AIK Kelompok 1
AIK Kelompok 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemajuan Peradaban Islam Dalam Berbagai Bidang
Pada masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam.
Sebelum wafatnya Nabi Muhammad saw (632 M), seluruh semenanjung Arabia
telah tunduk ke bahwah kekuasaan Islam, yang kemudian dilanjutkan dengan
ekspansi keluar Arabia pada masa khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq,
hingga berlanjut pada kekhalifahan berikutnya.
Pencapaian kemenangan Islam pada masa ini adalah dapat dikuasainya Irak
pada tahun 634 M, yang kemudian meluas hingga Suria, kemudian pada masa
Umar bin Khattab, Islam mampu menguasai Damaskus (635 M) dan tentara
Bizantium di daerah Syiria pun ditaklukkan pada perang Yarmuk (636 M),
selanjutnya menjatuhkan Alexandria (641 M) dan menguasai Mesir dengan
tembok Babilonnya pada masa itu. Dan kekuasaan Islampun meluas hingga
Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Pada masa khalifah Utsman bin Affan,
Tripoli dan Ciprus pun tertaklukkan. Walaupun setelah itu terjadi keguncangan
politik pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, hingga wafatnya.
Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini
kekuasaan Islam semakin meluas, berawal dti Tunis, Khurasan, Afganistan,
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab,
dan Multan. Bukan hanya itu, perluasan dilanjutkan ke Aljazair dan Maroko,
bahkan telah membuka jalan ke kawasan Eropa yaitu Spanyol, dan menjadikan
Cordova sebagai ibu kota Islam Spanyol. Lebih ringkasnya, pada masa dinasti
ini kekuasaan Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan,
Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).
Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan
pamor keemasannya. Walaupun Bani Umayyah lebih memusatkan perhatiannya
pada kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain
perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab,
dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang harus dipelajari,
hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman
dalam tata bahasa Arab.
Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam,
dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun
yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah. Lain dari pada itu, dengan adanya pusat
kegiatan ilmiah di Kufah dan Basrah, bermunculan ulama bidang tafsir, hadits,
fiqh, dan ilmu kalam.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan
Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham.
Sedangkan pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan masjid-masjid di
Damaskus, Cordova, dan perluasan masjid Makkah serta Madinah, termasuk al-
Aqsa di al-Quds (Yerussalem), juga pembangunan Monumen Qubbah as-sakhr,
juga pembangunan istana-istana untuk tempat peristirahatan di padang pasir,
seperti Qusayr dan al-Mushatta.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani
Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan
peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Di masa al-Mahdi,
perekonomian mengalami peningkatan dengan konsep perbaikan sistem
pertanian dengan irigasi, dan juga pertambangan emas, perak, tembaga dan
lainnya yang juga meningkat pesat. Bahkan perekonomian menjadi lebih baik
setelah dibukanya jalur perdagangan dengan transit antara timur dan barat,
dengan Basrah sebagai pelabuhannya.
Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi
lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi.
Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada
masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu
pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan
Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya.
Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga
dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini
dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa kejayaan di masa
ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai
penorehan tinta sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan
dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi
menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam
lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah
menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli
astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika
(abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia
yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika
(abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina
sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir
abad IX), Ibnu Rusyd sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia
filsafat Barat dengan Averroisme, dan juga al-Farabi yang juga seorang filsuf
Muslim.
Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar
tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam
Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal
ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad. Masih adalagi yang
bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail,
al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan
mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur
al-Hallaj, dan sebagainya. Di dunia sastra pun mengenalkan Abu al-Farraj al-
Asfahani, dan al-Jasyiari yang terkenal melalui karyanya 1001 malam, yang
telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
2. Periode pertengahan
Pada periode ini, terdapat periode kemunduran Islam pada sekitar 1250-
1500 M. Yang mana satu demi satu kerajaan Islam jatuh ke tangan Mongol, dan
kerajaan Islam Spanyol pun mampu ditaklukkan oleh raja-raja Kristen yang
bersatu, hingga orang-orang Islam Spanyol berpindah ke kota-kota di pantai
utara Afrika.
Namun dengan demikian, terdapat kebangkitan kembali kedinastian Islam
pada masa 1500-1800 M. Di sana terdapat 3 kerajaan besar, yang menjadi
tonggak bejayanya peradaban Islam yang ke-2. Kerajaan besar tersebut adalah
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
Karajaan Turki Usmani berhasil mengambil alih Bizantium dan menduduki
Konstantinopel (Istambul). Hingga akhirnya kekuasaan Turki Usmani mampu
menguasai Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunis,
Aljazair, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania.
Sedangkan di tempat lain, Persia Islam bangkit dengan dengan Kerajaan
Safawi (1252 M), dengan dinasti yang berasal dari Azerbaijan Syaikh Saifuddin
yang beraliran Syi’ah. Kekuasaannya menyeluruh hingga seluruh Persia. Dan
berbatasan dengan kekuasaan Usmani di barat dan kerajaan Mughal di kawasan
timur.
Kerajaan Mughal di India, yang berdiri pada tahun 1482 M dengan
pendirinya Zahirudin Babur. Kekuasaannya mencakup Afganistan, Lahore, India
Tengah, Malwa dan Gujarat. Di India, bahsa Urdu akhirnya menjadi bahasa
kerajaan menggantikan bahasa Persia. Dan kemajuannya telah membuat
beberapa bukti peninggalan sejarah antara lain, Taj Mahal, Benteng Merah,
masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi.
Akan tetapi pada masa kemajuan ini, ilmu pengetahuan tidak banyak
diberikan perhatian, namun perhatiannya terhadap seni dalam berbagai bentuk
adalah sangat besar, sehingga kerajaan Usmani mendapatkan julukan the patron
of art. Ketiga kerajaan besar tersebut lebih banyak memperhatikan bidang politik
dan ekonomi. Sedangkan di Barat, mulai menuai kebangkitan dengan melihat
jalur yang terbuka ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah dari daerah
Timur Jauh melaui Afrika Selatan.
Hingga pada Abad ke-17, di eropa mulai mencul negara-negara kuat, bahkan
Rusia mulai maju di bawah Peter Yang Agung. Dan melalui peperangan, Usmani
mengalami kekalahan. Dan Safawi Persia pun ditaklukkan oleh Raja Afghan
yang mempunyai perbedaan faham. Dan kerajaan Mughal India pecah
dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu, bahkan Inggris pun
berperan menguasainya pada tahun 1857 M.
3. Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam, yang mana dengan
berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir, telah membuka mata umat Islam akan
kemunduruan dan kelemahannya di samping kemajuan dan kekuasaan Barat.
Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir mencari jalan keluar untuk
mengembalikan keseimbangan kekuatan, yang telah pincang dan membahayakan
umat Islam. Sebab Islam yang pernah berjaya pada masa klasik, kini berbalik
menjadi gelap. Bangsa Barat menjadi lebih maju dengan ilmu pengetahuan,
teknologi dan peradabannya.
Dengan demikian, timbullah pemikiran dan pembaharuan dalam islam yang
disebut dengan modernisasi dalam Islam. Sekian tokoh pembaharu Islam telah
mengeluarkan buah pikirannya guna membuat umat Islam kembali maju
sebagaimana pada periode klasik. Para tokoh tersebut antara lain, Muhammad
bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani,
Muhammad Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, dan
Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II dan Musthafa Kamal di Turki, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
2.2 SEBAB SEBAB KEMUNDURAN PEMBARUAN ISLAM
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad
inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di
Timur Melalui Pesia sampai India.
Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di
Madinah, kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Dabad ini lahir para
pemikir dan ulama besar seperti ;Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan Hambali.
Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan
berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, nono
agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar
dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat (Eropa) pada abad
selanjutnya.
Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan
menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan
mencipta ilmu pengetahuan.
Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan
kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap
orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam
maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena
itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad,
tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang
berusaha memberantas kejumudan.
Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan
mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan,
karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk
mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan
adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran
dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara
kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan
Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami
kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani
untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang aru muncul. Menurut
mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang dimiliki Eropa,
sehingga pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer, namun pembaharuan
di bidang lain disertakan pula.
1. AL- TAHTAWI
A. Biografi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan yang
besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke sembilan belas di Mesir.
Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, at-Tahtawi turut
memainkan peranan.
Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian
selatan, dan meninggal di Cairo pada tahun 1873. Ketika Muhammad Ali
mengambil alih seluruh kekayaan yang dikuasai itu, ia terpaksa belajar di masa
kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun ia pergi
ke Cairo untuk belajar di al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai
dari studinya di al-Azhar pada tahun 1922.
B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan.
1. Jika umat Islam ingin maju harus belajar ilmu pengetahuan sebagaimana
kemajuan yang terjadi Barat (Eropa). Untuk itu umat Islam harus berani
belajar dari Barat.
2. Negara yang baik adalah Negara yang pandai meningkatkan ekonomi rakyat,
sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Fir’aun.
3. Kekuasaan Raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi oleh Undang-undang
Syariat yang yang dipimpin oleh majlis syura (ulama). Oleh karena antara Raja
dengan ulama harus bisa berunding untuk melaksanakan hukum syariat.
4. Umat Islam harus menguasai bahasa asing jika ingin maju di samping bahasa
Arab. Bahasa Arab adalah berfungsi untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits,
bahasa asing berfungsi untuk menerjemahkan dan memahami ilmu dan
peradaban Barat.
5. Ulama Islam harus memahami ilmu-ilmu pengetahuan modern jika tidak ingin
umat Islam ketinggalan.
6. Umat Islam tidak boleh bersikap fatalis (pasrah dengan keadaan) tanpa berusaha
sekuat tenaga untuk mencapai cita-cita.
IR. SOEKARNO
A. Biografi
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal 6 Juni 1901
di Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, seorang guru di
Surabaya. Ibunya berasal dari Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di
Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama
Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya. Di sana Soekarno
banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin
Tjokroaminoto saat itu.
Soekarno seorang pribadi yang lengkap. Namanya harum di mana-mana. Soekarno
tercacat sebagai salah satu fragmen dari “The founding father” Indonesia. Sikap
revolusioner, berwibawa, tegas dan didukung pula oleh pemikiran yang brilian
menempatkan beliau pada posisi penting dalam sejarah pemikiran politik Indonesia.
Hasilnya, lahir ide besar “Nasionalisme Indonesia”. Menurut Soekarno, seorang
nasionalis sejati adalah orang yang bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum kecil
dari segala kemelaratan serta melindungi rakyat dari penindasan.
B. Pemikiran-pemikirannya.
Nasionalisme khas Indonesia, Soekarno menyebutnya dengan Marhaenisme.
Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan negeri di dalam
segalanya. Marhaenisme harus diperjuangkan secara revolusioner, Sehingga cara
perjuangannya menghendaki hilangnya kapitalisme dan imperialisme di bumi Nusantara.
Marhaenisme lahir ketika Soekarno berumur 20 tahun. Pada waktu ia sedang enggan
pergi kuliah dan bersepeda memutari Bandung Selatan, dan bertemu dengan seorang
petani miskin bernasib malang bernama Marhaen. Terjadilah percakapan antara Soekarno
dengan petani tersebut. Pembicaraan berbentuk imajiner, sehingga dari kejelian Soekarno
dalam melihat realitas sosial masyarakat Indonesia, maka kemudian lahirlah ideologi
Marhaenisme khas Indonesia.
Marhaenisme bertujuan untuk mengangkat derajat manusia. Marhaenisme adalah
sosialisme-praktikal, dan tidak ada penghisapan tenaga seseorang terhadap orang lain.
Soekarno juga mengatakan bahwa petani-petani menggarap sebidang tanah yang tidak
luas. Mereka korban dari sistem feodal, di mana mulanya petani diperas oleh bangsawan
sampai ke anak cucunya selama berabad-abad. Rakyat non petani pun menjadi korban
dari imperialisme perdagangan Belanda. Nenek moyangnya dipaksa bergerak di bidang
usaha kecil. Rakyat yang menjadi korban ini meliputi hampir seluruh penduduk
Indonesia. Marhaen bukan hanya kaum petani Proletar (kaum buruh) saja, tetapi kaum
proletar dan kaum tani melarat Indonesia lainnya. Seperti pedagang kecil, kaum ngarit,
kaum tukang kaleng, tukang grobak, kaum nelayan dan lain-lainnya.
Pemikiran nasionalisme Soekarno berbeda dengan nasionalisme yang berkembang di
dunia Barat. Nasinalisme Barat mengecualikan pihak-pihak yang tidak sepaham dan
terlibat, namun Nasionalisme Soekarno adalah Nasiolisme khas Timur, yaitu nasionalime
yang bersatu dan bersama rakyat untuk membebaskan dari segala bentuk penindasan.
Nasionalisme menurut Soekarno merupakan pilar kekuatan bangsa-bangsa terjajah untuk
memperoleh kemerdekaannya. Dengannya, rakyat Indonesia dapat memenuhi syarat-
syarat hidup merdeka baik bersifat kebendaan maupun spiritual.
B. Pemikiran-pemikirannya
1. Berusaha melestarikan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal jamaah yang
bermazhab, dalam bidang theologi bermazhab kepada Abu Hasan Asy’ari dan Abu
Manshur al-Maturidi, dan bidang fiqh (hukum) bermazhab kepada 4 mazhab, yaitu
Abu Hanifah, Anas bin Malik, Muhammad Idris As Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal,
dan bidang tasawuf mengikuti tasawuf Imam Ghazali dan bidang tihariqah mengikuti
Thariqoh Qadariyah dan Naqsabandiyah.
2. Melestarikan budaya dan adat istiadat yang memiliki kemanfaatan serta yang tidak
bertentangan dengan aqidah islamiyah.
3. Ijtihad telah tertutup, dengan alasan persyaratan untuk menjadi seorang mujtahid harus
memilki persyaratan yang cukup berat dan permasalahan hukum telah cukup
betittiba’/taqlid kepada 4 mazhab
4. Di bidang pendidikan NU banyak mengelola pesantren sebagai basis perjuangan
mengusir penjajah di samping sebagai tempat menuntut ilmu agama.
5. Selain pesantren NU juga mendidrikan madrasah-madrsah, sebagai upaya
pengembangan kemajuan terhadap system pesantren.
MUHAMMAD ABDUH
A. Biografi
Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M. Bapak
Muhammad Abduhbernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah
lama tinggal di Mesir. Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya meningkat sampai kepada Umar bin Khattab.
B. Pemikiran-pemikirannya
Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan umat Islam adalah :
1 Paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak berkembang, statis di kalangan umat
Islam. Paham ini berpendapat, bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan
perubahan-perubahan sebab sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-
temurun.
2 Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah
ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap
fatalis ini sudah mewabah di kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang
keliru yang berkembang sejak abad 11- 13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena
sikap frustasi dan putus asa sebagai akibat kekalahan politik umat Islam, terutama
sejak hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari perilaku tasawuf ini, umat
Islam tidak lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah terjadi pada abad II
hijriyah ( abad VII M).
3 Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan umat Islam. Paham taqlid ini
diakibatkan karena fanatik yang membabi buta terhadap mazhab, akibat dari paham
taqlid ini mengakibatkan umat Islam tidak memiliki semangat untuk berijtihad, dan
umat Islam menjadi terpecah-pecah dan sulit untuk disatukan kembali menjadi
ummatan wahidah.
4 Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan peran akal secara maksimal, sehingga
umat Islam lebih banyak tunduk pada keadaan dan pasrah kepada nasib. Menurut
Muhammad Abduh, banyak sekali dalam ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada
umat Islam untuk menggunakan akalnya. Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat
Islam mundur peradabannya dan tidak berdaya menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan yang berkembang di dunia Barat (Perancis dan Inggris).
C. Problem solving :
Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus dilakukan adalah :
5 Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah teetutup. Dengan ijtihad
ummat Islam bekembang ilmu pengetahuan dan peradabannya.
6 Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat Islam, sebab
Allah telah mencipakan akal yang memilki kemauan bebas (free will) dan free act
(bebas berbuat) berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).
7 Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana Barat sehingga ummat
Islam akan mengalami kemajuan dan kemenangan.
8 Muhammad Abdul Wahhab (1703-1787)
A. Biografi
Muhammad Abdul Wahhab dilahirkan di daerah Najd Saudi Arabia. Setelah
menyelesaikan pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota
ini selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Baghdad dan di sini ia memasuki hidup
perkawinan dengan seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah isterinya
meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan dan ke Isfahan. Di kota
yang tersebut akhir ini ia sempat mempelajari falsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-
tahun merantau ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejd.
B. Ajaran dan Pemikiran-pemikirannya
Ajaran serta pemikiran Muhammad Abdul Wahhab yang paling mendasar dalam
Islam adalah persoalan tauhid.
1. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah dan orang yang menyembah selain
Allah telah menjadi musyrik, dan halal darahnya (boleh dibunuh).
2. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut faham tauhid yang sebenarnya karena
mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syeikhatau wali dan
dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik.
3. Menyebut nama Nabi, syeikh atau malaikat sebagai perantara doa (permohonan) juga
syirik.
4. Meminta syafaat selain dari Tuhan adalah syirik.
5. Bernazar kepada selain dari Tuhan juga syiirk.
6. Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’an, hadits dan qiyas (analogi) merupakan
kekufuran.
7. Tidak percaya kepada qadla dan qadar Allah juga merupakan kekufuran.
8. Demikian pula menafsirkan al-Qur’an denganta’wil (interpretasi bebas) adalah kafir.
Adapun pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahhab yang memiliki pengaruh
pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad kesembilan belas adalah sebagai
berikut :
1. Hanya al-Qur’an dan al-Haditslah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
Islam. Pendapat para ulama bukan merupakan sumber.
2. Taqlid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad tetap terbuka dan tidak tertutup.
PEMBAHARUAN DI TURKI
(MUSTAFA KEMAL)
1. Biografi
Mustafa lahir pada di Salonika (Turki) pada tahun 1881 M. Ia diberikan gelar
Attartuk yang artinya Bapak Turki. Gelar itu diperoleh karena ia telah menyelamatkan
bangsa Turki dari penjajahan Barat yaitu, Yunani yang dibantu oleh tentara sekutu
(Inggeris, Perancis dan Amerika), yang mendarat di Turki pada tanggal 15 Mei 1919
M.
Kelahiran Mustafa Kemal merupakan kebangkitan baru bagi bangsa Turki
untuk mengusir penjajah dari bumi Turki. Di samping itu ia telah mengembalikan
kejayaan bagi Kerajaan Turki Usmani yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Abdul
Hamid II. Abdul Hamid II adalah sosok sultan yang diktator, namun kekuasaannya
tidak memiliki pengaruh apa-apa bagi kemajuan bagi bangsa Turki, sebab ia hanyalah
boneka yang merupakan tangan panjang penjajah bangsa Barat.
Untuk melawan Sultan Abdul Hamid II, ia bersama dengan teman-temannya
( Ali Fuad, Rauf, dan Refat), mendirikan perkumpulan rahasia yang bernama Vatan ve
Hurriyetyang berarti : Tanah Air dan Kemerdekan. Perkumpulan ini merupakan cikal
bakal lahirnya Partai Nasionalis di Turki.
2. Pergerakan dan Pemikirannya.
a. Pergerakan Mustafa Kemal
Setelah Mustafa Kemal menjadi seorang pemimpin dalam Partai
Nasionalis Turki, untuk melawan Sultan Abdul Hamid II, ia mendirikan
Pemerintah Tandingan di Anatolia. Ia dan kawan-kawan mengeluarkan maklumat
yang berisi tentang pernyataan-pernyataan sebagai berikut :
1. Kemerdekaan Tanah Air dalam keadaan bahaya
2. Pemerintah di ibu kota berada di bawah kekuasaan sekutu dan oleh karena itu
tidak dapat menjalankan tugas.
3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari
kekuasaan asing.
4. Gerakan-gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikordinir oleh suatu
panitia nasional pusat.
5.. Untuk itu harus diadakan konggres.
Atas usaha Mustafa Kemal dan teman-temannya itu dapat dibentuk
Majlis Nasional Agung di tahun 1920. Dalam sidang di Ankara yang sekarang
menjadi ibu kota Republik Turki ia dipilih sebagai Ketua. Dalam siding itu
diputuskan hal-hal sebagai berikut :
1 Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki, bukan lagi di tangan
sultan.
2 Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
3 Majlis Agung Nasional bertugas sebagai badan legislatif dan eksekutif.
4 Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Agung Nasional akan
menjalankan tugas pemerintah.
5 Ketua Majlis Agung Nasional merangkap jabatan Ketua Majlis Negara.
Demikianlah, Mustafa Kemal dan teman-temannya dari golongan
nasionalis bergerak terus dan dengan perlahan-lahan dapat menguasai situasi,
sehingga akhirnya Sekutu terpaksa mengakui mereka sebagai penguasa de
factodan dejure di Turki. Pada tanggal 23 Jui 1923 ditanda tangani Perjanjian
Lausanue, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan
Internasional..
b. Pemikiran-pemikirannya.
Dalam pemikiran tentang pembaharuan Mustafa Kemal dipengaruhi bukan
oleh ide nasionalisme Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat. Turki dapat
maju hanya dengan meniru Barat. Setelah perjuangan kemerdekaan selesai,
demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru mulai, yaitu perjuangan untuk
memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban Barat akan
diambil bukan hanya sebagian, tetapi dalam keseluruhannya.
Di antara pemikiran-pemikirannya adalah :
1). Perlu dihapuskannya jabatan Khalifah diganti dengan jabatan Presiden yang
dipilih oleh rakyat.
2). Negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama.
Sembilan tahun kemudian, yaitu setelah prinsip sekulerisme dimasukkan
ke dalam Konstitusi di tahun 1937, barulah Republik Turki dengan resmi
menjadi Negara sekuler.
RASYID RIDLO
A. Biografi
Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada
tahun 1865 M. di desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia berasal dari
keturunan AL-Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu
memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya
B. Pemikiran-pemikirannya
Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru (Muhammad
Abduh). Menurut pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan kemunduran
umat Islam adalah sebagai berikut :
1. Tidak adanya semangat pemikiran dan penelitian ( ijtihad) di kalangan
umat Islam secara dinamis. Umat Islam beranggapan bahwa pintu ijtihad
telah tertutup. Hilangnya semangat ijtihad ini bertentangan dengan hukum
sunnatullah yang selalu berkembang dan tidak pernah berhenti Ajaran Islam
yang tidak boleh dirubah adalah mengenai masalah ibadah, yang secara tegas
sudah diatur secara jelas, (ibadah mahdlah). Akan tetapi mengenai persoalan
muamalah (hubungan manusia dengan yang lain) seperti : ekonomi, sosial,
ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, dll, akan selalu berkembang sesuai
dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, fiqh yang menyangkut persoalan
kehidupan manusia dalam masyarakat tadi selalu membutuhkan ketetapan
hukum baru yang bersumber pada ijtihad.
2. Faham fatalis ( jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara
mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu
untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sebagai akibat tidak difungsikannya
peran akal secara maksimal. Menurut Rasyid Ridla, akal adalah hidayah
Allah ( disamping wahyu) yang berfungsi untuk mencari kebenaran terhadap
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis (Al-Qur’an) maupun ayat-ayat
kauniyyah(alam semesta). Jika akal ini difungsikan oleh umat Islam, maka
akan melahirkan segudang ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.
Tetapi sebaliknya, jika peran akal diabaikan maka akan terjadi kejumudan
(kebekuan) di kalangan umat Islam.
3. Untuk mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang persatuan umat
Islam, dan agar persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah
islamiyah. Rasyid Ridla tidak sependapat dengan gurunya (Muhammad
Abduh) yang terlalu liberal (bebas) dan kebarat-baratan. Rasyid Ridla juga
tidak sependapat dengan paham nasionalime yang berkembang di Negara
Islam (terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak dikenal dalam Islam.
Menurut Rasyid Ridlo, apa yang berkembang di Barat sesungguhnya sudah
ada dalam Al-Qur’an, tinggal bagaimana umat Islam mengamalkan ajaran
Islam secara kaffah. Menurut Rasyid Ridla, nasionalisme hanya akan
melumpuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat Islam. Selain itu, ia
berpendapat bahwa yang membuat umat Islam mundur, disebabkan karena
berkembangnya paham-paham mistisisme dan sufisme yang bertentangan
dengan ruh Al-Qur’an. Berkembangnya paham-paham itu membuat umat
Islam tidak semangat untuk mempelajari dan mengkaji nilai-nilai Al-Qur’an
yang bersifat universal dan up to date (modern).
