Anda di halaman 1dari 5

Memagari bank dengan Basel Accord

Rizki Caturini 08 August 2016

Industri perbankan dan kebijakan bank sentral di berbagai belahan dunia mengacu pada yang
namanya Basel Accord yang menjadi patokan kesehatan dan kehati-hatian bank.

Apa itu Basel Accord?

Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh Basel Committee on
Bank Supervision (BCBS). Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III ini
memberi rekomendasi tentang peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar dan
risiko operasional.

Tujuan perjanjian ini adalah memastikan lembaga keuangan memiliki modal yang cukup untuk
memenuhi seluruh kewajiban dan menyerap kerugian yang timbul secara tidak terduga.

Siapa Basel Committee on Bank Supervision (BCBS)

BCBS didirikan tahun 1974 sebagai forum internasional yang bekerjasama dalam hal
pengawasan perbankan. Mandat komite ini adalah untuk memperkuat regulasi, pengawasan
dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan stabilisasi keuangan.

Sekretariat BCBS berada di Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss. Sebagai
organisasi keuangan internasional tertua di dunia yang berdiri pada 17 Mei 1930, BIS memiliki
misi melayani para bank sentral yang menjadi anggota di dalamnya untuk bisa menciptakan
kestabilan finansial dan moneter. Juga, mendorong kerjasama internasional di antara para
anggota untuk mendukung misi yang ada.

Komite Basel berisi para pengawas perbankan profesional. Saat ini ketua komite Basel diduduki
Stefan Ingves, Gubernur Sveriges Riksbank dan William Coen sebagai Sekretaris Jenderal.

Diawali dengan keanggotaan G10, anggota komite ini berkembang sampai sekarang mencakup
28 yurisdiksi.

Saat ini anggota Basel terdiri dari Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Kanada, China, Uni Eropa,
Jerman, Prancis, Hongkong, India, Italia, Jepang. Selain itu Korea, Luksemburg, Meksiko,
Belanda, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, Inggris, AS, dan
negara kita, Indonesia.

Basel I

Basel Accord yang pertama, Basel I dikeluarkan tahun 1988. Fokus Basel I pada kecukupan
modal lembaga keuangan. Risiko kecukupan modal (risiko yang akan ditanggung lembaga
keuangan terhadap kerugian yang tak terduga) dikategorikan pada aset yang dibagi dalam lima
kategori risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50% dan 100%.

Pada Basel I bank-bank yang beroperasi secara internasional wajib memenuhi kebutuhan Rasio
Modal Minimal Bank atau dikenal CAR sebesar 8%.

Kategori risiko 0% terdiri dari kas, bank sentral dan utang pemerintah, dan setiap organisasi
untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan atau Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD).

Utang sektor publik ditempatkan di kategori 0%, 10%, 20% atau 50% kategori, tergantung dari
pada debitur.

Utang bank untuk pembangunan, OECD utang perusahaan sekuritas, utang bank non-OECD
yang jatuh tempo di bawah satu tahun, utang sektor publik non OECD dan cash masuk dalam
kategori 20%.

Kategori 50% adalah kredit perumahan, dan kategori 100% diwakili oleh utang swasta, utang
bank non-OECD (jatuh tempo lebih dari satu tahun), real estate, pabrik dan peralatan, dan
instrumen modal ditempatkan di bank lain.

Bank harus menjaga modal paling tidak sedikitnya 8% dari aktiva tertimbang menurut risikonya.
Misalnya, jika bank memiliki aset tertimbang menurut risiko sebesar US$ 100 juta, maka
diperlukan kecukupan modal minimal US$ 8 juta.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) diperoleh dengan menggunakan
rumus: (Modal : aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) x 100%. Modal terdiri dari Modal Inti
(Tier 1) dan Modal Pelengkap (Tier 2), di mana besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan
maksimal 100% dari besarnya Modal Inti. Jika dimasukan risiko pasar dan risiko operasional,
maka kedua risiko ini akan menambah ATMR.

Peraturan dari BCBS tidak memiliki kekuatan hukum. Anggota komite bertanggungjawab
terhadap pelaksanaannya di negara mereka masing-masing.

Peraturan rasio modal minimum terhadap aset berisiko sebesar 8% untuk dilaksanakan pada
akhir 1992. Pada September 1993, BCBS menyatakan bank di negara-negara anggota dengan
cakupan bisnis internasional, telah memenuhi syarat minimum tersebut.

Basel II

Ini merupakan pembaruan dari Basel I. BCBS mengumumkan kerangka Basel II pada 2004.
Peraturan ini berfokus pada tiga pilar, yakni pilar I persyaratan modal minimum, pilar II
pengawasan peraturan dan pilar III disiplin pasar untuk mendorong perbankan yang sehat.
Persyaratan modal minimum menjadi hal paling penting pada peraturan ini dan bank wajib
menjaga rasio kecukupan modal minimum di angka 8% atau kurang.

Peraturan perbankan di setiap negara berbeda-beda sebelum ada Basel Accord. Kerangka
terpadu Basel I dan kemudian Basel II membantu meringankan kecemasan negara-negara
anggota terhadap perbedaan peraturan perbankan dan persyaratan modal yang berbeda-beda
di tiap negara.

Bagi negara-negara G10, Basel II diterapkan pada akhir tahun 2006. Namun, ini tidak mengikat,
mengingat masing-masing negara memiliki prioritas berbeda dalam pengembangan
pengawasannya.

Penetapan waktu penerapan juga terkait dengan persiapan yang disyaratkan, antara lain
kualitas manajemen risiko, sistem informasi dan database perbankan, kondisi infrastruktur
mencakup standar akuntansi dan eksistensi lembaga pemeringkat, juga kesiapan otoritas
pengawas khususnya dalam menetapkan berbagai keputusan.

