Makalah Pembaruan Islam
Makalah Pembaruan Islam
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan merupakan peristiwa yang
unik dan berlaku hanya sekali dan tidak akan terulang kedua kalinya persoalan
peradaban jauh lebih penting dari aspek-aspek yang menjadi pendorong munculnya
kejayan Islam dalam sejarah terletak pada tingginya peradaban yang di upayakan
melalui ilmu pengetahuan. Adanya dukungan dari kebijakan politik dan ekonomi dalam
memberikan simulasi bagi kegiatan-kegiatan keilmuan, dapat mendorong
berkembangnya tradisi keilmuan bagi siapa saja yang menghendakinya.
Pembahasan sejarah perkembangan peradaban Islam yang sangat panjang dan luas itu
tidak bisa dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Tidak hanya
politik yang menentukan perkembangan aspek-aspek peradaban tertentu melainkan
karena sistem politik dan pemerintah itu sendiri merupakan salah satu aspek penting
dari peradaban.
Pembaruan Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Dengan demikian pembaruan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi ataupun menambahi teks Al-Quran maupun As-Sunnah.
Adapun tujuan makalah ini yaitu agar dapat diketahui bagaimana pembaruan dalam
islam, siapa saja yang berperan dalam pembaruan tersebut. Dan di antara manfaatnya
yaitu kita dapat mengetahui pembaruan Islam dan tokoh-tokohnya.
BAB ll
PEMBAHASAN
Dengan ungkapan lain, kata “pembaruan” dianggap lebih tepat dipergunakan oleh umat
Islam untuk menunjuk pembaruan dalam Islam ketimbang kata modernisme. Di samping
penggunaan tajdid, terkait dengan “pembaruan” keagamaan dalam Islam, sebenarnya
dikenal pula istilah ishlah dengan makna perubahan (dalam konteks perbaikan) yang
pada level operasional di lapangan lebih menampakkan dalam bentuk gerakan purifikasi
atau pemurnian Islam.
Berpangkal pada pemaknaan ontologis terhadap dua kata ini, tajdid dan ishlah,
kemudian di kalangan pemikir Islam terjadi perbedaan dalam memberikan arti
konseptual terhadap istilah pembaruan Islam itu, di satu pihak ada sebagian yang
melakukan pemilahan secara ketat antara konsep pembaruan (tajdid) dengan ishlah
(perubahan, perbaikan dalam makna pemurnian), tetapi ada pula sebagian lainnya yang
mengiklusikan makna perbaikan-pemurnian (ishlah) ke dalam konsepsi pembaruan
Islam
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pembaruan yang terjadi dalam Islam perlu
diketahui bahwa terdapat periodisasi sejarah kebudayaan Islam yang dibagi menjadi tiga
garis besar. Tiga periode besar tersebut adalah :
1. Periode abad klasik (650 s/d 1250 M) – Masa kejayaan dunia Islam
2. Periode abad pertengahan (1250 s/d 1800 M) – Masa kemunduran dunia Islam
3. Periode abad Modern (1800 s/d Sekarang) – Masa kebangkitan dunia Islam
B. Pembaruan Islam Masa Klasik
Masa klasik ini dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan masa
Abbasiyah. sekitar abad VII - abad XII. Keistimewaan masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin
adalah periode Madinah sebagai pusat pemerintahan yang dijiwai ajaran Islam serta inti
pelajaran agama yang terpusat langsung dari sumber aslinya, yakni dengan memahami
dan mengamalkan ajaran al-Qur`an dan al-Hadis. Ilmu-ilmu keislaman yang lain belum
tumbuh. Oleh karena itu al-Qur`an secara langsung dikaji, digeluti dan direnungkan
maka pemikiran dan pengamalan Islam pun tumbuh dan berkembang secara sinkron.
