Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


PONDASI SUMURAN DAN ABUTMENT

4.1. DEFINI DAN FUNGSI PONDASI SUMURAN

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangka dan
pondasi tiang dan digunakn apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman
yang relatif dalam.Pondasi sumuran yang di gunakan sebagai pondasi konstruksi
jembatan terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan
pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang atau unit-
unit beton pracetak. Pekerjaan ini mencangkup penyediaan dan penurunan dinding
sumuran yang di cor ditempat atau pracetak yang terdiri dari unit-unit beton pracetak.
Berat beton pada sumuran memberi gaya verikal untuk mengatasi geser (friction)
antara tanah dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.

Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang


digunakan oleh sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama
dengan kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan
sumuran berada di luar daerah kepala embatan atau pilar. Hal ini merupakan
tambahan pekerjaan untuk memperbesar kepala jembatan atau pilar, dan akan
mneruskan beban vertikal dari bangunan atas kepala bangunan bawah secara
eksentris.

Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran
harus ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik
referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran. Harus
diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru
akan mmpunyai aliyemen yang benar sepanjang sumbu vertikal.
Pada struktur jembatan terbagi dari bangunan atas dan bangunan bawah, dimana
fungsi bangunan bawah jembatan untuk menopang dan meneruskan beban dari
bangunan atas jembatan ke lapisan tanah yang kuat dan stabil. Pondasi sendiri
berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah. Fungsi ini
berlaku secara baik bila kestabilan terhadap daya dukung tanah terpenuhi.

4.2. DEFINI DAN FUNGSI ABUTMENT JEMBATAN

Abutmen jembatan merupakan tumpuan dari gelagar jembatan pada bagian


ujung beton atau muatan yang diberikan pada abutment dari bagian atas. Beban
jembatan dilimpahkan kepondasi di bawahnya yang kemudian diteruskan ke tanah.

Abutmen atau pangkal jembatan adalah bagian dari substruktur jembatan yang
menumpu gelegar jembatan dan meneruskan semua beban bangunan atas ke
bangunan pondasi di bawahnya. Abutmen sebagai bangunan peralihan dari
superstruktur ke landasan/pondasi, dalam perencanaannya dianalisis sebagai dinding
penahan tanah (retaining wall) dengan tambahan beban berupa beban terpusat dari
gelegar jembatan. Abutmen juga dilengkapi dengan bangunan pelengkap seperti
sayap-sayap di sebelah kiri-kanan ke arah belakang. Sayap-sayap ini berfungsi untuk
memberikan perlindungan pada bagian bawah abutmen agar terhindar dari
gerusan/erosi dan longsoran.

Dalam pemilihan tipe abutmen, tinggi pangkal jembatan sangat berpengaruh.


Tipe gravitasi lebih ekonomis untuk abutmen yang rendah, sedangkan untuk
abutmen yang lebih tinggi lebih baik memakai tipe kantilever, serta tipe abutmen lain
seperti tipe kantilever dengan angker, tembok tanah bertulang (reinforced earth) dan
tipe lain yang jarang dibangun di Indonesia.

Dimensi dinding dan pelat abutmen ditentukan berdasarkan kekuatan yang


diperlukan untuk menahan beban-beban serta kemantapan abutmen secara
keseluruhan. Penentuan dimensi ini ditetapkan dengan cara coba-coba sampai
diperoleh hasil yang memuaskan dalam arti memenuhi semua kriteria perencanaan,
baik dari segi keamanan, kestabilan, maupun dari segi pelaksanaan dan ekonomi.

Pembebanan pada abutmen meliputi semua beban yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan dan masa layan jembatan. Diantara beban tersebut adalah:

- Beban struktur atas berupa reaksi vertikal balok, Rb dan beban horizontal
akibat gaya rem atau aksi lingkungan, H
- Beban timbunan (surcharge), Psc
- Berat sendiri beton, Wc dan tanah di belakang tembok, Ws
- Tekanan tanah aktif, Pa
- Tekanan tanah pada pondasi, Pqt

Diagram pembebanan pada abutmen tipe kantilever disajikan pada Gambar 4.1
Akibat berbagai jenis beban tersebut akan timbul tegangan normal (tarik/tekan) dan
geser. Tegangan tarik biasanya diatasi dengan pemasangan tulangan sedangkan
tegangan geser diatur sedemikian rupa sehingga kuat geser beton tidak dilampaui.

