Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

FETAL COMPROMISE / DISTRESS

A. DEFINISI
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi) (Bisher and
Mackay, 1986).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
 Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit
kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis dan
dehidrasi.
 Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama, degenerasi
vaskuler.
 Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
 Tali pusat : kompresi tali pusat.
 Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.

C. PEMBAGIAN GAWAT JANIN


1. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin yang bersifat
kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau bayi sendiri yang
sakit (Hariadi, 2004).
 Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan
berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus yang lebih kecil
daripada umur kehamilan yang diperkirakan memberi kesan retardasi
pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat dari satu atau lebih
faktor-faktor resiko tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan prematur
atau lahir mati dapat memberikan kesan suatu peningkatan resiko gawat
janin.
 Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan lain-lain.

Yulinda Dwi Cahyaningtyas_0810723017_PSIK_A_UB Page 1


 Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin sepenjang
a) Denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai dengan gerakan
janin
b) Tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan bukti dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin.
Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan volume cairan ketuban
memberikan penilaian tambahan kesekatan janin. Oligihidramnion
memberi kesan anomali janin atau retardasi pertumbuhan.
 Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin inutero dan
maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan janin yang menurun
pemantauan denyut jantung janin atau dimiringkan atau oksitosin challenge
test sering memberika ketenangan akan kesehatan janin. Jika janin imatur
dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan untuk
mengadakan observasi tambahan. Sekali janin matur, kejadian insufisiensi
plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan. Persalinan dapat
diinduksi jika servik dan presentasi janin menguntungkan. Selama induksi
denyut jantung janin harus dipantau secara teliti. Dilakukan sectio secaria
jika terjadi gawat janin, sectio sesaria juga dipilih untuk kelahiran presentasi
bokong atau jika pasien pernah megalami operasi uterus sebelumnya.

2. Gawat janin selama persalinan


Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa oksigen
yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.
 Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat janin.
Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif. Seringkali indikator gawat
janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin
(bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas, atau deselerasi lanjut).
Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang
hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia
janin.

Yulinda Dwi Cahyaningtyas_0810723017_PSIK_A_UB Page 2


 Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
- Aktivitas uterus berlebihan.
- Hipotensi ibu.
- Solutio plasenta.
- Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
- Penyakit hipertensi.
- Diabetes mellitus.
- Isoimunisasi Rh.
Postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat
d. Anestesi blok paraservikal
 Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin yang
segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberika
suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu dalam persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
a. Bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.
b. Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (> 160) dapat
dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder terhadap terhadap
infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin juga dihubungkan dengan
denyut jantung dasar yang meningkat.
c. Variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi
sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibu (atropin, skopolamin,
diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesik narkotik).
d. Pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin yang
disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental.
b. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus
adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi sementara
waktu saja dari pembuluh darah umbilikus. Peringatan tentang
peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau
tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang
sinus.

Yulinda Dwi Cahyaningtyas_0810723017_PSIK_A_UB Page 3


 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. Perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi
kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada
faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya
persalinan.

Langkah-langkah khusus :
a. Posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai usaha
untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan aliran darah
uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat membebaskan
kompresi tali pusat. oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha
meningkatkan penggantian oksigen fetomaternal.
b. Oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu sirkulasi
darah keruang intervilli.
c. Hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi darah
dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
b. Pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut
dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
c. Pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir mengurangi
resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan
mulut dibersikan dari mekoneum dengan kateter penghisap. Segera
setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung
sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa
endotrakeal (Melfiawati, 1994).

Yulinda Dwi Cahyaningtyas_0810723017_PSIK_A_UB Page 4

Anda mungkin juga menyukai