Anda di halaman 1dari 112

KEBIJAKAN

TATA KELOLA PERUSAHAAN


(Cor p orate G ove r nance Polic y/CGP)
PT ANTAM (Persero) Tbk
PT ANTAM (Persero) Tbk

KEBIJAKAN TATA KELOLA


PERUSAHAAN
(Cor porate G ove r nance Polic y/CGP)
Acuan bagi pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan perusahaan
PERNYATAAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
PT ANTAM (Persero) Tbk

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN


(Corporate Governance Policy/CGP)

Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, pada hari ini Rabu tanggal 27 Januari 2016 telah
ditetapkan kembali Corporate Governance Policy (CGP) PT ANTAM (Persero) Tbk. CGP ini
merupakan Induk Kebijakan bagi seluruh pelaksanaan pengelolaan Perusahaan serta acuan
dalam pengambilan keputusan operasional Perusahaan. Sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan Perusahaan, maka seluruh kebijakan, peraturan dan keputusan dalam bentuk apapun
juga, harus merujuk dan menjadikan CGP ini sebagai suatu pedoman yang wajib diikuti.
Pemberlakuan CGP dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang ada
di Perusahaan akan mengandung prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
yang bersifat universal, yaitu Transparansi (Transparency), Akuntabilitas (Accountability),
Pertanggung­jawaban (Responsibility), Kemandirian/Independensi (Independency), dan Kewajaran
(Fairness). Petunjuk pelaksanaan penyusunan kebijakan seluruh pelaksanaan pengelolaan
Perusahaan dibuat ber­dasarkan proses bisnis/value chain yang berlaku.

Tanpa persetujuan tertulis dari Dewan Komisaris dan Direksi, tidak diperbolehkan adanya
perubahan isi dari CGP PT ANTAM (Persero) Tbk.

Jakarta, 27 Januari 2016

Fachrul Razi Tedy Badrujaman


Komisaris Utama Direktur Utama

Zaelani Agus Zamzam Jamaluddin


Komisaris Direktur

Robert A. Simanjuntak Dimas Wikan Pramudhito


Komisaris Direktur

Bambang Gatot Ariyono Johan N.B Nababan


Komisaris Direktur

Laode M. Kamaluddin Hari Widjajanto


Komisaris Independen Direktur

Hikmahanto Juwana I Made Surata


Komisaris Independen Direktur

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P iii
Pengantar Komisaris Utama

Kehadiran Pedoman Kebijakan Tata Kelola Perusahaan (Corporate


Governance Policy-CGP) ini, merupakan revisi yang keempat terhadap
Pedoman Kebijakan Perusahaan (Corporate Policy Manual-PKP) yang
diterbitk­an untuk pertama kalinya pada Desember 2003. Revisi tersebut
terjadi akibat perubahan faktor eksternal maupun perubahan faktor
internal perusahaan. Pada tahun 2015 dilakukan penyempurnaan sehingga
CGP tidak semata-mata sebagai kumpulan daripada Pedoman Kebijakan
Perusahaan (PKP) tetapi telah mengakomodir Pedoman GCG (GCG
Code) dari Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) Tahun 2006,
ASX Corporate Governance Principles & Recommendations 3rd Edition
Tahun 2014, Peraturan BUMN PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara, ASEAN Corporate Governance Scorecard serta Pedoman Tata
Kelola Perusahaan Terbuka dari Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2015 sebagai
bagian dalam CGP ini.

Sebagaimana diketahui, sesuai dengan Undang-Undang No.40-2007 tentang


Perseroan Terbatas, wujud dari tugas Direksi adalah menjalankan pengurusan
Perseroan yang berorientasi kepada kepentingan Perseroan dalam koridor
maksud dan tujuan Perseroan, tidak akan lepas dari kebijakan yang di­
pandang tepat (Business Judgement Rules) dalam batas yang ditentukan
dalam Undang–Undang dan Anggaran Dasar Perseroan. Disisi lain, Dewan
Komisaris berfungsi melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun
usaha Perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi. Konsep CGP dan
turunannya berupa Kebijakan Manajemen (Management Policy/MP) serta
Standar Operating Procedure (SOP) dan Work Instruction (WI), pada
dasarnya merupakan bagian dari mekanisme kerja antara tugas Direksi
dan fungsi pengawasan Dewan Komisaris yang diwujudkan dalam suatu
Kebijakan Perusahaan yang tertata dengan baik, sehingga business judgment
rules semaksimal mungkin sudah tercover dalam konsep CGP dan turunannya
(CGP-MP-SOP/WI).

Adanya CGP, akan menjadi pijakan hukum Perseroan sehingga mem­


percepat pengambilan keputusan, yang pada gilirannya akan lebih efisien,
fleksibel, aman serta terhindar dari perilaku yang tercela.
Kami -Dewan Komisaris- menyambut baik atas diterbitkannya CGP ini, dan
mendorong Direksi untuk melengkapi turunannya, berupa MP dan SOP-nya
sebagai landasan operasional Perseroan. Semoga dokumen ini bermanfaat
dan digunakan sebagai pedoman untuk tumbuh dan berkembang menapak
masa depan ANTAM yang lebih baik.

Jakarta, 27 Januari 2016

Fachrul Razi
Komisaris Utama

iv K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pengantar Direktur Utama

Penerapan praktik-praktik terbaik GCG secara konsisten dan ber­


kesinambungan merupakan komitmen penuh ANTAM dalam menjalankan
Perusahaan. ANTAM melekatkan GCG sebagai suatu sistem yang tidak
terpisahkan dari perangkat-perangkat (tools) yang ada di Perusahaan
guna mewujudkan pengelolaan operasional yang prudensial, terkendali,
terkontrol serta mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan
kepentingan seluruh Pemangku Kepentingan.
Komitmen ANTAM dalam membudayakan praktik-praktik terbaik GCG
diaktualisasikan antara lain dengan terus berupaya mengakomodir ada­
nya perubahan yang dinamis dan bersikap terbuka terhadap konsep-
konsep baru. Untuk itu, keberadaan Kebijakan Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance Policy/CGP) sebagai induk kebijakan yang ada
di ANTAM dianggap perlu untuk terus diperbaharui secara periodik guna
disesuakan dengan perkembangan dan isu-isu internal dan eksternal
Perusahaan sehingga diharapkan pembaharuan CGP ini dapat lebih
memastikan bahwa seluruh kebijakan manajemen yang ada di ANTAM
telah mempertimbangkan prinsip-prinsip GCG.
Selain sebagai acuan penyusunan kebijakan di ANTAM, CGP ini dapat
menjadi pedoman dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian
atas semua keputusan dan dan peraturan yang ada di ANTAM sehinggaa
dapat mendorong manajemen untuk menghidupkan internal control,
checks and balance pada setiap proses bisnis di setiap level maupun fungsi
manajemen.

Kami berharap Pembaharuan CGP ini dapat menjadi landasan dari Kebijakan
Manajemen (Management Policy), Standard Operating Procedure (SOP), dan
Work Instruction (WI) yang lebih solid dalam kerangka acuan operasional
Perusahaan sebagai bagian dari perangkat GCG, serta menjadi koridor
penting dalam menjaga arah pengelolaan Perusahaan secara benar dan
beretika untuk tercapainya Visi dan Misi ANTAM 2030.

Semoga apa yang telah digariskan didalam Pembaharuan CGP ini dapat
dilaksanakan dengan dengan penuh rasa tanggung jawab, jiwa saling
memiliki Perusahaan dan menjadikan sandaran bagi kebijakan operasional
Perusahaan.

Jakarta, 27 Januari 2016

Tedy Badrujaman
Direktur Utama

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P v
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang dan Tujuan 2
1.1.1 Latar Belakang Penyusunan Corporate Governance Policy (CGP) 2
1.1.2 Tujuan Penyusunan CGP 3
1.2 Hierarki Peraturan dan Kebijakan Perusahaan 4
1.2.1 Hierarki Peraturan 4
1.2.2 Kebijakan Perusahaan 6
1.2.3 Pendekatan Penyusunan Kebijakan 8

Bab II Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik 11


2.1 Kebijakan GCG ANTAM 12
2.2 Tujuan GCG ANTAM 12
2.3 Sasaran 13
2.4 Acuan Kebijakan 13
2.5 Ruang Lingkup Kebijakan 14
2.6 Visi, Misi, Strategi, Nilai-nilai dan Kunci Utama Kesuksesan Perusahaan 15
2.6.1 Visi ANTAM 15
2.6.2 Misi ANTAM 15
2.6.3 Strategi ANTAM 15
2.6.4 Nilai Nilai ANTAM 16
2.6.5 Kunci Keberhasilan dalam Melaksanakan GCG 17
2.7 Prinsip-Prinsip GCG yang Baik 18
2.7.1 Pedoman Umum GCG Indonesia 18
2.7.2 ASX Corporate Governance Principles & Recommendations 24
2.7.3 Penerapan GCG Berdasarkan Kementrian BUMN 27
2.7.4 Penerapan GCG berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard 30
2.7.5 Penerapan GCG berdasarkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 32
2.8 Organ Perusahaan 34
2.8.1 RUPS 35
2.8.2 Dewan Komisaris 38
2.8.3 Direksi 45

vi K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Daftar Isi

Bab III Kebijakan Pokok Perusahaan 51


3.1 Pedoman Umum 52
3.2 Pedoman Penyusunan Standar Etika Perusahaan (Code of Conduct/CoC) 52
3.2.1 Filosofi CoC 52
3.2.2 Tujuan Penerapan CoC 53
3.2.3 Risiko Penerapan CoC 53
3.2.4 Kebijakan Penerapan dan Pengawasan CoC 53
3.2.5 Cakupan CoC 54
3.3 Pedoman Penyusunan Charter 57
3.3.1 Filosofi Charter 57
3.3.2 Tujuan Charter 58
3.3.3 Kebijakan Penerapan dan Pengawasan Charter 58
3.3.4 Cakupan Charter 58
3.3.5 Penetapan Charter 59
3.4 Pedoman Kebijakan Manajemen Perusahaan (Corporate Management Policy) 59
3.4.1 Manajemen Strategis Perusahaan 59
a. Filosofi Pedoman Manajemen Strategis Perusahaan 59
b. Tujuan Manajemen Strategis Perusahaan 59
c. Risiko dalam Manajemen Strategis Perusahaan 60
d. Kebijakan Penetapan Visi dan Misi Perusahaan 60
e. Kebijakan Penetapan Keunggulan Kompetitif 60
f. Kebijakan Penetapan Strategi Perusahaan 61
g. Kebijakan Penetapan Nilai-Nilai Perusahaan 61
h. Kebijakan Penyusunan Rencana Strategis 61
i. Kebijakan Implementasi Manajemen Strategis 62
j. Kebijakan Pengkomunikasian Manajemen Strategis 62
k. Kebijakan Review Manajemen Strategis Perusahaan 62
3.4.2 Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan 62
a. Filosofi Pedoman Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan 62
b. Tujuan Proses Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan 63
c. Risiko dalam Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan 63
d. Kebijakan Penyelarasan Pengembangan Organisasi dan
Budaya Perusahaan dengan Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ANTAM 63
e. Kebijakan Proses Pengembangan Organisasi 63
f. Kebijakan Proses Komunikasi Desain Organisasi dan Budaya Perusahaan 64

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P vii
g. Kebijakan Desain Organisasi di Anak Perusahaan 64
h. Kebijakan Proses Pengembangan Budaya Perusahaan 64
3.4.3 Kesekretariatan Korporasi 64
a. Filosofi Pedoman Proses Kesekretariatan Korporasi 64
b. Tujuan Proses Kesekretariatan Korporasi 65
c. Risiko dalam Proses Kesekretariatan Korporasi 65
d. Kebijakan Proses untuk Menjamin Ketaatan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan 65
e. Kebijakan Proses Komunikasi Pemegang Saham, Dewan
Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi 65
f. Kebijakan Proses Penyelenggaraan Rapat 65
g. Kebijakan Proses Pemberian Informasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi 66
h. Kebijakan Proses Induksi Anggota Dewan Komisaris, dan Anggota Direksi 66
i. Kebijakan Proses Koordinasi Transaksi yang bersifat Material
dan/atau Afiliasi 66
j. Kebijakan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan 67
k. Kebijakan Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan 67
l. Kebijakan Proses Koordinasi Penerbitan Kebijakan (Policy Coordination) 68
m. Kebijakan Pemberian Informasi Benturan Kepentingan kepada
Pemegang Saham, Komite Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi 68
n. Kebijakan Proses Administrasi Arsip, Dokumen, Saham dan
Surat Berharga 68
o. Kebijakan Proses Komunikasi atas Isu Korporasi 68
p. Kebijakan Identitas ANTAM 68
q. Kebijakan Proses Komunikasi atas Identitas ANTAM 68
r. Kebijakan Proses Pemberian Sumbangan 69
3.4.4 Pengawasan dan Pengendalian Internal (Internal Audit & Control) 69
a. Filosofi Pedoman Pengawasan dan Pengendalian Internal 69
b. Tujuan Proses Pengawasan dan Pengendalian Internal 69
c. Risiko Proses Pengawasan dan Pengendalian Internal 69
d. Kebijakan Penyelarasan Strategi Internal Audit 69
e. Kebijakan Proses Penilaian Risiko 70
f. Kebijakan Perencanaan Internal Audit 70
g. Kebijakan Pelaksanaan Internal Audit 70
h. Kebijakan Komunikasi Hasil Internal Audit dan Penugasan Khusus 70

viii K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

3.4.5 Manajemen Risiko (Risk Management) 71


a. Filosofi Pedoman Manajemen Risiko 71
b. Tujuan Pengelolaan Risiko 71
c. Risiko Proses Pengelolaan Risiko 71
d. Kebijakan Penetapan Konteks Pengelolaan Risiko 72
e. Kebijakan Identifikasi Risiko 72
f. Kebijakan Analisis Risiko 72
g. Kebijakan Evaluasi Risiko 72
h. Kebijakan Penanganan Risiko (Mitigasi) 73
i. Kebijakan Pemantauan dan Review atas Risiko 73
j. Kebijakan Komunikasi dan Konsultasi dalam Pengelolaan Risiko 73
3.4.6 Hukum (Legal) 73
a. Filosofi Pedoman Kebijakan Hukum 73
b. Tujuan Proses Hukum 73
c. Risiko Dalam Proses Hukum 73
d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Hukum Perusahaan 74
e. Kebijakan Proses Kepatuhan atas Peraturan Perundang-Undangan
dan Ketentuan yang Berlaku 74
f. Kebijakan Proses Hukum Korporasi dan Hukum Komersial
(Corporate & Commercial Law) 74
g. Kebijakan Proses Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement) 75
h. Kebijakan Proses Perlindungan Aset 75
3.4.7 Pengembangan 75
a. Filosofi Pedoman Pengembangan Usaha/Bisnis 75
b. Tujuan Proses Pengembangan 75
c. Risiko Proses Pengembangan 75
d. Kebijakan Proses Eksplorasi 76
e. Kebijakan Proses Pengelolaan Resources serta Reserves dan
Perizinan yang Terkait 76
f. Kebijakan Proses Studi Kelayakan dan Pengembangan (Development) 77
g. Kebijakan Proses Pengembangan Teknologi 77
h. Kebijakan Penutupan dan Pengalihan Proyek Pengembangan 77
i. Kebijakan Integrasi Proyek 77
j. Kebijakan Proses Evaluasi Pengembangan 78

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P ix
Pendahuluan

k. Kebijakan Pengelolaan Proyek Pengembangan 78


l. Kebijakan Pembentukan dan Pengelolaan Anak Perusahaan dan Afiliasi 78
3.4.8 Operasi 79
a. Filosofi Pedoman Operasi 79
b. Tujuan Proses Operasi 79
c. Risiko Proses Operasi 79
d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Operasi 80
e. Kebijakan Proses Produksi 80
f. Kebijakan Proses Penjualan dan Pemasaran 80
g. Kebijakan Proses Pengelolaan Lingkungan,
Penutupan Tambang dan Pascatambang 81
h. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 81
i. Kebijakan Alih Daya (Outsourcing) 82
3.4.9 Sumber Daya Manusia (Human Resources Management) 82
a. Filosofi Pedoman Sumber Daya Manusia ANTAM 82
b. Tujuan Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia ANTAM 82
c. Risiko Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia ANTAM 82
d. Kebijakan Proses Perencanaan, Rekrutmen, dan
Seleksi Sumber Daya Manusia 82
e. Kebijakan Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia 83
f. Kebijakan Pengelolaan Assesment Pegawai 83
g. Kebijakan Proses Pelatihan dan Pengembangan Insan ANTAM 84
h. Kebijakan Knowledge Management 84
i. Kebijakan Proses Penghargaan dan Kompensasi Insan ANTAM 85
j. Kebijakan Proses Memelihara Hubungan Ketenagakerjaan 85
k. Kebijakan Proses Pengakhiran Hubungan Ketenagakerjaan 85
l. Kebijakan Proses Jaminan Kesejahteraan dan Kesehatan Pegawai 85
m. Kebijakan Tenaga Kerja Waktu Tertentu 85
n. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Manusia
di Anak Perusahaan dan Afiliasi 86
3.4.10 Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi 86
a. Filosofi Pedoman Proses Keuangan, Akuntansi,
Anggaran, Pajak dan Asuransi 86
b. Tujuan Proses Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi 86
c. Risiko Proses Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi 86

x K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Keuangan 86


e. Kebijakan Proses Penganggaran 87
f. Kebijakan Proses Perbendaharaan (Treasury) 87
g. Kebijakan Proses Pendanaan Jangka Pendek 87
h. Kebijakan Proses Asuransi 87
i. Kebijakan Proses Pajak 87
j. Kebijakan Proses Corporate Finance 87
k. Kebijakan Proses Akuntansi, Laporan Keuangan dan
Pelaporan Manajemen 88
l. Kebijakan Proses Monitoring atas Kondisi Keuangan dan Akuntansi 88
3.4.11 Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information & Communication
Technology/ICT) 88
a. Filosofi Pedoman ICT 88
b. Tujuan Proses ICT 89
c. Risiko Proses ICT 89
d. Kebijakan Strategis ICT 89
e. Kebijakan Operasional ICT 89
3.4.12 Pengadaan (Supply Chain Management) 90
a. Filosofi Pedoman Pengadaan 90
b. Tujuan Proses Pengadaan 90
c. Risiko Proses Pengadaan 90
d. Kebijakan Penyelarasan Strategi Pengadaan 90
e. Kebijakan Proses Permintaan Barang dan Jasa 91
f. Kebijakan Proses Pemilihan dan Evaluasi Penyedia Barang dan Jasa 91
g. Kebijakan Pengelolaan Barang dan Jasa 91
h. Kebijakan Pengendalian Persediaan Barang 92
3.4.13 Corporate Social Responsibility (CSR) 92
a. Filosofi Pedoman CSR 92
b. Tujuan Proses CSR 92
c. Risiko Proses CSR 92
d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi CSR 93
e. Kebijakan Proses identifikasi Pemangku Kepentingan CSR 93
f. Kebijakan Proses Pelaksanaan CSR 93
g. Kebijakan Proses Komunikasi Pelaksanaan CSR 93
h. Kebijakan Proses Monitoring dan Kepatuhan atas CSR 93

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P xi
Pendahuluan

3.4.14 Administrasi Umum 93


a. Filosofi Pedoman Administrasi Umum 93
b. Tujuan Proses Administrasi Umum 94
c. Risiko Proses Administrasi Umum 94
d. Kebijakan Proses Pengelolaan Pelaporan 94
e. Kebijakan Proses Pengelolaan Surat dan Kearsipan 94
3.4.15 Pengelolaan Aset 94
a. Filosofi Pedoman Pengelolaan Aset 94
b. Tujuan Proses Pengelolaan Aset 94
c. Risiko Proses Pengelolaan Aset 95
d. Kebijakan Pengelolaan Aset 95
e. Kebijakan Proses Keamanan 95
f. Kebijakan Proses Penghapusan Aset 95

Bab IV Penutup 97
Sosialisasi, Implementasi dan Evaluasi CGP 98

Daftar Gambar
Gambar 1.1 Hierarki Peraturan Perusahaan 4
Gambar 1.2 Struktur Kebijakan Perusahaan 6
Gambar 1.3 Penyusunan Kebijakan Berdasarkan Objective, Risk and Control serta 9

xii K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

Bab I
Pendahuluan

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang dan Tujuan


1.1.1 Latar Belakang Penyusunan Corporate Governance Policy (CGP)

Perjalanan sejarah ANTAM berawal dari penggabungan (merger) 7 (tujuh) badan


usaha dan/atau proyek pertambangan dengan status Perusahaan Negara (PN Aneka
Tambang), dimana seluruh saham masih dimiliki Pemerintah Republik Indonesia. PN
Aneka Tambang berubah status menjadi PT Aneka Tambang (Persero) melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1974 tertanggal 30 Desember 1974.

Pada 27 November 1997 PT Aneka Tambang (Persero) melakukan Initial Public


Offering (IPO) dengan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya-sekarang keduanya menjadi Bursa Efek Indonesia-, dan pada bulan Agustus
1999 di Bursa Efek Australia (Australian Securities Exchange/ASX) dalam bentuk
Chess Unit Foreign Securities (CUFS) hingga bulan Juli 2002 tercatat secara penuh
pada ASX. Sejak tanggal 6 Oktober 1999 nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Aneka Tambang Tbk berubah singkatannya menjadi PT ANTAM Tbk, kemudian pada
tanggal 15 Juni 2010 berubah kembali singkatannya menjadi PT ANTAM (Persero) Tbk
dan selanjutnya dalam Corporate Governace Policy (CGP) ini cukup disingkat dengan
nama ANTAM.

Awal penerapan Good Corporate Governance (GCG) ANTAM didasari atas ke­
butuhan ANTAM untuk tumbuh, berkembang serta berkelanjutan. Dual listing di
bursa menjadi pendorong ANTAM untuk menerapkan GCG sebagai suatu sistem,
yakni sistem pengelolaan Perusahaan yang baik sejalan dengan prinsip-prinsip GCG
TARIF: Transparansi (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggungjawaban
(Responsibility), Independensi (Independency) dan Kewajaran (Fairness). Listing ANTAM
di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Australia mengharuskan ANTAM untuk dapat
memenuhi standar GCG yang lebih ketat. Hal tersebut memberikan dampak pada
peningkatan implementasi GCG di ANTAM, yang pada gilirannya mengoptimalkan
kinerja ANTAM serta memberikan nilai tambah bagi para Pemangku Kepentingan
(Stakeholders).

ANTAM terus berbenah diri menuju suatu organisasi yang berkomitmen untuk
menerapkan GCG. Pengembangan GCG ANTAM mengakomodasikan adanya pe­
rubahan yang dinamis dan terbuka terhadap konsep-konsep baru. ANTAM telah
mengembangkan GCG dengan membangun aspek infrastruktur GCG, baik hard
structure maupun soft structure. Hard structure yang telah dibangun diantaranya
adalah dengan dibentuknya organ Dewan Komisaris yang terdiri dari Komisaris dan
Komisaris Independen beserta 3 (tiga) Komite Penunjang Dewan Komisaris, meliputi
Komite Audit, Komite Good Corporate Governance-Nominasi dan Remunerasi

2 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

(GCG-NR) dan Komite Manajemen Risiko. Soft structure GCG yang telah dikembangkan
awalnya adalah Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP), Management Policy (MP),
Standard Operating Procedure (SOP), disamping Standar Etika Perusahaan (Code of
Conduct/CoC), Charter Dewan Komisaris, Charter Direksi, Charter Komite Penunjang
Dewan Komisaris, serta Charter Internal Audit dan Sistem Pelaporan Pelanggaran/
Whistleblowing System (WBS).

PKP merupakan dokumen hidup yang senantiasa dikaji secara periodik guna di­
sesuaikan dengan perkembangan dan isu-isu internal dan eksternal ANTAM.
Sehubungan dengan hal tersebut, saat ini cakupan PKP telah diperluas dan di­
sempurnakan menjadi CGP yakni dengan dengan melengkapi PKP dengan GCG
Code yang disusun berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia (GCG Code,
Komite Nasional Kebijakan Governance/KNKG 2006), ASX Corporate Governance
Principles & Recommendations 3rd Edition 2014, Penerapan Tata Kelola yang Baik
(Good Corporate Governance) berdasarkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) No. SK.16/S.MBU/2012, ASEAN Corporate Governance Scorecard, dan Pedoman
Tata Kelola Perusahaan Terbuka oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tahun 2015. CGP
diharapkan tidak saja memuat Pedoman GCG (GCG Code) tetapi juga memuat
kumpulan kebijakan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang menjadi acuan
dalam melaksanakan kegiatan dan pengambilan keputusan di ANTAM, sekaligus dapat
menjadi pedoman dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian serta menjadi
kriteria penguji dalam mengkaji kesahihan (validity) atas semua keputusan dan peraturan
yang dikeluarkan ANTAM. Perluasan cakupan Pedoman Kebijakan diarahkan untuk
melengkapi aspek-aspek kebijakan proses yang telah diatur sebelumnya dengan
aspek pedoman praktis implementasi GCG. Selanjutnya, seluruh acuan penyusunan
CGP ini merujuk namun tidak terbatas pada acuan kebijakan yang tercantum dalam
Bab II butir 2.4 pada buku ini.

1.1.2 Tujuan Penyusunan CGP

CGP ini disusun dengan tujuan untuk menyempurnakan PKP yang dikembangkan
menjadi suatu sistem kebijakan yang bersifat holistik dan terintegrasi sesuai prinsip-
prinsip GCG.

Kedudukan CGP merupakan induk kebijakan ANTAM. Dengan demikian seluruh


peraturan, keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan ANTAM harus merujuk dan
menyebut dengan jelas butir CGP sebagai standar dan pedoman dasar dalam
pembentukan dan pelaksanaannya.

