Anda di halaman 1dari 11

ASKEP GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA "KISTA

OVARIUM"

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI ‘KISTA OVARIUM’

Disusun oleh :
Tisya Tobaru

Dosen Pembimbing :
Ns, Nolla Lolowang S,kep

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON


T.A 2014/2015

BAB I
TINJAUAN TEORI PENYAKIT
A. Definisi
Pengertian Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya
pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Kista ovarium juga dapat menjadi
ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi
kanker ovarium maka seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan
pemeriksaan yang lebih lengkap. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan /
abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Tumor ovarium merupakan proferasi
sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan yang benigna dan maligna (Brooken,
2001: 435). Tumor ovarium disebut juga stroma ovari yaitu bila jaringan tiroid merupakan satu-
satunya jaringan ditemukan atau bila elemen teratoma ditemukan sangat sedikit (Boethin, Geist,
1996 : 1010) Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya duagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Syamsoehidayat, 2005 : 729)

B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor ovarium : Faktor
genetik Wanita yang menderita kanker payudara Riwayat kanker kolon Gangguan hormonal Diet
tinggi lemak Merokok Minum alkohol Pengunaan bedak talk perineal Sosial ekonomi yang
rendah. Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah nantinya yang akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa kista ovarium ,tipe folikuler merupakan tipe kista
yang paling banyak ditemukan. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang
keluar dari akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kanker
ovarium juga bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu wanita nullipara, melahirkan pertama kali
pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium,
kanker payudara atau kanker kolon (www.indomedia.com). Disamping itu, Selain gizi dengan
jumlah lemak tinggi faktor diet dengan nilai gizi rendah juga cenderung dapat meningkatkan
terjadinya kanker ovarium (Manuaba, 2001 : 670). Resiko terbesar terjadinya kanker ovarium
adalah ovulasi yang terus berlangsung tanpa entrupsi dalam waktu lama. Penggunaan metode pil
KB, kehamilan multiple dan menyusui yang menurunkan frekuensi dari ovulasi tampaknya
memberikan proteksi terhadap kejadian kanker (Donielle & Jane, 2000 : 165).

C. Anatomi Fisiologi
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua ligamen
mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior
superior, dan ligamentum ovary propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,
ovarium dapat diigerakan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.
Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran
ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini
memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebeum menarche, permukaan ovarium
licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.

D. Patofisiologi
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar menyebabkan berbagai
keluhan seperti perasaan, makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan
menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu
tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites. Kanker ovarium merupakan kumpulan tumor
dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam
(Manuaba, 2001 : 400). Kanker ovarium juga bisa menyebabkan penekanan pada kandung kemih
dan rektum yang dapat menyebabkan perasaan buang air kecil (dalam pengertia bila tidak
menderita biasanya setiap melakukan buang air kecil sekitar 400 cc, maka pada penderita kanker
ovarium ini baru 200 cc buang air kecil biasanya akan kembali lagi buang air kecil dan apabila
tumor semakin besar keluhan dapat dirasakan antara lain perut bagian bawah tegang dan
membesar, kemudian adanya penekanan terhadap organ-organ dalam rongga panggul lainnya
yang dapat menyebabkan nyeri pada saat senggama. Dan nyeri yang hebat juga dapat dirasakan
apabila tumor pecah atau terpuntir sedangkan pada stadium lanjut dapat terjadi penimbunan
cairan dalam rongga perut atau rongga dada yang dapat menyebabkan keluhan sesak nafas, yang
kemudian dapat menimbulkan penjalaran tumor kebagian organ-organ rongga panggul dan
rongga perut seperti usus, omentum, hati, dan limfa serta dinding perut (www.indomedia.com).
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan
salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita (Bidanshop Blogspot : 2010).

E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan tanda gejala yang muncul adalah :
a. Nyeri perut
b. Perut buncit
c. Gangguan fungsi saluran cerna
d. Berat badan turun secara nyata
e. Rasa tertekan pada rongga panggul
f. Siklus menstruasi yang memanjang dan memendek
g. Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak
h. Gangguan saluran kencing
i. Nyeri pinggul pada waktu menstruasi
j. Mual, muntah
k. Infertilitas ( tidak subur) (Faisal Yatim, 2005 : 32)

F. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovarium berdasarkan International Federation of Ginnecology and
Obstetrics (FIGO) adalah : Stadium Batasan I Pertumbuhan tumor terbatas dalam ovarium IA
Tumor terbatas hanya di satu ovarium :
a) Kapsul utuh
b) Kapsul sudah diinfiltrasi tumor atau kapsul pecah IB Pertumbuhan tumor pada satu ovarium
dan tiak ada acites IC Seperti IA atau IB, dengan acites atau pemeriksaan sitologi cairan
peritoneum, positif sel kanker II Tumor tumbuh pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan
ke organ rongga panggul lain.