Pada masa Nabi, ijtihad (mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh -
sungguh untuk menetapkan suatu hukum) belum berkembang secara menonjol karena
hampir segala masalah bisa langsung ditanyakan kepada Nabi yang jawabannya bisa
langsung melalui dengan turunnya wahyu. Namun, dalam perkembangannya, ijtihad
mulai berkembang dan amat dibutuhkan sekali pada masa Khulafaur Rasyidin dan yang
berkelanjutan dalam masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus. Ijtihad ini
kemudian mengalami perkembangan yang amat subur dan amat indah dalam masa
kebesaran Bani Abbasiyah dengan ibu kota kerajaan di Baghdad. Salah satu bukti ijtihad
yang terjadi pada masa sahabat adalah ijtihad yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin
Khattab. Diantara persoalan-persoalan yang pernah disentuh oleh ijtihad Khalifah Umar
adalah tidak membagikan zakat kepada muallaf, tidak membagikan hasil rampasan
tanah perang kepada tentara yang ikut perang dan sebagainya.
Selain itu, pada masa Khulafaur Rasyidin juga telah berhasil membuat dasar-dasar bagi
suatu pemerintahan yang demokratis dengan sistem pemilihan khilafah yang berprinsip
pada musyawarah, mengatur administrasi Negara dengan membentuk departemen-
departemen, antara lain : keuangan, pertahanan, hukum, ekonomi dan pengembangan
pengetahuan. Selain itu juga dibentuk lembaga eksekutif (Khalifah), legislatif (Dewan
Syura) dan yudikatif (Qadhi) dan jabatan lainnya yang menangani kepentingan publik.
Masa klasik ini merupakan masa di mana dunia Islam memasuki masa perintisan dan
kemajuan. Masa klasik ini dibagi menjadi dua masa, yaitu :
1. Masa kemajuan Islam I yang dimulai dari tahun 650 s/d 1000 M.
2. Masa Disintegrasi yang dimulai dari tahun 1000 s/d 1250 M.
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, Islam dikenal sebagai masa integrasi.
Disebutnya masa integrasi pada zaman Abbasiyah ini adalah karena pada
masa inilah pertam kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam
dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani klasik yang terdapat di
Mesir, Suria, Mesopotamia dan Persia. Diantara integrasi yang terjadi pada
zaman Abbasiyah ini adalah integrasi dalam bidang bahasa. Di mana bahasa
al-Qur`an yaitu bahasa Arab dipakai dimana-mana. Ilmu pengetahuan
filsafat dan diplomatis juga menggunakan bahasa arab. Disamping integrasi
dalam bidang bahasa, integrasi juga terjadi dalam bidang kebudayaan. Di
bidang kebudayaan adalah kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai
alatnya yang bermuladari Spanyol di Barat sampai ke India di Timur dan
dari Sudan di Selatan sampai ke Kaukasus di Utara.
Puncak penalaran, daya cipta, dan penemuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa Dinasti Abbasiyah, saat ini memberikan kontribusi
bagi peradaban Barat. Pada masa Dinasti Abbasiyah umat manusia telah
berhasil membangun sistem peradaban. Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah ini menunjukkan konsepsinya yang menjadi karakteristiknya
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Semangat mempelajari hasil-
hasil peradaban kuno sangat menggebu. Bahkan, para Khalifah
mengundang para terpelajar terkemuka dari seluruh kerajaan, mereka
mengumpulkan seluruh karya literature klasik dan keagamaan dan
menyusun tertib hukum Islam. Rumah sakit yang didirikan Khalifah Harun
al-Rasyid menggunakan kekayaan Negara selain itu biaya pendidikan dan
farmasi juga menggunakan kekayaan Negara. Pada masa a-Makmun
menggunakan kekayaan Negara untuk menggaji penerjemah-penerjemah
dari Kristen, Sabi dan bahkan penyembah bintang untuk menerjemahkan
berbagai buku berbahasa asing ke dalam Bahasa Arab. Perpustakaan-
perpustakaan besar serta pusat-pusat penerjemahan didirikan, buku-buku
penting yang berisi ilmu pegetahuan, kedokteran dan filsafat Barat dan
Timur dikumpulkan dan diterjemahkan oleh orang-orang Kristen dan
Yahudi, mulai dari bahasa Yunani, Latin, Persia, Koptik hingga Syiria ke
dalam bahasa Arab. Ilmu filsafat Yunani masuk ke dalam Islam pada abad
ke-8 M, yaitu ketika umat Islam menguasai Iskandariah di Mesir, Antioka di
