Anda di halaman 1dari 3

BULOG yang merupakan singkatan dari Badan Urusan Logistik, lahir pada era Orde Baru di masa

pemerintahan Soeharto. Ide awal pembentukan lembaga ini sebenarnya sangat mulia. Fungsi utama
yang dibebankan pemerintah kepada Bulog adalah mengatur pengadaan dan distribusi barang-
barang yang menjadi kebutuhan pokok rakyat, terutama beras. Ada tiga tujuan pokok yang sekaligus
ingin dicapai oleh pemerintah melalui Bulog, yaitu : Pembelian gabah dari para petani dengan harga
yang pantas sehingga petani tidak dirugikan saat memasuki masa panen. Menyalurkan kelebihan
produksi beras dari petani ke daerah-daerah yang masih mengalami defisit produksi beras.
Melakukan impor beras dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya bila diperlukan, misanya pada
saat paceklik dan menyalurkannya kepada masyarakat melalui operasi pasar. Sebagaimana
diketahui, Presiden Soeharto sangat peduli dengan nasib dan kesejahteraan rakyat kecil yang kala itu
sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia masih sebagai petani. Mengingat pola produksi hasil
pertanian (terutama beras) bersifat musiman, sering kali para petani dirugikan oleh jatuhnya harga
gabah sampai tingkat yang sangat tidak wajar pada saat menjelang panen raya. Kejatuhan harga
tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu : Persediaan (supply) yang mendadak besar saat panen
menyebabkan harga gabah turun (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran), atau Karena
ada permainan dari para tengkulak bermodal besar yang mampu mempermainkan harga sehingga
petani sebagai produsen beras selalu saja dirugikan. Mengingat sebagian besar makanan pokok
rakyat Indonesia adalah beras, maka untuk memotivasi para petani sekaligus untuk mencanangkan
swasembada beras, pemerintah melalui Bulog menginstruksikan untuk membeli semua gabah petani
saat panen raya dengan harga yang pantas sehingga penghasilan petani dapat tercukupi untuk hidup
layak. Sementara itu, untuk menekan harga beras di daerah-daerah defisit beras, Bulog akan
menyalurkan beras yang dibeli dari petani di daerah surplus beras ke daerah-daerah defisit beras
dengan patokan harga yang tidak terlalu tinggi sehingga rakyat di daerah-daerah defisit ini mampu
membeli beras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila perlu saat cadangan menipis, terutama
saat paceklik, Bulog akan mengimpor beras dan menjual kepada rakyat dengan harga terjangkau,
termasuk kepada para petani yang telah habis persediaan berasnya. Dalam kurun waktu cukup lama
Bulog mampu menjalankan fungsinya ini sehingga hasilnya dapat dirasakan. Dengan adanya Bulog
Indonesia sempat menjadi negara swasembada beras bahkan pernah menjadi negara produsen
pengekspor beras. Selain itu, stok beras dan harga beras juga relatif stabil. Dengan keberhasilan
menjalankan fungsi pokok itu, petani beras dapat menikmati keuntungan dari hasil produksinya,
sementara rakyat Indonesia selaku konsumen, yang sebagian besar makanan pokoknya adalah
beras, tidak merasa dirugikan. Namun belakangan fungsi Bulog mulai melenceng dari perannya,
bukan saja tidak lagi dirasakan oleh rakyat, tetapi justru merugikan rakyat. Beberapa fakta yang
dapat disebutkan antara lain: Perubahan bentuk hukum Bulog dari lembaga pemerintahan yang
murni bersifat sosial menjadi Perusahaan Umum (Perum), yang tentunya sebagai perusahaan ada
target keuntungan yang harus dicapai. Terjadinya berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan fungsi
Bulog yang dilakukan oleh oknum pejabat tinggi di Bulog, termasuk para mantan Ketua Bulog (Kasus
Beddu Amang, Rahardi Ramelan, dan Widjanarko Puspoyo) yang kasusnya telah digelar di
pengadilan. Fungsi Bulog mulai bergeser dari fungsi awalnya sebagai pengendali stok dan harga
beras, padahal masalah beras berkaitan dengan kehidupan para petani dan konsumen yang sebagian
besar adalah penduduk berpenghasilan menengah ke bawah. Bulog kini lebih berorientasi mencari
keuntungan, misalnya dengan mengimpor daging mahal dari luar negeri yang sebenarnya daging
tersebut berkaitan dengan kebutuhan masyarakat golongan kaya. Akibatnya sudah dapat dirasakan
saat ini. Oknum pejabat tertentu dan kroninya kaya raya dari hasil korupsi, sementara negara kita
kembali menjadi pengimpor beras terbesar. Ketahanan pangan juga menjadi rentan karena petani
tidak lagi bergairah untuk memproduksi padi akibat ulah oknum pejabat Bulog yang sering kali
menolak untuk membeli gabah petani. Kalaupun Bulog bersedia membeli gabah petani, Bulog
membelinya dengan harga yang tidak lagi menguntungkan para petani. Maka tidak heran bila saat ini
harga beras terus bergerak naik tak terkendali sehingga tidak lagi mampu membeli beras. Bulog di
masa pemerintahan Presiden Joko Widodo menugaskan Bapak Budi Waseso, mantan pimpinan
Badan Narkotika Nasional yang dinilai keras. Publik menyambut penugasan tersebut dengan
berharap Bulog dapat kembali fungsinya kepada cita-cita awal pembentukannya. Berbagai
pemberitaan di media akhir-akhir ini mempertontonkan bawah masalah Bulog adalah masalah yang
rumit dan melibatkan banyak pihak yang menyalahgunakan kekuasaan dan kedekatan mereka untuk
memperkaya diri sebaliknya dari tujuan Bulog itu sendiri untuk mensejahterakan masyarakat
khususnya kalangan bawah. Pertanyaan : 1. Setujukah Anda bahwa awal pembentukan Bulog
sebenarnya merupakan salah satu wujud implementasi Sistem Ekonomi Pancasila? Jelaskan jawaban
Anda dengan mengemukakan ciri-ciri Ekonomi Pancasila.

Sangat Setuju, karena pembentukan Bulog pada masa orde baru itu memiliki tujuan yang mulia
Fungsi utama yang dibebankan pemerintah kepada Bulog adalah mengatur pengadaan dan distribusi
barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok rakyat, terutama beras. tidak lain adalah untuk
kemakmuran masyarakat Indonesia. Hal itu tentu menerapkan ciri-ciri dari ekonomi Pancasila,
antara lain untuk keadilan dan kebersamaan masyarakat, hak dan kebebasan individu, serta
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengapa peran Bulog saat ini tidak lagi dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar rakyat
Indonesia? Jelaskan jawaban Anda dikaitkan dengan berbagai konsep sistem ekonomi, konsep
kesadaran dan konsep etika!

Fungsi Bulog mulai melenceng dari perannya, tidak sesuai dengan Visi dan Misi Bulog
bukan saja tidak lagi dirasakan oleh rakyat, tetapi justru merugikan rakyat. Hal tersebut
dikarenakan Bulog tidak menjalankan etika bisnis dan profesi sesuai Beberapa fakta
yang dapat disebutkan antara lain: Perubahan bentuk hukum Bulog dari lembaga
pemerintahan yang murni bersifat sosial menjadi Perusahaan Umum (Perum), yang
tentunya sebagai perusahaan ada target keuntungan yang harus dicapai. Terjadinya
berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan fungsi Bulog yang dilakukan oleh oknum
pejabat tinggi di Bulog, termasuk para mantan Ketua Bulog (Kasus Beddu Amang,
Rahardi Ramelan, dan Widjanarko Puspoyo) yang kasusnya telah digelar di pengadilan.

3. Tuangkan pemikiran Anda, apakah menurut Anda keberadaan Bulog masih diperlukan? Dan
bagaimana tata kelola organisasi Bulog harus dibenahi mengingat pemberitaan terakhir ada 100
karyawan Bulog yang terkena ancaman PHK bahkan sanksi hukum karena terlibat bekerja sama
dengan mafia pangan di Indonesia.

Keberadaan Bulog masih harus dipertahankan, karena masih banyak orang yang
membutuhkan. Hanya saja, harus dilakukan perubahan paradigma terhadap lembaga
itu agar tidak ada penyalahgunaan jabatan sehingga dapat merugikan Bulog. Jika pada
masa lalu Bulog menapakkan kakinya di dua tempat, yaitu sebagai regulator sekaligus
pedagang, maka di masa mendatang, Bulog seyogyanya hanya sebagai regulator, yaitu
menjadi semacam lembaga otoritas pangan nasional (national food authority),
khususnya untuk beras sebagai komoditi pangan pokok.
4. Untuk dapat mengembalikan Bulog kepada cita-cita pendiriannya, apa peran hukum, dan
penegakan hukum yang dapat memberikan kontribusi dalam perwujudan sila ke -5 Pancasila?

Peran hukum untuk mencapai cita-cita pendiri BULOG adalah membuat undang-undang
yang melindungi petani, bahkan melindungi rakyat-rakyat pra sejahtera di indonesia ini
agar harga pangan bisa senantiasa terjangkau bagi mereka, dan merata, serta bagi
penegakan hukum yang perlu dilakukan hanya membasmi mafia-mafia yang
mempermainkan harga pangan di Indonesia menjadi wajar bagi rakyat prasejahtera,
Peran pemerintah pun harus senantiasa ada, karena salah satu keberhasilan suatu
pemerintahan itu adalah menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat dan
menjamin harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat, khususnya di Indonesia,
sesuai dengan sila ke-5 Keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia, adil terhadap setiap
kalangan masyarakat, dari atas sampai ke bawah.

Anda mungkin juga menyukai