BAB IV (Dyah) - 220717 PDF
BAB IV (Dyah) - 220717 PDF
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangka dan
pondasi tiang dan digunakn apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman
yang relatif dalam.Pondasi sumuran yang di gunakan sebagai pondasi konstruksi
jembatan terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan
pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang atau unit-
unit beton pracetak. Pekerjaan ini mencangkup penyediaan dan penurunan dinding
sumuran yang di cor ditempat atau pracetak yang terdiri dari unit-unit beton pracetak.
Berat beton pada sumuran memberi gaya verikal untuk mengatasi geser (friction)
antara tanah dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran
harus ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik
referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran. Harus
diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru
akan mmpunyai aliyemen yang benar sepanjang sumbu vertikal.
Pada struktur jembatan terbagi dari bangunan atas dan bangunan bawah, dimana
fungsi bangunan bawah jembatan untuk menopang dan meneruskan beban dari
bangunan atas jembatan ke lapisan tanah yang kuat dan stabil. Pondasi sendiri
berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah. Fungsi ini
berlaku secara baik bila kestabilan terhadap daya dukung tanah terpenuhi.
Abutmen atau pangkal jembatan adalah bagian dari substruktur jembatan yang
menumpu gelegar jembatan dan meneruskan semua beban bangunan atas ke
bangunan pondasi di bawahnya. Abutmen sebagai bangunan peralihan dari
superstruktur ke landasan/pondasi, dalam perencanaannya dianalisis sebagai dinding
penahan tanah (retaining wall) dengan tambahan beban berupa beban terpusat dari
gelegar jembatan. Abutmen juga dilengkapi dengan bangunan pelengkap seperti
sayap-sayap di sebelah kiri-kanan ke arah belakang. Sayap-sayap ini berfungsi untuk
memberikan perlindungan pada bagian bawah abutmen agar terhindar dari
gerusan/erosi dan longsoran.
Pembebanan pada abutmen meliputi semua beban yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan dan masa layan jembatan. Diantara beban tersebut adalah:
- Beban struktur atas berupa reaksi vertikal balok, Rb dan beban horizontal
akibat gaya rem atau aksi lingkungan, H
- Beban timbunan (surcharge), Psc
- Berat sendiri beton, Wc dan tanah di belakang tembok, Ws
- Tekanan tanah aktif, Pa
- Tekanan tanah pada pondasi, Pqt
Diagram pembebanan pada abutmen tipe kantilever disajikan pada Gambar 4.1
Akibat berbagai jenis beban tersebut akan timbul tegangan normal (tarik/tekan) dan
geser. Tegangan tarik biasanya diatasi dengan pemasangan tulangan sedangkan
tegangan geser diatur sedemikian rupa sehingga kuat geser beton tidak dilampaui.
Persyaratan lainnya adalah geser (sliding) antara dasar pondasi dengan tanah dasar.
Dalam hal ini rasio antara jumlah beban vertikal dan beban horisontal harus lebih
besar dari 1. Dalam beberapa kasus kunci geser (shear key) ditambahkan pada dasar
pondasi untuk menambah tahan gelincir (sliding resistance).
Pada proyek jembatan sungai cilasa ini menggunakan tipe abutment kantilever
dimana perencanaan abutmen tipe kantilever secara ringkas dapat ditunjukkan berupa
diagram alir seperti pada Gambar 4.3. Perencanaan dimulai dengan menentukan
kondisi perencanaan yang meliputi pengumpulan data tentang keadaan tanah dasar
dalam kaitannya dengan daya dukung tanah, struktur atas jembatan dalam kaitannya
dengan pembebanan, dan data lain seperti ketersediaan bahan dan teknologi
pelaksanaan yang ada. Kemudian, tipe abutmen dapat dipilih sesuai dengan
ketinggiannya, untuk selanjutnya dihitung pembebanan yang bekerja pada abutmen.
Hasil
Memuaskan ?
Ya
Selesai
a. Model Struktur
b. Volume
c. Waktu Pelaksanaan
Start
Cek tegak
lurusnya
no
Perbaiki
yes
Pengisian (pengecoran) Beton siklop
pipa/cincin beton 60% beton
pondasi sumuran 40% batu belah
Pabrikasi tulangan
pondasi sumuran
Start
Pabrikasi tulangan
Stek tulangan
abutment
abutment + marking
Pemasangan tulangan
abutment & beton
deking
Ceklist diameter
tulangan, jumlah
tulangan, jarak
sengkang, ikatan
no Perbaiki, lengkapi
yes kekurangannya
Perbaiki no yes
Pengecoran
abutment
Pelepasan bekisting
Finish
sebagai berikut :
4. Angkat tulangan shearwall yang sudah dirakit dengan tower crane dan
ditempatkan pada posisi kolom yang akan dibuat.
5. Pasang besi shearwall kedalam stek besi yang sudah ada, Selanjutnya
disambung dengan stek shearwall dengan overlap di sesuaikan dengan
spesifikasi.