Pemberlakuan CGP dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang ada di

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 3
Pendahuluan

ANTAM disusun dengan pendekatan Objective, Risk, and Control (ORC) yang diarahkan
untuk mendorong manajemen agar mampu menghidupkan checks and balances
pada setiap proses bisnis di tiap level maupun fungsi manajemen berdasarkan jiwa dan
prinsip-prinsip GCG.

1.2 Hierarki Peraturan dan Kebijakan Perusahaan


1.2.1 Hierarki Peraturan

Hierarki peraturan Perusahaan adalah sebagai berikut:

Anggaran Dasar Perseroan

Keputusan RUPS

Keputusan Keputusan
Dewan Komisaris Direksi

Surat Edaran
Direksi

Keputusan SVP/VP,
General Manager
Unit/Unit Bisnis,
Project

Gambar 1.1
Hierarki Peraturan Perseroan

a. Anggaran Dasar Perseroan merupakan peraturan intern Perusahaan dan menjadi


dasar formal bagi persetujuan atau kesepakatan intern Perusahaan. Anggaran
Dasar Perseroan memuat hal-hal:

1) nama dan tempat kedudukan Perseroan;


2) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

4 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

3) jangka waktu berdirinya Perseroan;


4) besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
5) jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi;
6) nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
7) penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
8) tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris;
9) tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen; dan
10) ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang.

b. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memuat hal-hal yang perlu
mendapat persetujuan Pemegang Saham (Shareholders), sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar Perseroan;

c. Keputusan Dewan Komisaris memuat hal-hal yang merupakan kewenangan


Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan penasehatan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta hal-hal lain yang diperlukan untuk memperlancar
pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris. Suatu hal yang mendasar di­perlukan­
nya suatu Keputusan Dewan Komisaris adalah untuk menghindari independensi
organ Dewan Komisaris dari pengaruh organ Direksi dimana keduanya seyogianya
saling independen dalam menjalankan fungsinya masing-masing;

d. Keputusan Direksi (SK Direksi) memuat hal-hal mengenai penetapan kebijakan


umum dalam operasional Perusahaan tentang penyusunan strategi, penyusunan
organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi, pengadaan dan
sebagainya, yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan tugas sehari-hari;

e. CGP merupakan bagian dari keputusan Direksi dan keputusan Dewan Komisaris;

f. Surat Edaran Direksi merupakan surat dinas yang diedarkan dengan maksud agar
pesan atau berita dinas diketahui para Karyawan atau pihak-pihak tertentu, sesuai
dengan maksud pengedaran surat tersebut; dan

g. Keputusan Kepala Divisi (SVP/VP), keputusan Kepala Unit/Unit Bisnis (General


Manager/GM), keputusan Kepala Project (Project Manager) merupakan keputusan-
keputusan yang berlaku pada masing-masing Divisi/Unit/Unit Bisnis/Project
dengan mengacu kepada peraturan atau keputusan tingkat diatasnya. Apabila
terdapat kebijakan strategis dan/atau material yang harus diambil oleh Divisi/Unit/

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 5
Pendahuluan

Unit Bisnis/Project, harus dikonsultasikan kepada Divisi Legal & Compliance, Divisi
Risk Management, Divisi Corporate Secretary serta Divisi lainnya yang terkait.

1.2.2 Kebijakan Perusahaan

a. Struktur Kebijakan Perusahaan

1) Kebijakan di ANTAM terdiri dari 3 tingkat (Gambar 1.2) yaitu di tingkat 1 adalah
CGP, di tingkat 2 meliputi Code of Conduct (CoC), Management Policy (MP)
dan Charter, dan di tingkat 3 adalah SOP dan WI.

Cakupan dan alur isinya dirinci mulai dari pokok-pokok kebijakan pada
peringkat teratas sampai acuan kebijakan dasar bagi pelaksanaan kegiatan,
baik yang menyangkut kegiatan usaha, penanganan risiko, maupun fungsi-
fungsi pendukung yang diperlukan.

Corporate Governance Policy (CGP)

Code of Conduct Management Policy Charter (BOD,


(CoC) (MP) BOC, Komite & IA)

Standard Operating Procedure (SOP)


&
Work Instruction (WI)

Gambar 1.2
Struktur Kebijakan ANTAM

2) CGP merupakan induk kebijakan ANTAM yang berisi himpunan pedoman-


pedoman pokok pengelolaan Perusahaan yang baik, sebagai acuan bagi
seluruh kegiatan ANTAM. CoC, Charter, MP, SOP dan WI merupakan himpunan
kebijakan-kebijakan bisnis dan uraian pendukungnya yang mengatur
kegiatan-kegiatan ANTAM dalam melakukan usahanya dan disusun dengan
mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada di dalam CGP;

3) Agar alur kebijakan tetap konsisten maka pada setiap CoC, Charter, MP, SOP
dan WI harus memuat langsung bagian-bagian yang terkait dengan CGP.
Dengan demikian, inkonsistensi dan benturan kebijakan yang mungkin terjadi
akan mudah dideteksi dan dapat langsung dihindari;

6 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

4) Direksi memastikan MP, SOP dan WI sudah ditetapkan dan dijalankan di


seluruh kegiatan pengelolaan Perusahaan.

b. Operasionalisasi

1) Sebagai acuan dalam kegiatan operasional, SOP dan WI disusun sesuai


kebutuhan, dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan bentuk kegiatan
usaha dan produk, keadaan lokasi kegiatan, struktur organisasi, perubahan
regulasi dan kondisi personalia yang ada;

2) Petunjuk-petunjuk pelaksanaan ini merupakan kelengkapan tata kelola


Perusahaan yang harus selalu mengacu dan tunduk pada CGP dan MP.

c. Pemutakhiran dan Keabsahan

1) Pemutakhiran CGP hanya sah apabila mendapat persetujuan tertulis Dewan


Komisaris dan Direksi dalam bentuk keputusan bersama atas pelaksanaannya.
Perubahan dimungkinkan menyangkut ketentuan-ketentuan lain yang
lebih mendasar terkait dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran
Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan
Dewan Komisaris, dan pengaturan lainnya yang setingkat. Apabila terdapat
perbedaan atau ketidaksesuaian pada CGP yang bersifat tidak material
akibat adanya perubahan peraturan perundangan, Anggaran Dasar
Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan
Komisaris, dan pengaturan/ketentuan lainnya seperti perubahan struktur
organisasi, penamaan jabatan, ataupun struktur kebijakan, maka tidak
diperlukan perubahan terhadap CGP dan perubahan peraturan/ketentuan
mengikat Perseroan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi CGP;

2) Pengesahan dan pemutakhiran CoC berdasarkan lembar pemberlakuan yang


ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi;

3) Pengesahan Charter Dewan Komisaris dan Charter Komite Penunjang Dewan


Komisaris oleh Dewan Komisaris, pengesahan Charter Direksi ditandatangani
oleh Direksi setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris;

4) Pengesahan Charter Internal Audit ditandatangani oleh seluruh anggota


Direksi setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris;

5) Pengesahan MP berdasarkan surat keputusan Direksi yang ditandatangani


oleh Direktur Utama;

6) Pengesahan SOP yang berlaku di Divisi Kantor Pusat mengacu pada kebijakan
Pedoman Mutu ISO 9001:2008 Kantor Pusat dan dapat menjadi lampiran

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 7
Pendahuluan

atas kebijakan yang terkait. Pengesahan SOP yang berlaku di Unit/Unit Bisnis
ditandatangani oleh masing-masing Kepala Unit/Unit Bisnis.

d. Penanggung Jawab Implementasi CGP

1) Unit/Unit Bisnis/Divisi terkait bertanggung jawab memberikan masukan/


pemutakhir­
an atas isi dan pelaksanaan CGP yang relevan dengan fungsi
dan bidang masing-masing. Koordinasi dan tanggung jawab atas integrasi isi
secara keseluruhan, proses pemutakhiran dan penyebarluasannya menjadi
tanggung jawab Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary).

2) Pemutakhiran CGP dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan


Perusahaan. Corporate Secretary ber­tanggung jawab atas pengumpulan
saran dan permintaan perubahan, pemutakhiran pedoman-pedoman tertulis
yang ada, serta sosialisasi pe­mutakhiran tersebut kepada seluruh Karyawan
Perusahaan.

3) SOP dan WI yang dijabarkan sebagai operasionalisasi CGP dan MP disusun


oleh masing-masing Divisi Kantor Pusat serta masing-masing Unit/Unit Bisnis
dengan mengacu pada ISO 9001:2008 sebagaimana ditetapkan dalam
bagian 1.2.2 poin c. tentang pemutakhiran dan keabsahan.

4) Fungsi Internal Audit melakukan audit operasional atas kepatuhan pelaksanaan


CGP beserta penjabarannya.

1.2.3 Pendekatan Penyusunan Kebijakan

Penyusunan kebijakan dan prosedur Perusahaan didasarkan pada pendekatan tiga


penopang utama, yaitu Objective, Risk and Control (ORC). Pendekatan tersebut ber­
fungsi untuk:

a. Menterjemahkan tujuan (objective) dari Pemegang Saham oleh Direksi dan


Dewan Komisaris dalam mengelola organisasi melalui CGP, MP, SOP dan WI;

b. Menjadikan risk management dan control sebagai bagian integral dalam aktivitas
sehari-hari;

c. Menerapkan perilaku Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi


dan Kewajaran ke seluruh bagian organisasi agar tidak berhenti di level Board.

Pendekatan ORC diarahkan untuk mendorong fungsi level manajemen mampu meng­
hidupkan tata kelola (governance) yang dilandasi oleh checks and balances pada
setiap level dan fungsi manajemen.

8 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Pendahuluan

Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) merupakan proses dalam pencapaian


tujuan Perusahaan “agency transaction” yang digambarkan sebagai Tujuan (Objective)
yang ditopang oleh dua pilar, Risk and Control.

Objective hanya dapat dicapai apabila Perusahaan dapat mengelola risiko dan
me­miliki kontrol atas organisasi yang mencakup seluruh rangkaian proses di dalam
Perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah bagi Perusahaan, baik proses inti
Perusahaan (core), maupun proses yang menunjang (enabler) dan mengontrol
(compliance) berjalannya proses inti tersebut (value chain) sesuai dengan dinamika
usaha dan regulasi yang berlaku.

Transparancy Accountability

Objective

Responsibility Independency
Risk Control

Fairness

Gambar 1.3
Pendekatan Penyusunan Kebijakan Berdasarkan
Objective, Risk, and Control serta Prinsip-Prinsip GCG

Penyusunan kebijakan juga memperhatikan arahan strategis dan kebijakan lain yang
telah dituangkan dalam kebijakan Dewan Komisaris dan Direksi sebelumnya. Proses
penyusunan dilakukan secara bertahap melalui Top Down dan Bottom Up Approach.

Risk dan opportunity digunakan sebagai “dua sisi mata uang” untuk menyatukan
governance, risk and control. Tujuannya adalah untuk membumikan pemahaman
konsep tata kelola pada semua tingkatan mulai dari manajemen puncak hingga
operator.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 9
Pendahuluan

Catatan/Notes:

10 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Bab II
Panduan
Tata Kelola
Perusahaan
yang Baik
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2.1 Kebijakan GCG ANTAM


ANTAM memandang bahwa penerapan GCG merupakan kebutuhan. ANTAM meyakini
penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan
kemakmuran ANTAM, yang pada gilirannya akan mengoptimalkan nilai Pemegang
Saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan kepentingan Pemangku Kepentingan
lainnya.
Penyusunan kebijakan tentunya harus sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, dan Peraturan Menteri Negara
BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) pada BUMN.
Kebijakan dalam mengelola Perusahaan tersebut berisikan prinsip-prinsip pengelolaan
Perusahaan yang dalam implementasinya akan diikuti dengan berbagai kebijakan
serta peraturan teknis sesuai kebutuhan Perusahaan. Keberadaan kebijakan tersebut
diharapkan akan dapat menjadi acuan bagi segenap jajaran Perusahaan dalam
menjalankan aktivitas bisnis Perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Mengingat lingkungan bisnis yang bersifat dinamis dan berkembang, maka kebijakan
dalam mengelola Perusahaan ini senantiasa disesuaikan dengan kondisi internal
maupun eksternal yang ada. Pengkajian secara berkesinambungan akan selalu
dilakukan sebagai upaya mencapai standar kerja yang terbaik bagi Perusahaan.

2.2 Tujuan GCG ANTAM


Penerapan GCG di ANTAM bertujuan untuk:
Mencapai pertumbuhan dan imbal hasil yang maksimal sehingga meningkatkan
kemakmuran Perusahaan, serta mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka
panjang tanpa mengabaikan kepentingan Pemangku Kepentingan lainnya;
a. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan yang baik antara Pemegang Saham,
Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh Pemangku Kepentingan Perusahaan;
b. Mendukung aktivitas pengendalian internal dan pengembangan Perusahaan;
c. Mengelola sumber daya secara lebih amanah;
d. Meningkatkan pertanggungjawaban kepada Pemangku Kepentingan;
e. Memperbaiki budaya kerja Perusahaan; dan
f. Menjadikan Perusahaan bernilai tambah yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh
insan ANTAM berikut peningkatan kemanfaatan bagi Pemangku Kepentingan
Perusahaan.

12 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2.3 Sasaran
a. Terlaksananya sistem manajemen stratejik yang handal, sehingga mampu
merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang sejalan dengan rencana strategis
(strategic plan) Perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang;
b. Adanya keterbukaan serta komunikasi dua arah baik dengan regulator, pelaku pasar
modal dan Pemangku Kepentingan lainnya;
c. Berfungsinya dengan baik organ-organ pendukung kegiatan pengendalian internal
dan pengembangan Perusahaan, antara lain Komite Audit, Komite GCG-NR,
Komite Manajemen Risiko, Internal Audit, Manajemen Risiko, Corporate Secretary,
dan sebagainya;
d. Ditegakkannya komitmen dan aturan main dari praktik penyelenggaraan bisnis
yang beretika;
e. Tersedianya sumber daya manusia yang handal, unggul, profesional dan bebas dari
benturan kepentingan;
f. Dipastikannya seluruh jajaran Perusahaan mengetahui dan mampu menjalankan
tugas, kewajiban dan tanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku serta
mengetahui penalty dan rewardnya; dan
g. Ditegakkannya kepedulian pada masyarakat sekitar dan pada kelestarian lingkungan.

2.4 Acuan Kebijakan


Penyusunan Pedoman CGP ini mengacu pada ketentuan sebagai berikut:
a. Undang-Undang, yang meliputi:
1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara;
2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;
3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN; dan
4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
b. Peraturan Menteri BUMN, diantaranya adalah:
1) Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN dan
PER09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN No:
PER01/MBU/2011;
2) Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung
Dewan Komisaris/Dewan Pengawa BUMN;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 13
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

3) Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-03/MBU/02/2015 tentang Per­


syaratan, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi BUMN
dan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-02/MBU/02/2015 tentang
Persyaratan, Tata Cara Pengagkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan
Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN.
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia, antara lain seperti:
1) Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 tanggal
7 Desember 2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit;
2) Lampiran Keputusan Direksi PT BEI No. Kep-00100/BEI/10-2014 tanggal 20
Oktober 2014 tentang Peraturan No. 1-A: Pencatatan Saham dan Efek Bersifat
Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan tercatat; Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Anggaran Dasar PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANEKA TAMBANG Tbk
disingkat PT ANTAM (Persero) Tbk sebagaimana telah diubah dengan Akta No. 67
tanggal 31 Maret 2015 jo. Akta Nomor 9 tanggal 8 Desember 2015, keduanya dibuat
dihadapan Notaris Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta Selatan, yang perubahan-
perubahan sebagaimana dinyatakan dalam akta-akta tersebut telah diberitahukan
kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia,
sebagaimana penerimaannya dinyatakan dalam Surat dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.03-0927518 tanggal 27 April 2015 dan Surat
dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.03.0986321
tanggal 8 Desember 2015, dan juga telah mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum dan HAM sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Hukum dan
HAM Nomor AHU-0934135.AH.01.02.TAHUN 2105 tanggal 27 April 2015;
e. Pedoman Umum GCG Indonesia, dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance-2006 (KNKG-2006);
f. ASX Corporate Governance Principles & Recommendations 3rd Edition tahun
2014 yang direkomendasikan oleh ASX Corporate Governance Council;
g. ASEAN Corporate Governance Scorecard oleh ASEAN Capital Market Forum;
h. Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka oleh Otoritas Jasa Keuangan tahun
2015.

2.5 Ruang Lingkup Kebijakan


Ruang lingkup kebijakan ini adalah untuk memberikan arahan kepada segenap jajaran
Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis Perusahaan.

14 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Berbagai hal yang diatur dalam kebijakan ini meliputi:


a. Hubungan antara Perusahaan dengan Pemegang Saham;
b. Fungsi serta peran Dewan Komisaris;
c. Fungsi serta peran Direksi;
d. Hubungan antara Perusahaan dengan Pemangku Kepentingan seperti Pegawai,
Pemasok serta Masyarakat; dan
e. Prinsip-prinsip mengenai Kebijakan Perusahaan seperti Kebijakan tentang Pengawasan
dan Pengendalian Internal, Manajemen Risiko, Manajemen Strategis Perusahaan,
serta prinsip-prinsip kebijakan Perusahaan lainnya.

2.6 Visi, Misi, Strategi, Nilai-nilai dan Kunci Utama


Kesuksesan Perusahaan
2.6.1 Visi ANTAM
Menjadi korporasi global terkemuka melalui diversifikasi dan integrasi usaha berbasis
sumber daya alam.

2.6.2 Misi ANTAM


a. Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan nilai tambah
melalui praktik-praktik industri terbaik dan operasional yang unggul;
b. Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan, keselamatan
kerja, dan kelestarian lingkungan;
c. Memaksimalkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan;
d. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan serta kemandirian
masyarakat di sekitar wilayah operasi.

2.6.3 Strategi ANTAM

a. Modal Dasar
1) Peningkatan keunggulan daya saing Insan ANTAM.
2) Inovasi teknologi dan energi.
3) Penguasaan dan keunggulan Sumber Daya Alam.

b. Kegesitan
1) Peningkatan nilai tambah komoditas berbasis Nikel.
2) Peningkatan nilai tambah komoditas berbasis Bauksit.
3) Peningkatan nilai tambah komoditas berbasis Logam Mulia.
4) Penguasaan kesinambungan rantai nilai.
5) Peningkatan daya ungkit komunitas.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 15
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

c. Kekuatan Pertumbuhan

1) Penguasaan jaringan pemasaran.


2) Peningkatan daya ungkit keuangan.

2.6.4 Nilai-Nilai ANTAM

ANTAM mempunyai nilai-nilai dan norma perilaku yang wajib dipatuhi dan diterapkan dalam
pelaksanaan kerja sehari-hari oleh segenap jajaran Perusahaan. Nilai-nilai dasar ANTAM yang
dianut jajaran Perusahaan dan diwujudkan dalam praktik bisnis sehari-hari adalah PIONEER
(Professionalism, Integrity, glObal mentality, harmoNy, ExcEllence dan Reputation):

a. Professionalism

1) Memiliki komitmen tinggi dalam bekerja dan mensinergikan praktik-praktik


terbaik dengan wawasan bisnis (business acumen) dan Budaya Perusahaan
untuk memberikan kontribusi yang maksimal;
2) Berusaha keras untuk mencapai standar yang lebih tinggi dan terbuka ter­
hadap ide-ide baru;
3) Berani mengambil keputusan dan tindakan dengan mempertimbangkan risiko
dan manfaatnya bagi Perusahaan; dan
4) Mengembangkan diri secara optimal dan berkesinambungan untuk pe­
ningkatan kinerja/unjuk kerja dan pengembangan karir.

b. Integrity

1) Mentaati Standar Etika, GCG, dan peraturan perundang-undangan;


2) Mengutamakan kejujuran dan kepentingan Perusahaan; dan
3) Bekerja dengan transparan, bertanggung jawab, dan adil.

c. glObal mentality

1) Membangun mental global (cara berpikir, kompetensi, rasa percaya diri dan
cara bertindak) sesuai dengan business acumen kelas dunia;
2) Mengikuti perkembangan bisnis secara luas pada tingkat global untuk
melakukan transformasi guna meningkatkan kinerja Perusahaan; dan
3) Mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perbedaan dan
perubahan budaya (baik lokal maupun internasional).

16 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

d. harmoNy

1) Menghargai hak asasi manusia, perbedaan pendapat, nilai-nilai, norma-


norma, dan prinsip-prinsip yang dianut oleh orang lain;
2) Membangun kerja sama dan hubungan sinergis dengan semua pemegang
kepentingan baik pihak internal maupun eksternal berdasarkan prinsip
menang-menang dan keadilan; dan
3) Peduli terhadap semua pemegang kepentingan, terutama pegawai, mitra
strategis, dan masyarakat di sekitar wilayah operasi.

e. ExcEllence

1) Menanamkan komitmen tinggi, mental pemenang, keyakinan kuat dan sikap


positif untuk melakukan yang terbaik guna mencapai kinerja terbaik;
2) Membangun standar terbaik dan cara yang paling efektif dan efisien untuk
mencapai kinerja organisasi/unjuk kerja pegawai terbaik;
3) Menegakkan disiplin untuk menyusun dan mengimplementasi-kan rencana
kerja secara efektif dan konsisten; dan
4) Melakukan perbaikan terus-menerus terhadap sistem dan prosedur
keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup dengan menerapkan
praktik-praktik kelas dunia dan prinsip-prinsip operational excellence.

f. Reputation

1) Menanamkan kebanggaan sebagai Insan ANTAM yang memiliki reputasi


individu yang baik untuk peningkatan citra Perusahaan;
2) Membangun, meningkatkan, dan memelihara citra Perusahaan yang positif di
tingkat nasional dan global; dan
3) Meningkatkan posisi Perusahaan dalam percaturan bisnis nasional dan global.

2.6.5 Kunci Keberhasilan dalam Melaksanakan GCG

a. Komitmen yang penuh dari Dewan Komisaris dan Direksi untuk meng­
implementasikan GCG;
b. Pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip GCG disetiap jajaran manajemen;
c. Adanya suatu mekanisme evaluasi yang terus menerus atas implementasi GCG; dan
d. Standar Etika Perusahaan dipahami dan dilaksanakan oleh Insan ANTAM.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 17
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2.7 Prinsip-Prinsip GCG yang Baik


Dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasional Perusahaan,
ANTAM mengacu pada beberapa Pedoman Prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:

2.7.1 Pedoman Umum GCG Indonesia

ANTAM berkomitmen untuk selalu menerapkan standar tata kelola terbaik sesuai
dengan standar yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu ANTAM mengadopsi
berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang diterbitkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2006.
Prinsip dan rekomendasi yang menjadi rujukan ANTAM sesuai Pedoman Umum GCG
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Asas GCG
ANTAM memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek
proses bisnis dan di semua jajaran Perusahaan. Prinsip-prinsip GCG yang di­
maksud adalah Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian/
Independensi dan Kewajaran yang diperlukan untuk mencapai keberlanjutan
(sustainability) Perusahaan dengan memperhatikan Pemangku Kepentingan.

Adapun prinsip GCG tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:


1) Transparansi
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, ANTAM menyediakan
informasi material dan relevan, mudah diakses dan dipahami oleh Pemangku
Kepentingan. ANTAM mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh Pemegang Saham,
Kreditur dan Pemangku Kepentingan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


ANTAM menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh Pemangku Kepentingan
sesuai dengan haknya.
a) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas
pada Visi, Misi, sasaran usaha dan strategi Perusahaan, kondisi
keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, Pemegang Saham
pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi beserta anggota keluarganya dalam Perusahaan dan

18 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan


dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi Perusahaan;
b) Prinsip transparansi yang dianut oleh Perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan Perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi; dan
c) Kebijakan Perusahaan harus tertulis dan secara proporsional di­
komunikasikan kepada Pemangku Kepentingan.

2) Akuntabilitas
Prinsip Dasar
ANTAM mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
dapat dipercaya. Untuk itu ANTAM berupaya melaksanakan pengelolaan
Perusahaan secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan Pemegang Saham dan
Pemangku Kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang di­
perlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Perusahaan menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-
masing organ Perusahaan yang meliputi RUPS, Dewan Komisaris, dan
Direksi, serta semua Karyawan secara jelas dan selaras dengan Visi,
Misi, Nilai-nilai Perusahaan (corporate values) dan strategi Perusahaan;
b) Perusahaan meyakini bahwa semua organ Perusahaan dan semua
Karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung
jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG;
c) Perusahaan memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif
dalam pengelolaan Perusahaan;
d) Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran Perusahaan
yang konsisten dengan sasaran usaha Perusahaan, serta memiliki
sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system); dan
e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
Perusahaan dan semua Karyawan harus berpegang pada etika bisnis
dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 19
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

3) Pertanggungjawaban
Prinsip Dasar
ANTAM selalu berupaya untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Organ Perusahaan berupaya berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan Perusahaan (by-laws); dan
b) Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain dengan
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di
sekitar Perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan
yang memadai.

4) Kemandirian/Independensi
Prinsip Dasar
Untuk melaksanakan prinsip GCG, ANTAM melaksanakan pengelolaan
Perusahaan secara independen sehingga masing-masing organ Perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Masing-masing organ Perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi
oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu,
bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala
pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat di­
lakukan secara obyektif; dan
b) Masing-masing organ Perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar
tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

5) Kewajaran
Prinsip Dasar
Dalam melaksanakan kegiatannya, ANTAM senantiasa memperhatikan ke­
pentingan Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan berdasarkan asas
kewajaran.

