PENDAHULUAN
Astigmatisma
(Sumber: http://www.gezondheid.be/picts/astigmatisme-2.jpg)
(Sumber: http://www.sonotica.com.br/imagem/presbiop.jpg)
(Sumber:http://www.utoronto.ca/neuronotes/NeuroExam/images/content/cn2_snellen
&near.gif)
Miopia aksialis
Terjadi karena jarak antara anterior dan posterior terlalu panjang.
Normal jarak ini 23 mm. Pada miopia 3 D : 24 mm, miopia IOD = 27 mm.
Dapat merupakan kelainan kongenital maupun didapat, serta ada pula
faktor herediter. Yang kongenital didapatkan pada makroftalmus. Sedang
yang didapat terjadi karena :
Anak membaca terlalu dekat
Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi
berlebihan. M rektus internusberkontraksi berlebihan, bola mata
terjepit oleh otot-otot mata luar sehingga polus posterior mata,
yang merupakan tempat terlemah dari bola mata memanjang.
Wajah yang lebar
Menyebabkan terjadinya konvergensi yang berlebihan bila hendak
melakukan pekerjaan dekat sehingga mengakibatkan hal yang sama
seperti di atas.
Bendungan, peradangan atau kelemahan dari lapisan yang
mengelilingi bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi,
disebabkan penuhnya vena dari kepala akibat membungkuk, dapat
menyebabkan pula tekanan pada bola mata, sehingga polus
posterior memanjang.
Pada orang dengan miopia 6 D, pungtum remotumnya 100/6 = 15 cm.
Jadi harus membaca pada jarak yang dekat sekali, 15 cm, jika tidak
dikoreksi, sehingga ia harus mengadakanb konvergensi yang
berlebihan. Akibatnya polus posterior mata lebih memanjang dan
miopianya bertambah. Jadi didapatkan suatu lingkaran setan antara
miopia yang tinggi dan konvergensi. Makin lama miopianya makin
progresif.
Miopia refraktif
Penyebabnya terletak pada :
Kornea : kongenital; keratokonus dan keratoglobus
Didapat; karatektasia, karena menderita keratitits, kornea menjadi
lemah. Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol ke
depan.
Lensa : Lensa terlepas dari zonula zinnii, pada luksasi lensa atau
subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih
cembung. Pada katarak imatur, akibat masuknya humor akueus,
lensa mnjadi cembung.
Cairan mata; pada penderita diabetes melitus yang tidak diobati,
kadar gula dari humor akueus meninggi sehingga daya biasnya
meninggi pula.
Tanda subjektif :
Oleh karena orang miopia kurang berakomodasi dibandingkan
dengan yang emetropia, maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan
dekat tetapi mengeluh tentang penglihatan jauh yang kabur. Pada miopia
tinggi, terutama bila disertai dengan astigmatisme, penderita tak saja
mengeluh pada penglihatan jauh tetapi juga pada penglihatan dekat oleh
karena harus melakukan konvergensi berlebihan, sebab pungtum
remotum, yaitu titik terjauh yang dapat dilihat tanpa akomodasi, letaknya
dekat sekali, pada miopia S (-) 6D, titik ini terletak pada jarak 100/6 = 16
sentimeter. Pada titik ini ia tidak berakomodasi, tetapi berkonvergensi
kuat sekali sehingga pada mata timbul astenovergens engan keluhan :
lekas capai, pusing, silau, ngantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia
tinggi disertai mata menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar,
penderita mencoba menutup sebagian kelopak matanya, untuk
mengurangi cahaya yang masuk, sehingga ketajaman penglihatannya
diperbaiki. Kadang-kadang astenovergens menimbulkan rasa sakit,
sehingga penderita tak mencobanya lagi, dengan mengakibatkan
strabismus divergens. Strabismus divergens dapat pula timbul akibat
penderita sedikit melakukan akomodasi, sehingga kurang pula melakukan
konvergensi.
V. KOREKSI MIOPIA
Miopia dikoreksi dengan menggunakan lensa sferis konkaf (minus)
yang dapat memindahkan bayangan mundur ke retina.
Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk
koreksi miopia dan juga kelainan refraksi lainnya.
a. Lensa kacamata
b. Lensa kontak (lensa kontak keras dan lensa kontak lunak)
c. Bedah keratorefraktif
d. Lensa intraokular
e. Ekstraksi lensa jernih untuk miopia
(Sumber:hcd2.bupa.co.uk)
VI. KOMPLIKASI MIOPIA
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang
dapat terjadi berupa:
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis
sehingga terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.
- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi
glaukoma.
REFERENSI
Riordan-Eva P et al: Optik dan refraksi. Dalam: Oftalmologi Umum, edisi
ke-14. Vaughan DG et al (editors). Widya Medika, 2000.
Taravella, M: Myopia. 2005. Available in www.emedicine.com
hcd2.bupa.co.uk
Wijana N: Ilmu Penyakit Mata.
http://www.gezondheid.be/picts/astigmatisme-2.jpg
http://www.sonotica.com.br/imagem/presbiop.jpg
http://www.utoronto.ca/neuronotes/NeuroExam/images/content/cn2_sn
ellen&near.gif