IIA Penyebaran tumor ke saluran tuba atau uterus IIB Penyebaran tumor ke organ panggul lain,
termasuk ke rongga peritonium IIC Seperti IIA atau IIB, disertai acites dan pemeriksaan cairan
peritoneum, positif sel kanker III Tumor terbatas di dalam rongga panggul, dengan penyebaran
ke rongga perut di luar panggul, dan/atau kelenjar getah bening di belakang rongga perut positif
mengandung sel kanker IV Terjadi penyebaran luas atau ke tempat organ yang jauh dari rongga
panggul (Faisal Yatim, 2005 : 33)

G. Komplikasi
Perdarahan dalam kista: Perlahan menimbulan rasa sakit dan kemudian mendadak
menjadi akut abdomen. Torsi tangkai kista.dapat terjadi pada tumor dengan panjang tangkai
sekitar 5 cm atau lebih dan ukurannya masih kecil dan gerakan yang terbatas .Sering terjadi pada
saat hamil dan asca partum dan saat terjadi akut abdomen. Robekan dinding kista Disebabkan
oleh trauma langsung pada kista ovariiterjadi saat torsikista dan dapat menimbulkan perdarahan
akut abdomen Infeksi kista Menimbulkan gejala dolor , kolor dan fungsiolesa.perut tegang dan
panas hasil pemeriksaan laboratorium menujukkan gejala infeksi Degenerasi ganas Keganasan
ovarium silent killer diketahui setelah stadium lanjut sedangkan perubahan tidak jelas Gejala
keganasan kista ovarii:tumor cepat membesar ,berbenjol benjol,terdapat asites ,tubuh bagian atas
kering sedangkan bagian bawah terjadi oedema.

H. Penatalaksanaan
Pembedahan Peranan bedah pada manajemen tumor ovarium sangat menonjol, karena
selain untuk tujuan terapi, juga untuk menentukan stadium tumor, tindakan bedah tergantung
pada stadium tumor, tumor stadium I dan II biasanya dilakukan salpingoverektomy, pada
golongan rendah 90% tanpa teraphi bedah. Pada wanita usia muda dan varietas rendah tindakan
overektromy dapat dilakukan apabila tumor pada stadium I. Tindakan siturekduski biasanya
dilakukan pada stadium lanjut, dimana tumor tidak mungkin diangkat seluruhnya. Tujuan
situreduksi adalah mensterilisasi tumor sehingga kemoteraphi atau radioteraphi lebih efektif,
pada siturenduksi tumor diangkat sebanyak mungkin. Baik tumor primer atau tumor yang
tumbuh diabdomen. Untuk mencegah hal-hal yang tidak perlu pengobatan berlebihan yang
memberikan efek toksin dari kemoteraphi disarankan untuk dilakukan pembedahan rongga
abdomen ( laparotamy).

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
diagnosa medis serta data penanggung jawab Alasan masuk rumah sakit Biasanya klien merasa
nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, mual, perdarahan.
2. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Merupakan data yang diperlukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien post operasi biasanya
nyeri sebagai efek dari pembedahan seperti: cemas, gangguan aktifitas, dan gangguan nutrisi
3. Riwayat kesehatan dahulu Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehata n klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami kanker atau
tumor pada organ lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
5. Riwayat perkawinan Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya tumor ovarium.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak
mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu tumor ovarium.
7. Riwayat menstruasi Klien dengan tumor ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata. 1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher 1. Ada/tidak adanya pembengkakan kelenjer tyroid
2. Ada/tidak adanya Tekanan vena jugolaris.
d. Dada Pernapasan
1. Jenis pernapasan
2. Bunyi napas
3. Penarikan sela iga
e. Abdomen 1. Nyeri tekan pada abdomen.
2. Teraba massa pada abdomen.

f. Ekstremitas 1. Nyeri panggul saat beraktivitas.


2. Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1. Adanya konstipasi
2. Susah BAK\

Data Sosial Ekonomi


Tumor ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik
sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.

Data Psikologis
Klien dengan post operasi tumor ovarium mengalami cemas terhadap segala hal yang terjadi
mengenai penyakitnya misalnya cemas akan perawatan luka bekas operasi karena kurang
pengetahuan klien

Pola kebiasaan Sehari-hari :


Biasanya klien dengan tumor ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena
merasa nyeri

Rencana Pulang Hal ini perlu dikaji untuk mengidentifikasi bantuan yang dibutuhkan klien untuk
perawatan di rumah.
Diagnosa yang mungkin muncul :
Diagnosa yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada
tumor.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
3. Gangguan retensi urine berhubungan dengan penekanan daerah sekitar panggul.

B. NCP (Nursing Care Plain) Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional:
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada
tumor.
Tujuan: setelah melakukan 2X24 JAM nyeri berkurang dengan KH :
 Klien tampak rileks
 Skala nyeri berkurang.
 TTV dalam batas normal
 Klien dapat mengatasi nyeri.
Intervensi :
 Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
 Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat /
dingin.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Tingkatkan istrahat
 Atur posisi senyaman mungkin
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
Rasional :
 Membantu mengevaluasi derajat nyeri
 Mengetahui tingkat kenyamanan klien
 Mengetahui penyebab nyeri
 Mengalihkan perhatian klien saat merasa nyeri hingga nyeri berkurang.
 Membantu mengurangi nyeri
 Agar klien dapat beristrahat dengan baik dan cukup
 Klien merasa nyaman dan rileks
 Mengetahui perkembangan klien.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Dalam 2x24 jam nutrisipada klien terpenuhi dengan KH :
 Klien tidak merasa mual dan muntah
 Nutrisi klien terpenuhi
 BB klien meningkat
Intervensi :
 Tentukan BB ideal menurut usia dan tinggi badan
 Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang oenting.
 Monitor intake nutrisi, spesifikan porsi makanan yang dimakan.
 Kaji adanya alergi makanan
 Temani pasien saat makan untuk medorong intake nutrisi.
 Timbang pasien setiap minggu dalam kondisi yan sama
 Berikan anti muntah sesuai intruksi sebelum makan
 Jika pasien muntah anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan kesukaan
 Berikan informasih tentang kebutuhan nutrisi.
Rasional :
 Mengetahui keseimbangan berat badan dan tinggi
 Mengetahui kecukupan nutrisi
 Mengetahui balance intake nutrisi
 Mengetahui riawayat alergi
 Mengetahui seberapa banyak klien untuk makan
 Mengetahui peningkatan BB klien
 Agar tidak terjadi mual muntah
 Agar klien tidak merasa muntah
 Agar klien mengetahui status nutrisinya.

3. Gangguan retensi urine berhubungan dengan penekanan daerah sekitar panggul


Tujuan : setelah dilakukan askep 2x24 jam didapatkan dengan KH :
 Tidak ada residu urine >100-200 cc
 Intake cairan dalam rentang normal
 Bebas dari ISK
 Tidak ada spasme bladder
 Balance cairan seimbang
Intervensi :
 Monitor intake dan output
 Monitor derajat distensi bladder
 Kaji pada pasien untuk mencatat output urine
 Sediakan privacy untuk eliminasi
 Stimulus reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen
 Kateterisasi jika perlu monitor tanda dan gejala ISK (panas hematuria,perubahan baud an
konsisten urine)
Rasional :
 Mengetahui balance cairan
 Untuk mengurangi distensi
 Mengetahui jumlah volume urine klien
 Menjaga privasi
 Untuk menghangatkan atau memberikan kenyamanan klien
 Jika klien sangat sulit berkemih
 Mengetahui karakteristik urine

DAFTAR PUSTAKA
a. Mansjoer ,Arif.2001 Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGCMarylynn. E.Doengus. (2000).
b. Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran, Jakarta.Manuaba ,I Gede
Bagus.2004,Kapita Selekta Kedokteran dan KB Jakarta : EGCPrawiroharjo,Sarwono.2005.Ilmu
Kandungan .
c. Jakarta : YBPSP ---------.2005.Ilmu Kebidanan .Jakarta : YBPSPSylvia Anderson. (2000).
d. Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran, Jakarta.Sarwono P. ( 1999).
e. Ilmu Kandungan, Yayasan bina pustaka, edisi 2, Jakarta.TIM FK
UNPADJ.2001.Ginekologi.Bandung : FK UNPADJ 23

Anda mungkin juga menyukai