20 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Perusahaan memberikan kesempatan kepada Pemangku Kepentingan
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi ke­
pentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai
dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing;
b) Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan berimbang kepada
Pemangku Kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada Perusahaan; dan
c) Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
Karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi
fisik.

b. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku


Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu
dilandasi oleh integritas yang tinggi. Perusahaan perlu mengembangkan nilai-nilai
Perusahaan yang menggambarkan sikap moral Perusahaan dalam menjalankan
usahanya yang dituangkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

c. Organ Perusahaan
Organ Perusahaan yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai
peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ Perusahaan harus
menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip
bahwa masing-masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.

d. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham


Pemegang saham sebagai pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab atas
Perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-
undangan.

e. Hak dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan


Pemangku Kepentingan, termasuk pegawai, mitra bisnis, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa, terpengaruh secara langsung oleh keputusan strategis
dan operasional Perusahaan. Maka, antara Perusahaan dengan Pemangku
Kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas kewajaran ber­
dasarkan ketentuan yang berlaku bagi masing-masing pihak.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 21
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Prinsip Dasar
Pemangku Kepentingan -selain Pemegang Saham- adalah mereka yang memiliki
kepentingan terhadap Perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara langsung
oleh keputusan strategis dan operasional Perusahaan, yang antara lain terdiri dari
Karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat terutama sekitar tempat usaha Perusahaan.
Antara Perusahaan dengan Pemangku Kepentingan harus terjalin hubungan yang
sesuai dengan asas kewajaran berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi masing-
masing pihak. Agar hubungan antara Perusahaan dengan Pemangku Kepentingan
berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku,
agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik serta terciptanya per­lakuan
yang adil dan jujur dalam mendorong perkembangan Karyawan sesuai
dengan potensi, kemampuan, pengalaman dan keterampilan masing-
masing;
2) Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan kedua
belah pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan; dan
3) Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama masyarakat
di sekitar Perusahaan, serta pengguna produk dan jasa Perusahaan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


1) Karyawan
a) Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria yang
terkait dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam mengambil keputusan
mengenai penerimaan Karyawan;
b) Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan, penetapan
jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan
secara obyektif, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,
dan kondisi fisik seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang di­lindungi
oleh peraturan perundang-undangan;
c) Perusahaan memiliki peraturan tertulis yang mengatur dengan jelas pola
rekrutmen serta hak dan kewajiban Karyawan;
d) Perusahaan menjamin terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, ter­
masuk kesehatan dan keselamatan kerja agar setiap Karyawan dapat
bekerja secara kreatif dan produktif;
e) Perusahaan memastikan tersedianya informasi yang perlu diketahui oleh
Karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan baik dan tepat waktu;

22 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

f) Perusahaan memastikan agar Karyawan tidak menggunakan nama,


fasilitas, atau hubungan baik Perusahaan dengan pihak eksternal untuk
kepentingan pribadi. Untuk itu Perusahaan harus mempunyai sistem
yang dapat menjaga agar setiap Karyawan menjunjung tinggi Standar
Etika dan Nilai-nilai Perusahaan serta mematuhi kebijakan, peraturan dan
prosedur internal yang berlaku;
g) Karyawan serta serikat pekerja yang ada di Perusahaan berhak untuk
menyampaikan pendapat dan usul mengenai lingkungan kerja dan ke­
sejahteraan Karyawan; dan
h) Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis dan
pedoman perilaku, serta peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan Perusahaan.

2) Mitra Bisnis
a) Mitra Bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur, dan pihak lainnya
yang melakukan transaksi usaha dengan Perusahaan;
b) Perusahaan memiliki peraturan yang dapat menjamin dilaksanakannya
hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan;
c) Mitra bisnis berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai hubungan
bisnis dengan Perusahaan sehingga masing-masing pihak dapat membuat
keputusan atas dasar pertimbangan yang adil dan wajar; dan
d) Kecuali dipersyaratkan lain oleh peraturan perundang-undangan, Perusahaan
dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan me­
lindungi kepentingan masing-masing pihak.

3) Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa


a) Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin terjaganya
keselarasan hubungan antara Perusahaan dengan masyarakat sekitar,
termasuk penerapan program kemitraan dan bina lingkungan;
b) Perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan serta dampak negatif terhadap dan keselamatan pengguna; dan
c) Perusahaan bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan
oleh kegiatan usaha Perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan
dimana Perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, Perusahaan harus
menyampaikan informasi kepada masyarakat yang dapat terkena dampak
kegiatan Perusahaan.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 23
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

f. Pernyataan Penerapan Pedoman GCG


Perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan GCG
dengan Pedoman GCG dalam Laporan Tahunan. Dalam hal belum seluruh aspek
Pedoman GCG dapat dilaksanakan, Perusahaan harus mengungkapkan aspek yang
belum dilaksanakan beserta alasannya. Pernyataan tersebut harus disertai laporan
tentang struktur dan mekanisme kerja Dewan Komisaris dan Direksi serta informasi
penting lain yang berkaitan dengan penerapan GCG.

g. Internalisasi Penerapan GCG


Pelaksanaan Internalisasi GCG perlu dilakukan secara sistematis dan ber­
kesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan
acuan oleh Perusahaan dalam melaksanakan penerapan GCG.

2.7.2 ASX Corporate Governance Principles & Recommendations

Mempertimbangkan bahwa ANTAM telah mencatatkan sahamnya (listed) di Australia


Securities Exchange (ASX) maka Perusahaan menerapkan standar internasional dalam
implementasi GCG dengan mengadopsi 8 (delapan) prinsip dalam ASX Corporate
Governance Principles & Recommendations 3rd Edition Tahun 2014 sebagai berikut:
a. Meletakkan pondasi yang kuat bagi pengawasan dan pengelolaan Perusahaan
1) Perusahaan harus mengungkapkan Peran dan tanggung jawab dari masing-
masing Dewan Komisaris/Direksi dan Manajemen;
2) Perusahaan harus melakukan pemeriksaan secara memadai, sebelum menunjuk/
mengangkat seseorang, atau mengajukan kandidat yang akan dipilih kepada
Pemegang Saham, sebagai Direktur; dan menyediakan informasi yang cukup
bagi Pemegang Saham terkait dengan seluruh materi;
3) Perusahaan memiliki perjanjian tertulis dengan masing-masing Direksi dan
Senior Eksekutif yang memuat syarat-syarat pengangkatan terkait dengan jabatan
tersebut;
4) Sekretaris Perusahaaan Perusahaan harus bertanggung jawab langsung kepada
Dewan Komisaris/Direksi, atas jabatan yang telah diduduki;
5) Perusahaan harus memiliki kebijakan yang meliputi persyaratan dan penilaian
terhadap Dewan Komisaris/Direksi atau Komite Penunjang Dewan Komisaris
yang relevan dan mengungkapkan laporan pada akhir periode pelaporan secara
terukur dan obyektif terhadap hasil pencapaian atas kesetaraan gender yang
ditetapkan;

24 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

6) Perusahaan harus memiliki dan mengungkapkan proses untuk evaluasi, dan


mengungkapkan apakah evaluasi terkait dengan Dewan Komisaris/Direksi,
Komite Penunjang Dewan Komisaris atau Direktur Perusahaan telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan dalam periode pelaporan;
7) Perusahaan harus memiliki dan mengungkapkan evaluasi kinerja dari Senior
Eksekutif Perusahaan, dan kesesuaian dengan proses dalam periode pelaporan.

b. Membuat struktur Dewan Komisaris dan Direksi yang memberi nilai tambah:
1) Perusahaan harus memiliki Komite Nominasi yang dipimpin oleh Komisaris
Independen yang setidaknya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota dan memiliki
Piagam Komite;
2) Perusahaan harus memiliki dan mengungkapkan keahlian dari Dewan
Komisaris/Direksi dan keragaman yang telah dimiliki dan/atau yang akan dicapai;
3) Perusahaan harus mengungkapkan infomasi terkait Komisaris Independen;
4) Mayoritas Anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen;
5) Komisaris Utama merupakan Komisaris Independen;
6) Jabatan Komisaris Utama dan Direktur Utama tidak boleh dipegang oleh orang
yang sama; dan
7) Perusahaan harus memiliki program induksi bagi Dewan Komisaris dan Direksi
baru dan memberikan kesempatan pengembangan keahlian/pengetahuan
bagi Dewan Komisaris dan Direksi.

c. Mendorong pengambilan keputusan yang etis dan bertanggung jawab:


Perusahaan harus membuat pedoman perilaku (kode etik) dan mengungkapkan
pedoman atau ringkasan pedoman perilaku tersebut serta praktik-praktik
penerapan yang diperlukan untuk menjaga kepercayaan terhadap integritas
etika Perusahaan dan untuk memperhatikan kewajiban hukum Perusahaan dan
ekspektasi yang wajar dari Pemangku Kepentingan; serta tanggung jawab dan
akuntabilitas individu untuk melaporkan dan menginvestigasi laporan mengenai
praktik yang tidak etis;

d. Menjaga integritas dalam pelaporan keuangan


1) Dewan Komisaris harus membentuk Komite Audit yang mayoritas anggotanya
independen, dipimpin oleh Komisaris Independen yang bukan Komisaris Utama
serta memiliki sedikitnya 3 (tiga) anggota dan memiliki Piagam Komite;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 25
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2) Sebelum menyetujui laporan keuangan Perusahaan, Dewan Komisaris/Direksi


harus menerima pernyataan dari Derektur Utama dan Direktur Keuangan,
menurut opini mereka, bahwa catatan laporan keuangan Perusahaan telah
di­pelihara dengan baik dan laporan keuangan telah sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku serta memberikan gambaran dengan benar dan wajar
atas posisi keuangan dan kinerja Perusahaan dimana opini tersebut dibentuk
berdasarkan pada pendekatan manajemen risiko dan pengendalian internal
yang dioperasikan secara efektif. Dalam penyelenggaraan RUPS harus me­
mastikan bahwa Auditor Eksternal menghadiri RUPS dan bersedia menjawab
pertanyaan secara relevan dari Pemegang Saham. Melakukan pengungkapan
informasi secara tepat waktu dan seimbang.

Perusahaan harus memiliki kebijakan tertulis untuk mantaati kewajiban pe­


ngungkapan yang dilakukan secara terus menerus di bawah Listing Rules dan
mengungkapkan kebijakan atau ringkasannya.

e. Menghargai hak Pemegang Saham


1) Perusahaan harus memberikan informasi tentang Perusahaan dan tata kelola
kepada para investor melalui situs Perusahaan;
2) Perusahaan harus merancang dan mengimplementasikan program hubungan
kerja sama dengan investor untuk mefasilitasi komunikasi dua arah yang efektif
dengan para investor;
3) Perusahaan harus mengungkapkan kebijakan dan proses yang ada untuk
memfasilitasi dan mendorong partisipasi pada rapat Pemegang Saham;
4) Perusahaan harus memberikan Pemegang Saham pilihan untuk menerima
komunikas dari, dan mengirim komunikasi kepada Perusahaan dan keamanan
registrasi perusahaan itu secara elektronik.

f. Mengetahui dan mengendalikan risiko


1) Perusahaan harus memiliki Komite yang mengawasi Risiko yang dipimpin
oleh Komisaris Independen yang setidaknya terdiri dari minimal 3 (tiga) orang
anggota dan memiliki Piagam Komite;
2) Dewan Komisaris/Direksi atau Komite Penunjang Dewan Komisaris harus
meninjau kerangka kerja manajemen risiko Perusahaannya yang setidaknya
setiap tahun untuk memenuhi persyaratan yang disampaikan secara terus
menerus dan diungkapkan, terkait dengan masing-masing periode pelaporan,
apakah tinjauan tersebut telah dilakukan;

26 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

3) Perusahaan harus mengungkapkan jika memiliki fungsi Audit Internal,


bagaimana fungsi telah terstruktur dan apa peran yang dilakukan; dan
4) Perusahaan harus mengungkapkan apakah Perusahaan memiliki eksposur
ekonomik, lingkungan dan sosial yang material dan, jika tidak, bagaimana
mengelola atau berniat untuk mengelola risiko tersebut.

g. Memberikan remunerasi secara wajar dan bertanggung jawab


1) Dewan Komisaris harus membentuk Komite Remunerasi yang mayoritas
adalah Komisaris Independen. Komite Remunerasi dipimpin oleh Komisaris
Independen yang bukan Komisaris Utama;
2) Perusahaan harus secara terpisah mengungkapkan kebijakan dan praktik
mengenai remunerasi dari non-Direktur dan remunerasi dari Direktur Eksekutif
dan Senior Eksekutif lainnya.
3) Perusahaan Terbuka yang memiliki skema remunerasi berbasis ekuitas harus
memiliki kebijakan yang mengatur apakah peserta diizinkan untuk melaku­
kan transaksi (baik melalui penggunaan derivative atau sebaliknya) yang
memberikan batas limit atas risiko ekonomi dari keterlibatannya dalam
skema dan mengungkapkan kebijakan tersebut atau ringkasannya.

2.7.3 Penerapan GCG Berdasarkan Kementrian BUMN

a. Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan GCG


Mempertimbangkan ANTAM sebagai salah satu BUMN maka Perusahaan me­
nerapkan standar dalam implementasi GCG berdasarkan 6 (enam) aspek pengujian
sebagai berikut:
1) Komitmen Terhadap Penerapan GCG Secara Berkelanjutan
a) Perusahaan memiliki Pedoman GCG (GCG Code) dan CoC;
b) Perusahaan melaksanakan GCG Code dan CoC secara konsisten;
c) Perusahaan melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG;
d) Perusahaan melakukan koordinasi pengelolaan dan administrasi Laporan
Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara (LHKPN);
e) Perusahaan melaksanakan program pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan
yang berlaku; dan
f) Perusahaan melaksanakan kebijakan atas sistem pelaporan atas dugaan
pe­nyimpangan pada Perusahaan yang bersangkutan (whistleblowing system).

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 27
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2) RUPS/Pemilik Modal
a) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Direksi;
b) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris;
c) Memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga kepentingan
usaha Perusahaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;
d) Memberikan persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan
keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;
e) Mengambil keputusan melalui proses yang terbuka dan adil serta dapat
dipertanggungjawabkan; dan
f) Melaksanakan GCG sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

3) Dewan Komisaris
a) Melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan;
b) Melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
jelas serta menetapkan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris;
c) Memberikan persetujuan atas rancangan RJPP dan RKAP yang disampaikan
oleh Direksi;
d) Memberikan arahan terhadap Direksi atas implementasi rencana dan
kebijakan Perusahaan;
e) Mengawasi dan memantau kepatuhan Direksi dalam menjalankan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan perjanjian dengan pihak ketiga;
f) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan
anak Perusahaan/Perusahaan patungan;
g) Berperan dalam pencalonan anggota Direksi, menilai kinerja Direksi
(individu dan kolegial) dan mengusulkan tantiem/insentif kinerja sesuai
ketentuan yang berlaku dan mempertimbangkan kinerja Direksi;
h) Melakukan tindakan terhadap potensi benturan kepentingan yang me­
nyangkut dirinya;
i) Memantau dan memastikan bahwa praktik Tata Kelola Perusahaan yang
Baik telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan;
j) Menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris yang efektif dan menghadiri
Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

28 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

k) Memiliki Sekretaris Dewan Komisaris untuk mendukung tugas


kesekretariatan Dewan Komisaris; dan
l) Memiliki Komite Penunjang Dewan Komisaris yang efektif.

4) Direksi
a) Memiliki program pengenalan dan pelatihan/pembelajaran serta me­
laksana­kan program tersebut secara berkelanjutan;
b) Melakukan pembagian tugas/fungsi, wewenang dan tanggung jawab secara
jelas;
c) Menyusun perencanaan Perusahaan;
d) Berperan dalam pemenuhan target kinerja Perusahaan;
e) Melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan terhadap
implementasi rencana dan kebijakan Perusahaan;
f) Melaksanakan pengurusan Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan;
g) Melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi Perusahaan dan Pemangku
Kepentingan;
h) Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan anggota
Direksi dan manajemen dibawah Direksi;
i) Memastikan Perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan
komunikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
penyampaian informasi kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham
tepat waktu;
j) Menyelenggarakan rapat Direksi dan menghadiri Rapat Dewan Komisaris
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
k) Menyelenggarakan pengawasan intern yang berkualitas dan efektif;
l) Menyelenggarakan fungsi Sekretaris Perusahaan yang berkualitas dan
efektif; dan
m) Menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan.

5) Pengungkapan Informasi dan Transparansi


a) Perusahaan menyediakan informasi Perusahaan kepada Pemangku
Kepentingan;
b) Perusahaan menyediakan bagi Pemangku Kepentingan akses atas
informasi Perusahaan yang relevan, memadai, dan dapat diandalkan
secara tepat waktu dan berkala;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 29
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

c) Perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan


dan Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
d) Perusahaan memperoleh penghargaan atau award dalam bidang GCG
dan bidang-bidang lainnya;

6) Aspek Lainnya
a) Praktik Tata Kelola Perusahaan menjadi contoh benchmark bagi
Perusahaan-Perusahaan lainnya di Indonesia; dan
b) Praktik Tata Kelola Perusahaan menyimpang dari prinsip-prinsip GCG sesuai
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011, Pedoman Umum
GCG Indonesia, dan standar-standar praktik dan ketentuan lainnya.

2.7.4 Penerapan GCG berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard

Untuk meningkatkan standar bagi penerapan Corporate Governance di wilayah


ASEAN. Dimulai di tahun 2011, Forum Pasar Modal ASEAN (ASEAN Capital Market
Forum) telah menyusun standar penerapan GCG yang disebut ASEAN Corporate
Governance Scorecard. Standar ini pada dasarnya disusun berdasarkan prinsip-prinsip
CG yang dikeluarkan oleh OECD yang dikenal dengan OECD Principles of Corporate
Governance.

1) Hak-Hak Pemegang Saham


a) Hak Dasar Pemegang Saham;
b) Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perubahan
Perusahaan yang bersifat fundamental;
c) Hak untuk berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS, serta perolehan informasi
atas peraturan terkait, termasuk didalamnya prosedur pemilihan pada RUPS;
d) Pasar sebagai kendali dari Perusahaan harus diperbolehkan untuk berfungsi
secara efisien dan transparan; dan
e) Pelaksanaan hak kepemilikan seluruh pemegang saham termasuk investor
institusi harus difasilitasi.

2) Persamaan Hak Pemegang Saham


a) Saham dan hak-hak suara;
b) Panggilan RUPS;
c) Perdagangan orang dalam dan penyalahgunaan asset perusahaan harus dilarang;
d) Transaksi-transaksi pihak terafiliasi oleh Dewan Komisaris & Direksi; dan
e) Melidungi Pemegang Saham minoritas dari tindakan-tindakan abusive;

30 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

3) Peran dari Pemangku Kepentingan


a) Menghargai hak-hak pemangku kepentingan yang diatur oleh hukum atau
lewat perjanjian bersama;
b) Kesempatan mendapatkan ganti rugi atas pelanggaran oleh perusahaan ter­
hadap hak para pemangku kepentingan yang diatur oleh hukum;
c) Mekanisme partisipasi karyawan yang meningkatkan kinerja haruslah di­
mungkinkan berkembang; dan
d) Para pemangku kepentingan termasuk karyawan dan badan-badan perwakilan
mereka haruslah dapat mengkomunikasikan secara bebas berkaitan dengan
praktik-praktik illegal dan tidak etis kepada dewan dan mendapatkan per­
lindungan atas tindakan tersebut.

4) Pengungkapan dan Transparansi


a) Transparansi struktur kepemilikan;
b) Kualitas Laporan Tahunan;
c) Pengungkapan atas transaksi-transaksi terafiliasi;
d) Pengungkapan atas transaksi saham perusahaan yang dilakukan oleh para
anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
e) Eksternal Auditor dan Laporan Auditor;
f) Media komunikasi Perusahaan;
g) Penyampaian informasi laporan keuangan atau laporan tahunan secara tepat waktu;
h) Website Perusahaan; dan
i) Keberadaan Investor Relations dalam Perusahaan.

5) Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris


a) Tugas dan Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris
• Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris dan Kebijakan Corporate
Governance harus dinyatakan secara jelas oleh Perusahaan;
• Visi dan Misi Perusahaan.

b) Struktur Dewan Komisaris


• Kode etik atau Kode perilaku;
• Struktur dan Komposisi Dewan Komisaris;
• Komite Nominasi;
• Komite Remunerasi; dan
• Komite Audit.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 31
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

c) Proses Dewan Komisaris


• Rapat dan kehadiran Dewan Komisaris;
• Akses Informasi;
• Penunjukkan dan pemilihan kembali anggota Dewan Komisaris;
• Perihal Remunerasi;
• Audit Internal;
• Pemantauan Risiko.
d) Individu dalam susunan Dewan Komisaris
• Komisaris Utama Perusahaan
• Keahlian dan kompetensi Dewan Komisaris

e) Kinerja Dewan Komisaris


• Pelatihan/Pengembangan Dewan Komisaris;
• Penunjukkan dan Penilaian Kinerja Direktur Utama;
• Penilaian kinerja Dewan Komisaris;
• Penilaian kinerja untuk anggota Dewan Komisaris;
• Penilaian kinerja untuk Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

2.7.5 Penerapan GCG berdasarkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK)

Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka dikeluarkan OJK untuk mendorong penerapan
praktik tata kelola sesuai dengan praktik international dan diharapkan dapat menjadi
salah satu kerangka tata kelola Perusahaan yang baik di industri pasar modal. Pedoman
ini terdiri dari 5 (lima) aspek, 8 (delapan) prinsip tata kelola Perusahaan yang baik, serta
25 (dua puluh lima) rekomendasi penerapan aspek dan prinsip tata kelola yang baik,
yakni:

1) Hubungan Perusahaan Terbuka dengan Pemegang Saham dalam menjamin hak-


hak Pemegang Saham
a) Meningkatkan nilai penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
• Perusahaan memiliki cara atau prosedur teknis pengumpulan suara (voting)
baik secara terbuka maupun tertutup yang mengedepankan independensi,
dan kepentingan Pemegang Saham;
• Seluruh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Perusahaan hadir
dalam RUPS Tahunan; dan

32 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

• Ringkasan risalah RUPS tersedia dalam situs web Emiten atau Perusahaan
Publik paling kurang selama 1 (satu) tahun.

b) Meningkatkan kualitas komunikasi Perusahaan Terbuka dengan Pemegang


Saham atau Investor
• Perusahaan memiliki suatu kebijakan komunikasi dengan Pemegang Saham
atau Investor; dan
• Perusahaan mengungkapkan kebijakan komunikasi Perusahaan dengan
Pemegang Saham atau Investor dalam situs Web.

2) Fungsi dan Peran Dewan Komisaris


a) Memperkuat keanggotaan dan komposisi Dewan Komisaris
• Penentuan jumlah anggota Dewan Komisaris mempertimbangkan kondisi
Perusahaan; dan
• Penentuan komposisi anggota Dewan Komisaris memperhatikan keberagaman
keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang dibutuhkan;

b) Meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris


• Dewan Komisaris mempunyai kebijakan penilaian sendiri (self-assessment)
untuk menilai kinerja Dewan Komisaris;
• Kebijakan penilaian sendiri (self-assessment) untuk menilai kinerja Dewan
Komisaris diungkapkan melalui Laporan Tahunan Perusahaan;
• Dewan Komisaris mempunyai kebijakan terkait pengunduran diri anggota
Dewan Komisaris apabila terlibat dalam kejahatan keuangan; dan
• Dewan Komisaris atau Komite yang menjalankan fungsi Nominasi dan
Remunerasi menyusun kebijakan suksesi dalam proses Nominasi anggota
Direksi.

3) Fungsi dan Peran Direksi


a) Memperkuat keanggotaan dan komposisi Direksi
• Penentuan jumlah anggota Direksi mempertimbangkan kondisi Perusahaan
serta efektifitas dalam pengambilan keputusan;
• Penentuan komposisi anggota Direksi memperhatikan keberagaman keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang dibutuhkan; dan
• Anggota Direksi yang membawahi bidang akuntansi atau keuangan memiliki
keahlian dan/atau pengetahuan di bidang akuntansi.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 33
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

b) Meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab


• Direksi mempunyai kebijakan penilaian sendiri (self-assessment) untuk
menilai kinerja Direksi; dan
• Kebijakan penilaian sendiri (self-assessment) untuk menilai kinerja Direksi
diungkapkan melalui laporan tahunan Perusahaan;
• Direksi mempunyai kebijakan terkait pengunduran diri anggota Direksi
apabila terlibat dalam kejahatan keuangan.

4) Partisipasi Pemangku Kepentingan


Meningkatkan aspek tata kelola perusahaan melalui partisipasi Pemangku
Kepentingan
• Perusahaan memiliki kebijakan untuk mencegah terjadinya insider trading;
• Perusahaan memiliki kebijakan anti korupsi dan anti fraud;
• Perusahaan memiliki kebijakan tentang seleksi dan peningkatan ke­mampuan
pemasok atau vendor;
• Perusahaan memiliki kebijakan untuk pemenuhan hak-hak kreditur;
• Perusahaan memiliki kebijakan sistem whistleblowing; dan
• Perusahaan memiliki kebijakan pemberian insentif jangka panjang kepada
Direksi dan karyawan.

5) Keterbukan Informasi
Meningkatkan Pelaksanaan Keterbukaan Informasi.
• Perusahaan memanfaatkan penggunaan teknologi informasi secara lebih luas
selain situs web sebagai media keterbukaan informasi; dan
• Laporan tahunan Perusahaan mengungkapkan pemilik manfaat akhir dalam
kepemilikan saham Perusahaan paling sedikit 5% (lima persen), selain pe­
ngungkapan pemilik manfaat akhir dalam kepemilikan saham Perusahaan
melalui pemegang saham utama dan pengendali.

2.8 Organ Perusahaan


Organ Perusahaan yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai
peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ Perusahaan harus
menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa
masing-masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi
dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan Perusahaan.