Gambar 4.1 Diagram pembebanan pada abutment


Struktur abutmen beton bertulang membutuhkan penulangan lentur pada bagian
badan dan pelatnya, yang besarnya tergantung dari momen lentur yang terjadi dan
ketebalan struktur. Memperhatikan arah beban dan reaksi tanah dasar pada abutmen
maka garis elastis dari struktur abutmen dapat ditentukan. Dengan demikian posisi
tulangan utama dari struktur abutmen harus dipasang pada serat tertarik, seperti
tampak pada Gambar 4.2

Dalam prakteknya, struktur abutmen juga memerlukan tulangan lain, selain


tulangan tarik utama, berupa tulangan susut dan tulangan pembagi sehingga
tulangannya menjadi dua lapis dalam dua arah. Namun demikian, tulangan selain
tulangan utama ukurannya biasa dibuat lebih kecil dengan jarak antar tulangan lebih
besar pula. Lebih detail tentang persyaratan penulangan ini diatur dalam peraturan
perencanaan beton bertulang seperti BMS Bagian 6 Perencanaan Beton Struktural.

Gambar 4.2 Garis elastis dan tulangan utama abutmen

Disamping persyaratan kekuatan, abutmen juga harus dirancang untuk tetap


stabil selama pelaksanaan maupun masa layan jembatan. Tinjauan terhadap guling
pada ujung depan pondasi harus memenuhi persyaratan: M-guling < M-penahan

Persyaratan lainnya adalah geser (sliding) antara dasar pondasi dengan tanah dasar.
Dalam hal ini rasio antara jumlah beban vertikal dan beban horisontal harus lebih
besar dari 1. Dalam beberapa kasus kunci geser (shear key) ditambahkan pada dasar
pondasi untuk menambah tahan gelincir (sliding resistance).
Pada proyek jembatan sungai cilasa ini menggunakan tipe abutment kantilever
dimana perencanaan abutmen tipe kantilever secara ringkas dapat ditunjukkan berupa
diagram alir seperti pada Gambar 4.3. Perencanaan dimulai dengan menentukan
kondisi perencanaan yang meliputi pengumpulan data tentang keadaan tanah dasar
dalam kaitannya dengan daya dukung tanah, struktur atas jembatan dalam kaitannya
dengan pembebanan, dan data lain seperti ketersediaan bahan dan teknologi
pelaksanaan yang ada. Kemudian, tipe abutmen dapat dipilih sesuai dengan
ketinggiannya, untuk selanjutnya dihitung pembebanan yang bekerja pada abutmen.

Penentuan Kondisi Daya Dukung Tanah,


Perencanaan Pembebanan

Penentuan Tipe Sesuai Kondisi

Perhitungan Gaya-gaya Luar

Pemilihan Perencanaan Dimensi Dinding


Bahan Dan Pelat Dasar

Perhitungan Kemantapan Tidak


(Guling, Geser dan Daya Dukung)

Hasil
Memuaskan ?

Ya

Selesai

Gambar 4.3 Diagram Alir Perencanaan Abutmen


4.3. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan persiapan antara lain terdiri dari:

1. Pelaksanaan identifikasi elemen struktur berdasarkan :

a. Model Struktur

b. Volume

c. Waktu Pelaksanaan

d. Aspek pendukung pelaksanaan ( kondisi site plane )

2. Perencanaan urutan pelaksanaan pekerjaan dan zona kerja, dengan


pertimbangan yang ada sehingga diperoleh target kerja yang efektif dan
efisien. Pertimbangan dapat dilihat dari volume pengecoran dan
disesuaikan dengan schedule pelaksanaan dengan detail perhitungan dapat
dilihat pada metode struktur.
3. Penentuan jumlah material per zone (bekisting, pembesian dan beton)
berdasarkan metode dan zone kerja yang telah dibagi. Ini ditentukan dari
volume yang telah di perhitungkan lalu di terima oleh pihak Q.C jika sudah
ada tanda terima baru di serahkan ke gudang untuk mempersiapkan
semuanya sebelum melaksanakan pekerjaan.
4. Pekerjaan koordinasi dan perijinan tidak dapat ditinggalkan dalam proses
pelaksanaan pada tahap persiapan sebab proses ini sangat penting dalam
hal legalitas pelaksanaan proyek sehingga dalam pelaksanaan
pembangunannya proyek tidak akan terganggu.