MUHAMMAD IQBAL
A. Biografi Singkat
B. Pemikiran-pemikirannya
1. Bidang agama
a. Ajaran Islam itu bersifat dinamis tidak statis. Dalam Islam ada ungkapan :
“ Al- Islam shalih li kulli zaman wa makan” (Islam itu fleksibel dalam sitiuasi
dan kondisi apapun).
b. Barat maju karena pemikiran Barat selalu dinamis, tidak pernah berhenti.
Barat sangat cinta ilmu pengetahuan dan senantiasa berijtihad (mengadakan
research/penelitian).
c. Umat Islam agar senantiasa menciptakan ide-ide baru dalam dunia baru,
tidak boleh pasrah terhadap keadaaan dan tidak boleh lama-lama tidur. Umat
Islam harus bangkit dari tidurnya. Dalam pandangan Iqbal, bahwa orang kafir
yang aktif lebih baik dari pada muslim yang suka tidur. (pemikirannya serta
malas usaha).
2. Bidang Politik :
a. Umat Islam bisa maju harus hidup dalam satu ikatan umatan wahidah,
yaitu adanya Pemimpin Islam dunia untuk menyatukan umat Islam.
b. Iqbal menolak nasionalisme Barat yang membuat umat Islam terpecah-
pecah menjadi negara –negara kecil. Negara boleh beda, tetapi bangsa
tetap satu yaitu umat Islam.
c. Iqbal menolak kapitalisme dan imperialisme Barat yang
menyengsarakan bangsa-bangsa, sebaliknya Iqbal lebih tertarik sosialisme
yang berkembang di Barat, sebab sosialisme identik bahkan sebagian dari
ajaran Islam.
d. Nasionalisme yang berkembang di India yang terdiri dari dua kekuatan
yaitu Islam dan Hindu ia setuju, tetapi sulit untuk diwujudkan. Oleh
karena itu ia berpendapat bahwa umat Islam di India harus memilih antara
tetap hidup di India dengan tetap menjadi kaum minoritas, atau
memisahkan diri dari India dengan memiliki Negara dan kekuasaan
sendiri. (ini merupakan embrio kelahiran Negara Pakistan).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung
berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik. Keluarga adalah wadah
yang pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
2. Sekolah adalah lanjutan dari pendidikan keluarga yang mendidik lebih fokus,teratur
dan terarah.
3. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah.
Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa
memberikan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda
untuk tumbuh secara baik.
B. SARAN
Kami bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Kami akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki
makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan dengan
hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://mukhamadumar.blogspot.co.id/2013/12/para-tokoh-pembaharuan-
dalam-dunia-islam.html
Ahmed, Akbar S., Discovering Islam, Making Sense of Muslim History and Society,
Terjemah, Zulfahmi Andri, New Delhi: Vistaar Publication, 1990
al-Asyqar, Umar Sulayman, Tarikh al-Fiqh al-Islamiy, Kuwait: Maktabah al-Falah, Cet. I,
1982.
Madid, Nurcholis, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina, Cet. I, 1997.
[1]
Nurcholis Madid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, Cet. I,
1997), hal. 9.
Mathba’at al-Katsulikiyah, 1912), hal. 8-9. Lihat juga, Philip K. Hitti, Islam and the
West, (Princeton, New Jersey: D. Van Nostrand Co., 1962), hal. 166. Lihat juga,
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, Cet. I, 1997), hal.
10.
[3]
Lihat, Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, Cet. I, 1996), hal. 7.
[4]
Ibid., hal. 7.
[5]
Ibid., hal. 8.
[6]
Lihat, Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV,
1995), hal. 110.
[7]
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, Cet. I, 1997), hal.
120.
Ahmad Syalabi, al-Mujtama’ Islami,(Kairo: Maktabah an-Nahdhoh Mishriyah,
[8]
DAFTAR PUSTAKA
Ansary, Abdou Filali, Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke mana?,
terj. Machasin, (Bandung : Mizan, 2009)
[2] Ibid,hlm. 36
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1,
cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 20-45.
[5] Marshal G.S Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah
Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan
Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta : Paramadina, 2002),
hlm. 236.