34 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2.8.1 RUPS

RUPS adalah organ Perusahaan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. RUPS merupakan
wadah para Pemegang Saham untuk dapat menggunakan hak yang dimilikinya untuk
mengemukakan pendapat dan memperoleh keterangan yang berkaitan dengan
Perusahaan sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan
dengan kepentingan Perusahaan serta memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS
harus didasarkan pada kepentingan usaha Perusahaan dalam jangka panjang. RUPS
dan/atau Pemegang Saham tidak diperkenankan melakukan intervensi terhadap
tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi
wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan
dan peraturan perundang-undangan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan dengan
memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha
Perusahaan dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1) Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri dari
orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi Perusahaan dan telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak laporan Dewan
Komisaris dan Direksi, perlu juga dipertimbangkan kualitas laporan yang
berhubungan dengan GCG;
3) Dalam penetapan auditor eksternal, harus mempertimbangkan pendapat dari
Komite Audit yang disampaikan kepada Dewan Komisaris, baik mengenai
proses tender yang dilakukan, kinerja auditor eksternal, besaran fee, sampai
dengan usulan rekomendasinya;
4) Dalam hal Anggaran Dasar Perseroan dan atau peraturan perundang-undangan
mengharuskan adanya keputusan RUPS tentang hal-hal yang berkaitan dengan
usaha Perusahaan, keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan
para Pemangku Kepentingan.
5) Dalam mengambil keputusan pemberian bonus, tantiem dan dividen harus
memperhatikan kondisi kesehatan keuangan Perusahaan.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 35
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

b) RUPS diselenggarakan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dan dengan mem­


perhatikan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan, serta
dengan persiapan yang memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah,
maka:
1) Pemegang Saham diberikan kesempatan untuk mengajukan usul terhadap
mata acara sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan;
2) Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai tanggal, waktu dan
tempat pelaksanaan RUPS, ketentuan pemegang saham yang berhak hadir
dalam RUPS, mata acara rapat termasuk penjelasan atas setiap mata acara
tersebut serta informasi yang menyatakan bahwa bahan terkait mata acara
rapat tersedia bagi pemegang saham sejak tanggal dilakukannya pemanggilan
RUPS sampai dengan RUPS diselenggarakan;
3) Bahan mata acara rapat wajib tersedia sejak tanggal dilakukannya pemanggilan
RUPS sampai dengan penyelenggaraan RUPS sebagaimana tercantum
lebih detail dalam Anggaran Dasar Perseroan, sehingga dengan demikian
memungkinkan Pemegang Saham berpartisipasi aktif dalam RUPS dan
memberikan suara secara bertanggung jawab;
4) Perusahaan wajib membuat risalah dan ringkasan risalah RUPS sesuai ketentuan
dalam Anggaran Dasar Perseroan.

c) Pelaksanaan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi. Direksi harus mem­


persiapkan dan melaksanakan RUPS dengan baik dan dengan berpedoman pada
Anggaran Dasar Perseroan.

Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham


Pemegang Saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas
Perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Pemegang Saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup Perusahaan; dan
2) Perusahaan menjamin terpenuhinya hak dan tanggung jawab Pemegang
Saham atas dasar asas kewajaran (fairness) sesuai dengan Anggaran Dasar
Perseroan dan peraturan perundang-undangan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham
1) Hak Pemegang Saham dilindungi dan dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar

36 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Perseroan dan peraturan perundang-undangan. Hak Pemegang Saham


tersebut pada dasarnya meliputi:
• Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara
dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada
pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;
• Hak untuk memperoleh informasi mengenai Perusahaan secara tepat
waktu, benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga
memungkinkan Pemegang Saham membuat keputusan mengenai
investasinya dalam Perusahaan berdasarkan informasi yang akurat;
• Hak untuk menerima bagian dari keuntungan Perusahaan yang di­
peruntukkan bagi Pemegang Saham dalam bentuk dividen dan
pembagian keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham yang
dimilikinya;
• Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang
akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan
penyelenggaraan RUPS agar Pemegang Saham dapat berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan mengenai hal-hal
yang mempengaruhi eksistensi Perusahaan dan hak Pemegang Saham;
dan
• Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam
Perusahaan, maka: (i) setiap Pemegang Saham berhak mengeluarkan
suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki; dan
(ii) setiap Pemegang Saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan
jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.
• Dalam hal mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan jaminan
utang seluruh atau sebagian besar harta kekayaan Perseroan lebih dari
50% (limapuluh persen) dari jumlah nilai kekayaan bersih Perseroan baik
dalam satu transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun
yang berkaitan satu sama lain, Direksi harus mendapat persetujuan RUPS.

2) Pemegang saham menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal


dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan Anggaran
Dasar Perseroan. Seluruh Pemegang Saham harus dapat: (i) memisahkan
kepemilikan harta Perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii)
memisahkan fungsinya sebagai pemegang saham dan sebagai anggota
Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada
salah satu dari kedua organ tersebut.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 37
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Pemegang Saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan kepentingan


Pemegang Saham minoritas dan Pemangku Kepentingan sesuai peraturan
perundang-undangan; dan (ii) mengungkapkan kepada instansi penegak
hukum tentang Pemegang Saham pengendali yang sebenarnya (ultimate
Pemegang Saham) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;
Dalam hal Pemegang Saham menjadi Pemegang Saham pengendali pada
beberapa Perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan
antar-Perusahaan dapat dilakukan secara transparan.

b) Tanggung jawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham


• Perusahaan melindungi hak Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran
Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan;
• Perusahaan menyelenggarakan daftar Pemegang Saham secara tertib
sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-
undangan;
• Perusahaan menyediakan informasi mengenai Perusahaan secara tepat
waktu, benar dan teratur bagi Pemegang Saham, kecuali hal-hal yang ber­
sifat rahasia;
• Perusahaan tidak memihak kepada Pemegang Saham tertentu dengan
memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada Pemegang Saham
lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua Pemegang Saham tanpa
menghiraukan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya; dan
• Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi
yang akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.

2.8.2 Dewan Komisaris

Dewan Komisaris sebagai organ Perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi secara
independen terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dalam
mengelola Perusahaan serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG.
Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris
Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama adalah mengkoordinasikan kegiatan
anggota Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan
secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

38 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

a) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan


secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen;
b) Dewan Komisaris harus berintegritas dan profesional sehingga dapat men­
jalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah
memperhatikan kepentingan semua Pemangku Kepentingan; dan
c) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara;
d) Prinsip-prinsip lainnya sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan,
Charter Dewan Komisaris serta peraturan perundang-undangan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris
1) Komposisi dan jumlah Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS dan mengacu
pada ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan dengan memperhatikan Visi,
Misi dan rencana strategis Perusahaan, sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara
independen;
2). Perseroan wajib mempunyai Komisaris Independen sesuai dengan
peraturan perundang-undangan termasuk peraturan perundang-undangan
di bidang Pasar Modal;
3) Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses
yang transparan. Proses penilaian calon Dewan Komisaris dilakukan
sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite GCG-NR. Hasil proses nominasi
oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada Pemegang Saham Seri-A
Dwiwarna untuk dilakukan seleksi lebih lanjut tanpa membatasi calon lain
dari yang diusulkan sebelum ditetapkan dalam RUPS;
4) Pemberhentian anggota Dewan Komisaris sebelum berakhir masa jabatan
dilakukan oleh RUPS dengan mengacu pada Anggaran Dasar Perseroan
dan setelah anggota Dewan Komisaris tersebut diberi kesempatan dalam
RUPS untuk membela diri.

b) Kemampuan dan integritas Dewan Komisaris


1) Dewan Komisaris harus memenuhi syarat dan integritas sehingga
pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan
Perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik;
2) Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan Perusahaan untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 39
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

3) Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi Anggaran Dasar


Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
tugasnya; dan
4) Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan CGP sesuai dengan
tanggung jawab dan kewenangannya.

c) Pembagian Kerja
Dalam mengoptimalkan tugas sebagai Dewan Komisaris, maka Dewan
Komisaris melakukan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing-masing Anggota Dewan Komisaris dengan memperhatikan
lingkup usaha Perusahaan. Pembagian tugas tersebut diatur sendiri diantara
anggota Dewan Komisaris dan tertuang dalam Charter Dewan Komisaris.

d) Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris


1) Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai
hal-hal yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan atau peraturan
perundang-undangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional
tetap menjadi tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada
Dewan Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan
penasihat;
2) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, Dewan Komisaris berhak mem­
peroleh akses atas informasi Perusahaan secara tepat waktu dan akurat; dan
3) Dewan Komisaris memiliki Charter Dewan Komisaris yang mengatur lebih
detail atas fungsi pengawasan Dewan Komisaris sehingga pelaksanaan
tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah
satu alat penilaian kinerja Dewan Komisaris.
e) Standar Etika Perusahaan
1) Anggota Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya wajib mentaati Standar Etika Perusahaan dan dilarang mengambil
keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung dari
kegiatan Perusahaan selain honorarium berikut fasilitas dan tunjangan lainnya,
termasuk santunan purna jabatan yang diterimanya sebagai anggota
Dewan Komisaris sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
2) Komisaris Utama berkewajiban memastikan kepatuhan dari seluruh anggota
Dewan Komisaris terhadap Standar Etika termasuk menyelesaikan setiap
konflik yang timbul.

40 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

f) Benturan Kepentingan
1) Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara
kepentingan ekonomis Perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi
Pemegang Saham, anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta Karyawan
Perusahaan;
2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Dewan Komisaris harus
senantiasa mendahulukan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan
pribadi atau keluarga, maupun pihak lainnya;
3) Anggota Dewan Komisaris dilarang menyalahgunakan jabatan untuk
kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak-pihak lain;
4) Dewan Komisaris harus mengungkapkan seluruh benturan kepentingan
yang sedang dihadapi maupun yang berpotensi menjadi benturan
kepentingan atau segala sesuatu yang dapat menghambat anggota Dewan
Komisaris untuk bertindak independen;
5) Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung
unsur benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan
ikut serta;
6) Setiap anggota Dewan Komisaris yang memiliki wewenang pengambilan
keputusan diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memiliki
benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah dibuat olehnya
dan telah melaksanakan Standar Etika yang ditetapkan oleh Perusahaan.

g) Hubungan Dewan Komisaris dengan Direksi


1) Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga
kelangsungan usaha Perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
• Terlaksananya dengan baik internal control dan manajemen risiko;
• Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi Pemegang Saham;
• Terlindunginya kepentingan Pemangku Kepentingan secara wajar;
• Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan
manajemen di semua lini organisasi.

2) Kecuali diatur lain oleh ketentuan dan peraturan perundang-undangan


yang berlaku, hubungan Dewan Komisaris dengan Direksi sebagaimana
diatur di atas dapat mencakup tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
• Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP), maupun strategi pencapaiannya serta Rencana
Pengembangan Perusahaan;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 41
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

• Bersama-sama melakukan kajian visi dan misi Perusahaan;


• Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan
dan Anggaran Dasar Perseroan serta menghindari segala bentuk benturan
kepentingan;
• Kebijakan dan metode penilaian Perusahaan, unit kerja dalam Perusahaan
dan personalianya;
• Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat men­
dukung tercapainya Visi, Misi dan nilai-nilai Perusahaan;
• Hal-hal lainnya sebagaiman lebih detail tercantum dalam Charter Dewan
Komisaris dan Charter Direksi dan/atau Anggaran Dasar Perseroan.
3) Dewan Komisaris dan Direksi secara bersama-sama menandatangani
dokumen Perusahaan, yaitu RJPP, RKAP, dan Laporan Tahunan Perusahaan;
4) Dewan Komisaris berhak memperoleh akses atas informasi Perusahaan
secara tepat waktu dan lengkap;
5) Dewan Komisaris berhak memperoleh laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan fungsi pengawasan intern dan pelaksanaan tata kelola
teknologi informasi;
6) Jika dianggap perlu, Dewan Komisaris dapat meminta secara langsung
informasi dari Sekretaris Perusahaan, Divisi Internal Audit (melalui Komite
Audit) dan Divisi Manajemen Resiko maupun unit dan tim lainnya yang
dirasa perlu, mengenai pelaksanaan tugasnya masing-masing;
7) Dewan Komisaris dapat meminta Direksi dan atau pejabat lainnya dengan
sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris;
8) Dewan Komisaris dapat menghadiri rapat Direksi dan memberikan
pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;
9) Dewan Komisaris dapat memberhentikan untuk sementara anggota Direksi
dari jabatannya, apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan
dengan Anggaran Dasar Perseroan atau terdapat indikasi melakukan
kerugian Perseroan atau melalaikan kewajibannya atau terdapat alasan
yang mendesak bagi Perseroan dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan;
10) Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Direksi dipelihara oleh Direksi dan
harus tersedia bila diminta oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi; dan
11) Jika ada hal-hal yang memerlukan tindak lanjut pengawasan, akan di­
laksanakan melalui tugas khusus.

42 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

h) Komite Penunjang Dewan Komisaris


Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Penunjang Dewan Komisaris di
tingkat Dewan Komisaris dalam rangka membantu tugas-tugas Dewan Komisaris
dan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap Komite
Penunjang Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang anggota Dewan Komisaris;

Pembentukan Komite Penunjang Dewan Komisaris ANTAM mengacu pada



Peraturan Menteri BUMN No. Per-12/MBU/2012, namun demikian dengan adanya
ketentuan dalam ASX Corporate Governance Principles & Recommendations,
serta Peraturan OJK, maka ANTAM memiliki 3 (tiga) Komite Penunjang Dewan
Komsiaris, yaitu:
• Komite Audit;
• Komite Good Corporae Governance-Nominasi & Remunerasi (GCG-NR);
• Komite Manajemen Risiko.
Tugas, wewenang, keanggotaan dan hal-hal lain yang terkait dengan Komite
Penunjang Dewan Komisaris di atas diatur dalam Charter tersendiri.

i) E
valuasi Kinerja
1) Evaluasi kinerja Dewan Komisaris secara detail akan ditetapkan berdasarkan
Keputusan Dewan Komisaris yang akan dievaluasi secara periodik;
2) Penilaian kinerja Dewan Komisaris dilaksanakan dengan sistem self
assessment yang terdiri dari atas 60% kinerja Komite dengan bobot yang
sama dan 40% kinerja lainnya dengan bobot yang bervariasi;
3) Penilaian kinerja Dewan Komisaris berdasarkan indikator yang sudah
ditetapkan di setiap awal tahun akan disusun oleh Komite GCG-NR sesuai
dengan masukan dari nilai capaian Perseroan dan masukan nilai Komite
yang kemudian diputuskan oleh Dewan Komisaris;
4) Komite GCG-NR bertanggung jawab menyiapkan data yang diperlukan
untuk melakukan evaluasi dan mengusulkan capaiannya berdasarkan
data dan masukan dari setiap komite penunjang Dewan Komisaris dan
mengusulkan kepada Dewan Komisaris untuk dirapatkan di tingkat Dewan
Komisaris;
5) Evaluasi terhadap kinerja Dewan Komisaris, dilakukan setiap tahun dan
hasilnya diinformasikan kepada RUPS.
6) RUPS wajib menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance
Indicator) Dewan Komisaris yang merupakan ukuran penilaian keberhasilan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris berdasarkan
usulan dari Dewan Komisaris

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 43
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

j) Remunerasi
1) Anggota Dewan Komisaris diberikan gaji/honorarium dan fasilitas/tunjangan,
termasuk santunan purna jabatan yang besarnya ditentukan oleh RUPS;
2) Remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris diberikan dengan basis formula
yang ditetapkan oleh RUPS yang sebelumnya telah melalui kajian oleh
Dewan Komisaris melalui pendalaman yang dilakukan oleh Komite GCG-
NR;
3) Dewan Komisaris (melalui Komite GCG-NR) mengajukan usulan formula
remunerasi bagi anggota Direksi untuk selanjutnya besarannya diputuskan
dalam rapat Dewan Komisaris;
4) Anggota Dewan Komisaris harus melaporkan besarnya remunerasi yang
diterima (termasuk opsi saham jika ada) serta dasar perhitungan remunerasi
tersebut dalam laporan tahunan Perseroan.

k) Pelaporan
Pada setiap tahun Dewan Komisaris melaporkan kemajuan Perusahaan dalam
Laporan Tahunan Perusahaan dan bersama-sama Direksi menandatanganinya
dan diajukan kepada RUPS guna mendapatkan persetujuan dan pengesahannya.

l) Pertanggungjawaban
1) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris bertanggung jawab
kepada RUPS;
2) Dalam hal Perusahaan menunjukkan gejala kemunduran yang mencolok,
Dewan Komisaris harus segera melaporkan kepada RUPS, dengan disertai
usulan mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh;
3) Dewan Komisaris memberikan pendapat dan saran kepada RUPS
mengenai setiap permasalahan yang dianggap penting bagi pengelolaan
Perusahaan;
4) Dewan Komisaris memberikan tanggapan atas laporan berkala Direksi
(triwulan, tahunan) serta pada setiap waktu yang diperlukan mengenai
perkembangan Perseroan dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya
kepada Pemegang Saham Seri A Dwiwarna tepat pada waktunya;
5) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan Perseroan
oleh Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian
dari laporan tahunan yang disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh
persetujuan;

44 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

6) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan


atas laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan
dan pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Dewan
Komisaris sejauh hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota Dewan
Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian
yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi
dengan aset perusahaan; dan
7) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan per­
wujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam
rangka pelaksanaan asas GCG.

2.8.3 Direksi

Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan.

Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ Perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial
dalam mengelola Perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya.
Namun pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk
Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama adalah mengkoordinasikan
kegiatan Direksi.
Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-
prinsip berikut:

a) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan


keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen;
b) Direksi harus berintegritas, profesional, dan memiliki pengalaman dibidangnya;
c) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan Perusahaan agar dapat meng­hasil­
kan keuntungan dan pertumbuhan serta nilai tambah secara ber­kesinambungan
untuk Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan; dan
d) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 45
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Pedoman Pokok Pelaksanaan


a) Komposisi, pengangkatan dan pemberhentian Direksi
1) Komposisi dan jumlah Direksi ditetapkan oleh RUPS dengan memperhati­
kan Visi, Misi dan rencana strategis Perusahaan, sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak
secara independen;
2) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan.
Proses penilaian calon Direksi dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui
Komite GCG-NR untuk selanjutnya diusulkan kepada Pemegang Saham Seri A
Dwiwarna; dan
3) Pemberhentian Direksi sebelum berakhir masa jabatan dilakukan oleh RUPS
dengan mengacu pada Anggaran Dasar Perseroan dan setelah anggota
Direksi tersebut diberi kesempatan untuk hadir dalam RUPS untuk membela
diri.

b) Integritas, kemampuan dan pengalaman Direksi


1)
Direksi harus memenuhi syarat integritas sehingga pelaksanaan fungsi
pengelolaan Perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik;
2)
Direksi dilarang memanfaatkan Perusahaan untuk kepentingan pribadi,
keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain;
3) Direksi harus memahami dan mematuhi Anggaran Dasar Perseroan dan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya;
4) Direksi harus memahami dan mampu melaksanakan CGP sesuai dengan
tanggung jawab dan kewenangannya; dan
5) Direksi harus memiliki pengalaman yang memadai untuk menjalankan peran
dan fungsi dibidangnya.

c) Nominasi Direksi
1) Proses nominasi anggota Direksi melalui Komite GCG-NR. Hasil proses
nominasi disampaikan kepada Pemegang Saham Seri-A Dwiwarna untuk
dilakukan seleksi lebih lanjut tanpa membatasi calon lain dari yang diusulkan
sebelum ditetapkan dalam RUPS;
2) Anggota Direksi dipilih dan diangkat oleh RUPS berdasarkan proses pencalonan
sesuai peraturan perundangan, diantaranya adalah di bidang Perseroan Terbatas
dan berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-
masalah manajemen Perseroan, memiliki pengetahuan yang memadai di
bidang usaha Perseroan tersebut serta dapat menyediakan waktu yang cukup
untuk melaksanakan tugasnya;

46 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

d) Fungsi Direksi
Fungsi pengelolaan Perusahaan oleh Direksi diantaranya mencakup:
1) Kepengurusan
• Direksi harus menyusun Visi, Misi, dan nilai-nilai serta program jangka panjang
dan jangka pendek Perusahaan untuk disampaikan dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan;
• Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh Perusahaan
secara efektif dan efisien;
• Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari Pemangku
Kepentingan;
• Direksi memiliki tata tertib dan pedoman kerja (Charter Direksi) sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan
sebagai salah satu alat penilaian kinerja.
2) Manajemen Risiko
• Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen risiko
Perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan Perusahaan;
• Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan produk
atau jasa baru, harus diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya;
• Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik,
Perusahaan harus memiliki unit kerja atau penanggung jawab terhadap
pengendalian risiko.
3) Pengendalian Internal (Internal Control)
• Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal
Perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja
Perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan;
• Internal Audit melaksanakan pengujian dan review terhadap sistem pe­
ngendalian internal Perusahaan;
• Internal Audit melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Utama;
• Secara struktural Internal Audit bertanggung jawab kepada Direktur Utama
dan mempunyai hubungan koordinasi dengan Komite Audit.

4) Komunikasi
• Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara Perusahaan dengan
Pemangku Kepentingan dengan memberdayakan fungsi Corporate Secretary;
• Perusahaan memiliki Corporate Secretary yang fungsinya dapat mencakup
pula hubungan dengan investor (Investor Relations);

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 47
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

• Dalam hal Perusahaan tidak memiliki Divisi kepatuhan (Compliance) ter­


sendiri, fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh Corporate Secretary; dan
• Corporate Secretary atau pelaksana fungsi Corporate Secretary ber­tanggung
jawab kepada Direksi. Laporan pelaksanaan tugas Corporate Secretary
disampaikan kepada Dewan Komisaris.
5) Tanggung Jawab Sosial
• Dalam rangka mempertahankan keberlanjutan Perusahaan, Direksi harus dapat
memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial Perusahaan; dan
• Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial Perusahaan.

e) Standar Etika Perusahaan


1) Anggota Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wajib
mentaati Standar Etika Perusahaan dan dilarang mengambil keuntungan
pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan Perusahaan
selain gaji dan tunjangan lainnya, termasuk santunan purna jabatan yang
diterimanya sebagai anggota Direksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku; dan
2) Direktur Utama berkewajiban memastikan kepatuhan dari seluruh Karyawan
Perusahaan dan pihak-pihak yang terkait di luar Perusahaan terhadap Standar
Etika Perusahaan, termasuk menyelesaikan setiap konflik yang timbul.

f) Benturan Kepentingan
1) Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan
ekonomis Perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta Karyawan Perusahaan;
2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Direksi dan Karyawan Perusahaan
harus senantiasa mendahulukan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan
pribadi atau keluarga, maupun pihak lainnya;
3) Direksi dan Karyawan Perusahaan dilarang menyalahgunakan jabatan untuk
kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak-pihak lain;
4) Direksi harus mengungkapkan seluruh benturan kepentingan yang sedang
dihadapi maupun yang berpotensi menjadi benturan kepentingan atau segala
sesuatu yang dapat menghambat anggota Direksi untuk bertindak independen;
5) Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur
benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut
serta; dan

48 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

6) Direksi dan Karyawan Perusahaan yang memiliki wewenang pengambilan


keputusan diharuskan membuat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan
terhadap setiap keputusan yang telah dibuat olehnya dan telah melaksanakan
pedoman perilaku yang ditetapkan oleh Perusahaan.

g) Evaluasi Kinerja
1) Dewan Komisaris menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance
Indicators) Direksi;
2) Dewan Komisaris mengevaluasi capaian kinerja Direksi untuk kemudian di­
sampaikan ke RUPS;
3) Penilaian kinerja Direksi berdasarkan kriteria umum yang dituangkan dalam KPI
(Key Performance Indicator):

• Kinerja Direksi secara kolektif terhadap pencapaian Perseroan sesuai dengan


RJPP/RKAP dan atau kriteria lain yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris,
setelah didiskusikan dengan Direksi;
• Performa Direktur secara individual dalam pencapaian kinerja Perseroan
seperti yang tercantum dalam RJPP/RKAP/Kontrak Manajemen dan
atau kriteria lain yang ditetapkan dalam rapat Dewan Komisaris setelah
didiskusikan dengan Direksi;
• Pencapaian kinerja Direktur secara individual mengacu pada RJPP/RKAP
atau kriteria lain yang ditetapkan Dewan Komisaris;
• Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG baik secara individual maupun kolektif.

h) Remunerasi
1) Remunerasi anggota Direksi diputuskan dalam RUPS dengan mem­
pertimbangkan saran dari Dewan Komisaris;
2) Remunerasi Direksi harus terkait dengan prestasi kerja berdasarkan evaluasi
Dewan Komisaris atas saran dari Komite GCG-NR;
3) Direksi harus melaporkan besarnya remunerasi yang mereka terima (termasuk
opsi saham jika ada) serta dasar perhitungan remunerasi tersebut dalam
Laporan Tahunan.

i) Pelaporan
Secara teratur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Direksi membuat laporan
bulanan, triwulanan, tengah tahunan dan tahunan kepada Dewan Komisaris,
Otoritas Pasar Modal, instansi terkait atau kepada RUPS.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 49
Panduan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

j) Pertanggungjawaban Direksi
1) Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada RUPS;
2) Dalam melaksanakan tugasnya Direksi bertanggung jawab penuh untuk
kepentingan Perusahaan dalam mencapai maksud dan tujuannya;
3) Dalam menjalankan tugasnya, Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan
Anggaran Dasar Perseroan dan perundang-undangan yang berlaku, Ketetapan
RUPS dan Ketetapan Dewan Komisaris;
4) Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan Perusahaan dalam
bentuk Laporan Tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan Perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG;
5) Laporan Tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk
laporan keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS;
6) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan
atas laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan
pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Direksi sejauh
hal-hal tersebut tercermin dari Laporan Tahunan, dengan tidak mengurangi
tanggung jawab masing-masing anggota Direksi dalam hal terjadi tindak
pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi
pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset Perusahaan;
7) Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akun­
tabilitas pengelolaan Perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.

50 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Bab III
Kebijakan Pokok
Perusahaan
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.1 Pedoman Umum


Semua proses penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang menjadi acuan dalam
setiap penyusunan dan pelaksanaan seluruh Kebijakan Pokok Perusahaan harus
memenuhi prinsip-prinsip GCG, yaitu:
a. Transparansi, yaitu bahwa apa yang sedang, akan dilakukan dan yang dihasilkan
oleh penerapan CGP didokumentasikan dan dilaporkan secara transparan tanpa
mengorbankan aspek kerahasiaan sehingga setiap keputusan yang diambil terkait
kebijakan pokok Perusahaan dapat dijustifikasi;
b. Akuntabilitas, yaitu bahwa seluruh Karyawan yang memiliki tugas terkait dengan
penerapan CGP bersedia untuk mempertanggung-jawabkan tindakan dan
keputusan menurut garis kewenangan yang ditetapkan oleh Perusahaan;
c. Pertanggungjawaban, yaitu bahwa seluruh proses penerapan CGP harus
memungkinkan pembagian dan pemisahan tugas dan kewenangan yang jelas
sehingga dapat saling mengontrol satu sama lain;
d. Kemandirian/Independensi, yaitu bahwa seluruh Karyawan yang terlibat dalam
proses penerapan CGP harus bebas dari segala benturan kepentingan dan tetap
mengutamakan kepentingan Perusahaan;
e. Kewajaran, yaitu bahwa proses penerapan CGP harus memberikan layanan yang
dapat memenuhi kebutuhan Pemangku Kepentingan ANTAM secara adil.

3.2 Pedoman Penyusunan Standar Etika Perusahaan


(Code of Conduct/CoC)
3.2.1 Filosofi CoC
Dalam menjalankan usahanya, ANTAM meletakkan Standar Etika Perusahaan secara
universal sebagai dasar perilaku Insan ANTAM dalam menjalankan Misi untuk mencapai
Visi Perusahaan. Insan ANTAM adalah setiap orang yang menggunakan ANTAM sebagai
identitas dirinya, seperti Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan serta dalam batasan
tertentu, pihak-pihak yang terkait di luar Perusahaan, seperti mitra kerja (kontraktor,
konsultan dan rekanan kerja), anak Perusahaan serta afiliasi di bawah pengendalian.

Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
umum di dalam dunia bisnis dan masyarakat.

Dengan persetujuan Dewan Komisaris, Direksi bertanggung jawab untuk menyusun


CoC yang komprehensif, sebagai penjabaran atas kebijakan yang tercantum dalam
CGP ANTAM.

52 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.2.2 Tujuan Penerapan CoC


Tujuan Penerapan CoC adalah merupakan petunjuk praktis dan pedoman perilaku
yang harus dipatuhi oleh seluruh Insan ANTAM dalam berinteraksi sehari-hari dengan
semua pihak yang berkepentingan serta harus dijadikan sebagai landasan berpikir
dalam proses pengambilan keputusan.

3.2.3 Risiko Penerapan CoC


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan CoC adalah sebagai
berikut namun tidak terbatas pada:
a. Memburuknya hubungan atau munculnya konflik dengan masyarakat sekitar,
Pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait;
b. Kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat dianggap sebagai pelanggaran hak
asasi manusia yang dilakukan oleh Mitra Kerja ANTAM;
c. Persaingan tidak sehat internal ANTAM dan perilaku curang;
d. Mengakibatkan timbulnya tindak pidana korupsi maupun segala bentuk fraud
(kecurangan) lainnya.

3.2.4 Kebijakan Penerapan dan Pengawasan CoC


a. Untuk menjamin implementasi CoC yang efektif, efisien dan berkelanjutan, maka
Perusahaan harus memastikan keberadaan key success factors yang mencakup,
namun tidak terbatas pada aspek komitmen, kompetensi, komunikasi, konsistensi,
kontrol, serta keteladanan.
b. Untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya pelanggaran atas CoC,
Perusahaan harus menerapkan pengawasan melekat, mekanisme pengendalian
yang efektif serta menjalankan program sosialisasi dan pelatihan yang
berkesinambungan guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Karyawan
tentang Standar Etika.
c. Direksi harus memastikan bahwa CoC telah dipahami dan ditandatangani oleh
segenap insan ANTAM.
d. Dalam upaya penegakan Standar Etika Perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi
memastikan bahwa seluruh insan ANTAM dan pihak yang terkait di luar Perusahaan
patuh terhadap CoC Perusahaan, termasuk menyelesaikan setiap konflik yang
timbul.
e. Perusahaan berkewajiban mengembangkan Etika, Budaya dan Sosiologi
Perusahaan yang sesuai dengan budaya dan perkembangan usaha.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 53
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.2.5 Cakupan CoC


CoC mencakup prinsip-prinsip dalam Etika Usaha dan Etika Kerja yaitu sebagai berikut:

a. Etika Usaha
1) Hubungan dengan Karyawan
ANTAM menyadari bahwa karyawan merupakan aspek terpenting dalam
menunjang keberhasilan Perusahaan. Oleh karena itu ANTAM memberikan
kesempatan yang sama terhadap semua karyawan untuk berpartisipasi aktif
dalam mencapai Visi dan Misi Perusahaan.
2) Hubungan dengan Pelanggan
ANTAM berkomitmen memenuhi seluruh kontrak penjualan yang telah
disepakati dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan dan pemenuhan
pasokan pada pelanggan.
3) Hubungan dengan Pemasok
ANTAM mendasarkan hubungan Perusahaan dengan pemasok pada prinsip-
prinsip praktik usaha yang sah, efisien dan wajar (fair). ANTAM mengharapkan
agar setiap pemasok selalu menjunjung tinggi peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam berhubungan dengan Insan ANTAM, antar
pemasok dan ANTAM sebagai sebuah Perusahaan.
4) Hubungan dengan Pesaing
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, ANTAM berkomitmen untuk
melakukannya dengan tata cara yang dapat dipertanggung-jawabkan sehingga
ANTAM selalu berkomitmen untuk menerapkan persaingan yang sehat dan
menganggap pesaing sebagai pemacu Perusahaan untuk selalu memberikan
yang terbaik bagi pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
5) Hubungan dengan Regulator
ANTAM berkomitmen untuk membangun hubungan dengan semua instansi
dan pejabat Pemerintah (regulator) berdasarkan standar etika bisnis dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Kemitraan dengan Masyarakat Sekitar
Sejalan dengan Prinsip Good Corporate Citizen, Perusahaan tidak akan dapat
tumbuh berkembang tanpa mengikutsertakan masyarakat sekitar untuk ikut
tumbuh dan berkembang secara bersama-sama.
7) Hubungan dengan Investor dan Pemegang Saham (Shareholders)
Insan ANTAM berkomitmen untuk senantiasa berusaha keras agar Perusahaan
mengalami pertumbuhan yang berkesinambungan berdasarkan standar
bisnis yang saling menguntungkan hingga dapat memberikan kontribusi yang
optimal bagi Shareholders.

54 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

8) Hubungan dengan Kreditor


Dalam mencapai visi dan misinya, ANTAM berupaya untuk terus me­
ngembangkan bisnisnya dengan ditunjang pendanaa baik melalui Investor
maupun dari Kreditor. ANTAM berkomitmen untuk selalu menerapkan
perilaku-perilaku yang berlandaskan pada etika kerja yang ada dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
9) Hubungan dengan Anak Perusahaan/Perusahaan Patungan
Dalam mengembangkan bisnis, Perusahaan dapat membentuk anak
Perusahaan maupun bekerja sama membentuk Perusahaan patungan.
Hubungan dengan anak Perusahaan maupun Perusahaan patungan di­
laksanakan dalam rangka membangun sinergi dan citra yang lebih baik
serta dapat meningkatkan kinerja Perusahaan dan mampu memberikan nilai
tambah bagi Perusahaan.
10) Hubungan dengan Media
ANTAM meyakini bahwa dengan membangun dan mengembangkan relasi
dengan Media maka Perusahaan dapat menjangkau publik guna meningkatkan
pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan Perusahaan. Untuk itu
Perusahaan berusaha untuk selalu memberikan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik.
11) Perdagangan Internasional
Sebagai Perusahaan yang banyak melakukan perdagangan internasional,
ANTAM selalu berusaha untuk menghormati segala ketentuan hukum dan
peraturan internasional yang berkaitan dengan perdagangan internasional,
termasuk masalah perijinan, dokumentasi pengapalan, dokumentasi impor,
pelaporan dan penyimpanan dokumen yang disyaratkan.
12) Hubungan dengan Komunitas Organisasi Profesi
Insan ANTAM berkomitmen untuk senantiasa mengembangkan diri dengan
meningkatkan pengetahuan serta wawasannya sehingga dapat memberikan
kontribusi terbaiknya kepada Perusahaan melalui suatu wadah komunitas/
organisasi profesi

b. Etika Kerja
1) Kepatuhan terhadap hukum
ANTAM menyadari bahwa kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan merupakan standar bagi Perusahaan untuk dapat men­
jalankan bisnisnya dengan cara-cara yang wajar sehingga seluruh hukum
dan peraturan yang berlaku haruslah dihayati dan dilaksanakan dalam setiap
kegiatan bisnis Perusahaan.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 55
Kebijakan Pokok Perusahaan

2) Benturan Kepentingan
ANTAM menyadari bahwa setiap Insan ANTAM mempunyai hak untuk ikut
serta dalam kegiatan keuangan, usaha, sosial budaya, politik dan kegiatan lain
yang sah di luar pekerjaan dengan tetap memperhatikan kewajibannya kepada
Perusahaan. Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan
dengan tanggung jawab mereka sebagai Insan ANTAM. Insan ANTAM tidak
boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh ANTAM sehingga dapat
mendiskreditkan nama baik dan reputasi ANTAM.
3) Memberi dan Menerima
Penerimaan dan pemberian hadiah atau bantuan dalam pekerjaan, dapat
menyebabkan benturan kepentingan serta turunnya kepercayaan publik
terhadap integritas Perusahaan. Oleh karena itu, ANTAM menetapkan standar
etika yang mengatur secara khusus mengenai penerimaan dan pemberian
hadiah dari pihak ketiga di luar Perusahaan.
4) Persamaan dan Penghormatan pada Hak Asasi Manusia
ANTAM percaya bahwa hak asasi manusia adalah sesuatu yang bersifat
universal. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, ANTAM
mendorong usaha-usaha untuk menjamin terpenuhinya hak asasi manusia
serta mempertimbangkan setiap akibat dari kegiatan operasi terhadap
masyarakat sekitar. ANTAM berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap
kegiatan operasi Perusahaan tidak melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
5) Kesempatan Kerja yang Adil
ANTAM berkomitmen untuk menciptakan kesempatan kerja yang adil,
termasuk didalamnya larangan terhadap segala bentuk diskriminasi dan
disorientasi. ANTAM memberikan kesempatan yang sama dan perlakuan yang
adil kepada seluruh Insan ANTAM.
6) Pembayaran Tidak Wajar
Insan ANTAM dilarang untuk menawarkan atau memberikan sesuatu yang
berharga untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu atau perlakuan
istimewa dalam melakukan penjualan atas barang atau pemberian jasa atau
melakukan transaksi keuangan kepada pejabat pemerintah atau pihak-pihak di
luar ANTAM. Kebijakan Pembayaran Tidak Wajar mengatur standar etika dan
praktik ANTAM mengenai pembayaran khusus, hiburan (entertainment)
dan sumbangan politis, baik kepada pejabat pemerintah maupun pihak-
pihak diluar ANTAM. ANTAM tidak mentolerir praktik-praktik yang tidak
memenuhi kebijakan ini. ANTAM akan memproses lebih lanjut pelanggaran
atas kebijakan ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;

56 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

7) Kerahasiaan Data dan Informasi


Kebijakan kerahasiaan data dan informasi Perusahaan disusun untuk menjamin
keamanan informasi dan memastikan bahwa data dan informasi yang perlu
diungkapkan oleh ANTAM, telah secara adil dan merata disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tanpa adanya perlakuan istimewa untuk
pihak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8) Pengawasan dan Penggunaan Aset
Standar etika pengawasan dan penggunaan aset ditujukan untuk memastikan
seluruh aset fisik, keuangan, hak milik intelektual dan aset yang lain digunakan
dan dilindungi secara optimal.
9) Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan
ANTAM berkomitmen untuk mencapai Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Pertambangan (K3LP) yang tinggi. Hal ini merupakan
tanggung jawab bersama dari pimpinan dan seluruh Insan ANTAM.
10) Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Hak atas kekayaan intelektual (meliputi paten, rahasia dagang, merek dagang,
hak cipta, dan kepemilikan informasi lainnya yang dimiliki Perusahaan) merupa­
kan salah satu aset yang paling berharga bagi setiap Perusahaan.
11) Perilaku Etis terhadap Sesama Karyawan
ANTAM berkomitmen penuh untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis
dan nyaman dalam lingkungan Perusahaan melalui upaya pembentukan
karakter Insan ANTAM yang disiplin dan beretika dalam berinteraksi sehari-hari
baik antar sesama karyawan maupun hubungan atasan dan bawahan melalui
berbagai bentuk komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung.

3.3 Pedoman Penyusunan Charter


3.3.1 Filosofi Charter
Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris, Direksi dan Internal Audit
mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan usaha Perusahaan,
sehingga diperlukan suatu pedoman pelaksanaan kerja (Charter) sebagai pedoman
pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya untuk memenuhi kepentingan
Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan lainnya yang terdiri dari: Pemegang
Saham, masyarakat, pegawai, pemerintah, aparat keamanan, media massa, mitra kerja
dan pemasok serta konsumen.

Dengan adanya Charter, Dewan Komisaris, Direksi, Komite Penunjang Dewan Komisaris,
dan Internal Audit dalam melaksanakan tugasnya senantiasa bertindak dan bersikap

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 57
Kebijakan Pokok Perusahaan

berdasarkan prinsip-prinsip GCG, sesuai dengan Standar Etika Perusahaan, serta selalu
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris, Direksi, dan Internal Audit
bertanggung jawab dalam penyusunan Charter terkait bidang tugasnya secara
komprehensif, sebagai penjabaran atas kebijakan yang tercantum dalam CGP ANTAM.

3.3.2 Tujuan Charter


Charter disusun sebagai pedoman agar Dewan Komisaris, Komite Penunjang
Dewan Komisaris, Direksi, dan Internal Audit dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara efisien, efektif, transparan, kompeten, independen, dan
dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang
berkepentingan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3.3 Kebijakan Penerapan dan Pengawasan Charter


Dalam implementasi Charter Perusahaan memastikan penerapan dan pengawasan
Charter secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Untuk memperkecil risiko kemungkinan
terjadinya pelanggaran atas Charter, Perusahaan harus menerapkan pengawasan
melekat, mekanisme pengendalian yang efektif serta menjalankan program
sosialisasi dan pelatihan yang berkesinambungan guna meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran tentang Charter. Dalam upaya penegakan kepatuhan terhadap
Charter, masing-masing wajib bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan
terhadap Charter termasuk menyelesaikan setiap konflik yang timbul.

3.3.4 Cakupan Charter


Secara umum Charter paling kurang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. Struktur dan kedudukan: menggambarkan struktur dan kedudukan keberadaan
organisasi;
b. Tugas dan tanggung jawab: menguraikan pokok-pokok tugas dan tanggung jawab
yang telah disepakati sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya;
c. Hak dan wewenang: penjelasan pokok meliputi reward dan punishment atas
pelaksanaan tugas serta kewenangan yang dapat dilaksanakan;
d. Kode etik: meliputi norma-norma dalam pelaksanaan tugas;
e. Persyaratan keanggotaan: berisikan kompetensi, persyaratan pendidikan teknis,
kualitas ataupun dan kuantitas anggota;
f. Hubungan kerja: mekanisme hubungan kerja dengan pihak terkait;
g. Pertangungjawaban: pelaporan pelaksanaan tugas; dan
h. Independensi.

58 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.3.5 Penetapan Charter


a. Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk menetapkan Charter Dewan Komisaris
dan Charter Komite Penunjang Dewan Komisaris;
b. Direksi bertanggung jawab untuk menetapkan Charter Direksi;
c. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab menetapkan Charter Internal
Audit; dan
d. Dalam proses penetapan seluruh Charter, diperlukan koordinasi yang baik antara
Dewan Komisaris dan Direksi.

3.4 Pedoman Kebijakan Manajemen Perusahaan


(Corporate Management Policy)
3.4.1 Manajemen Strategis Perusahaan

a. Filosofi Pedoman Manajemen Strategis Perusahaan


Tata kelola manajemen strategis Perusahaan merupakan tanggung jawab Dewan
Komisaris dan Direksi dan merupakan salah satu bagian terpenting dari keseluruhan
tata kelola Perusahaan. Penyusunan seluruh kebijakan dan pengambilan
keputusan Perusahaan yang terkait dengan proses tata kelola manajemen strategis
Perusahaan, membutuhkan suatu pedoman kebijakan tentang manajemen
strategis Perusahaan. Direksi bertanggung jawab atas tersedianya suatu panduan
yang lebih terperinci mengenai proses penyusunan kebijakan manajemen strategis
Perusahaan yang berisi kebijakan dan SOP dari proses tersebut.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki tanggung jawab yang utama (ultimate
responsibility) untuk memastikan bahwa ANTAM memiliki strategi yang formal.
Selanjutnya Dewan Komisaris dan Direksi harus membagi peran penyusunan
manajemen strategis ANTAM sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
Anggaran Dasar Perseroan serta Charter/Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan
Direksi. Setiap pihak yang berperan dalam proses perencanaan strategis ANTAM
termasuk RJPP harus memastikan bahwa seluruh data dan informasi yang
digunakan proses perencanaan strategis tersebut adalah akurat dan mutakhir (up
to date).

b. Tujuan Manajemen Strategis Perusahaan


Kebijakan manajemen strategis bertujuan untuk:
1) Memastikan bahwa Perusahaan memiliki definisi kondisi strategis di masa
depan yang benar dan sesuai aspirasi para Pemegang Saham dan harapan
para Pemangku Kepentingan;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 59
Kebijakan Pokok Perusahaan

2) Memastikan bahwa Perusahaan memiliki rencana yang jelas menuju ter­


capainya kondisi strategis tersebut;
3) Mengevaluasi keberhasilan dari pencapaian kondisi strategis yang diinginkan
untuk pembelajaran organisasi yang lebih baik; dan
4) Menjadi landasan kebijakan yang akan mempengaruhi seluruh aspek manajerial
dan operasional ANTAM.

c. Risiko dalam Manajemen Strategis Perusahaan


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Manajemen
Strategis Perusahaan adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Strategi tidak didukung dengan alokasi sumber daya yang memadai;
2) Strategi dari tingkat korporat ke tingkat unit dan Anak Perusahaan yang tidak
efektif;
3) Perusahaan tidak mendapatkan partner strategis untuk pengembangan bisnis
ANTAM;
4) Keterlambatan proses pengalihan Izin Usaha Pertambangan ANTAM ke Anak
Perusahaan;
5) Pengelolaan sistem kinerja perusahaan (SMK) yang tidak efektif.

d. Kebijakan Penetapan Visi dan Misi Perusahaan


Visi dan Misi Perusahaan diterjemahkan dari definisi kondisi strategis di masa
depan dalam kurun waktu periode tertentu yang ingin dicapai Perusahaan.
Dewan Komisaris dan Direksi harus mencapai konsensus mengenai Visi dan Misi
Perusahaan dengan mempertimbangkan potensi penuh (full potential) Perusahaan,
tantangan strategis yang akan dihadapi, perkembangan bisnis, aspirasi Pemegang
Saham dan harapan Pemangku Kepentingan. Visi dan Misi tersebut harus secara
formal dinyatakan dan disebarluaskan ke seluruh organisasi di Perusahaan untuk
dihayati dan diikuti oleh setiap Insan ANTAM.

e. Kebijakan Penetapan Keunggulan Kompetitif


Dewan Komisaris dan Direksi harus mengidentifikasi dan menetapkan keunggulan
kompetitif Perusahaan yang akan digunakan sebagai salah satu landasan
Perusahaan saat penetapan strategi, penetapan nilai-nilai Perusahaan dan
penyusunan rencana strategis Perusahaan. Keunggulan kompetitif Perusahaan
yang ditetapkan harus dengan jelas menginformasikan keunggulan yang dimiliki
Perusahaan dibandingkan kompetitor yang harus dimanfaatkan untuk mencapai
Visi Perusahaan.

60 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

f. Kebijakan Penetapan Strategi Perusahaan


Dewan Komisaris dan Direksi bertanggungjawab atas penetapan strategi
Perusahaan. Strategi yang ditetapkan oleh Perusahaan setidaknya harus mem­
pertimbangkan dan memuat elemen:
1) Visi dan Misi Perusahaan;
2) Keunggulan kompetitif Perusahaan;
3) Keberlanjutan organisasi jangka panjang;
4) Aspirasi Pemegang Saham dan harapan Pemangku Kepentingan lainnya;
5) Kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan;
6) Aspek kekinian atau perubahan bermakna dari kondisi politik, ekonomi makro
dan mikro, sosial kemasyarakatan, perkembangan teknologi, pasar, produk,
pelanggan, kompetitor, dan lingkungan regulasi yang dapat mempengaruhi
Perusahaan secara signifikan;
7) Risiko strategis (strategic risk) yang dapat menghambat pengelolaan manajemen
strategis dan pada akhirnya menghambat pencapaian Visi ANTAM;
8) Yang terintegrasi mencakup seluruh fungsi, proses bisnis, unit organisasi
ANTAM; dan
9) Kemampuan mengeksekusi strategi itu sendiri.

g. Kebijakan Penetapan Nilai-Nilai Perusahaan


Untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Perusahaan yang telah ditetapkan,
Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan harus menyusun nilai-nilai perilaku insan
Perusahaan yang merupakan hasil perenungan dan pemikiran dari setiap gagasan,
pandangan atas ucapan, perilaku, sikap tindak dan kebiasaan yang ada dan berlaku
pada setiap diri insan Perusahaan. Nilai-nilai Perusahaan harus dipatuhi dan
diterapkan dalam pelaksanaan kerja sehari-hari oleh segenap jajaran Perusahaan.

h. Kebijakan Penyusunan Rencana Strategis


Rencana Strategis berisi langkah strategis dan konkrit dalam kurun waktu
periode tertentu yang disusun untuk mencapai Visi dan Misi Perusahaan. Proses
penyusunan rencana strategis meliputi:
1) Analisis strategis;
2) Penentuan posisi strategis Perusahaan;
3) Prioritas strategi Perusahaan;
4) Inisiatif strategis;
5) Proyeksi keuangan; dan
6) Analisis risiko.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 61
Kebijakan Pokok Perusahaan

Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penyusunan dan


penyelesaian rencana strategis dengan tepat waktu. Dewan Komisaris dan Direksi
juga harus memastikan rencana strategis diturunkan menjadi suatu rencana kerja
tahunan.

i. Kebijakan Implementasi Manajemen Strategis


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya sistem yang mengelola
implementasi manajemen strategis Perusahaan dalam bentuk manajemen kinerja
Perusahaan.

Sistem manajemen kinerja yang diterapkan Perusahaan harus:


1) Memastikan organisasi dapat melakukan praktik-praktik yang terbaik untuk
mencapai kinerja unggul dalam pelaksanaan rencana strategis dan pencapaian
visi Perusahaan;
2) Dijabarkan ke seluruh organisasi di Perusahaan;
3) Dijabarkan sampai ke tenaga kerja;
4) Terhubung dengan mekanisme reward and punishment; dan
5) Meliputi mekanisme pelaporan yang mengedepankan akuntabilitas sehingga
setiap proses manajemen strategis dapat dipantau dan dievaluasi setiap saat
maupun secara periodik.

j. Kebijakan Pengkomunikasian Manajemen Strategis


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa manajemen strategis
Perusahaan dapat dipahami oleh semua Insan ANTAM dari berbagai fungsi, proses
bisnis maupun unit organisasi tanpa mengorbankan aspek kerahasiaan.

k. Kebijakan Review Manajemen Strategis Perusahaan


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan pelaksanaan proses review
terhadap proses dan implementasi manajemen strategis dilakukan secara periodik
atau dalam hal terjadinya perubahan lingkungan strategis yang signifikan. Dewan
Komisaris dan Direksi juga harus memastikan bahwa hasil review manajemen
strategis dimanfaatkan untuk pembelajaran organisasi yang lebih baik.

3.4.2 Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan

a. Filosofi Pedoman Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan


Pengembangan Organisasi mengacu pada upaya peningkatan efektivitas dan
efisiensi organisasi untuk mencapai tujuan strategis ANTAM dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, dan merupakan dasar bagi seluruh pengambilan

62 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

keputusan strategis Perusahaan yang terkait dengan pembentukan desain


organisasi dan budaya Perusahaan (corporate culture).

b. Tujuan Proses Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan


Tujuan proses pengembangan organisasi dan budaya Perusahaan adalah untuk
membentuk desain organisasi dan Budaya Perusahaan yang dapat mendukung
implementasi strategi korporasi dan pencapaian Visi dan Misi Perusahaan.

c. Risiko Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Pengembangan
Organisasi dan Budaya Perusahaan adalah sebagai berikut namun tidak terbatas
pada:

1) Ketidakefektifan dan ketidakefisienan struktur organisasi Perusahaan;


2) Ketidaksesuaian desain organisasi dengan proses bisnis dan strategi Perusahaan;
3) Pembagian tugas dan tanggung jawab antar jabatan di dalam struktur
organsiasi untuk menjalankan proses bisnis tidak jelas, tidak berimbang, tidak
terbagi habis, dan tumpang tindih;
4) Potensi rendahnya komitmen dan keterlibatan karyawan (engagement)
terhadap Perusahaan dan pekerjaannya oleh karena iklim kerja (work climate)
dan budaya Perusahaan (corporate culture) yang tidak kondusif; dan
5) Potensi tidak berjalannya proses internalisasi budaya Perusahaan dengan baik
kepada setiap Insan ANTAM.

d. Kebijakan Penyelarasan Pengembangan Organisasi dan Budaya Perusahaan


dengan Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ANTAM
Desain organisasi dan budaya Perusahaan ANTAM harus ditentukan berdasar­kan
Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ANTAM (prinsip organization design follows organization’s
objective/strategy) sehingga perubahan organisasi dan budaya ANTAM hanya di­
lakukan jika terjadi perubahan Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ANTAM.

e. Kebijakan Proses Pengembangan Organisasi


Faktor-faktor berikut ini harus ada di dalam setiap desain organisasi yang
dikembangkan ANTAM:
1) Komando, yaitu bahwa garis pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan
(siapa harus melapor kepada siapa) harus jelas. Ketidakjelasan komando akan
menjadikan tidak adanya kesatuan tujuan dan arah;
2) Rentang kendali (span of control), yaitu batas jumlah bawahan langsung yang
dapat dipimpin dan dikendalikan secara efektif oleh seorang atasan;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 63
Kebijakan Pokok Perusahaan

3) Tanggung jawab, yaitu kewajiban yang jelas dan formal untuk melaksanakan
suatu tugas atau aktivitas yang bertujuan untuk mencapai hasil kerja tertentu;
4) Otoritas/Kewenangan, yaitu hak/pengaruh yang diberikan secara formal
kepada suatu posisi untuk membuat keputusan dan menggunakan sumber
daya;
5) Pendelegasian, yaitu adanya mekanisme formal yang mengatur bagaimana
tugas dan/atau kewenangan diserahkan kepada bawahan, namun atasan
yang mendelegasikan tetap bertanggungjawab terhadap hasil akhir;
6) Akuntabilitas, yaitu bagaimana hasil pelaksanaan suatu tanggung jawab dan
penggunaan otoritas akan dipertanggunggugatkan; dan
7) Pembagian tugas (division of work), yaitu bagaimana Desain Organisasi ANTAM
(dibagi-bagi ke dalam unit-unit organisasi yang lebih kecil dengan tidak
mengorbankan efektifitas dan efisiensi organisasi.

f. Kebijakan Proses Komunikasi Desain Organisasi dan Budaya Perusahaan


Direksi dan seluruh pimpinan unit organisasi ANTAM harus memastikan bahwa
proses komunikasi dalam pengembangan Desain Organisasi dan Budaya
Perusahaan dilaksanakan secara efektif sehingga setiap Insan ANTAM dapat
memberikan masukan, memahami, dan menjalankan Desain Organisasi dan
Budaya Perusahaan yang telah ditetapkan.

g. Kebijakan Desain Organisasi di Anak Perusahaan


Direksi sebagai Pemegang Saham mayoritas memastikan Desain Organisasi yang
efektif dan efisien pada anak Perusahaan yang berada di lingkungan ANTAM.

h. Kebijakan Proses Pengembangan Budaya Perusahaan


Direksi harus turut serta dan mendukung penuh kebijakan proses Pengembangan
Budaya Perusahaan untuk menghasilkan perilaku insan ANTAM yang sesuai
dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam mewujudkan Visi, Misi, Tujuan, dan
Strategi ANTAM.

3.4.3 Kesekretariatan Korporasi

a. Filosofi Pedoman Proses Kesekretariatan Korporasi


Kebijakan Kesekretariatan Korporasi merupakan dasar bagi penyusunan seluruh
kebijakan dan pengambilan keputusan Perusahaan yang terkait dengan proses
kesekretariatan korporasi termasuk di dalamnya mengenai hubungan keluar dan
citra Perusahaan. Manajemen berkewajiban menyusun kebijakan manajemen dan
SOP terkait proses kesekretariatan korporasi.

64 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

b. Tujuan Proses Kesekretariatan Korporasi


Proses Kesekretariatan Korporasi dilakukan untuk menjaga keseimbangan hak dan
kewajiban di antara Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris, dan Pemangku
Kepentingan lainnya, membina kemitraan serta membangun citra yang positif
guna mendukung tercapainya Visi dan Misi ANTAM.

c. Risiko Proses Kesekretariatan Korporasi


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses
Kesekretarian adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Penurunan reputasi dan citra perusahaan karena adanya praktik-praktik yang tidak
ber-GCG, baik di induk perusahaan dan afiliasinya ataupun akibat penurunan
kinerja Perusahaan;
2) Penurunan kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan akibat dari tidak
berjalannya komunikasi dengan media secara efektif;
3) Potensi ketidakmampuan Perusahaan untuk mematuhi regulasi bursa;
4) Potensi ketidakseragaman informasi mengenai kondisi Perusahaan kepada
Pemangku Kepentingan.

d. Kebijakan Proses untuk Menjamin Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-


Undangan.
Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa Pemegang Saham,
Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris, Direksi, Pemangku
Kepentingan telah memiliki informasi mengenai produk peraturan internal (hasil
RUPS, Anggaran Dasar, CGP dan sebagainya) dan produk peraturan eksternal yang
relevan bagi ANTAM dan memastikan kepatuhannya terhadap peraturan tersebut.

e. Kebijakan Proses Komunikasi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Komite


Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi
Proses kesekretariatan korporasi harus dapat memfasilitasi dan mengatur protokol
komunikasi antara Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan
Komisaris, Direksi dan Pemangku Kepentingan secara terbuka dan efektif se­hingga
hak dan kewajiban mereka atas informasi tersebut dapat dipenuhi.

f. Kebijakan Proses Penyelenggaraan Rapat


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa:
1) Rapat hanya dihadiri oleh pihak-pihak yang berwenang untuk mengikuti rapat
tersebut menurut peraturan internal maupun eksternal ANTAM;
2) Seluruh peserta rapat telah memiliki informasi yang memadai mengenai
agenda rapat; dan

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 65
Kebijakan Pokok Perusahaan

3) Rapat didokumentasikan dan diratifikasi secara memadai sehingga setiap


keputusan yang diambil dalam rapat dapat dipertanggung-jawabkan dan di­
pertanggunggugatkan oleh setiap peserta rapat.

g. Kebijakan Proses Pemberian Informasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi


Proses kesekretariatan korporasi wajib menyampaikan informasi yang memerlukan
perhatian Dewan Komisaris dan Direksi khususnya terkait dengan informasi
mengenai aspek hukum dan tata kelola. Proses kesekretariatan korporasi harus
memastikan bahwa Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris dan
Direksi memiliki informasi yang memerlukan perhatian dan memiliki informasi
yang memadai sebelum suatu keputusan diambil.

h. Kebijakan Proses Induksi Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi


Proses kesekretariatan korporasi harus mengkoordinasikan seluruh proses induksi
(program pengenalan) anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi yang baru
sehingga mereka dapat memperoleh informasi yang memadai mengenai:

1) Tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Dewan Komisaris dan anggota
Direksi;
2) Kebijakan dan prosedur yang mengatur pelaksanaan tugas anggota Dewan
Komisaris dan anggota Direksi;
3) Bisnis dan struktur organisasi ANTAM beserta para staf intinya;
4) Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG oleh ANTAM;
5) Gambaran ANTAM yang berkaitan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan,
kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan
jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan masalah-masalah strategis lainnya;
6) Keterangan yang berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit
internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk
Komite Audit; dan
7) Informasi-informasi lain yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab anggota Dewan Komisaris, dan anggota Direksi;

i. Kebijakan Proses Koordinasi Transaksi yang bersifat Material dan/atau Afiliasi


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa setiap transaksi yang
bersifat material dan/atau afiliasi dapat diinformasikan kepada Pemegang Saham
agar prinsip perlakuan yang sama (equitable treatment) terpenuhi.

66 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

j. Kebijakan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan


ANTAM harus membina hubungan baik dengan Pemangku Kepentingan yang
terkait dalam mendukung pencapaian tujuan Perusahaan. Pembinaan hubungan
dengan pihak Pemangku Kepentingan harus dilaksanakan dengan hati-hati agar
selalu merefleksikan kredibilitas dan profesionalisme ANTAM melalui kerja sama
yang baik.

k. Kebijakan Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan


Setiap bentuk komunikasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai
korporasi, produk, dan atau jasa yang dihasilkan oleh ANTAM, baik melalui media
cetak maupun media elektronik harus bersifat akurat, jelas, mempertimbangkan
aspek materialitas dan reputasi Perusahaan serta dilaksanakan dengan hati-hati.
Perusahaan harus memiliki strategi komunikasi yang terarah dan terkoordinasi
terutama guna menjaga reputasi Perusahaan yang positif serta ekspektasi pasar
yang terarah. Perusahaan harus memiliki sistem yang formal untuk mengevaluasi
dan menetapkan informasi yang mungkin masuk dalam kategori informasi material.

Beberapa kebijakan yang diatur terkait komunikasi dengan Pemangku Kepentingan


ini antara lain:

1) Kebijakan Proses Komunikasi dengan Otoritas Pasar Modal


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa proses komunikasi
ANTAM dengan Otoritas Pasar Modal, serta instansi-instansi lain yang terkait
dengan bidang usaha ANTAM dan status ANTAM sebagai Perusahaan terbuka
(Tbk) hanya dilakukan melalui satu pintu (one gate policy).
2) Kebijakan Proses Komunikasi dengan Investor dan Pemegang Saham
Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa setiap informasi
yang diberikan kepada investor dan Pemegang Saham bukan merupakan
suatu prakiraan atau proyeksi yang dapat menyebabkan para Investor atau
Pemegang Saham dapat memiliki interpretasi dan ekspektasi yang salah
mengenai kondisi ANTAM di masa yang akan datang.
3) Kebijakan Proses Komunikasi dengan Publik, Media dan Pemerintah
Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan adanya strategi komunikasi
publik, media dan pemerintah serta mengkoordinasikan penampilan publik
(public exposure) untuk menyebarluaskan informasi Perusahaan.

Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa setiap pertanyaan,


kritik, dan atau saran yang penting dari masyarakat mengenai korporasi, baik
yang disampaikan melalui media cetak dan atau media elektronik atau pesan
secara lisan, dapat ditanggapi segera.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 67
Kebijakan Pokok Perusahaan

l. Kebijakan Proses Koordinasi Penerbitan Kebijakan (Policy Coordination)


Corporate Secretary bekerja sama dengan fungsi Legal & Compliance dan
Manajemen Risiko melakukan pengecekan atas semua kebijakan manajemen
untuk menjaga konsistensi kebijakan yang dikeluarkan oleh Perusahaan, serta
mengkoordinasikan dengan pihak terkait sebelum kebijakan tersebut disetujui/
disahkan oleh Direksi. Corporate Secretary bertanggung jawab dalam melakukan
registrasi atas seluruh kebijakan di tingkat manajemen yang dikeluarkan.

m. Kebijakan Pemberian Informasi Benturan Kepentingan kepada Pemegang


Saham, Komite Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi
Proses kesekretariatan korporasi harus memberikan informasi kepada Pemegang
Saham, Dewan Komisaris, Komite Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi
mengenai potensi benturan kepentingan yang akan dihadapi maupun jika telah
terjadi benturan kepentingan di Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Komite
Penunjang Dewan Komisaris dan Direksi.

n. Kebijakan Proses Administrasi Arsip, Dokumen, Saham dan Surat Berharga


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa seluruh arsip dan
dokumen korporasi telah terdaftar dan seluruh salinan atas arsip dan dokumen
tersebut telah terkendali (controlled copy). Proses kesekretariatan korporasi
harus memastikan bahwa seluruh saham dan surat-surat berharga lainnya yang
diperdagangkan di Pasar Modal telah diadministrasikan dengan baik.

o. Kebijakan Proses Komunikasi atas Isu Korporasi


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan diberikannya penjelasan dan
informasi yang jujur dan benar apabila terdapat isu-isu mengenai ANTAM, fluktuasi
harga saham yang signifikan, hal-hal lain yang bersifat material, dan management
crisis; khususnya kepada investor, Pemegang Saham, Otoritas Pasar Modal, maupun
kepada media massa, dan bursa efek.

p. Kebijakan Identitas ANTAM


Identitas ANTAM diwujudkan dalam bentuk nama dan logo ANTAM dimana
penggunaan jati diri tersebut harus diatur sesuai dengan ketentuan agar selalu
dicapai keserasian antara tujuan penggunaan, legalitas dan perlindungannya
sehingga terbentuk Reputasi Perusahaan yang positif.

q. Kebijakan Proses Komunikasi atas Identitas ANTAM


Proses kesekretariatan korporasi harus memastikan bahwa identitas ANTAM
(nama, logo dan atribut lainnya) hanya digunakan dan dikomunikasikan untuk
keperluan resmi Perusahaan.

68 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

r. Kebijakan Proses Pemberian Sumbangan


Dewan Komisaris dan Direksi serta seluruh pegawai ANTAM wajib memisahkan
dengan tegas antara sumbangan yang merupakan komitmen pribadi, dengan
sumbangan atas nama ANTAM.

Pemberian sumbangan ANTAM kepada pihak lain hanya dapat berupa donasi
untuk amal atau tujuan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.4.4 Pengawasan dan Pengendalian Internal (Internal Audit & Control)


a. Filosofi Pedoman Pengawasan dan Pengendalian Internal
Kebijakan Pengawasan dan Pengendalian Internal ditujukan untuk sedini
mungkin melakukan pencegahan penyimpangan dan tindakan korektif yang
diperlukan guna memastikan bahwa seluruh proses dan fungsi manajemen dapat
dikendalikan sesuai tujuan Perusahaan. Seluruh insan ANTAM harus memandang
proses pengawasan dan pengendalian sebagai bagian dari usaha bersama untuk
mencapai tujuan korporasi.
Direksi berkewajiban memastikan bahwa internal audit mempunyai kebijakan
internal audit yang lebih rinci yang mencakup Pedoman Audit dan SOP.

b. Tujuan Proses Pengawasan dan Pengendalian Internal


Tujuan proses pengawasan dan pengendalian internal adalah untuk memberikan
keyakinan (assurance) dan konsultasi yang independen dan objektif, dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional Perusahaan, melalui
pendekatan yang sistematis, dengan cara me-review dan meningkatkan efektifitas
manajemen risiko, pengendalian internal dan proses tata kelola Perusahaan.

c. Risiko Proses Pengawasan dan Pengendalian Internal


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan proses pengawasan
dan pengendalian adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Tidak efektifnya pelaksanaan pengendalian internal (Internal control)
Perusahaan;
2) Scope audit belum dapat mencakup seluruh aktivitas utama Perusahaan; dan
3) Tidak akuratnya review yang dihasilkan Internal Audit untuk mendukung
pernyataan dan asersi manajemen.

d. Kebijakan Penyelarasan Strategi Internal Audit


Proses internal audit harus memastikan adanya strategi internal audit dalam jangka
panjang dan jangka pendek yang selaras dengan tujuan dan strategi korporasi

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 69
Kebijakan Pokok Perusahaan

ANTAM. Dalam penyusunan strategi tersebut harus dipastikan bahwa semua input
dari pihak-pihak yang berkepentingan (Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit,
Akuntan Publik, para kepala unit organisasi dan lain-lain) dengan proses internal
audit telah dipertimbangkan. Strategi internal audit juga harus mencakup ukuran-
ukuran kinerja yang akan digunakan untuk mengevaluasi proses internal audit.

e. Kebijakan Proses Penilaian Risiko


Internal audit harus melakukan penilaian risiko atas seluruh proses bisnis yang ada
di ANTAM dengan mempertimbangkan tujuan dari setiap proses bisnis tersebut
dan risiko-risiko utama (key risk) dalam setiap proses bisnis. Dalam melakukan
penilaian risiko, internal audit harus mengkoordinasikan aktivitasnya dengan
proses pengelolaan risiko untuk memperoleh input mengenai penilaian risiko
yang dihasilkan oleh proses pengelolaan risiko tersebut.

f. Kebijakan Perencanaan Internal Audit


Proses internal audit dalam suatu periode (biasanya satu tahun) harus dipandu
oleh suatu rencana pemeriksaan tahunan internal audit yang disetujui Direktur
Utama. Rencana pemeriksaan yang dimaksud harus disusun berdasarkan profil
risiko yang telah dihasilkan oleh proses penilaian risiko. Setiap proses bisnis yang
dianggap memiliki risiko yang signifikan terhadap pencapaian tujuan korporasi
ANTAM, harus memperoleh prioritas tinggi dalam rencana pemeriksaan yang
dimaksud di atas. Rencana pemeriksaan harus dikaji secara periodik dan direvisi
jika terjadi perubahan yang mendasar dalam profil risiko ANTAM.

g. Kebijakan Pelaksanaan Internal Audit


Pelaksanaan internal audit harus dapat mengidentifikasi ada atau tidaknya (efektif
atau tidaknya) pengendalian intern yang dimiliki suatu proses bisnis yang diaudit
dalam memitigasi risiko yang mengancam pencapaian tujuan korporasi ANTAM.

Proses internal audit juga harus memastikan adanya rekomendasi yang diterima
(acceptable) dan dapat dipraktikkan (practicable) oleh pemilik proses untuk
memperbaiki efektifitas pengendalian intern dan memberikan nilai tambah pada
efisiensi ANTAM. Seluruh jajaran manajemen unit-unit organisasi bertanggung
jawab untuk melaksanakan tindak lanjut yang memadai atas rekomendasi hasil
audit yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan tindak lanjut sebaiknya dijadikan
salah-satu faktor dalam menilai kinerja unit-unit organisasi tersebut.

h. Kebijakan Komunikasi Hasil Internal Audit dan Penugasan Khusus


Proses internal audit harus memastikan adanya komunikasi yang efektif dengan
Direksi (melalui Direktur Utama) dan Dewan Komisaris (melalui Komite Audit) serta

70 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

para pemilik proses dalam keseluruhan proses internal audit (penyusunan strategi,
penilaian risiko, perencanaan audit, dan pelaksanaan audit) tanpa mengorbankan
asas kerahasiaan (confidentiality).

3.4.5 Manajemen Risiko (Risk Management)

a. Filosofi Pedoman Manajemen Risiko


Tata kelola risiko Perusahaan berkomitmen mengelola semua risiko secara efektif
dan efisien serta memastikan kesinambungan dan pertumbuhan dari bisnis inti
yang berkelanjutan melalui pengelolaan risiko secara pro-aktif.

Kebijakan tata kelola risiko ini merupakan dasar bagi penyusunan seluruh kebijakan
Perusahaan dan memberikan masukan bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan Perusahaan yang terkait dengan pengelolaan risiko ANTAM. Direksi
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan Manajemen Risiko di
Perusahaan berjalan efektif dan menjadi bagian dari operasional Perusahaan, serta
memastikan bahwa semua risiko Perusahaan berada pada level toleransi yang
dapat diterima selaras dengan strategi Perusahaan.

b. Tujuan Pengelolaan Risiko


Tujuan pengelolaan risiko adalah :
1) Tersedianya panduan dasar bagi Perusahaan dalam pengelolaan risiko
Perusahaan; dan
2) Terkoordinasinya proses dan kegiatan manajemen risiko yang terintegrasi dan
tersinkronisasi di lingkungan Perusahaan, sehingga proses pengelolaan risiko
dapat diimplementasikan dengan baik di seluruh jajaran Perusahaan.

c. Risiko Proses Pengelolaan Risiko


Risiko-risiko harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses Pengelolan
Risiko. Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan proses
pengelolaan risiko adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
a. Visi dan Misi ANTAM dapat terhambat akibat ketidakmampuan Perusahaan
dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko signifikan Perusahaan secara
tepat serta kriteria risiko yang ditetapkan kurang dapat mengakomodir
seluruh inisiatif yang ada. Pengelolaan risiko yang tidak tepat mengakibatkan
Perusahaan tidak dapat memitigasi risiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi
dan berdampak signifikan terhadap bisnis Perusahaan;
b. Potensi kurang efektinya pengambilan keputusan lebih lanjut oleh
manajemen karena keterbatasan data baik primer maupun sekunder untuk
bahan analisa/evaluasi risiko;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 71
Kebijakan Pokok Perusahaan

c. Potensi tidak teridentifikasinya risiko signifikan pada proses RCSA (Operasional


dan Proyek).

d. Kebijakan Penetapan Konteks Pengelolaan Risiko


Dewan Komisaris dan Direksi harus menetapkan sistem pengelolaan risiko di
ANTAM yang meliputi:
1) Konteks strategis (strategic context), yaitu bahwa proses pengelolaan
risiko harus mempertimbangkan lingkungan atau pihak-pihak yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan proses pengelolaan risiko itu sendiri;
2) Konteks organisasional (organizational context), yaitu bahwa proses
pengelolaan risiko harus mempertimbangkan kemampuan organisasi
(organizational capabilities), dan terkait dengan tujuan dan strategi ANTAM
secara korporasi;
3) Konteks pengelolaan risiko (risk management context), yaitu bahwa proses
pengelolaan risiko itu sendiri harus memiliki tujuan, strategi, cakupan, serta
keseimbangan antara manfaat dan biaya dalam penerapannya;
4) Kriteria risiko, yaitu bahwa Dewan Komisaris dan Direksi harus menetapkan
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi risiko; dan
5) Struktur pengelolaan risiko, yaitu adanya sistematika yang jelas untuk
me­
mastikan bahwa risiko yang signifikan bagi ANTAM tidak terabaikan
(overlooked).

e. Kebijakan Identifikasi Risiko


Seluruh risiko yang dihadapi oleh ANTAM, baik yang telah maupun yang belum
dikendalikan, harus diidentifikasi dengan menggunakan sistematika yang
terstruktur.

f. Kebijakan Analisis Risiko


Pembedaan antara risiko yang bersifat minor dan mayor harus dilakukan
sehingga risiko dapat dievaluasi secara memadai. Pembedaan ini juga harus
mempertimbangkan sumber risiko (source of risk), kemungkinan terjadinya risiko
(probability/likelihood), dan dampak (impact/concequences) yang mungkin
ditimbulkan karena risiko tersebut.

g. Kebijakan Evaluasi Risiko


Harus dilakukan pembandingan antara hasil analisis risiko dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya sehingga ANTAM dapat memprioritaskan risiko mana
yang harus ditangani lebih dahulu.

72 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

h. Kebijakan Penanganan Risiko (Mitigasi)


Harus dipastikan bahwa ANTAM memiliki pilihan-pilihan (opsi) yang dapat diambil
untuk menangani setiap risiko dan dipastikan bahwa pilihan yang diambil tersebut
telah diterapkan sehingga menurunkan tingkat risiko.

i. Kebijakan Pemantauan dan Review atas Risiko


ANTAM harus memiliki proses pemantauan risiko untuk memastikan bahwa
penanganan risiko masih tetap efektif dan relevan dengan perubahan situasi.
Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa review atas risiko korporasi
secara keseluruhan sebagai bagian dari siklus pengelolaan risiko ANTAM (risk
management cycle).

j. Kebijakan Komunikasi dan Konsultasi dalam Pengelolaan Risiko


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa terdapat komunikasi
dan konsultasi yang efektif di antara seluruh pihak yang berkepentingan dalam
pengelolaan risiko, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Komunikasi harus
dilakukan untuk setiap tahapan pengelolaan risiko.

3.4.6 Hukum (Legal)

a. Filosofi Pedoman Kebijakan Hukum


Kebijakan proses hukum ini merupakan dasar bagi penyusunan seluruh kebijakan
dan pengambilan keputusan Perusahaan yang terkait dengan hukum. Direksi
berkewajiban menyusun dan senantiasa menyempurnakan kebijakan hukum yang
lebih terperinci (Corporate Legal Manual Policy) juga SOP terkait proses hukum
sesuai mekanisme yang berlaku pada Perusahaan.

b. Tujuan Proses Hukum


Proses Hukum Perusahaan dilakukan untuk memastikan kegiatan Perusahaan
terlindungi secara hukum (termasuk secara kontraktual), kepatuhan bisnis
Perusahaan dan legalitas atas aset Perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku untuk menjamin eksistensi dan
kelangsungan usaha Perusahaan dalam mencapai Visi dan Misi yang ditetapkan.

c. Risiko Dalam Proses Hukum


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses Hukum
adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Lemahnya pengelolaan fungsi legal, sehingga berdampak adanya klaim/
tuntutan hukum dari pihak lain terkait dengan perikatan (kontrak/perjanjian)
ANTAM dengan pihak tersebut;

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 73
Kebijakan Pokok Perusahaan

2) Terlambatnya pemberian respon atau review untuk dokumen kontrak atau


dokumen hukum lainnya; dan
3) Kurangnya sosialisasi ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang
berlaku, sehingga berdampak pada rendahnya ketaatan hukum dalam proses
operasi.
4) Adanya klaim/tuntutan hukum dari pihak ketiga dan pemanggilan dari aparatur
penegak hukum (untuk kasus non kontrak)
5) Terhambatnya kegiatan operasional ANTAM karena munculnya peraturan
atau kebijakan baru dari pemerintah.

d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Hukum Perusahaan


Proses hukum Perusahaan harus dipastikan sejalan dengan pelaksanaan strategi
korporasi Perusahaan demi tercapainya Visi dan Misi Perusahaan. Kemampuan
proses hukum Perusahaan dalam mendukung pelaksanaan strategi Perusahaan
harus menjamin bahwa seluruh risiko hukum (legal risk) ada dalam kendali Direksi.

e. Kebijakan Proses Kepatuhan atas Peraturan Perundang-Undangan dan


Ketentuan yang Berlaku
Proses hukum Perusahaan harus mengatur ketentuan adanya sosialisasi serta
kajian atas peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, juga
penyediaan nasehat atau advis hukum kepada Dewan Komisaris, Direksi dan
Karyawan Perusahaan dalam rangka kepatuhan kepada peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku serta memberikan rekomendasi atas
tindakan-tindakan hukum yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya
masing-masing. Pendapat formal yang dikeluarkan Perusahaan mengenai
masalah hukum hanya dapat diberikan setelah memperoleh rekomendasi dari unit
organisasi yang bertanggung jawab untuk urusan hukum.

f. Kebijakan Proses Hukum Korporasi dan Hukum Komersial (Corporate &


Commercial Law)
Proses hukum korporasi dan komersial harus memastikan bahwa seluruh implikasi
hukum dari transaksi atau aksi korporasi dan juga perikatan yang dibuat oleh
Perusahaan dengan pihak lain telah diperhitungkan dalam koridor pengelolaan
risiko hukum (legal risk tolerance) dan memastikan bahwa Dewan Komisaris dan/
atau Direksi telah mengetahui dan sadar akan implikasi hukum sesuai kewenangan
masing-masing yang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, proses hukum
Perusahaan juga harus memastikan bahwa semua izin korporasi Perusahaan tetap
berlaku.

74 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

g. Kebijakan Proses Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement)


Proses hukum Perusahaan harus memastikan bahwa Perusahaan memiliki
strategi yang tepat dalam serta mampu untuk meminimalisasi terjadinya atau
berkembangnya sengketa juga menyelesaikan sengketa, baik di dalam maupun
di luar pengadilan. Selain itu, proses hukum Perusahaan harus memastikan bahwa
setiap perkembangan proses penyelesaian sengketa terus dipantau dan dilaporkan
kepada Direksi. Hal tersebut dilaksanakan antara lain dalam bentuk pendampingan
dan koordinasi yang baik dalam hal terdapat insan Perusahaan yang diminta untuk
memenuhi panggilan pengadilan atau pihak berwenang lainnya dalam perkaran
yang berkaitan dengan Perusahaan.

h. Kebijakan Proses Perlindungan Aset


Proses hukum Perusahaan harus memastikan bahwa aset Perusahaan, khususnya
aset tidak bergerak dan Hak Kekayaan Intelektual yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh Perusahaan, memiliki dasar hukum yang kuat sesuai peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku sehingga dapat terhidar dari gangguan
pihak lain. Hal ini dilakukan bisa dalam bentuk pelaksanaan oleh Divisi Legal and
Compliance ataupun dalam bentuk pendampingan atau pemberian advis bagi
Divisi lain dalam Perusahaan yang bertanggung jawab atas perlindungan aset tersebut.

3.4.7 Pengembangan

a. Filosofi Pedoman Pengembangan Usaha/Bisnis


Kebijakan Pengembangan ini sebagai dasar bagi penyusunan seluruh kebijakan
dan pengambilan keputusan Perusahaan yang berkaitan dengan eksplorasi,
pengelolaan resources serta reserves, pengembangan teknologi, serta
pengembangan dan pengelolaan bisnis sesuai dengan perencanaan strategis
Perusahaan. Direksi berkewajiban untuk menyusun suatu panduan proses
Pengembangan yang lebih rinci yang mencakup MP dan SOP.

b. Tujuan Proses Pengembangan


Tujuan proses Pengembangan adalah untuk mempertahankan, menyesuaikan
dan meningkatkan pertumbuhan dan daya saing ANTAM sesuai Visi dan Misi
Perusahaan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis/industri serta
adanya perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Risiko Proses Pengembangan


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses
Pengembangan adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 75
Kebijakan Pokok Perusahaan

1) Kegagalan penemuan cadangan yang ekonomis;


2) Kegagalan dalam pembukaan tambang baru;
3) Kegagalan dalam mengindentifikasi risiko perubahan lingkungan persaingan;
4) Kegagalan dalam pelaksanaan studi kelayakan proyek Pengembangan;
5) Kegagalan dalam menyusun dan menetapkan perencanaan proyek yang
sudah mencakup seluruh lingkup pekerjaan proyek dan menjadi komitmen
seluruh pihak terkait proyek;
6) Kegagalan dalam memperoleh pendanaan proyek;
7) Kegagalan dalam memenuhi jadwal penyelesaian proyek Pengembangan;
8) Kegagalan dalam mengendalikan anak Perusahaan dan afiliasi;
9) Kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait isu strategis di Anak
Perusahaan;
10) Tidak optimalnya penggunaan setoran modal oleh Anak Perusahaan;
11) Ketidaksesuaian pengelolaan proyek dengan prosedur pelaksanaan proyek
Perusahaan.

d. Kebijakan Proses Eksplorasi


Proses eksplorasi dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan
perundang-undangan yang berlaku, dan mempertimbangkan kondisi mengenai
masyarakat, dan informasi lainnya secara komprehensif serta terdokumentasi
dengan baik untuk mengurangi risiko bagi Perusahaan.

Direksi harus memutuskan apakah tahapan eksplorasi dilanjutkan ke tahap


pengembangan atau tidak. Keputusan ini harus tertulis dan terdokumentasi
dengan memperhatikan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan.

e. Kebijakan Proses Pengelolaan Resources serta Reserves dan Perizinan yang


Terkait
Proses pengelolaan Resources dan Reserves harus memastikan kualitas dan
kuantitas yang bernilai ekonomis sehingga dapat dikembangkan menjadi proyek
pertambangan baru secara aman, efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan.
Resources dan Reserves harus diklasifikasikan menurut interval kualitas tertentu
yang sesuai dengan perkembangan pasar dan teknologi dimana dalam
penambangannya harus dipisahkan menurut interval kualitas tersebut serta
disimpan sebagai stock sesuai dengan masing-masing interval kualitas yang
ditentukan. Pengelolaan penyimpanan bijih dilakukan secara best practice
agar tidak terjadi penurunan kualitas yang drastis. Penentuan kualitas Resources &
Reserves tersebut ditentukan oleh Direksi. Proses Pengelolaan perijinan harus

76 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

memastikan bahwa pengurusan perijinan telah dilakukan secara efektif, efisien,


tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari serta sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Kebijakan Proses Studi Kelayakan dan Pengembangan (Development)


Direksi harus memastikan bahwa suatu proyek pengembangan harus melalui suatu
proses studi kelayakan yang dilakukan secara profesional dan memenuhi kaidah-
kaidah teknis ekonomis, lingkungan, sosial yang berlaku dan risiko hukum atas
kelayakan pengembangan. Proses studi kelayakan harus mampu mengindentifikasi
tingkat pertumbuhan yang diinginkan, dengan mempertimbangkan tingkat
toleransi risiko yang telah ditetapkan setelah melalui analisis sensitivitas yang
dapat diterima dalam praktik bisnis yang sehat. Proses studi kelayakan dapat
menggunakan jasa Konsultan Independen terutama dalam penilaian kelayakan
bank (bankable feasibility study).

g. Kebijakan Proses Pengembangan Teknologi


Pengembangan Teknologi harus dapat meningkatkan nilai tambah, daya saing
dan produktivitas untuk memaksimalkan pencapaian sasaran Perusahaan. Direksi
harus memastikan bahwa proses Pengembangan Teknologi dilaksanakan secara
efektif dan efisien berdasarkan praktik-praktik terbaik (best practices) dalam industri
sejenis, menggunakan teknologi terbaru tepat guna yang teruji dan terimplementasi
dan berbasis biaya rendah untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, dan
mengembangkan technology strategic partnership. Opsi-opsi Pengembangan
Teknologi yang dipilih harus dipastikan telah melalui benchmarking, proses
analisis, serta mempertimbangkan masukan dari ahli terkait.

h. Kebijakan Penutupan dan Pengalihan Proyek Pengembangan


Penutupan dan pengalihan proyek pengembangan yang telah selesai, dilakukan
setelah adanya evaluasi atas proyek tersebut. Evaluasi yang dilakukan adalah
terhadap deliverables proyek dengan mengacu kepada dokumen project charter
proyek dan dokumen perencanaan proyek yang telah dibuat di awal proyek.
Hasil evaluasi tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi Project Sponsor untuk
mengajukan proses transisi dari Direktorat Pengembangan kepada Direktorat
Operasi. Dengan demikian, diharapkan deliverables dari proyek tersebut dapat
dimaksimalkan penggunaannya untuk mendapatkan manfaat dari proyek tersebut.

i. Kebijakan Integrasi Proyek


Direksi harus memastikan portofolio bisnis yang dikerjakan unit bisnis ANTAM
dan yang diserahkan kepada anak Perusahaan harus menunjang pencapaian

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 77
Kebijakan Pokok Perusahaan

Visi dan Misi ANTAM. Dalam hal ANTAM belum berada dalam posisi mayoritas,
Direksi harus memastikan bahwa klausul kerjasama pendirian anak Perusahaan
dan Anggaran Dasar Perseroan tidak menempatkan ANTAM dalam posisi lemah.

j. Kebijakan Proses Evaluasi Pengembangan


Pengembangan usaha harus dapat meningkatkan pendapatan Perusahaan dengan
menangkap peluang-peluang usaha yang berpotensi sesuai dengan strategi
ANTAM. Pengelolaan portofolio usaha harus dilakukan untuk mendapatkan
nilai optimal dari keseluruhan unit usaha dengan risiko sekecil mungkin dan
pertumbuhan yang sesuai dengan strategi dan sasaran ANTAM. Proses evaluasi
pengelolaan bisnis harus memastikan tercapainya kinerja terbaik dalam
pelaksanaan strategi jangka pendek dan panjang serta dalam pencapaian Visi dan
Misi ANTAM. Hasil proses evaluasi merupakan masukan untuk Pengelolaan bisnis
dalam upaya meningkatkan kinerja Perusahaan secara berkesinambungan dan
memberi manfaat optimal bagi ANTAM dan bagi Pemangku Kepentingan.

k. Kebijakan Pengelolaan Proyek Pengembangan


Pengelolaan Proyek Pengembangan dilakukan di 5 (lima) fase yang terjadi di dalam
sebuah proyek (inisiasi, perencanaan, eksekusi, monitoring & control, penutupan)
sesuai dengan prinsip-prinsip best practice Project Management. Setelah
proyek selesai kemudian ditutup dan dialihkan ke Direktorat Operasi, dilakukan
evaluasi terhadap manfaat proyek (benefit tracking) dan pengelolaan dokumen
proyek. Direksi memastikan bahwa setiap fase dan tahap di dalam setiap Proyek
Pengembangan dilakukan secara efektif dan sejalan dengan kebijakan di internal
Perusahaan serta perundang-undangan yang berlaku.

l. Kebijakan Pembentukan dan Pengelolaan Anak Perusahaan dan Afiliasi


Pembentukan dan pengelolaan Anak Perusahaan dan Afiliasi merupakan salah
satu strategi Perusahaan untuk mempertahankan keberlanjutan (sustainability),
pengembangan bisnis (business development) Perusahaan, serta merupakan salah
satu cara Perusahaan dalam mencapai tujuan Perusahaan. Direksi memastikan
bahwa pembentukan dan pengelolaan Anak Perusahaan dan Afiliasi akan mem­
berikan manfaat bagi Perusahaan, bebas dari kepentingan politik, serta bebas
dari benturan kepentingan. Pengelolaan Anak Perusahaan harus mengutamakan
sinergi dengan Perusahaan dan/atau antar Anak Perusahaan dengan tetap mem­
perhatikan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

78 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.4.8 Operasi

a. Filosofi Pedoman Operasi


Kebijakan operasi ini merupakan dasar bagi penyusunan kebijakan dan pengambilan
keputusan Perusahaan yang terkait dengan proses operasi penambangan,
pengolahan (peleburan, pemurnian) serta penutupan tambang (mine closure)
dan pasca tambang (post mining). Direksi berkewajiban untuk menyusun suatu
panduan yang lebih terperinci mengenai proses operasi (operation manual)
yang berisi kebijakan dan SOP proses operasi penambangan dan pengolahan/
peleburan/pemurnian serta penutupan tambang.

b. Tujuan Proses Operasi


Tujuan proses operasi adalah untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
berdaya saing sesuai Visi dan Misi ANTAM.

c. Risiko Proses Operasi


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses Operasi
adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Risiko adanya penurunan harga komoditas dunia;
2) Instabilitas di wilayah operasi Perusahaan;
3) Risiko gangguan pada peralatan produksi;
4) Risiko terganggunya kenaikan harga pasokan bahan baku, bahan penunjang
dan energi;
5) Potensi tidak tercapainya target produksi dan penjualan;
6) Potensi tidak tercapainya strategi cost reduction dan efisiensi dalam
penurunan biaya operasi;
7) Potensi menurunnya permintaan pasar dan material substitution;
8) Kendala masalah penyelesaian perizinan operasional;
9) Potensi kurang efektifnya sistem pengelolaan lingkungan;
10) Potensi kurang efektifnya reklamasi lahan bekas tambang; dan
11) Risiko kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi dan
delivery schedule yang disepakati sebelumnya;
12) Potensi tidak mendapatkan pendanaan dari Bank/Non Bank;
13) Meningkatnya cash cost Perusahaan yang sangat signifikan;
14) Belum maksimalnya pengelolaan Management Emergency Response (K3);
15) belum terpenuhinya persyaratan dalam sistem mutu (ISO);
16) program penutupan tambang (mine closure) tidak sesuai dengan schedule
yang direncanakan.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 79
Kebijakan Pokok Perusahaan

d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Operasi


Proses penyelarasan strategi operasi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki
strategi dan tujuan operasi yang formal, terukur dalam setiap kegiatan operasi
yang terdiri dari penambangan, pengolahan/peleburan/pemurnian, pemasaran,
pengelolaan lingkungan, mine closure, pascatambang, keselamatan dan kesehatan
kerja, community development yang selaras dengan strategi dan tujuan ANTAM
secara keseluruhan. Strategi operasi ANTAM dikembangkan berdasarkan prinsip
tidak mengorbankan kepentingan Perusahaan dalam jangka panjang (sustainable
profit and growth) termasuk dalam penetapan pelaksanaan operasi melalui alih
daya (outsourcing). Bahwa penerapan prinsip tersebut harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Kebijakan Proses Produksi


Direksi memastikan bahwa tahap penambangan dan pengolahan/peleburan/
pemurnian dilakukan dengan tidak mengorbankan kepentingan Perusahaan dalam
jangka panjang untuk mencapai sustainable profit and growth. Prinsip ini harus
dicerminkan dalam rencana produksi jangka panjang yang disetujui oleh Direksi.

Setiap perubahan atas rencana produksi tahunan yang berdampak pada


perubahan rencana produksi jangka panjang yang telah ditetapkan Perusahaan
harus mendapat persetujuan Direksi dan terdokumentasi. Proses operasi harus
memastikan ketersediaan input (bahan baku, bahan pembantu dan energi) untuk
kelangsungan proses produksi yang berkualitas.

f. Kebijakan Proses Penjualan dan Pemasaran


Direksi harus memastikan bahwa seluruh proses penjualan dan pemasaran ANTAM
telah memiliki data perkembangan pasar dan data pelanggan secara memadai
dan secara proaktif melakukan penetrasi pasar untuk menjual produk Perusahaan
dalam rangka mempertahankan pasar yang telah terbentuk dan menciptakan
pasar yang baru. Proses penjualan dan pemasaran harus memastikan bahwa
ANTAM dapat menyerahkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
pelanggan dengan melaksanakan prinsip tepat waktu, tepat kualitas, dan cepat
tanggap (on time delivery, compliance to specification and quick response) untuk
memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. Proses penjualan dan pemasaran
harus dapat memastikan bahwa ANTAM dapat melakukan pengikatan jual beli
dengan pelanggan yang credible dan memenuhi segala ketentuan yang diatur.

Proses penjualan dan pemasaran harus memastikan bahwa persyaratan-


persyaratan yang diatur dalam kontrak dengan pelanggan harus dapat memberikan
nilai tambah kepada Perusahaan dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

80 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

g. Kebijakan Proses Pengelolaan Lingkungan, Penutupan Tambang dan


Pascatambang
Kegiatan pengelolaan lingkungan, penutupan tambang dan pascatambang
merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan pada setiap siklus operasi
pertambangan. Direksi harus memastikan bahwa dalam siklus operasi per­
tambangan mulai dari tahap eksplorasi, konstruksi/proyek, operasi dan pasca
operasi telah memiliki sistem pengelolaan lingkungan, penutupan tambang dan
pascatambang.

Kebijakan tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip:


1) Mengembangkan dan menerapkan suatu sistem manajemen lingkungan
yang mengacu kepada kebijakan Perusahaan dan peraturan perundangan
yang berlaku;
2) Mengupayakan penggunaan sistem, teknologi, metode, peralatan, bahan
yang memiliki dampak negatif minimal bagi lingkungan dalam setiap kegiatan
pertambangan;
3) Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia dalam pengelolaan
lingkungan;
4) Meminimasi lahan terganggu dan merehabilitasi sesuai dengan peruntukannya
termasuk melindungi flora dan fauna di dalamnya;
5) Menggunakan sumberdaya alam secara optimal dalam rangka konservasi dan
minimasi limbah;
6) Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan pengendalian
dampaknya;
7) Mendukung program penurunan emisi gas rumah kaca dengan upaya-upaya
produktif dan inovatif dalam kegiatan pertambangan;
8) Mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan serta mempertimbang­
kan kebutuhan masyarakat sekitar lokasi pertambangan; dan
9) Melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan secara ber­
kelanjutan.

h. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Direksi harus memastikan bahwa setiap tahapan operasi pada usaha per­
tambangan ANTAM baik secara vertikal maupun horizontal wajib memiliki dan
menerapkan sistem manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang
memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
teknologi K3 yang memadai.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 81
Kebijakan Pokok Perusahaan

i. Kebijakan Alih Daya (Outsourcing)


Pada setiap tahapan operasi penambangan, penetapan pelaksanaan operasi
melalui alih daya, harus berdasarkan prinsip tidak mengorbankan kepentingan
Perusahaan dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direksi harus memastikan bahwa pelaksanaan operasi melalui alih daya ini
dapat dikendalikan guna meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat.

3.4.9 Sumber Daya Manusia (Human Resources Management)

a. Filosofi Pedoman Sumber Daya Manusia ANTAM


Kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM) ANTAM mengacu pada filosofi sumber
daya manusia sebagai human capital. Filosofi ini merupakan dasar bagi penyusunan
seluruh kebijakan dan pengambilan keputusan Perusahaan yang terkait dengan
pengelolaan SDM ANTAM. Sebagai wujud komitmen ANTAM terhadap filosofi
tersebut, maka Direksi berkewajiban untuk menyusun strategi, roadmap dan
panduan terperinci mengenai kebijakan SDM ANTAM.

b. Tujuan Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia ANTAM


Tujuan proses pengelolaan SDM ANTAM adalah agar Insan ANTAM dapat menjadi
subyek dalam usaha pencapaian Visi dan Misi ANTAM. Menjadi tugas semua pihak
yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk memastikan bahwa
ANTAM merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan insan yang berkualitas
serta memiliki komitmen kepada tujuan Perusahaan.

c. Risiko Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia ANTAM


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses
Pengelolaan Sumber Daya Manusia ANTAM adalah sebagai berikut namun tidak
terbatas pada:
1) Risiko kegagalan Perusahaan dalam proses rekrutmen, pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
2) Ketidaksesuaian perencanaan dan pengembangan kompetensi pegawai
dengan jenjang kualifikasi jabatan didalam organisasi;
3) Belum optimalnya sistem unjuk kerja pegawai & sistem remunerasi;
4) Risiko hilangnya kompetensi inti; dan
5) Potensi terjadinya ketidakpuasan pegawai.

d. Kebijakan Proses Perencanaan, Rekrutmen, dan Seleksi Sumber Daya Manusia


Rencana SDM ANTAM tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak-pihak
yang berhubungan langsung dengan penyusunan rencana tersebut tapi juga

82 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

merupakan tanggung jawab setiap pimpinan unit organisasi di ANTAM sehingga


keberhasilan dalam perencanaan SDM ANTAM harus menjadi salah satu tolak
ukur keberhasilan para pimpinan unit organisasi tersebut. Proses penyusunan
rencana SDM ANTAM harus mempertimbangkan keterkaitannya dengan siklus
perencanaan strategis ANTAM sehingga rencana jangka pendek dan jangka
panjang ANTAM dapat didukung oleh sumber daya manusia yang memadai dari
sisi kualifikasi maupun kuantitasnya. Strategi rekrutmen dan seleksi ANTAM harus
bersifat proaktif sehingga ANTAM dapat selalu memiliki sumber daya manusia
yang terbaik dalam industri dengan mempertimbangkan kondisi internal dan
eksternal Perusahaan. Metodologi rekrutmen dan seleksi SDM ANTAM harus dapat
memastikan bahwa faktor kualitas personal dan kemampuan profesional adalah
faktor-faktor yang paling utama dipertimbangkan dalam merekrut calon Karyawan
ANTAM. Sumber tenaga kerja untuk mengisi formasi jabatan yang memerlukan
pengalaman kerja harus diprioritaskan dari dalam ANTAM yang dipersiapkan
melalui program pengembangan terencana dan dipilih dari Karyawan yang
memiliki kompetensi terbaik. Demi menjaga keseimbangan kepentingan antara
ANTAM dengan Pemangku Kepentingan maka aspek corporate social responsibility
juga harus di­pertimbangkan dalam proses rekrutmen khususnya untuk Karyawan
di daerah tempat ANTAM beroperasi.

e. Kebijakan Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki suatu rencana dan kebijakan
yang akan menjamin kesinambungan pengembangan SDM ANTAM termasuk
proses manajemen karir dan suksesi di semua tingkatan kompetensi baik
fungsional maupun struktural. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam
setiap proses manajemen karir dan suksesi adalah hasil penilaian kompetensi
dan kinerja. Mengingat lingkungan industri pertambangan adalah industri yang
kompleks dan sangat bergantung pada perubahan eksternal, maka Direksi harus
memastikan bahwa ANTAM memiliki proses pengelolaan perubahan (change
management) yang akan menjamin kesiapan Insan ANTAM dalam menghadapi
setiap perubahan lingkungan industri dan organisasi. Proses perencanaan SDM
ANTAM harus memiliki keterkaitan dengan rencana pengembangan karir (career
management), rencana suksesi (succession plan), dan manajemen kinerja
(performance management).

f. Kebijakan Pengelolaan Assesment Pegawai


Direksi harus memastikan bahwa insan ANTAM memiliki profil personal yang
sesuai dengan tuntutan jabatan sehingga dapat melaksanakan tanggungjawabnya
dengan optimal. Guna memetakan dan mendapatkan profil personal pegawai yang

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 83
Kebijakan Pokok Perusahaan

berhubungan dengan minat, bakat, kepribadian, dan kompetensi maka diperlukan


kegiatan assesment dengan menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan
standar kompetensi (stakom) yang dimiliki oleh ANTAM. Pelaksananaan assesment
pegawai harus mempertimbangkan kebutuhan organisasi sehingga hasilnya
dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dalam menentukan arah dan
pengembangan pegawai.

g. Kebijakan Proses Pelatihan dan Pengembangan Insan ANTAM


Proses pelatihan dan pengembangan Insan ANTAM harus dapat memastikan:
1) Insan ANTAM memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar kompetensi
(stakom) yang diinginkan ANTAM dalam memenuhi kebutuhan bisnis dan
suksesi SDM ANTAM saat ini dan di masa depan;
2) Bahwa melalui peningkatan keahlian dan kompetensi Insan ANTAM siap
mengemban tanggung jawab yang lebih tinggi pada saatnya (career
management);
3) Terbentuknya perilaku Insan ANTAM sesuai dengan nilai-nilai ANTAM (PIONEER);
4) Peningkatan produktivitas Insan ANTAM; dan
5) Adanya peningkatan motivasi Insan ANTAM untuk selalu tumbuh dan
berkembang.

h. Kebijakan Knowledge Management


Knowledge Management merupakan suatu proses pengelolaan pengetahuan
yang dimiliki oleh insan ANTAM dan Perusahaan, mulai dari proses pengumpulan
(knowledge acquisition), penyimpanan (knowledge repository) dan penyebar-
luasan (knowledge sharing), sehingga pengetahuan di ANTAM menjadi langgeng
dan seluruh insan ANTAM dapat memiliki peluang yang sama dalam memperoleh
pengetahuan. Penerapan Knowledge Management di ANTAM bertujuan untuk:
1) Mendorong minat dan menciptakan iklim yang mendukung program
pembelajaran dan pengembangan human capital; dan
2) Memastikan agar semua pengetahuan yang dimiliki insan ANTAM dapat
dikelola dan menjadi milik Perusahaan, dan dapat digunakan serta disebar­
luaskan untuk sebesar-besarnya kepentingan Perusahaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka strategi yang dilakukan Perusahaan adalah:
1) Memastikan Seluruh knowledge yang ada di ANTAM mampu dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kepentingan Perusahaan;
2) Memastikan Penerapan ANTAM Knowledge Management System dilakukan
bertahap sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan organisasi dan terus di­
lakukan penyempurnaan secara berkelanjutan;

84 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

3) Mewujudkan Knowledge Management dalam ANTAM Knowledge Management


System yang diintegrasikan dengan ANTAM Human Capital Information System
(HCIS) serta sistem manajemen lainnya yang telah ada; dan
4) Memastikan Implementasi pengelolaan pengetahuan dan informasi dilakukan
dengan benar dan sesuai dengan aturan melalui suatu mekanisme tata kelola
yang sistematis dan terintegrasi dengan baik.

i. Kebijakan Proses Penghargaan dan Kompensasi Insan ANTAM


Proses penghargaan dan pemberian kompensasi Insan ANTAM yang mem­
pertimbangkan daya saing pada market salary survey harus dapat menjadikan
ANTAM mampu memiliki sumber daya manusia yang termotivasi untuk mencapai
tujuan korporasi ANTAM dan pada akhirnya Insan ANTAM sebagai salah satu
keunggulan kompetitif ANTAM dalam industri.

j. Kebijakan Proses Memelihara Hubungan Ketenagakerjaan


Insan ANTAM adalah salah satu elemen Pemangku Kepentingan yang akan
menentukan kesinambungan usaha ANTAM. Dengan demikian ANTAM harus me­
ngembangkan prinsip kemitraan dalam memelihara hubungan ketenagakerjaan
dengan tetap berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

k. Kebijakan Proses Pengakhiran Hubungan Ketenagakerjaan


Direksi harus memastikan bahwa setiap pengakhiran hubungan ketenagakerjaan
dilakukan dengan cara yang adil, harmonis dan sesuai dengan peraturan ketenaga­
kerjaan yang berlaku.

l. Kebijakan Proses Jaminan Kesejahteraan dan Kesehatan Pegawai


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM mempunyai program jaminan
kesejahteraan dan kesehatan pegawai yang memadai, adil, harmonis serta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jaminan ini dapat berupa
asuransi ataupun jaminan lain yang ditentukan oleh perusahaan.

m. Kebijakan Tenaga Kerja Waktu Tertentu


Pada setiap penggunaan tenaga kerja lepas dan Tenaga Kerja Waktu Tertentu yang
digunakan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan Perusahaan harus berdasarkan
prinsip efisiensi dan efektifitas tanpa mengorbankan kepentingan Perusahaan dan
memenuhi ketentuan peraturan ketenagakerjaan. Direksi harus memastikan bahwa
penggunaan tenaga lepas maupun tenaga kerja waktu tertentu dapat dikendalikan
guna meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat. Penggunaan tenaga
kerja lepas dan tenaga kerja waktu tertentu di Perusahaan dilakukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 85
Kebijakan Pokok Perusahaan

n. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Anak Perusahaan dan Afiliasi


Direksi harus memastikan bahwa pengelolaan Sumber Daya Manusia di Anak
Perusahaan dan Afiliasi harus tetap memperhatikan pengelolaan yang berdasar
pada Kebijakan Induk. Kebijakan Anak Perusahaan dan Afiliasi tidak lepas dari
Kebijakan Induk serta Kebijaan Induk dapat mengintervensi Kebijakan Anak
Perusahaan dan Afiliasi termasuk terhadap fungsi-fungsi pengeolaan Sumber Daya
Manusia.