Setelah pekerjaan pengukuran lalu dilanjutkan dengan pekerjaan struktur,


dimana struktur dirancang sedemikian rupa agar mampu secara keseluruhan dalam
memikul beban, baik yang bereaksi secara vertikal maupun horizontal.
Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan :

a. Pekerjaan Pondasi Sumuran


1. Pekerjaan galian
2. Pekerjaan pemasangan pipa/cincin beton
3. Pekerjaan pembuatan beton siklop
4. Pekerjaan pengisian pipa/cincin beton
5. Pekerjaan pembesian pada bagian atas pondasi

Start

Penggalian tanah Pemasangan


dan bebatuan pipa/cincin beton
pondasi sumuran

Cek tegak
lurusnya
no
Perbaiki
yes
Pengisian (pengecoran) Beton siklop
pipa/cincin beton 60% beton
pondasi sumuran 40% batu belah

Pabrikasi tulangan
pondasi sumuran

Pemasangan tulangan Finish


pondasi sumuran

Gambar 4.4 Flowchart Pekerjaan Pondasi Sumuran


b. Pekerjaan Abutment
1. Pekerjaan pembesian
2. Pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting
3. Pekerjaan pengecoran
4. Pekerjaan pelepasan bekisting

Start

Pabrikasi tulangan
Stek tulangan
abutment
abutment + marking

Pemasangan tulangan
abutment & beton
deking

Ceklist diameter
tulangan, jumlah
tulangan, jarak
sengkang, ikatan
no Perbaiki, lengkapi
yes kekurangannya

Cek tegak Pemasangan Pabrikasi


lurusnya bekisting bekisting

Perbaiki no yes

Pengecoran
abutment

Pelepasan bekisting

Finish

Gambar 4.5 Flowchart Pekerjaan Abutment


4.4. PEKERJAAN PEMBESIAAN

Pekerjaan pembesian shearwall merupakan bagian dari pekerjaan struktur.


Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan dari fungsi
besi tulangan dalam kekuatan struktur gedung. Ini dilakukan ditempat fabrikasi besi
dan setelah pembesian shearwall selesai dirakit kemudian diangkut dengan tower
crane untuk dipasang sesuai dengan tempat yang di rencanakan.

Tulangan yang digunakan dalam tulangan shearwall adalah:

1. Untuk tulangan pokok digunakan tulangan sesuai dengan yang di minta


yaitu D16.
2. Untuk tulangan begel/sengkang digunakan tulangan D10
3. Besi yang digunakan besi ulir

Untuk tahap pelaksanaan sendiri, shearwall dikerjakan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Marking sepatu shearwall sebagai tempat batas bekesting.

Gambar 4.3 Marking Sepatu


2. tek-stek untuk shearwall dibersihkan dan dirapikan.

3. Siapkan tulangan shearwall sesuai dengan gambar shop drawing.

Gambar 4.4 Shopdrawing Shearwall

4. Angkat tulangan shearwall yang sudah dirakit dengan tower crane dan
ditempatkan pada posisi kolom yang akan dibuat.

5. Pasang besi shearwall kedalam stek besi yang sudah ada, Selanjutnya
disambung dengan stek shearwall dengan overlap di sesuaikan dengan
spesifikasi.

6. Ikat tulangan shearwall yang lama dan tulangan shearwall yang baru
dipasang dengan menggunakan sengkang

7. Untuk penyambungan tulangan shearwall dilakukan berselang-selang,


artinya sebagian dari tulangan shearwall disambung pada lantai bawah dan
diatasnya
4.4 PEKERJAAN BEKISTING

Setelah selesai pekerjaan pembesian pada shearwall, selanjutnya pekerjaan


bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan bekesting yang sesuai dengan
bentuk dan dimensi shearwall yang di rencana. Bekisting umumnya terdiri atas
perancah dan cetakan beton.