6. Ikat tulangan shearwall yang lama dan tulangan shearwall yang baru
dipasang dengan menggunakan sengkang
Langkah pelaksanaan :
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan bekisting
shearwall.
b. Buat penandaan dilantai untuk posisi shearwall pada tanda yang telah dibuat
agar posisi shearwall bekisting sesuai garis tanda (marking).
h. Perkuat panel bekisting dengan cara merakit sisi-sisi panel dengan formtie.
1. Ambil beberapa beton ready mix untuk sample test uji slump. Jika uji slump
sesuai dengan syarat yang sudah ada maka beton tersebut dapat digunakan
untuk pengecoran shearwall.
2. Lalu beton yang sudah di test slump di masukkan ke dalam bekisting tabung
untuk melakukan pengujian test uji tekan beton. Untuk mengetahui berapa
kuat beton tersebut.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai
berikut:
a) Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helm, dan
pelindung mata jika diperlukan.
b) Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan dicheck. Zone
pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan.
c) Delay diakibatkan oleh cuaca panas, atau angin yang kencang, sehingga
beton mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan
pengiriman karena kurangnya prencanaan atau hal lain yang tidak bisa
dihindari. Untuk mencegah delay maka tenaga kerja, peralatan, dan cuaca
dalam keadaan terkendali.
d) Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor.
Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen.
Pada volume pekerjaan kecil digunakan alat bantu TC dan Bucket cor. Jika
volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truk
mixer. Pada volume pengecoran yang besar akan efektif menggunakan
concrete pump.
Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan
gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring.
Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhirnya.
mulailah dari pojok bekisting.
Selalu tuangkan beton baru langsung ke beton yang sudah lama.
Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton
diaduk dengan baik.
Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan
udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi
bekisting.
Internal vibration dilakukan dengan menggunakan poker, yang dimasukkan ke
dalam beton. External vibration dilakukan dari luar bekisting, hal ini
dilakukan karena internal vibration susah dilakukan.
Masukkan vibrator secara vertikal, masukkan kira-kira sejarak 15 cm setelah
pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5 sampai 15
detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan sekitar 7.5 cm/detik.
Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga semua beton
bisa terpadatkan dan manjangkau lapisan di bawah yang sedang dipadatkan.
Initial finishing ditandai dengan genangan air yang tampak di permukaan
beton. Proses final finishing tidak bisa dilaksanakan jika kondisi ini belum
tampak. Menghilangkan genangan air dapat dilakukan dengan menggunakan
sapu biasa.
Final finishing terdiri dari dua proses: Floating ada dua proses yaitu Bullfloat,
dilakukan dengan alat penggaruk yang didorong, ini adalah proses pertama
power or hand float adalah proses floating manggunakan tangan dimana ini
adalah proses akhir floating.
Dilakukan untuk membuat permukaan beton yang keras, rata, dan lembut.
Biasanya dilakukan 3 kali proses.
Pekerjaan balok dan pelat merupakan pekerjaan dengan jumlah volume yang
sangat besar. Untuk melaksanakan pengecoran dengan volume yang besar,
kemungkinan penghentian pengecoran beton dapat dilakukan untuk pelat pada
kondisi gaya lintang sama dengan nol, begitu juga dengan balok atau dapat dilakukan
pada tengah – tengah bentang. Pada penyambungan kembali beton yang baru dengan
beton yang lama dengan menggunakan bahan pengikat yaitu bonding age (lem
beton).
Ketika pembongkaran bekisting beban – beban harus pelan – pelan agar tidak
menimbulkan kejutan pada bagian struktur. Dengan persetujuan direksi cetakan beton
dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisinya perawatanya sama dengan
beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan pada umur 28 hari.
Curing dilakukan untuk menjaga kadar air beton tidak cepat kering sehingga
proses pemadatan beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Curing
dilakukan langsung setelah proses finishing. Curing dilakukan dengan
menambahkan air pada permukaan beton/Mencegah kehilangan air dari beton.
Pancuran air harus perlahan untuk mencegah kerusakan permukaan beton.
Gambar 4.11(a) Curing Gambar 4.11(b) Curing
Curing dapat juga dengan menutup beton dengan plastik dan mengaplikasikan
curing compound.
Cuaca panas mengakibatkan beton lebih cepat kehilangan cairan, sehingga
proses pemadatan terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan dilakukan jika
suhu melebihi 32°C, kelembaban rendah, kecepatan angin tinggi dan sianar
matahari menyengat.
Untuk mencegah kerusakan akibat hujan, harus memperkirakan cuaca jika
akan terjadi hujan, menyediakan alat pelindung seperti burlap dan plastik,
melakukan mixing dan pengiriman beton pada waktu yang tepat yaitu ketika
tidak hujan. Ketika Hujan Mulai Turun, lindungi beton yang baru dituang
secepat mungkin, pastikan semua permukaan beton terlindungi, jangan
menambahkan semen kepermukaan beton.
Setelah hujan reda, mengaplikasikan curing compound secepatnya bersamaan
dengan proses beton mengeras, memperbaiki permukaan yang cacat dan
membentuk permukaan beton jika diperlukan, membuang bagian beton jika
ada bagian yang dikhawatirkan rusak karena kadar air bertambah, sehingga
beton menjadi lemah.