3.4.10 Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi

a. Filosofi Pedoman Proses Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi


Kebijakan proses keuangan, akuntansi, anggaran, pajak dan asuransi ini merupakan
dasar bagi penyusunan seluruh kebijakan dan pengambilan keputusan di ANTAM
yang terkait dengan proses keuangan, akuntansi, anggaran, pajak dan asuransi.
Manajemen berkewajiban untuk menyusun suatu panduan yang lebih terperinci
mengenai proses keuangan, akuntansi korporasi (finance manual), anggaran serta
proses pajak dan asuransi yang berisi kebijakan dan SOP.
b. Tujuan Proses Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi
Tujuan proses keuangan, akuntansi, anggaran, pajak dan asuransi adalah untuk
mengelola alokasi sumber daya keuangan Perusahaan dan memberikan informasi
dan pelaporan posisi serta kondisi keuangan untuk pengambilan keputusan dalam
memenuhi Visi dan Misi ANTAM. Proses keuangan dan akuntansi merupakan
pertanggungjawaban (stewardship) Direksi kepada Pemegang Saham atas
penggunaan sumber daya keuangan tersebut.
c. Risiko Proses Keuangan, Akuntansi, Anggaran, Pajak dan Asuransi
Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses keuangan,
akuntansi, anggaran, pajak dan asuransi adalah sebagai berikut namun tidak
terbatas pada:
1) Pengelolaan dan pelaporan keuangan yang tidak memenuhi kaidah-kaidah
pengelolaan dan standar yang berlaku;
2) Alokasi sumber daya keuangan yang tidak tepat, tidak efisien dan tidak efektif;
3) Informasi keuangan dan akuntansi yang tidak dapat diandalkan; dan
4) Potensi kurang akuratnya penyusunan RKAP dan Budget Control.
d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi Keuangan
Dewan Komisaris dan Direksi memastikan bahwa ANTAM memiliki strategi
keuangan, akuntansi, anggaran dan pajak yang baik yang merefleksikan bagaimana
sumber daya keuangan ANTAM dialokasikan dan dikendalikan untuk mendukung
pelaksanaan strategi korporasi dalam jangka panjang dan jangka pendek.

86 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

e. Kebijakan Proses Penganggaran


Direksi bertanggung jawab atas penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) setiap tahunnya dengan mengacu pada Rencana Jangka
Panjang Perusahaan (RJPP) dan harus diserahkan kepada Dewan Komisaris untuk
mendapatkan persetujuan. Proses penganggaran harus memastikan bahwa
anggaran yang disusun adalah akurat, memiliki benang merah dengan tujuan dan
strategi korporasi, realistis dan dapat diandalkan. Direksi harus memastikan bahwa
anggaran digunakan sebagai salah satu alat pengendalian manajemen untuk
meningkatkan efisiensi ANTAM dan efektifitas manajemen dalam pencapaian
tujuan korporasi.

f. Kebijakan Proses Perbendaharaan (Treasury)


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki proses perbendaharaan
(treasury) yang handal dalam transaksi pengelolaan arus kas, transaksi perbankan,
transaksi investasi idle cash dan lindung nilai keuangan, lindung nilai komoditi, nilai
tukar, suku bunga dan BBM, telah melalui pengendalian yang efektif atas risiko-
risiko maupun manfaat yang ditimbulkan dari aktivitas.

g. Kebijakan Proses Pendanaan Jangka Pendek


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki pedoman pengelolaan dalam
memperoleh pendanaan jangka pendek melalui lembaga keuangan sesuai dengan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik sehingga tersedia sumber pendanaan
jangka pendek guna mempertahankan arus kas perusahaan dari defisit anggaran
operasional dan menjaga likuiditas guna memastikan ketersediaan kas untuk
pengeluaraan dan membayar kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.

h. Kebijakan Proses Asuransi


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki proses pengelolaan asuransi
yang handal guna memberikan perlindungan berkualitas atas aset-aset perusahaan
dengan biaya yang rendah serta proses penanganan klaim yang komprehensif
sehingga dapat memperoleh hasil klaim atas kerugian yang timbul sesuai dengan
yang diajukan.

i. Kebijakan Proses Pajak


ANTAM memiliki proses perpajakan yang handal dalam perhitungan, dokumentasi
dan pelaporan, rekonsiliasi pajak dan non pajak melalui pengendalian yang efektif
atas risiko-risiko maupun manfaat yang ditimbulkan dari aktifitas tersebut.

j. Kebijakan Proses Corporate Finance


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki proses
evaluasi dari segi keuangan atas proyek-proyek pengembangan, dan transaksi

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 87
Kebijakan Pokok Perusahaan

merger/akuisisi serta strategi pendanaannya dan analisa dampak keuangan


terhadap keuangan ANTAM kedepannya.
k. Kebijakan Proses Akuntansi, Laporan Keuangan dan Pelaporan Manajemen
Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki laporan keuangan yang disusun
menurut standar akuntansi yang berlaku umum serta standar laporan manajemen
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Proses akuntansi, pelaporan keuangan dan pelaporan manajemen harus meng­
hasilkan laporan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Mudah dipahami yaitu bahwa informasi dalam akuntansi, laporan keuangan
dan laporan manajemen dapat dengan mudah dipahami oleh publik;
2) Relevan, yaitu bahwa informasi dalam laporan keuangan dan akuntansi dan
laporan manajemen memiliki pengaruh atas keputusan ekonomi yang diambil
oleh penggunanya;
3) Handal, yaitu bahwa informasi dalam laporan keuangan dan akuntansi dan
laporan manajemen harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material; dan
4) Dapat dibandingkan, yaitu bahwa informasi dalam laporan keuangan dan
akuntansi dan laporan manajemen harus dapat dibandingkan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki prosedur pengendalian intern
yang efektif dalam proses penyusunan laporan keuangan dan laporan manajemen
(internal control over financial and managerial reporting).

l. Kebijakan Proses Monitoring atas Kondisi Keuangan dan Akuntansi


Direksi harus memastikan adanya monitoring secara periodik maupun ad-hoc atas
kondisi keuangan ANTAM baik dari sisi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen
maupun corporate finance serta kemampuan proses keuangan dalam mendukung
pelaksanaan strategi ANTAM untuk menjamin bahwa risiko informasi keuangan
(financial reporting risk) ada dalam kendali dan pengelolaan ANTAM.

3.4.11 Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information & Communication Technology/ICT)

a. Filosofi Pedoman ICT


ICT merupakan bagian dari keseluruhan Tata Kelola Korporasi (Corporate
Governance) ANTAM. Implementasi tata kelola ICT didasarkan kepada Peraturan
Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan GCG pada
BUMN. Kebijakan tata kelola ICT ini merupakan dasar bagi penyusunan seluruh
kebijakan dan pengambilan keputusan Perusahaan yang terkait dengan ICT ANTAM.

88 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

Kerangka kerja (framework) tata kelola ICT yang telah disusun, meliputi proses
serta aktivitas-aktivitas dalam pengelolaan ICT yang mengacu pada Peraturan
Menteri BUMN No. PER-02/MBU/2013 tentang Panduan Penyusunan Pengelolaan
Teknologi Informasi BUMN. Untuk menjaga implementasi pelaksanaan proses-
proses tata kelola ICT, manajemen berkewajiban untuk menyusun strategi dan
roadmap implementasinya, serta panduan yang lebih terperinci yang berisi MP,
SOP, WI serta dokumen pendukung lainnya.
b. Tujuan Proses ICT
Tujuan proses ICT adalah untuk mendukung proses bisnis untuk mencapai Visi
dan Misi ANTAM.

c. Risiko Proses ICT


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan proses teknologi
informasi dan komunikasi adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Tidak sesuainya investasi ICT dengan kebutuhan Perusahaan;
2) Potensi kegagalan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan
layanannya (services);
3) Potensi tidak terkelolanya data dan informasi Perusahaan dengan baik dan
terintegrasi;dan
4) Potensi keamanan ICT yang tidak terkelola dengan baik.

d. Kebijakan Strategis ICT


Direksi harus memastikan bahwa kerangka kerja strategis ICT telah disusun
yang meliputi penetapan peran ICT, perencanaan ICT, kerangka kerja proses
dan organisasi ICT, pengelolaan investasi ICT, pengelolaan sumber daya ICT,
pengelolaan risiko ICT, pengelolaan proyek ICT dan pengelolaan kebutuhan dan
identifikasi solusi.

e. Kebijakan Operasional ICT


Direksi harus memastikan bahwa kerangka kerja operasional ICT telah disusun
yang meliputi pengelolaan layanan ICT, pengelolaan sekuriti ICT, pengelolaan
layanan pihak ketiga, pengelolaan operasional ICT, pengelolaan mutu, knowledge
transfer ICT, pengelolaan data monitoring dan evaluasi kinerja ICT, monitoring
dan evaluasi pengendalian internal dan pengelolaan compliance dan regulasi
eksternal.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 89
Kebijakan Pokok Perusahaan

3.4.12 Pengadaan (Supply Chain Management)


a. Filosofi Pedoman Pengadaan
Kebijakan Pengadaan didasari oleh pemenuhan barang dan jasa yang dibutuhkan
melalui mekanisme yang benar, independen (tidak mengandung unsur benturan
kepentingan), dan transparan. Kebijakan pengadaan merupakan dasar bagi
penyusunan seluruh kebijakan dan pengambilan keputusan Perusahaan yang
terkait dengan proses pengadaan barang dan jasa. Direksi berkewajiban untuk
menyusun suatu panduan Pengadaan (Procurement Manual) yang lebih rinci yang
mencakup MP dan SOP pengadaan barang dan jasa.
b. Tujuan Proses Pengadaan
Proses pengadaan dilakukan agar ANTAM dapat memperoleh barang dan jasa
pada waktu dan tempat yang ditentukan dengan volume (quantity) dan kualitas
yang diperlukan, harga yang pantas dan dari sumber yang tepat sehingga dapat
mencapai Visi dan Misi ANTAM.
c. Risiko Proses Pengadaan
Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses
Pengadaan agar keputusan yang merugikan Perusahaan adalah sebagai berikut
namun tidak terbatas pada:
1) Tidak sesuainya kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dibeli dengan
kebutuhan Perusahaan;
2) Potensi Ketidakwajaran Harga Perkiraan Sementara (HPS)
3) Potensi Perusahaan tidak mendapatkan harga yang kompetitif;
4) Potensi keterlambatan tersedianya barang atau jasa yang dibutuhkan;
5) Potensi penunjukkan mitra penyedia barang dan jasa yang tidak kompeten;
dan
6) Potensi pengadaan barang dan jasa yang dilakukan tanpa melalui mekanisme
yang berlaku.

d. Kebijakan Penyelarasan Strategi Pengadaan


Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki strategi pengadaan
(procurement strategy) yang sejalan dengan tujuan Perusahaan. Strategi pengadaan
yang dimaksud harus dapat memastikan bahwa:
1) Pelaksanaan strategi ANTAM secara korporasi tidak akan terganggu oleh
kekurangan barang dan jasa pada saat dibutuhkan;
2) Ketergantungan ANTAM terhadap barang dan jasa tidak mengorbankan daya
saing ANTAM sebagai korporasi dalam industri;
3) Proses pengadaan sendiri harus diarahkan untuk terus-menerus melakukan

90 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

pencarian atas sumber-sumber penyedia barang dan jasa serta teknik


pengadaan baru yang dapat memberikan best value kepada Perusahaan; dan
4) Pengadaan barang dan jasa untuk penanganan darurat (emergency) harus
segera dilaksanakan setelah Direksi/Business Unit Head/Project Head me­
nyatakan bahwa telah terjadi keadaan darurat dan menyetujui rencana
pengadaan barang dan jasa untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

e. Kebijakan Proses Permintaan Barang dan Jasa


Direksi harus memastikan bahwa seluruh barang dan jasa yang diminta oleh
pengguna barang dan jasa (user) adalah benar-benar barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh ANTAM, sudah direncanakan dan dianggarkan serta disetujui oleh
pihak yang berwenang menurut level otoritas yang sudah ditetapkan.

f. Kebijakan Proses Pemilihan dan Evaluasi Penyedia Barang dan Jasa


1) Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki metodologi dan kriteria-
kriteria yang dapat digunakan untuk memilih dan mengevaluasi penyedia
barang dan jasa sehingga dapat diperoleh barang dan jasa dengan volume
(quantity) dan kualitas yang diperlukan, harga yang pantas dan total biaya
terendah. Kriteria yang dimaksud harus menjamin bahwa proses pengadaan
dilakukan dengan adil dan transparan;
2) Proses pengadaan harus memastikan bahwa penyedia barang dan jasa yang
dipilih oleh ANTAM untuk menyediakan barang dan jasa merupakan penyedia
barang dan jasa yang mampu sesuai dengan kualifikasi dan klasifikasinya;
3) Proses pengadaan harus memastikan bahwa kontrak/surat pesanan yang
dikeluarkan oleh ANTAM harus disetujui dan disahkan oleh pihak yang
berwenang menurut level otoritas yang sudah ditetapkan;
4) Setiap pihak yang terlibat dalam proses pengadaan harus memastikan bahwa
permintaan barang dan jasa telah direncanakan dengan waktu yang cukup
sehingga menghindari hilangnya posisi tawar ANTAM terhadap penyedia
barang dan jasa; dan
5) Proses pengadaan harus memastikan tidak adanya pemecahan paket
pekerjaan/pengadaan untuk menghindari proses pelelangan, kecuali
dengan pertimbangan teknis pekerjaan/proses pengadaan yang dapat di­
pertanggungjawabkan.

g. Kebijakan Pengelolaan Barang dan Jasa


Proses penerimaan barang dan jasa harus dapat menjamin bahwa ANTAM
hanya menerima barang dan jasa sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 91
Kebijakan Pokok Perusahaan

sebagaimana tertuang dalam kontrak/surat pesanan pengadaan barang dan jasa.


Direksi harus memastikan adanya panduan penyimpanan dan pengeluaran barang
dengan menerapkan manajemen dan administrasi pergudangan yang baik.

h. Kebijakan Pengendalian Persediaan Barang


Direksi harus memastikan ketersediaan barang pada tingkat layanan (service level)
yang optimum dari kebutuhan ANTAM dengan menerapkan cara terbaik (best
practice) yang telah teruji.

3.4.13 Corporate Social Responsibility (CSR)


a. Filosofi Pedoman CSR
Selaras dengan komitmen ANTAM dalam melaksanakan tanggung jawab sosial,
baik pada tataran lokal, nasional maupun global maka perlu adanya kebijakan
CSR. Direksi berkewajiban untuk menyusun suatu panduan yang lebih terperinci
mengenai proses CSR (CSR Manual) yang berisi landasan tanggung jawab sosial,
konteks operasional antam, sistem manajemen sosial, lingkup tanggungjawab
sosial, kebijakan dan strategi program pengembangan masyarakat berkelanjutan,
program strategis 5 (lima) tahunan dan indikator pencapaiannya, serta pelaporan,
evaluasi dan pelaporan kinerja program.

b. Tujuan Proses CSR


Tujuan proses CSR adalah untuk berkontribusi dalam membangun kualitas
kehidupan yang lebih baik bersama para pemangku kepentingan dimana
Perusahaan beroperasi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku, serta menjaga keseimbangan
hubungan antara ANTAM dengan Pemangku Kepentingan yang memiliki dampak
langsung bagi Citra Perusahaan sehingga Visi dan Misi ANTAM dapat tercapai.

c. Risiko Proses CSR


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses CSR
adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Potensi adanya gejolak di masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan CSR
yang mengalami penurunan (down size) dan atau penghentian sementara;
2) Rendahnya tingkat pengembalian dana Program Kemitraan;
3) Potensi dampak program CSR tidak sesuai dengan yang diharapkan;
4) Potensi penyalahgunaan program CSR;
5) Perencanaan atau Master Plan Program CSR yang tidak berkelanjutan; dan
6) Potensi ketidak harmonisan hubungan ANTAM dengan Pemangku Kepentingan.

92 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

d. Kebijakan Proses Penyelarasan Strategi CSR


Dengan persetujuan Dewan Komisaris, Direksi harus memastikan bahwa ANTAM
memiliki strategi CSR yang selaras dengan strategi korporasi dalam jangka panjang
dan jangka pendek.

e. Kebijakan Proses identifikasi Pemangku Kepentingan CSR


Direksi harus memastikan bahwa Proses CSR menghasilkan kegiatan CSR yang
tepat sasaran bagi para pihak yang memiliki kepentingan dalam pencapaian tujuan
CSR dan berpengaruh secara signifikan kepada bisnis ANTAM.
f. Kebijakan Proses Pelaksanaan CSR
Direksi harus memastikan bahwa Proses CSR menghasilkan kegiatan CSR yang
dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode yang efektif sesuai dengan
sasaran dan serta memperhatikan sifat hubungan ANTAM dengan para Pemangku
Kepentingan. Jika digunakan hubungan kemitraan dengan pihak lain dalam
pelaksanaan CSR ANTAM maka proses CSR harus memastikan bahwa pihak lain
tersebut bekerja dalam koridor strategi CSR ANTAM.

g. Kebijakan Proses Komunikasi Pelaksanaan CSR


Direksi harus memastikan adanya komunikasi publik dan media yang efektif
mengenai pelaksanaan CSR ANTAM sehingga setiap saat reputasi ANTAM dapat
terus dijaga dan ditingkatkan serta Perusahaan mendapatkan umpan balik (feed
back) dalam rangka perbaikan secara kontinyu (continual improvement) dari
proses komunikasi tersebut.

h. Kebijakan Proses Monitoring dan Kepatuhan atas CSR


Direksi harus memastikan adanya proses monitoring dan evaluasi secara periodik
maupun ad-hoc terhadap pelaksanaan CSR, dari aspek efektifitas, efisiensi serta
kepatuhan terhadap regulasi.

3.4.14 Administrasi Umum


a. Filosofi Pedoman Administrasi Umum
Selaras dengan kebutuhan ANTAM dalam menunjang aktivitas operasional yang
baik maka perlu adanya kebijakan administrasi umum yang merupakan dasar bagi
penyusunan seluruh kebijakan dan pengambilan keputusan Perusahaan yang
terkait dengan layanan administrasi umum yang baik. Direksi berkewajiban untuk
menyusun suatu panduan yang rinci mengenai proses administrasi umum.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 93
Kebijakan Pokok Perusahaan

b. Tujuan Proses Administrasi Umum


Tujuan proses administrasi umum adalah menjaga standarisasi surat menyurat dan
pelaporan serta terpeliharanya properti dokumentasi dan kearsipan yang memiliki
dampak langsung dari operasi ANTAM sehingga Visi dan Misi ANTAM tercapai.

c. Risiko Proses Administrasi Umum


Risiko-risiko harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan proses administrasi
umum agar terkelolanya fungsi administrasi umum adalah sebagai berikut namun
tidak terbatas pada:
1) Potensi Belum tersedianya infrastruktur yang sesuai standar dokumentasi
pengelolaan dokumen;
2) Potensi Kurangnya pemahaman pegawai ANTAM terkait pengelolaan dokumen.
d. Kebijakan Proses Pengelolaan Pelaporan
Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki proses pelaporan Internal
dan eksternal yang diselenggarakan dan direncanakan dengan baik yang
menggambarkan kondisi sebenarnya, relevan, tepat waktu dan dapat diukur
dengan baik.

e. Kebijakan Proses Pengelolaan Surat dan Kearsipan


Direksi harus memastikan agar pengelolaan surat dan kearsipan dilaksanakan
dengan menggunakan metode-metode yang efektif sesuai dengan kebutuhan
dan sifat hubungan ANTAM dengan para Pemangku Kepentingan.

Proses pengelolaan surat dan kearsipan harus memuat aturan tentang tata laksana
surat, mekanisme dan wewenang atas penandatangan surat dinas dan surat
keputusan sesuai dengan ruang lingkup, batas wewenang/tanggung jawab dan
mengatur tata laksana kearsipan secara fisik dan elektronik.

3.4.15 Pengelolaan Aset


a. Filosofi Pedoman Pengelolaan Aset
Segala aset Perusahaan membutuhkan pengelolaan yang baik agar terjaga nilai
dan manfaatnya serta terciptanya produktivitas aset. Direksi harus memastikan
tersedianya panduan yang lebih rinci mengenai pengelolaan aset bergerak
maupun aset tetap Perusahaan.

b. Tujuan Proses Pengelolaan Aset


Tujuan proses pengelolaan aset Perusahaan adalah untuk menjaga terpeliharanya
aset ANTAM sehingga menunjang kelancaran operasi ANTAM dalam pencapaian
Visi dan Misi Perusahaan.

94 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Kebijakan Pokok Perusahaan

c. Risiko Proses Pengelolaan Aset


Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan dalam mencapai tujuan Proses
Pengelolaan Aset adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
1) Potensi tidak terdokumentasikannya aset Perusahaan dengan baik;
2) Potensi hilangnya aset atau turunnya nilai aset Perusahaan baik yang produktif
maupun non produktif; dan
3) Potensi terjadinya akumulasi aset non produktif yang berlebihan di Unit/Unit
Bisnis dan wilayah pasca tambang;
4) Potensi pengelolaan dan pengamanan aset tidak memberikan hasil sesuai
yang diharapkan.

d. Kebijakan Pengelolaan Aset


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa ANTAM memiliki strategi
pengelolaan aset yang selaras dengan strategi korporasi dalam jangka panjang
dan jangka pendek dimana:

1) Perusahaan harus memiliki mekanisme identifikasi aset dan verifikasi fisik


serta nilainya secara teratur;
2) Setiap aset yang dimiliki harus memiliki dokumen legal yang menunjukkan
kepemilikan yang sah oleh Perusahaan atas aset tersebut; dan
3) Perusahaan harus mengoptimalkan atau melaksanakan proses penghapusan
aset non produktif.

e. Kebijakan Proses Keamanan


Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa Perusahan mempunyai
daya preventif terhadap segala bahaya keamanan, baik yang ditimbulkan oleh
manusia maupun oleh alam, sehingga berdampak pada hilang, rusak dan
turunnya nilai aset Perusahaan. Perusahaan harus memiliki mekanisme untuk
menjaga keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan perkembangan
situasi yang ada. Mekanisme pengamanan atas aset Perusahaan harus meliputi
pengamanan obyek strategis yang menentukan kelangsungan hidup Perusahaan
dan obyek potensial yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

f. Kebijakan Proses Penghapusan Aset


Dengan persetujuan Dewan Komisaris, Direksi memastikan bahwa proses
penghapusan aset harus sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
Corporate G o v ernance P olic y/CG P 95
Kebijakan Pokok Perusahaan

Catatan/Notes:

96 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
Bab IV
Penutup
Penutup

Sosialisasi, Implementasi dan Evaluasi CGP

Perusahaan akan terus melakukan tahapan sosialisasi, implementasi dan evaluasi CGP secara
berkesinambungan.

Kegiatan sosialisasi akan terus dilakukan secara berkesinambungan terhadap pihak internal
maupun eksternal Perusahaan. Sosialisasi terhadap pihak internal dititikberatkan pada adanya
pemahaman, timbulnya kesadaran dan kebutuhan untuk menerapkan CGP secara konsisten.
Sosialisasi kepada pihak eksternal ditujukan untuk memberikan pemahaman tentang cara kerja
sesuai CGP yang berlaku di Perusahaan.

Implementasi CGP akan terus dilaksanakan secara konsisten dengan komitmen penuh dari
seluruh jajaran Manajemen ANTAM dan dukungan dari seluruh Pemangku Kepentingan
lainnya. Salah satu bentuk implementasi tersebut tercermin dari adanya laporan dari masing-
masing unit kerja secara berkala mengenai implementasi CGP dan dikaitkan dengan sistem
reward dan punishment yang dikembangkan oleh Perusahaan bagi setiap Divisi maupun Insan
ANTAM.

Perusahaan akan terus melakukan evaluasi terhadap CGP. Evaluasi ini ditujukan untuk
mengetahui dan mengukur kesesuaian CGP dengan kebutuhan Perusahaan serta efektivitas
dari program implementasi yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut,
perbaikan maupun pengembangan CGP dan program implementasinya akan terus dilakukan
secara berkesinambungan.

98 K E B I J A K A N TATA K E LO L A P E R U S A H A A N
C orporate G o v ernance P olic y/CG P
K antor Pusat
Gedung Aneka Tambang Tower A Tel : (62-21) 7891234
Jl. Let. Jen. T.B. Simatupang No. 1 Fax : (62-21) 7891224
Lingkar Selatan, Tanjung Barat Email : corsec@antam.com
Jakarta 12530, Indonesia www.antam.com

Anda mungkin juga menyukai