Langkah pelaksanaan :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan bekisting
shearwall.

Gambar 4.5 Tempat Pekerjaan Bekisting

b. Buat penandaan dilantai untuk posisi shearwall pada tanda yang telah dibuat
agar posisi shearwall bekisting sesuai garis tanda (marking).

c. Buat pannel bekisting pada bahan pinolik dan polyfilm.

d. Haluskan dan ratakan permukaan panel bekisting.

e. Bersihkan lokasi yang akan dipasang bekisting.

f. Oleskan minyak pada bekisting sebelum panel bekisting dipasang.

g. Pasang panel bekisting shearwall sesuai dengan gambar kerja.


Gambar 4.6 Pemasangan Bekisting

h. Perkuat panel bekisting dengan cara merakit sisi-sisi panel dengan formtie.

Gambar 4.7 Perkuat Bekisting

i. Pasang pipa penyangga yang dikaitkan dengan lantai, untuk menyokong


panel bekisting dan mengatur posisi.

j. Periksa ukuran posisi shearwall.

k. Periksa ketegaklurusan shearwall dengan menggunakan teodolite.

l. Buat tanda-tanda perhentian pengecoran.

4.5 PEKERJAAN PENGECORAN


Sebelumnya pekerjaan pengecoran shearwall adalah pekerjaan penuangan
beton ke shearwall yang sudah selesai pekerjaan pembesian dan pekerjaan
bekisting. Beton yang baru dan masih berada di truck mix dengan keadaan mesin
yang masih berputar. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan
inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang
sesuai rencana. Lalu lanjutkan ke persyaratan beton, sebagai berikut :

1. Ambil beberapa beton ready mix untuk sample test uji slump. Jika uji slump
sesuai dengan syarat yang sudah ada maka beton tersebut dapat digunakan
untuk pengecoran shearwall.

Gambar 4.8 Test Slump

2. Lalu beton yang sudah di test slump di masukkan ke dalam bekisting tabung
untuk melakukan pengujian test uji tekan beton. Untuk mengetahui berapa
kuat beton tersebut.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai
berikut:

a) Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helm, dan
pelindung mata jika diperlukan.
b) Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan dicheck. Zone
pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan.
c) Delay diakibatkan oleh cuaca panas, atau angin yang kencang, sehingga
beton mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan
pengiriman karena kurangnya prencanaan atau hal lain yang tidak bisa
dihindari. Untuk mencegah delay maka tenaga kerja, peralatan, dan cuaca
dalam keadaan terkendali.
d) Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor.
Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen.

Adapun bagan proses pelaksanaan pengecoran seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.9 Flow Chart Pekerjaan Pengecoran

Cara pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut:


 Pengecoran elemen vertikal seperti shear wall menggunakan alat bantu tower
crane, bucket cor, dan selang cor.
 Pengecoran elemen horizontal seperti pelat dan balok menggunakan alat bantu
concrete pump, truck mixer, concrete vibrator, kompresor air.

Gambar 4.10 kompresor

 Pada volume pekerjaan kecil digunakan alat bantu TC dan Bucket cor. Jika
volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truk
mixer. Pada volume pengecoran yang besar akan efektif menggunakan
concrete pump.
 Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan
gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring.
 Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhirnya.
mulailah dari pojok bekisting.
 Selalu tuangkan beton baru langsung ke beton yang sudah lama.
 Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton
diaduk dengan baik.
 Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan
udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi
bekisting.
 Internal vibration dilakukan dengan menggunakan poker, yang dimasukkan ke
dalam beton. External vibration dilakukan dari luar bekisting, hal ini
dilakukan karena internal vibration susah dilakukan.
 Masukkan vibrator secara vertikal, masukkan kira-kira sejarak 15 cm setelah
pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5 sampai 15
detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan sekitar 7.5 cm/detik.
 Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga semua beton
bisa terpadatkan dan manjangkau lapisan di bawah yang sedang dipadatkan.
 Initial finishing ditandai dengan genangan air yang tampak di permukaan
beton. Proses final finishing tidak bisa dilaksanakan jika kondisi ini belum
tampak. Menghilangkan genangan air dapat dilakukan dengan menggunakan
sapu biasa.
 Final finishing terdiri dari dua proses: Floating ada dua proses yaitu Bullfloat,
dilakukan dengan alat penggaruk yang didorong, ini adalah proses pertama
power or hand float adalah proses floating manggunakan tangan dimana ini
adalah proses akhir floating.
 Dilakukan untuk membuat permukaan beton yang keras, rata, dan lembut.
Biasanya dilakukan 3 kali proses.