Basel II menghitung kebutuhan modal yang sesuai dengan profil risiko bank, serta memberikan
insentif bagi peningkatan kualitas dalam praktik manajemen risiko di perbankan.

Menggunakan berbagai alternatif pendekatan (approaches) dalam mengukur risiko kredit


(credit risk), risiko pasar (market risk) dan risiko operasional (operational risk), maka hasilnya
adalah perhitungan modal bank yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive capital
allocation).

Dalam Basel II, perhitungan modal bank ini dimuat dalam Pilar I Minimum Capital Requirement.
Dalam berbagai alternatif pendekatan di atas pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu pendekatan standar berlaku untuk seluruh bank dan model yang
dikembangkan secara internal sesuai dengan karakteristik kegiatan usaha dan profil risiko
individual bank (internal model) sehingga lebih sophisticated.

Penyempurnaan kerangka risiko pasar BCBS sejatinya telah beberapa kali dilakukan. Pada tahun
2009 BCBS menerbitkan penyempurnaan Basel II dengan konsep Basel 2.5.

Penilaian terhadap stabilitas sektor finansial suatu negara tidak akan didasarkan pada
pelaksanaan Basel tapi lebih didasarkan pada pemenuhan negara tersebut terhadap 25 Basel
Core Principles for Effective Banking Supervision (BCP).

Untuk hal ini, pemenuhan Indonesia terhadap BCP selalu menunjukkan arah yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam rangka penerapan Basel 2.5 di Indonesia, BI di tahun 2013 (kala itu pengawasan
perbankan masih di bawah BI) telah mengkaji ulang regulasi khususnya terkait risiko pasar dan
sekuritisasi dengan mempertimbangkan magnitude exposure dan risiko yang dimiliki bank saat
itu.

BI juga telah membentuk kelompok kerja (working group) bersama perbankan untuk
mendapatkan rekomendasi pengaturan yang tepat dalam pembahasan substansi Basel II.
Rekomendasi ini diformulasikan dalam bentuk consultative paper (CP).

Basel III

Keruntuhan Lehman Brothers pada tahun 2008 yang diikuti krisis finansial dunia menjadi alarm
bagi lembaga keuangan dunia. Ambruknya Lehman Brothers menunjukkan manajemen risiko
dan aturan pemerintah yang lemah, struktur insentif yang tidak layak dan pengaruh industri
perbankan yang berlebihan.

Lantaran itu BCBS memutuskan untuk memperbarui dan memperkuat peraturan Basel Accords.

Pada Juli 2010, telah tercapai kesepakatan mengenai desain keseluruhan paket reformasi
modal dan likuiditas yang dikenal dengan Basel III.

Kerangka peraturan ini merupakan kelanjutan dari tiga pilar di Basel II dengan persyaratan dan
perlindungan tambahan, termasuk mewajibkan bank memiliki minimum ekuitas umum dan
rasio likuiditas minimum.

Basel III juga memberi persyaratan tambahan pada lembaga keuangan yang memiliki pengaruh
sistemik pada industri perbankan dunia. Namun secara umum, peraturan kecukupan modal
tetap di level 8%.

Penerapan Basel III telah dimulai secara bertahap sejak Januari 2013, dan diharapkan akan
diterapkan secara penuh pada 1 Januari 2019.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan, pada Basel III perbankan diwajibkan
meningkatkan permodalan yang memasukkan perhitungan countercyclical capital buffer dan
surcharge yang akan membuat kondisi permodalan perbankan semakin kuat dan pada akhirnya
berdampak positif pada stabilitas sistem keuangan.

Melihat data terakhir, CAR industri perbankan saat ini berada di level 22,2% menunjukkan
bahwa perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengabsorpsi kerugian.

Di samping itu implementasi basel III nantinya diharapkan dapat mengatasi prosiklikalitas
pertumbuhan kredit serta meningkatkan ketahanan perbankan melalui peningkatan
permodalan. Yang akhirnya diharapkan dapat mengurangi pertumbuhan kredit yang berlebihan
sebagai salah satu sumber dari risiko sistemik.
Prosiklikalitas perbankan adalah perilaku penyaluran kredit perbankan yang berlebihan
sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat ketika dalam kondisi ekspansi dan
mempercepat penurunan kegiatan ekonomi ketika dalam kondisi kontraksi.

Namun, dampak lainnya adalah penerapan basel III juga dapat menekan pertumbuhan kredit
perbankan secara keseluruhan.

Kebijakan ini memang cukup tepat menjadi kebijakan makroprudensial untuk membantu
mengatasi kemungkinan timbulnya risiko sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit
yang berlebihan pada saat siklus ekonomi sedang berekspansi.

Namun, di tengah kondisi ekonomi sedang mengalami perlambatan seperti sekarang ini di
Indonesia, pertumbuhan kredit yang berpotensi melambat seiring implementasi Basel III, pada
akhirnya sistem perbankan tidak akan optimal mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
channel kredit.

Saat ini penerapan di industri perbankan Indonesia memang baru berdasarkan Basel II, namun
mengingat Indonesia merupakan bagian dari G20 dan anggota BCBS sehingga penerapan Basel
III juga akan segera diimplementasikan. “Tentu ini menunggu kesiapan dari industri perbankan
di dalam negeri,” kata Josua.

(Sumber: Investopedia.com, Bi.go.id, Bis.org, Ojk.go.id)

Sumber: http://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/319/memagari-bank-dengan-basel-
accord

Anda mungkin juga menyukai