Anda di halaman 1dari 4

1.

Bentuk, Ukuran dan Isi Kop Naskah Dinas

Lihat SK

2. Kop surat hanya digunakan pada halaman


pertama sedangkan halaman kedua dan
seterusnya tidak menggunakan kop surat.
3. Penulisan lampiran
Keterangan lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan berada di sebelah kanan kertas;

4. Kertas/Media Penulisan
a. Kertas yang digunakan untuk Naskah Puskesmas sebagai dokumen
kendali adalah HVS 80 gram;
b. Ukuran kertas yang digunakan untuk Dokumen Internal dan surat
menyurat adalah Folio/F4 (215 x 330 mm);
c. Ukuran kertas yang digunakan untuk makalah, piper dan laporan adalah
A4 (210 x 297 mm);
d. Ukuran kertas yang digunakan untuk pidato adalah A5 ( 165 x 215 mm)
1. Penulisan
a. Jenis huruf
Untuk penulisan Surat Keputusan (SK) mengggunakan huruf Bookman
Old Style 12, sedangkan untuk penulisan dokumen selain SK
menggunakan huruf Arial 12 atau disesuaikan dengan kebutuhan

b. Spasi 1 atau 1,5 sesuai kebutuhan


c. Margins
1) Atas/Top = 20 mm
2) Bawah/Bottom = 25 mm
3) Kiri/Left = 30 mm
4) Kanan/Right = 20 mm

1. Penomoran dokumen.
Penomoran dokumen menggunakan sistim penomoran sebagai berikut:

Nomor kode dokumen/nomor urut dokumen–jenis dokumen/nama institusi


atau unit/bulan terbit/tahun terbit.

SK
440/ ….…- SK /Pkm Cijujung/ I/2018

SOP
440/ ….…- SOP /Pkm Cijujung/ I/2018
A. Tata Cara Penyusunan SOP
Hal-hal yang perlu diingat :
1. Siapa yang harus menulis atau menyusun SOP
2. Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SOP
3. Bagaimana SOP dapat dikenali
4. Bagaimana memperkenalkan SOP kepada pelaksana dan unit
terkait
5. Bagaimana pengendalian SOP: penomoran, revisi yang
keberapa, dan distribusi kepada siapa.
6. SOP disusun dengan menggunakan format sesuai dengan
panduan penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas ini.
7. Penyusunan SOP dapat dikoordinir oleh tim mutu/tim akreditasi
Puskesmas dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Pelaksana atau unit kerja/ upaya menyusun SOP dengan
melibatkan unit terkait.
b. SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja
disampaikan ke tim mutu/tim akreditasi,
1. Fungsi tim mutu/ tim akreditasi Puskesmas didalam
penyusunan SOP adalah :
a. Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki
SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja
baik dari segi bahasa maupun penulisan,
b. Mengkoordinir proses pembuatan SOP sehingga tidak
terjadi duplikasi SOP/tumpang tindih SOP antar unit,
c. Melakukan cek ulang terhadap SOP-SOP yang akan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas.
d. Penyusunan SOP dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan SOP. Untuk SOP pelayanan dan SOP
administrasi, untuk melakukan identifikasi kebutuhan
SOP bisa dilakukan dengan menggambarkan proses
bisnis di unit kerja tersebut atau alur kegiatan dari kerja
yang dilakukan di unit tersebut. Sedangkan untuk SOP
klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di unit
kerja tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SOP dapat
diketahui berapa banyak dan macam SOP yang harus
dibuat/disusun. Untuk melakukan identifikasi kebutuhan
SOP dapat pula dilakukan dengan memperhatikan
elemen penilaian pada standar akreditasi, minimal SOP-
SOP apa saja yang harus ada. SOP yang
dipersyaratkan di elemen penilaian adalah SOP minimal
yang harus ada di Puskesmas. Sedangkan identifikasi
SOP dengan menggambarkan terlebih dahulu proses
bisnis di unit kerja adalah seluruh SOP secara lengkap
yang harus ada di unit kerja tersebut.
e. Mengingat SOP merupakan flow charting dari proses
kegiatan maka untuk memperoleh pengertian yang jelas
bagi subyek, penulisan SOP adalah dimulai dengan
membuat flow chart dari kegiatan yang dilaksanakan.
Caranya adalah membuat diagram kotak sederhana
yang menggambarkan langkah penting dari seluruh
proses.
i.Setelah dibuatkan diagram kotak maka
diuraikan kegiatan di masing-masing kotak
dan dibuat alurnya.
f. Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas/ kepala Klinik,
g. Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu
dilakukan sosialisasi SOP-SOP tersebut dan bila SOP
tersebut rumit maka untuk melaksanakan SOP tersebut
perlu dilakukan pelatihan.
A. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penyusunan SOP
1. Ada komitmen dari Kepala Puskesmas yang terlihat dengan adanya
dukungan fasilitas dan sumber daya.
2. Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk menyusun SOP.
3. Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan
disepakati
4. Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan penyusunan SOP.
5. Tata cara penomoran SOP.
Penomoran SOP maupun dokumen lainnya diatur pada kebijakan
pengendalian dokumen, dengan ketentuan:
a. Semua SOP harus diberi nomor,
b. Puskesmas agar membuat kebijakan tentang
pemberian nomor untuk SOP sesuai dengan tata
naskah yang dijadikan pedoman,
c. Pemberian nomor mengikuti tata naskah
Puskesmas, atau ketentuan penomoran yang
khusus untuk SOP (bisa menggunakan garis miring
atau dengan sistem digit). Pemberian nomor
sebaiknya dilakukan secara terpusat.
d. Kode-kode dapat dipergunakan untuk pemberian
nomor, seperti contoh sebagai berikut:
1) Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di Puskesmas
mempunyai kode sendiri-sendiri yang dapat berbentuk angka
atau huruf. Sebagai contoh pada Program Bab VI, dengan VI/
SOP/KIA.KB, dan lain sebagainya (namun tergantung didalam
pedoman tata naskah yang berlaku,
2) Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di dalam unit kerja
upaya Puskesmas.
3) Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu unit yang berbeda
misalnya SOP rujukan pasien maka diberi kolom unit terkait/unit
pemakai SOP.

Anda mungkin juga menyukai