4.6 PEMBERHENTIAN PENGECORAN

Pekerjaan balok dan pelat merupakan pekerjaan dengan jumlah volume yang
sangat besar. Untuk melaksanakan pengecoran dengan volume yang besar,
kemungkinan penghentian pengecoran beton dapat dilakukan untuk pelat pada
kondisi gaya lintang sama dengan nol, begitu juga dengan balok atau dapat dilakukan
pada tengah – tengah bentang. Pada penyambungan kembali beton yang baru dengan
beton yang lama dengan menggunakan bahan pengikat yaitu bonding age (lem
beton).

4.7 PEMBONGKARAN BEKISTING


Pada pembangunan proyek Millenium Village Apartment setelah pengecoran
lalu di diamkan selama 8 jam sehingga dapat menjamin dari struktur – struktur yang
dicetak yaitu dengan memperhatikan mutu beton telah mencapai kekuatan yang
cukup memikul beratnya sendiri dan beban yang bekerja. Pembokaran dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

Ketika pembongkaran bekisting beban – beban harus pelan – pelan agar tidak
menimbulkan kejutan pada bagian struktur. Dengan persetujuan direksi cetakan beton
dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisinya perawatanya sama dengan
beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan pada umur 28 hari.

4.8 PERAWATAN BETON

Setelah pengecoran selesai maka beton yang baru memerlukan perawatan,


maksudnya untuk menjaga agar tidak kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal
terjadi, dan mencegah pengupan air dari beton pada umur awal beton yang dapat
menimbulkan keretakan dan penurunan kwalitas pada beton tersebut. Pemeliharaan
beton ini dilakukan dengan sistem curing. Adapun beberapa tahapan pada saat curing,
diantaranya adalah :

 Curing dilakukan untuk menjaga kadar air beton tidak cepat kering sehingga
proses pemadatan beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Curing
dilakukan langsung setelah proses finishing. Curing dilakukan dengan
menambahkan air pada permukaan beton/Mencegah kehilangan air dari beton.
Pancuran air harus perlahan untuk mencegah kerusakan permukaan beton.
Gambar 4.11(a) Curing Gambar 4.11(b) Curing

 Curing dapat juga dengan menutup beton dengan plastik dan mengaplikasikan
curing compound.
 Cuaca panas mengakibatkan beton lebih cepat kehilangan cairan, sehingga
proses pemadatan terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan dilakukan jika
suhu melebihi 32°C, kelembaban rendah, kecepatan angin tinggi dan sianar
matahari menyengat.
 Untuk mencegah kerusakan akibat hujan, harus memperkirakan cuaca jika
akan terjadi hujan, menyediakan alat pelindung seperti burlap dan plastik,
melakukan mixing dan pengiriman beton pada waktu yang tepat yaitu ketika
tidak hujan. Ketika Hujan Mulai Turun, lindungi beton yang baru dituang
secepat mungkin, pastikan semua permukaan beton terlindungi, jangan
menambahkan semen kepermukaan beton.
 Setelah hujan reda, mengaplikasikan curing compound secepatnya bersamaan
dengan proses beton mengeras, memperbaiki permukaan yang cacat dan
membentuk permukaan beton jika diperlukan, membuang bagian beton jika
ada bagian yang dikhawatirkan rusak karena kadar air bertambah, sehingga
beton menjadi lemah.

Anda mungkin juga menyukai