Syuriah serta Jundisabur dan Bactra di Persia. Penyatuan kebudayaan
Yunani dan Persia melahirkan kebudayaan Hellenisme. Penerjemahan
karya Yunani dari Persia ini sudah mulai dirintis pada masa Khalifah Abu
Ja`far al-Mansur. Kemudian pada masa Harun al-Rasyid, buku ilmu
pengetahua yang berbahasa Yunani mulai diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab secara besar-besaran. Di samping itu, Harun al-Rasyid juga mengirim
utusan ke Romawi untuk mencari buku-buku pengetahuan yang akan
diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Pada masa khalifah al-Ma`mun
kegiatan penerjemah ini semakin meningkat. Buku Plato, Aristoteles dan
buku filsafat lainnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Kegiatan
penerjemah ini melahirkan Tokoh Filosof Muslim yaitu :
1. Al-Kindi (801-866 M)
2. Ar-Razi (864-926 M)
3. Al-Farabi (850-950 M)
4. Ibnu Sina (908-1037 M)
5. Ibnu Maskawaih (941-1030 M)
6. Al-Ghazali (1051-1111 M)
Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembaruan teori kedokteran Yunani
yang dirintis oleh Hipokrates. Dengan demikian, pada masa Harun al-Rasyid
terdapat 800 orang dokter di Baghdad. Hal ini merupakan bukti dari
kemajuan ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah. Ali bin Rabban at-
Tabari yang menulis Firdaus al-Hikam merupakan salah satu tokoh dalam
bidang kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah, tahun 805 M. Kemudian
setelah Tabari lahir pula tokoh-tokoh ahli kedokteran lain seperti ar-Razi,
Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al-Kindi, dan al-Farabi. Sejak
itulah lahir para tokoh kedokteran lain baik di Baghdad, Mesir, Syuriah,
Persia, Spanyol, Afrika Utara sampai India.
Masa disintegrasi ini terjadi di dalam bidang politik. Daerah yang letaknya jauh dari
pusat pemerintahan di Damaskus dan di Baghdad, melepaskan diri dari kekuasaan
Khalifah di pusat sehingga muncullah Dinasti-Dinasti kecil.
1. Masa Kemunduran I
2. Masa Tiga Kerajaan Besar
Masa kemunduruan ini di awali oleh serangan bangsa Mongolia pimpinan Jenghis
Khan tahun 1212 M dan mengalahkan kesultanan-kesultanan Islam, Transoxania,
Khawarizm, Ghazna, Azerbaijan dan Saljuk yang secara berurutan di taklukkan oleh
Jenghis Khan. Serangan ke Khurasan, Baghdad di lakukan oleh cucunya yaitu
Hulagu Khan dan selanjutnya menyerang Syiria, dari Syiria pasukan Hulagu Khan
ingin melanjutkan ke Mesir, namun kaum mamluk (keturunan budak yang
mendapat kekuasaan dalam pemerintahan ) Mesir yang dipimpin Sultan Baybars
dapat mengalahkan Hulagu khan dan pasukannya. Sehingga Mesir terbebas dari
serangan hulagu dan Timur lenk. Di India terjadi persaingan dan peperangan untuk
merebut kekuasaan, setiap kali berkuasa penguasa yang baru, kemudian di
jatuhkan dan digantikan oleh yang lain. Di Spanyol terjadi peperangan di antara
Dinasti-Dinasti islam yang ada di sana dengan Raja-Raja Kristen. Di dalam
peperangan Raja-Raja Kristen menggunakan taktik adu domba antara Dinasti-
Dinasti Islam di sana, sebaliknya Raja-Raja Kristen bergabung menjadi satu dan
akhirnya satu demi satu Dinasti-Dinasti Islam dapat di kalahkan. Cordova jatuh
pada tahun 1238 M. Sevilla di tahun 1248 M dan Granada jatuh pada tahun 1491
M. Pada saat itu umat islam di hadapkan pada dua pilihan masuk kristen atau
keluar dari Spanyol. Sehingga pada tahun itu boleh di katakan tidak ada lagi orang
Islam di Spanyol. Oleh karena itu masa ini di sebut masa kemunduran karena
banyaknya kesultanan (kekuasaan ) Islam yang di taklukkan oleh musuh-musuh
Islam. Namun sejarah juga mencatat bahwa pada masa ini juga lahir ilmuwan
muslim terkenal, berdirilah sekolah-sekolah terbesar, di temukan berbagai ilmu
pengetahuan dan Teknologi. Tercatat Dinasti Mamluk memerintah di mesir dari
tahun 1249-1517 M, merupakan masa kemajuan Astronomi, Astrologi,
matematika, ilmu hitung, geometri dan ilmu kedokteran. Muncullah para tokoh
antara lain :
1. Nashiruddin at Tusi
2. Abul Faras
3. Abul Hasan
4. Ibnu Khalikan (Sosiolog)
5. Ibnu Khaldun
6. Abul Fida’
7. As-Suyuti
8. Al-makrezi
Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia
yang semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam.
Dinasti atau kerajaan Islam silih berganti memerintah Persia, sampai
dengan bangsa Mongol merebutnya pada abad ke-12 M. Selama tiga abad
bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501 M muncul
Dinasti baru, yaitu dinasti atau Kerajaan Safawi. Kerajaan Safawi didirikan
oleh Syah Ismail Syafawi (Ismail I) pada tahun 1501 M di Tabriz. Beliau
berkuasa pada tahun 1501 M-1524 M, yang wilayah kekuasaannya di
sebelah barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani (Ottoman) di Turki dan
di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di lndia. Setelah
pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti Sultan- Sultan
Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 Sultan.
Sultan terakhir Kerajaan Safawi bernama Sultan Muhammad. Kerajaan
Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas
(1585 - 1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir
Portugis dan kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah
menjadi Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas juga memindahkan
ibukota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan.
Peranan umat Islam India dalam penyebar luasan agama Islam dapat dilihat
dalam empat periode, yaitu periode sebelum
Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka
kelahiran di negara muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat. Perkembangan
penduduk muslim yang cukup signifikan tentu saja berpengaruh terhadap perilaku
umat Islam itu sendiri. Pada zaman Rasulullah saw., umat Islam masih sedikit dan oleh
karena itu penanganannya juga tidak serumit saat ini. Berbagai macam kelompok
muslim yang satu sama lain memiliki persepsi tentang Islam, menjadikan Islam
berwarna-warni. Sepanjang masih saling menghargai dan toleransi antara intern agama,
Islam insya Allah akan berkembang pesat dengan baik. Akan tetapi, apabila setiap
kelompok mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling benar, inilah awal dari
kehancuran. Berdasarkan analisis tersebut, kita sebagai pemeluk Islam harus waspada
dan terus belajar tentang Islam secara kaffah (keseluruhan) sehingga akhirnya kita
menjadi orang Islam yang arif dan bijaksana.
Islam pada periode ini dikenal dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat
Islam disebabkan oleh adanya benturan antara kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa.
Benturan itu menyadarkan umat Islam bahwa sudah cukup jauh tertinggal dengan
Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Utsmani yang langsung menghadapi
kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan
pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali
kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan pembaruan dengan
mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide
pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Benih pembaruan dunia Islam
sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika dunia Islam mengalami
kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu Taimiyah, seorang
muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat dukungan
muridnya Ibnu Qoyyim al-Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan
pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah
saw. Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam
yang mempunyai ciri sebagai berikut:
Secara garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain,
mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas
takhayul dan bid’ah yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan fatalisme yang
terdapat di kalangan umat Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat
tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan
politik negara Barat. Selanjutnya, ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan
yang lainnya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka
meyakini bahwa umat Islam sudah tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam
masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti bid’ah, khurāfat, dan tahayyul.
Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari kebodohan itu. Maka, lahirlah tokoh-
tokoh pembaharuan Islam.
Syah Waliyullah
Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M, beliau
adalah seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849
M. Sebagaimana raja-raja Islam lainnya, Muhammad Ali juga
mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa
kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan
militer. Di samping itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer
mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan
dalam bidang militer, dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan
militer. Jadi, ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan
kemajuan militer. Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang
telah dikenal orang di Eropa.
Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif pada zamannya
antar lain bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan
memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum. Sekolah-
sekolah inilah yang kemudian yang dikenal sebagai sekolah modern di
Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Saat itu Mesir
masih mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid,
madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan
kurikulum modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut,
sangat sulit. Oleh karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara
mendirikan sekolah modern di samping madrasah-madrasah tradisional
yang telah ada pada masa itu masih tetap berjalan
Al-Tahtawi
1. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal
hidup di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan
dunia.
2. Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus
bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
3. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
4. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan
modern agar syariat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat modern.
5. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus
memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri harus
menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
6. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
Jamaludin Al-Afgani
Muhammad Abduh
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada
tahun 1865 M di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak
jauh dari Kota Tripoli (Suriah). Menurut keterangan, ia berasal dari
keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, ia
memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan
ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung
dan membaca alQur’ān. Pada tahun 1882 M, ia meneruskan pelajaran di
Madrasah Al-Wataniah Al-Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di
Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan
Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga
pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang
telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi
Kristen telah mulai bermunculan di Suriah dan banyak menarik perhatian
orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di sana. Dalam
usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh
Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena
mendapat tantangan dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu
tidak panjang. Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah
agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al-
Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi
pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi
oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah
Al-Urwah Al-Wusṭa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al-
Afghani di Istanbul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu Muhammad
Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik
untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini.
Perjumpaan-perjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh
meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya.
Sultan Mahmud II
Muhammad Iqbal
A. Kesimpulan
Periodisasi sejarah kebudayaan Islam dibagi menjadi tiga garis besar. Tiga periode besar
tersebut adalah:
Masa klasik dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan masa Abbasiyah.
sekitar abad VII - abad XII. Keistimewaan masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin adalah
periode Madinah sebagai pusat pemerintahan yang dijiwai ajaran Islam serta inti
pelajaran agama yang terpusat langsung dari sumber aslinya, yakni dengan memahami
dan mengamalkan ajaran al-Qur`an dan al-Hadis. Ilmu-ilmu keislaman yang lain belum
tumbuh. Oleh karena itu al-Qur`an secara langsung dikaji, digeluti dan direnungkan
maka pemikiran dan pengamalan Islam pun tumbuh dan berkembang secara sinkron.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak
adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan
terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah walaupun begitu ajaran
Islam mengalami perkembangan pada abad pertengahan walaupun perkembangannya
tidak sepesat pada periode klasik. Di India Kerajaan Mogul telah melaksanakan berbagai
usaha dakwah pendidikan Islam antara lain dengan membangun masjid-masjid dan
madrasah-madrasah. Islam pada periode modern ini dikenal dengan era kebangkitan
umat Islam. Kebangkitan umat Islam disebabkan oleh adanya benturan antara kekuatan
Islam dengan kekuatan Eropa. Benturan itu menyadarkan umat Islam bahwa sudah
cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Utsmani
yang langsung menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut
membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna
pemulihan kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan
pembaruan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan
mencari ide-ide pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Benih pembaruan dunia
Islam sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait Pembaruan Dalam Islam.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diberikan oleh guru yang bersangkutan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga,guru mata pelajaran, beserta
teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah yang
sederhana ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini, dan juga
menjadi faktor koreksi bagi penulis guna menyusun makalah-makalah yang akan datang. Akhir
kata penulis ucapkan syukur dan terima kasih, semoga bermanfaat. Amin.
Penulis
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Pembaruan Dalam Islam)
Oleh: