c. Gangguan aliran darah pada ibu yang mengalami hipotensi
d. Abnormal letak placenta
e. A,B,C,D benar semua

16. Peraturan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam
a. UU nomor 23 tahun 2004
b. UU nomor 24 tahun 2005
c. UU nomor 22 tahun 2004
d. UU nomor 21 tahun 2003
e. UU nomor 19 tahun 2004

17. Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang. Merupakan salah satu bentuk KDRT dalam jenis
a. Kekerasan seksual
b. Kekerasan fisik
c. Kekerasan psikis atau emosional
d. Kekerasan sosial
e. Kekerasan ekonomi

18. Teori penyebab KDRT menurut (Humphreys & Campbell, 2004) adalah
a. Teori psikososial
b. Teori biologi
c. A dan B benar
d. Hanya A saja
e. Bukan salah satu diatas

19. Berikut ini merupakan tipe suami pelaku KDRT menurut (Elbow 1997) kecuali
a. Pengontrol
b. Protektor
c. Konsep diri kurang baik
d. Bersikap resmi dan serius
e. Demokratis dan bijaksana

20. Kinerja buruk, banyak waktu untuk mengatasi persoalan pribadi, memerlukan
pendampingan, ketakutan, bekerja tidak tenang. Merupakan dampak KDRT dalam
bidang
a. Fisik
b. Ekonomi
c. Profesinalitas
d. Psikologis/ emosional
e. Personal atau keluarga

Anda mungkin juga menyukai